Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen

advertisement
DARAH
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk yaitu sel-sel darah,
trombosit dan suatu substansi interselular cair, yaitu plasma darah. Darah juga merupakan suatu
jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnannya merah. Warna merah itu
keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida
didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada
peristiwa pembakaran / metabolisme di dalam tubuh. Vikositas / kekentalan darah lebih kental
dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 380C, dan pH 7,37-7,45.
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung. Selama
darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari
pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan
mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti- pembekuan / sitrus natrikus. Dan
keadaan ini akan sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada
umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
-1-
A. Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu:

Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh.

Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh
jaringan / alat tubuh.

Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan kulit.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibody / zat-zat anti racun.
3. Mengatur keseimbangan asam-basa darah untuk menghindari kerusakan jaringan karena
adanya senyawa penyangga (buffer) berupa hemoglobin, oksihemoglobin, bikarbonat,
fosfat dan protein plasma.
Protein dalam plasma darah terdiri atas :

Antiheofilik, berguna mencegah anemia

Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah

Protrombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah

Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah

Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah

Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibody
4. Mengangkut energi panas dari tempat aktif ke tempat yang tidak aktif untuk menjaga
suhu tubuh.
5. Mengedarkan air, hormon dan enzim ke seluruh tubuh.
B. Komponen-komponen Darah
No.
I.
Darah
Elemen-elemen
bentuk
1. Eritrosit
Fungsi
yang
ter- Transpor
infeksi
oksigen
Sumber
melawan Sumsum tulang
Sumsum tulang jaringan
limfe
-2-
2. Leukosit
3. Trombosit
II.
Penggumpalan darah
Sumsum tulang
Plasma
1. Air (90-92%)
Memelihara / menjaga volume
darah dan transport molekulmolekul
2. Protein plasma : (7-8%)
Semua memelihara tekanan
osmotik darah dan pH darah

Albumin (53%)
Transpor
Hati

Fibrinogen (4%)
Penggumpalan
Hati

Globulin (43%)
Melawan infeksi
Limfosit

Oksigen
Respirasi selular
Paru-paru

Karbondioksida
Hasil akhir dari metabolisme
Jaringan
Lemak, glukosa, asam-
Zat makanan untuk sel-sel
Diabsorpsi dari jonjot-
asam amino dan vitamin,
jaringan
jonjot usus
Memelihara tekanan osmotik
Diabsorpsi dan jonjot-
dan pH darah
jonjot usus
Hasil akhir dari metabolisme
Jaringan
3. Gas
4. Nutrien
dan lain-lain.
5. Garam-garam mineral :
NaCl, KCl, fosfat, sulfat,
bikarbonat dan sebagainya.
6. Zat-zat sisa / buangan
(urea, kretinin, asam urat,
bilirubin)
7. Hormon, enzim dan lain- Membantu metabolisme
Berbagai macam
lain (5,6 dan 7 : + 1%)
C. Bagian-bagian Darah
C.a. Sel-Sel Darah
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
-3-
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram / bikonkaf dan tidak mempunyai
inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya
kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Jika dilihat satu per satu warnanya kuning tua,
tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah. Hal ini dikarenakan didalamnya mengandung
suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya
banyak mengandung oksigen.
Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan
oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin
(Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb +
oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut
karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana
karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek yang pipih dan tidak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa,
dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Proses pembentukannya dalam
sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak
mengandung hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di
dalam tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang
keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang
mengandung Fe, berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat
yang terdapat didalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon
dioksida.
Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal
-4-
Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein
karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga
diperlukan diit seimbang zat besi.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini
disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang
melisis eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna),
banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000 sel darah putih.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut
/ membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan
tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi
maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar
dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah
leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000
disebut leukopenia.
Macam- macam leukosit meliputi:
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya, yang terdiri dari:
-5-

Limfosit
Limfosit-limfosit merupakan sel-sel bulat dengan diameter yang bervariasi antara 6-8
μm, walaupun beberapa diantaranya mungkin lebih besar. Macam-macam limfosit
yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan
kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya besar, dapat
bergerak bebas dan banyaknya kira-kira 20%-35% yaitu 1500-3000 per mm3 darah.
Fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
Limfosit mempunyai kemampuan berubah bentuk menjadi jenis sel lain.
Terdapat 2 golongan besar limfosit, yaitu :
o
Sel-sel T, dihasilkan di dalam timus dan bertanggung jawab terhadap reaksi imun
selular dan mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal
antigen asing.
o
Sel-sel B, tidak memiliki timus tapi bergerak langsung lewat peredaran darah ke
jaringan limfoid umumnya. Sel-sel B bertugas untuk memproduksi antibodiyang
beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing
yang menyebabkan terbentuknya “Antigen asing – tersalut antibody”
Sel T dan sel B secara morfologis hanya dapat dibedakan ketika diaktifkan oleh
antigen. Tahap akhir diferensiasi sel-sel B yang diaktifkan berwujud sebagai sel
plasma. Sel plasma mempunyai RE kasar yang luas yang penuh dengan molekulmolekul antibody. Sel-sel T yang diaktifkan mempunyai sedikit RE kasar, tetapi
penuh ribosom bebas. Kedua jenis sel yang diaktifkan itu berpindah tempat melalui
aliran darah ke daerah terpisah yang tidak berbatas tegas di dalam jaringan limfoid
perifer. Keadaan ini menjamin interaksi antara sel-sel B dan T dalam hampir semua
respons antibody. Interaksi tersebut dijembatani oleh berbagai sub-populasi sel T,
yaitu sel T penolong, mengaktifkan sel B dan T yang lain, dan makrofag. Sel T
supresor, menghambat sel B dan T yang lain, kadang-kadang toleransi terhadap
molekulnya sendiri hancur, yaitu suatu reaksi antoimun.

Monosit
-6-
Monosit merupakan sel besar yang jumlahnya 3-8% dari leukosit normal darah atau
100-700 per mm3 darah. Diameternya 9-10 μm tetapi pada hapus darah kering
menjadi pipih, mencapai diameter 20 μm atau lebih. Terbanyak dibuat di sumsum
merah, lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit, dapat membesar dan
berkembang menjadi makrofag (sel fagositik terbesar dan berumur panjang). Di
bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang, warnanya
lembayung muda.
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:

Neutrofil
Atau disebut juga polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadangkadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / glandula,
banyaknya 65-75% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-7000 per mm3 darah,
bersifat fagositik. Neutrofil mempunyai diameter 7-9 μm dan dalam hapus darah
kering 10-12 μm.

Eosinofil
Leukosit eosinofil atau leukosit asidofil dalam keadaan segar mempunyai diameter 910 μm. Pada hapus darah kering, ukuran sel yang pipih bervariasi dari 12-14 μm.
Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula dan
-7-
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2-4% dari jumlah sel leukosit atau
100-400 per mm3 darah, plasma bersifat asam dan terdapat bintik-bintik biru, bersifat
fagosit.

Basofil
Sel ini lebih kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di
dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Dalam keadaan segar, sel
basofil mempunyai diameter 7-9 μm sedangkan pada darah hapus kering 10 μm atau
lebih. Banyaknya hanya 0,5-1% dari jumlah seluruh leukosit atau 20-50 per mm3
darah, plasma bersifat basa dan terdapat bintik-bintik biru yang mengandung
histamine (meningkatkan permeabilitas darah) dan bersifat fagosit.
3. Keping-keping Darah (Trombosit)
Trombosit berwujud cakram-cakram protoplasma kecil yang dalam peredaran darah tidak
berwarna dan berdiameter 2-4 μm. Jumlahnya dapat bervariasi, tetapi biasanya sekitar
200.000-300.000 per mm3 darah. Trombosit terlihat berbentuk bulat atau lonjong bila
direntangkan; bila dilihat dari samping, tampak berbentuk gelendong atau batang.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang
dari normal, akan mengakibatkan luka yang tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis.
Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan
mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan
-8-
protrombin dengan pertolongan Ca2+ dan menjadi trombin. Trombin akan bertemu
dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan.
Protrombin di buat didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan
demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Mekanisme pembekuan darah :
C.b. Plasma Darah
Plasma darah adalah darah tanpa sel-sel darahnya yang membawa semua semua bahanbahan nutritive. Di dalam terdapat substansi-substansi nutritive yang berasal dari system
pencernaan, zat-zat tak berguna yang dihasilkan didalam jaringan dan hormone-hormon.
Plasma merupakan 55% dari darah; unsure-unsur selular 45%. Plasma adalah cairan
homogen agak alkali, yang mengandung gas yang terlarut, garam anorganik, protein,
karbohidrat, lipid dan beberapa substansi organic lain.
Waktu aliran darah terhenti, atau ketika darah berkontak dengan udara, salah satu globulin
plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filament halus, disebut fibrin. Pengerutan
bekuan darah atau plasma (sineresis), menghasilkan cairan jenih, kekuningan yaitu serum.
1. Golongan Darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus
-9-
(faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen
ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang
tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat
anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Menurut Karl Lendteiner, golongan darah manusia dibedakan atas ada atau tidaknya
aglutinogen (sejenis protein dalam eritrosit yang dapat digumpalkan) dan aglutinin
(protein dalam plasma darah yang dapat menggumpal), sebagai berikut:

Golongan darah
Aglutinogen
Aglutinin
A
A
β
B
B
α
AB
A dan B
-
0
-
α dan β
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
- 10 -
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan
darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah
jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang
Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara
penggolongan darah ABO.
2. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemasukan darah / pemberian darah bagi seseorang yang
sudah banyak kehilangan darah.
Tabel kemungkinan transfuse darah :
Resipien
Donor
A
B
AB
0
A
-
+
+
-
B
+
-
+
-
AB
-
-
-
-
0
+
+
+
-
Keterangan :
- 11 -
+ = terjadi penggumpalan (hemolisa)
-
= tidak menggumpal
3. Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui
memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak
memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-.
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki
golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan
penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai,
meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa
daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya
donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi
terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat
mempengaruhi janin pada saat kehamilan.
- 12 -
Download