Memaknai Iklan dengan Semiotika - IAIN Sulthan Thaha Saifuddin

advertisement
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 523
Memaknai Iklan dengan Semiotika
Minsakutra
Fakultas Adab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak:
Iklan merupakan sarana informasi pemasaran produk untuk
memperkenalkan brand-nya pada khalayak agar memiliki
ketertarikan terhadap apa yang ditawarkan oleh sebuah
perusahaan. Iklan memiliki bahasa yang sangat rumit karena
terdiri dari unsur ikon, indeks dan simbol. Oleh karena itu,
kajian ini akan memaparkan rentetan makna konotatif
dengan menggunakan ilmu semiotika sehingga pada
akhirnya bisa menentukan pesan yang disampaikan oleh
iklan tersebut. Data kajian iklan televisi ini berupa iklan
rokok Surya Pro Mild yang dianalisis dengan menggunakan
metode kualitatif dan teknik deskriptif.
Kata Kunci: Iklan, makna konotatif.
Pendahuluan
Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan agar terlaksanakan proses
kehidupan, sampai sekarang ini telah bermunculan aneka produk yang
disuguhkan ke tengah masyarakat. Tak jarang kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki kesamaan rupa, rasa maupun jenis. Hal ini seringkali
menimbulkan kecemasan masyarakat dalam menentukan pilihan
ketika hendak membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Ketidak
tahuan dan kecerobahan dalam membeli produk akan menimbulkan
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
524 MINSAKUTRA
kerugian pada konsumen. Begitupula halnya dengan mengkonsumsi
produk yang tidak diketahui dengan baik barangkali bisa membuahkan
malapetaka bagi penggunanya, dan tidak jarang pula berujung menjadi
penyakit bahkan bisa mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, perlu
kiranya masyarakat memahami produk-produk yang ditawarkan
tersebut sebelum membeli atau mengkonsumsikannya.
Iklan merupakan salah satu media pengenalan produk yang
bertujuan untuk menarik perhatian produsen supaya membeli dan
mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkar tersbut. Pada akhirakhir ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, iklanpun bermunculan di situs-situs internet, seperti
YouTube. Iklan yang dipaparkan di dalam YouTube tidak berbeda
dengan yang dipaparkan di dalam televisi, namun , iklan yang terdapat
di YouTube lebih gampang dicari, tergantung kepada kepada
kebutuhan konsumen, tentunya dengan menggunakan kata kunci
untuk membuka iklan yang diinginkan. Artinya, di zaman sekarang
ini, Iklan seolah-olah telah menjadi guru yang mampu mengarahkan
konsumen atas keinginan perusahaannya. Atau barang kali lebih dari
itu, iklan telah menumbuhkan edialisme konsumen akan produk yang
ditawarkan sehingga konsumen tidak mau berpaling ke produk lain.
Menurut Danesi dan Peron (1999:278) iklan adalah sejenis teks,
yaitu teks sosial yang bersifat membujuk, mempengaruhi persepsi
orang tentang pembelian dan konsumsi barang, juga mempromosikan
cara hidup dan membentuk cara pandang seseorang. Secara
pragmatis, Iklan menjadi alat untuk mempengaruhi seseorang dalam
rangka melakukan transaksi komoditas. Namun secara semantis, iklan
merupakan pesan tentang produk, ketersediaanya, serta ajakan
pembeliannya (Noth 1990:479). Kajian iklan secara keilmuan
merupakan kajian semiotik yaitu analisis tanda baik berupa tanda
verbal maupun berupa tanda non verbal yang terlibat dalam
komunikasi persuasif iklan. Dalam komunikasi ini, pesan-pesan yang
disampaikan kepada khlayak disamarkan sedemikian rupa, sehingga
tidak terucap secara spesifik dalam pesan verbalnya. Pesan-pesan
yang disampaikan di dalam iklan terkadang lebih banyak menonjolkan
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 525
faktor manfaat agar produk yang ditawarkan bisa laku dengan pesat.
Namun ada juga sebagian produk yang juga memberitahukan kepada
masyarakat bahwa pruduknya juga memiliki efek yang tidak baik bagi
konsumen. pesan-pesan itu disampaikan dengan samar, jika
konsumen tidak jeli membaca iklan, maka tentulah resiko buruk yang
akan diterima oleh konsumen.
Ada banyak media yang bisa digunakan untuk membahas iklan,
seperti: majalah, koran, radio dan sebagainya. Namun dalam kajian
ini, penulis lebih tertarik membahas iklan yang ada di dalam televisi.
Hal ini dikarenakan: Pertama, televisi merupakan media utama yang
digunakan oleh masyarakat indonesia pada umumnya sebagai sarana
hiburan. Kedua, di dalam televisi terdapat perpaduan teknik berupa
unsur-unsur penglihatan, warna, gerak, suara dan waktu. Seperti yang
disampaikan Stanfield (1985:799), Iklan televisi memampukan
pengiklanan menunjukkan bentuk-bentuk produk yang disampikan
sehingga mempermudah konsumen mengenalinya. Dengan kata lain
iklan televisi lebih mampu menimbulkan efek psikologis yang lebih
kuat dalam pembentukan persepsi konsumen tentang sebuah produk
yang ditawarkan.
Iklan menceritakan banyak hal tenang keunggulan produk yang
ditawarkannya. Secara rasional, mungkin ini bisa diterima dan diakui
oleh banyak orang. Karena memang kita sering beranggapan bahwa
tidak mungkin iklan suatu produk mempertonton kejelekan
produknya yang akan membuat produknya tidak laku di pasaran.
Namun pada kenyataanya ada juga iklan, disamping mengunggulkan
produknya, juga menceritakan keburukan yang ditimbulkan oleh
produk itu sendiri. Kita selaku konsumen, yang barangkali
mengkonsumsi produk yang ditawarkan tidak jeli degan iklan yang
sering kita tonton di dalam televisi, atau mungkin kita tidak mampu
untuk menterjemah iklan itu sendiri. Oleh karena itu, melalui analisis
singkat ini, penulis ingin memaparkan makna iklan televisi sebuah
produk rokok ternama masa kini yaitu iklan Surya Pro mild versi
Robot.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
526 MINSAKUTRA
Iklan sebagai Tanda
Pierce dalam Husen (2001:101) membedakan tanda dalam tiga
golongan yaitu ikon, indeks dan simbol. Berikut ini adalah pengertian
dari ketiga golongan ini.
Pertama Ikon. Ikon adalah tanda yang cirikan oleh persamaan
dengan objek yang digambarkan. Tanda visual yang dimaksukan disini
adalah fotografi atau film. Tanda meupakan persaan dari objek.
Contoh: foto mobil merupakan ikon dari objek sepeda yang asli.
Artinya semua gambar dari benda yang asli merupakan ikon yang
dimaksud dalam kajian semiotik. Jadi ikon adalah persamaan atau
kemiripan dari suatu benda.
Kedua Indeks. Indeks merupakan tanda yang menghubungkan
dua objek. Rokok adalah indeks dari kebakaran. Banjir merupakan
indeks dari hujan lebat. Artinya indeks merupakan hubungan sebab
akibat dimana prosesnya dapat ditetapkan atau dipikirkan.
Simbol merupakan tanda yang ditentukan berdasarkan
persetujuan atau aturan-aturan tertentu. Makna dari sebuah simbol
ditentukan dengan persetujuan bersama. Atau makna yang diterima
oleh masyarakat luas/umum sebagai suatu kebenaran. Seperti lampu
lalu lintas. Warna merah berarti berhenti, warna kuning berarti hatihati dan warna hijau berarti boleh jalan. Artinya proses menemukan
makna simbol melalui penafsiran.
Menurut Barthes (1967:30), Iklan adalah jenis sistem yang
bersifat rumit karena terdiri dari unsur-unsur yang beraneka ragam.
Mulai dari wujud sampai pada bunyi dan kata-kata yang tertulis di
dalam sebuah iklan. Cap dagang suatu produk juga dibuat dalam
bentuk-bentuk yang abstrak. Cap dagang tersebut dapat menimbulkan
kesan tersendiri sebagai signified atau penanda tertentu.
Pada dasarnya, iklan memiliki beragam jenis seperti penulis
sampaikan sebelumnya, namun iklan televisilah yang paing menarik
dan lebih ideal pada zaman sekarang ini, karena iklan televisi memiliki
nuansa yang mampu menghipnotis pemirsanya ketika menikmatinya,
Pesan yang disampaikan bisa langsung menyentuk pemirsa karena
iklannya tidak jauh berbeda dengan film. Barthes dalam Noth
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 527
(1990:466-467) menjelaskan bahwa iklan televisi memiliki penandapenanda yang berkarakter hampir sama dengan film. Didalamnya
terdapat aktor, kostum, pengambilangambar, pemandangan, gerak
gerik dan musik .
Menurut Fill (1995: 290-292) menjelaskan bahwa informasi yang
disampaikan di dalam iklan antara lain berupa:
1. Faktual, artinya suatu iklan haruslah rasional dan berisika
argumen-argmen yang memiliki alasan logis, sehingga imformasi
yang diterima oleh khalayak dapat melengkapi proses pembuatan
keputusan.
2. Haruslah berupa bagian dari kehidupan manusia. Pesan-pesan
iklan akan mudah dipahami apabila menyentuh pada bagian
kehidupan khalayak.
3. Haruslah demonstratif, artinya menggunakan teknik-teknik
tertentu untuk mempresentasikan seatu masalah kepada
khalayak.
4. Daya tarik yang berdasarkan pada logika dan alasan merupakan
hal terpenting dalam situasi tertentu. Teknik yang digunakan
dalam menciptakan daya tarik pesan iklan yang dilandaskan pada
emosi dan perasaan. Seperti rasa takut, rasa humor, animasi, seks,
musik, fantasi dan surealisme. Hal ini dimaksudkan agar membuat
daya tarik khlayak.
Disamping itu juga, tujuan periklanan yang disampaikan kepada
sasarannya, Menurut Kotler (2003) digolong menjadi tiga bagian:
1. Iklan digunakan untuk memberika informasi kepada khalayak
tentang seluk beluk suatu produk. Biasanya iklan dimunculkan
dengan besar-besaran dari suatu jenis produk dengan tujuan
untuk membentuk permintaan awal. Pada umumnya iklan ini
berbentuk informatif yang digunakan untuk pengenalan produk
pada tahap perkenalan.
2. Iklan untuk membujuk, dilakukan dalam tahap kompetitif yang
bertujuan untuk membentuk permintaan selektif dari merekmerek tertentu. Dalam hal ini perusahaan melakukan persuasi
tidak langsung dengan memberikan informasi tentang kelebihan
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
528 MINSAKUTRA
produk yang dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan
perasaan menyenangkan yang akan mengubah pikiran orang
untuk melakukan tindakan pembelian. Pada umumnya iklan yang
bersifat persuasif ini digunakan untuk tahap pertumbuhan.
3. Iklan untuk mengingatkan, yaitu untuk menyegarkan informasi
yang perna diterima masyarakat. Iklan jenis ini sangat penting
bagi produk yang sudah mapan. Bentuk inklan seperti ini adalah
iklan penguat yang bertujuan meyakini pembeli bahwa mereka
telah melakukan pilihan yang benar. Iklan jenis ini untuk tingkat
pendewasaan.
Untuk menganalisis iklan, Noth (1990:477) menjelaskan bahwa
ada dua alat yag digunakan untuk menganalisis iklan, yaitu teori
makna denotasi dan konotasi. Namun alat yang lebih tepat adalah
teori makna konotasi, karena teori ini membahas lapisan-lapisan
makna yang terdapat di dalam iklan. Teori denotasi hanya mampu
menganalisa makna permukaan, tapi hanya makna konotasilah yang
lebih berperan. Makna permukaan timbul dari ramuan penandapenanda verbal dan non verbal iklan, sedangkan makna dalamnya
berupa makna konotasi dan rangkaian konotasi yang tercipta oleh
penanda-penanda permukaan. Makna konotasi adalah makna
sekunder tanda disamping makna primer, standar atau intinya, makna
primer inilah yang disebut dengan makna denotatif.
Dalam menganalisis iklan, ada dua tataran yang dilihat. Danesi
dan Peron (1999:282) menjelaskan bahwa adanya tataran permukaan
(Surface Level) dan tataran dalam (Underlying Level). Yang disebut
dengan tataran permukaan iklan adalah teks aktual iklan. Teks-teks
tersebut dirakit dari unsur-unsurnya yaitu unsur verbal dan unsur
non verbal. Sedangkan tataran dalam iklan adalah jalinan konotasi,
tama-tema mistis yang memunculkan tataran permukaan. Untuk
sampai sampai pada tataran dalam iklan, maka dilakukan teknik
perangkaian penanda-penanda permukaan, yang menjadi petunjuk
tentang tataran dalamnya Danesi dan Peron (1999:283). Jadi, dengan
adanya Penanda Permukaan (Suface Level), akan memunculkan
konotasi-konotasi tertentu yang menyebabkan munculkan konotsiMedia Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 529
konotasi yang lainnya lagi. Begitulah seterusnya jalinan konotasi ini
muncul atau disebut dengan Rangkaian Konotasi (Qonotative
Sequencing).
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana fenomena
yang diteliti akan dipahami secara menyeluruh dan tidak melakukan
pengukuran. Bogdan dan Taylor (1975:5) menjelaskan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
mennghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang, juga perilaku yang dapat diamati. Jadi penelitian
ini akan menjelskan secara deskriptif bagaimana memaknai pesanpesan iklan televisi, dengan kata lain, menangkap pesan-pesan produk
melalui media iklan televisi.
Makna Iklan
Berikut ini ada beberapa potongan gambar yang diambil dari iklan
televisi Surya Pro Mild yang dianalisa berdasarkan teori semiotik.
Potongan gambar-gambar ini akan menjelaskan makna konotatif yang
Gambar 1.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
530 MINSAKUTRA
disampaikan oleh iklan Surya Pro Mild.
Gambar pertama merupakan potongan iklan yang menceritakan
tentang masuknya sebuah robot yang sangat besar ke sebuah kota
disaat suasana jalanan dan kantor-kantor sedang beraktivitas. Di
dalam gambar ini kelihatan robot menghancurkan gedung-gedung dan
memporak porandakan aktivitas kota yang sedang berlangsung ketika
itu, dengan kata lain, robot tersebut sedang memamerkan
kekuatannya.
Berdasarkan gambar diatas, Secara konotatif, terselip beberapa
makna. Pertama, robot yang dimaksud di dalam potongan iklan ini
adalah sebuah produk rokok lain, produk rokok lain yang
dimaksudkan disini yaitu selain dari Surya Pro Mild. Makna kedua
adalah produk lain ini berusaha untuk menonjolkan brand-nya kepada
masyarakat dengan pesan “barand kamilah yang paling baik dari pada
brand yang lain”. Inilah sebenarnya konotasi dari gambar robot yang
sangat besar yang sedang memamerkan kekuatannya tersebut.
Gambar 2
Beberapa saat setelah itu, munculah roda karet merah yang
dilingkari dengan metal yang sama warnanya dengan warna robot.
Karet merah ini berusaha untuk mengadu kekuatan dengan robot
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 531
tersebut.
Makna konotasi yang dimaksudkan disini adalah pertama,
datangnya brand baru ketengah masyarakat yang juga ingin
menunjukkan brandnya. Kedua, roda karet merah yang dilingkari
dengan metal berkonotasi bahwa brand ini jauh lebih baik
dibandingkan dengan brand yang lain. Dimunculkan sedemian rupa
dengan simbol roda karet, secara konotatif dimaksudkan bahwa rokok
ini adalah rokok ringan yang bisa dinikmati oleh siapa saja.
Gambar 3
Potongan iklan ketiga ini menjelaskan bahwa adanya persaingan
antara robot dengan roda karet, yang sama-sama ingin menunjukkan
kekuatannya masing-masing. Robot berusaha menangkap roda karet
yang datang dengan tiba-tiba itu dan membuangknya jauh sejauh
mungkin dengan melempar roda karet tersebut dengan sekuatkuatnya.
Dari potongan gambar ini, dapat dipetik makna konotasinya
adalah adanya persaingan brand yang ingin menunjukkan kehebatan
atau citranya masing-masing. Dimana robot merupakan simbol dari
merek rokok lain, sedangkan roda karet merupakan simbol dari rokok
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
532 MINSAKUTRA
Surya Pro Mild. Disinilah simbol dari rokok Surya Pro Mild mulai
memperlihatkan brandnya dengan menampakkan ciri rokok ringan.
Gambar 4
Potongan iklan keempat ini, memperlihatkan bagaimana roda
karet itu memantul setelah dilepar oleh robot sekuat mungkin agar
roda karet tersebut hancur atau hilang.
Gambar 5
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 533
Dari potongan gambar keempat terdapat makna konotasi bahwa
brand ini “Surya Pro Mild” tidak kalah hebatnya dengan brand yang
lain, iklan ini ingin menyampaikan kepada khalayak bahwa Surya
Pro Mild tidak mudah terkalahkan oleh merek rokok lain yang dikenal
di tengah masyarakat saat ini. Rokok ini akan menjadi pilihan
masyarakat penikmatnya.
Pada potongan iklan yang kelima, terlihat begitu semangat orangorang yang berada dalam gedung bertingkat menyoraki robot yang
dihantam oleh roda karet yang memantul dari dinding bagian dalam
gedung.
Adapun makna konotasi dari gambar ini adalah ingin menyampaikan bahwa rokok Surya Pro Mild ini sangat diminati oleh orangorang yang berstrata tinggi/high class.
Gambar 6
Dalam potongan iklan ini, mengisahkan bahwa roda karet
memantul dengan kuatnya sehingga berbalik kepada robot, kemudian
roda karet tersebut berbalik arah secepat lemparan robot tersebut,
dan akhirnya menembus tepat pada jantung robot. Robot itu
kemudian melihat dadanya yang telah bolong oleh hempasan roda
karet yang memantul kepadanya.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
534 MINSAKUTRA
Gambar ini memiliki konotasi bahwa brand “Surya Pro Mild”
adalah brand unggul yang memiliki citra besar. Artinya brand ini
ingin mengatakan kepada masyarakat bahwa Surya Pro Mild adalah
rokok yang paling baik untuk dinikmati, yang memiliki kenikmatan
yang jauh berbeda dengan rokok-rokok lainnya. Simbol dari
hantaman tersebut menunjukkan bahwa rokok Surya Pro Mild
merupan rokok yang mampu bersaing dan mengalahkan brand yang
ingin menandinginya.
Gambar 7
Begitu juga dengan gambar diatas ini, yang memperlihatkan
tersungkurnya robot besar setelah dadanya bolong karena hempasan
roda karet yang datang dengan sekencang-kecangnya.
Makna konotasi bagian ini adalah brand “Surya Pro Mild”
ingin meyakinkan sekali lagi bahwa brand inilah yang paling unggul
dan terbaik pilihan masyarakat. Dengan menampakkan cirinya yang
sangat ringan dan kenikmatannya yang jauh lebih baik dari merek
lain.
Pada bagian kedelapan dari potongan iklan ini, ia menampilkan
secara verbal dengan dengan menggunakan kata-kata bahasa Inggris
yaitu Mild Strong.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 535
Gambar 8
Pilihan kata-kata dengan menggunakan bahasa Inggris bertujuan
ingin menyatakan bahwa rokok ini bukanlah rokok biasa, Surya Pro
Mild adalah rokok ekslusif dan bukanlah rokok kelas rendahan. Pada
bagian potongan iklan ini nyata-nyatanya rokok Surya Pro Mild ini
ingin menonjolkan brandnya yang luar biasa.
Pesan Iklan
Berdasarkan analisa diatas, penulis melihat adanya pesan yang
disampaikan iklan rokok Surya Pro Mild ini kepada khalayak dengan
memaparkan dua sisi pesan yang berseberangan, yaitu keunggulan
produk dan juga keburukan produk.
1. Keunggulan Produk
Rokok Surya Pro Mild adalah rokok ringan yang memiliki
kenikmatan yang luar biasa dibandingkan dengan rokok-rokok
yang lain. Rokok ini memiliki citra besar yang sudah terkenal di
tengah-tengah masyarakat. Artinya, iklan ini ingin menarik
simpati khalayak supaya tergiur untuk menikmati rokok tersebut
atau menjadi konsumen yang tidak mau beralih ke brand lain.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
536 MINSAKUTRA
2.
Keburukan Produk
Sebagai mana penjelasan penulis sebelumnya, bahwa suatu
produk tidak hanya menyampaikan keunggulan-keunggulan dari
produknya kepada khalayak melalui sebuah iklan. Akan tetapi
ada juga sebagian iklan memberi pesan terbalik, yaitu akibat yang
ditimbulkan oleh produknya, namun pesan itu disampaikan
secara samar. Kalaulah kita jeli memperhatikan sebuahiklan,
maka kita akan menemukan pesan peringatan dari produk yang
ditawarkan tersebut. Seperti pada iklan Surya Pro Mild ini. Pada
bagian potongan iklan keenam dan ketujuh diatas, disana
dijelaskan secara konotatif bahwa rokok ini bisa mengakibatkan
rusaknya paru-paru dan bahkan sampai pada kematian, karena
pada dasarnya rokok memiliki komposisi nikotin dan berbagai
ramuan lainnya yang tidak baik buat kesehatan.
Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan televisi Surya Pro
Mild lebih cendrung bersifat menonjolkan brand yang tidak kalah
dibandingkan dengan brand rokok lainnya. Disamping itu, iklan
televisi Surya Pro Mild ini juga memberikan dua pesan yang
berseberangan, yang pertama yaitu pesan keunggulan produk yang
mengisyaratkan kepada khalayak supaya mau menikmati rokok ini
dan tidak beralih ke merek lain. Dan yang kedua, keburukan produk,
artinya akibat yang ditimbulkan oleh rokok Surya Pro Mild bisa
menyebabkan rusaknya paru-paru bagi konsumen dan bahkan sampai
pada kematian.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
MEMAKNAI IKLAN DENGAN SEMIOTIKA 537
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Ronand. 1977. Rhetoric of the Image: Imag, Music, Text,
(ed) and Trans. Newyork: Hill and Wang.
Danesi, M & P Perron. 1999. Analizing Cultures. An Introduction &
Handbook, Boomington/Indianapolis: Indiana Universiti Press.
Derosia, E. 2000. Creating Brand Personality through Nonverbal
Signs and Methapors in Advertising: An Experimental Analysis.
Working Paper: University of Michigan Business School.
Fill, Chris. 1995 Marketing Communikasion Sudies. Contexts,
Contents and Strategies. Second Edition. Hertfordshire: Prentice
Hall.
Halliday, MAK. 1978. Language as Social Semiotic: The Social
Interpretation of Language and Means. London:AdwardArnold.
Husen, Ida Sundari, dan Rahayu Hidayat (ed). 2001. Merentas Ranah:
Bahasa, Semiotika, dan Budaya. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Kotler, Philip. 1998. Manajemen Analisis Perencanaan Imlementasi
dan Kontrol. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prehallindo.
Mulyana, Dedi dan Idi Subandi Ibrahim, 1997. Bercinta dengan
Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moriarty, Sandra E. 1986. Creative Advertising, Theory and Practice.
New Jersey: Prentice Hall.
Noth, W. 1990. Handbook of Semiotics. Boomington/Indianapolis:
Indiana Universiti Press.
Sobur, Alex, 2001. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Stanfield, Richard H.1985. Advertising Manager’s Handbook.
Chicago, Boston and London: The Dartnell Corporation.
Zoest, Aart Van. 1997. Semiotika. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
Media Akademika, Vol. 27, No. 4, Oktober 2012
Download