View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Film
I. Definisi Film
Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar
diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga
menimbulkan kesan hidup dan bergerak.
Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak. Oleh
karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Film di
kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita
pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi,
program televisi, video klip, dan film pembelajaran.
James Monaco (1984:233) mengungkapkan beberapa definisi film. Menurut
Monaco, ahli-ahli teori Perancis senang sekali membedakan pengertian film dengan
sinema. Film atau “filmis” merupakan aspek seni yang berkenaan dengan
hubungannya dengan dunia sekitarnya, sementara sinema “sinematis” lebih
mempersoalkan estetika dan unsure internal dari seni film.
Dalam bahasa Inggris, terdapat kata ketiga dari “film” dan “sinema” yaitu
“movies” yang berasal dari kata move yang berarti bergerak, sehingga movies bisa
diartikan sebagai gambar yang bergerak atau hidup. Namun pada perkembangan
selanjutnya istilah film merupakan paling umum digunakan.
20
21
Pada tahun 1915 seorang sutradara dari Amerika, David Wark Griffith telah
membuat film berjudul The Birh of a Nation kemudian disusul dengan Intolerance:
Love’s Struggle Through The Ages (sebuah film dengan empat cerita bersambung)
pada tahun 1916. Dengan ditampilkannya The Birh of a Nation, gedung-gedung
bioskop kecil mulai bermunculan di berbagai tempat di Amerika, dan film tampil
secara de facto sebagai bentuk suatu seni.
Teknik perfilman hasil pemikiran Griffith kemudian dikembangkan lagi oleh
dua orang ahli bangsa Rusian yaitu Vsevolod Pudovskon dan Sergei Einsestein.
Sebuah sequence film karya Einsestein yang berjudul The Battleship Potemkin
(1925) yang berlangsung selama enam menit diakui sebagai sequence yang paling
berpengaruh dalam sejarah film (Effendy, 2003:203).
Industri film ialah industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa,
film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk
realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi.
Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah
media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan
sebagai hiburan dan penyalur hobi.
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau berbagai segmen sosial,
menjadikan film sebagai konsumsi massa yang menjanjikan keuntungan sebesarbesarnya bagi produsen dan pembuat film. Para produsen lebih senang membuat
film yang sesuai dengan selera konsumen. Hasilnya hanya sedikit sekali diantara
banyak film yang dibuat, yang memberikan kesan lebih dari yang lain.
22
Sebagai suatu komoditi ekonomi, film dianggap sebagai sesuatu yang
menyajikan jasa yang pada dasarnya bersifat psikologis. Penonton rela membayar
agar kebutuhan psikologisnya terpenuhi. Hal ini disadari oleh para produsen film,
yang paling penting bagi mereka adalah nilai hakiki komoditi yang mereka hasilkan
dan cenderung mengesampingkan kualitas dari film itu sendiri.
Pasal 1 ayat 1 Undang – Undang tentang perfilman memberi batasan
tersendiri tentang pengertian film (Zulqamar, 2007:29)
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi
massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan
video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau
proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik,
dan/atau lainnya.
Film merupakan media audio visual sehingga rangkaian gambar dan suara
dalam film mampu dengan mudah ditangkap oleh setiap orang. Apalagi film
layaknya media massa, dipaksa untuk merefleksikan masyarakat agar mampu
menarik perhatian khalayak luas. Sehingga sebuah film seringkali menampilkan
gambaran yang realistik yang sangat dekat gambaran kehidupan khalayaknya.
Film merupakan salah satu alat komunikasi massa. Tidak dapat kita
pungkiri antara film dan masyarakat memiliki scjarah yang panjang dalam kajian
para ahli komunikasi. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di
dunia. mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke - 19.
23
Peranan film sebagai media komunikasi massa sudah muncul sejak berdirinya
Indonesia. Namun pasca Dekrit Presiden Juli 1959, komunikasi massa mengalami
massa peralihan. Peralihan yaitu antara komunikasi massa liberalis yang ingin
ditinggalkan, menuju pada komunikasi massa sosialis yang merupakan harapan
selanjutnya. Keberadaan komunikasi massa, termasuk film, pada akhirnya
terombang – ambing. Akan tetapi, keberadaan film sebagai komunikasi massa pun
dipertegas dalam Ketetapan MPRS/ No. II/ MPRS/ 1960, yang dituliskan bahwa
film bukanlah semata – mata barang dagangan, tapi juga merupakan alat pendidikan
dan penerangan (dalam Lee, 1965: 149).
Teknologi film memiliki karakter yang spesial karena bersifat audio dan
visual. Karakter ini menjadikan film sebagai cool media yang artinya film
merupakan media yang dalam penggunaannya menggunakan lebih dari satu indera.
Film pun menjadi media yang sangat unik karena dengan karakter yang audio-visual
film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang spesial kepada para
penonton atau khalayak.
Dalam hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier.
Artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan
pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.
Namun, kritik atas perspektf ini dikemukakan oleh Garth Joweth dalam
Irawanto (1999:13) yang mengatakan bahwa film sebagai refleksi masyarakat. Film
selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang
kemudian merefeksikannya dalam film.
24
Menurut Graeme dalam Irawanto (1999:14) menyebut perspektif yang
dominan dalam seluruh studi tentang hubungan film dan masyarakat sebagai
pandangan yang refleksionis. Yaitu film dilihat sebagai cermin yang memantulkan
kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai dominan dalam kebudayaannya.
II. Fungsi, Jenis dan Khalayak
Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan
realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat
berbentuk fiksi atau non fiksi.
Film sebagai media komunikasi massa merupakan sebuah perpaduan antara
penyampaian pesan melalui gambar bergerak, pemanfaatan teknologi, seni serta
suara. Selain itu film juga dapat menjadi jembatan bagi sutradara dalam
menyalurkan ide serta gagasannya kepada penonton. Film apapun itu, dibaliknya
diyakini ada pesan dan tujuan tersendiri bagi penontonnya.
Film merupakan cerminan realita kehidupan masyarakat sekitarnya. Film
dapat melibatkan berbagai interaksi sosial budaya, ekonomi, dan politik saat film
tersebut diproduksi dan dikonsumsi, sehingga film dapat dikatakan langsung
berhubungan dengan massa atau masyarakatnya. Oleh karena itu, film selalu
bertutan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pada dasarnya, sebuah film diproduksi untuk konsumsi massal. Sejalan
dengan media komunikasi massa lainnya, film memiliki beberapa fungsi
komunikasi, yang menurut Lasswell dalam Effendy (1999:27) yaitu:
25
1.
The surveillance of the enfironment. Artinya media massa berfungsi
sebagai pengamatan terhadap lingkungannya. Media massa mengumpulkan
informasi
berbagai
kejadian
dan
peristiwa
dari
berbagi
sumber,
lalu
menginformasikannya kepada masyarakat.
2.
Correlations of the comppnents of society in making response to the
environment. Artinya berbagai iformasi yang diperoleh media massa, tidak serta
merta langsung diberikan secara kesuluruhan kepada masyrakat. Terlebih dulu
media massa melakukan proses seleksi terhadap informasi tersebut, mengenai apa
yang pantas dan perlu disiarkan.
3.
Transmission of the social inteherence. Artinya media massa mencoba
atau mewariskan sesuatu ilmu pengetahuan, nilai dan norma yang terdapat dalam
masyarakat tertentu, dari generasi ke generasi selanjutnya.
Semakin pesatnya dunia perfilman, membuat masyarakat semakin selektif
terhadap berbagai jenis film yang akan mereka konsumsi. Menurut Prof. Onong
Uchjana Effendy (2003:210) terdapat jenis film menurut sifatnya:
1.
Film cerita (story film)
Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita.
Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan pemain para bintang film
terkenal. Film cerita disitribusikan layaknya barang dagangan, untuk semua
kalangan masyarakat, dimanapun ia berada.
26
2.
Film berita (newsreel)
Film berita adalah film mengenai peristiwa yang benar-benar terjadi. karena
sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung niali
berita.
3.
Film dokumenter (documentary film)
Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian
hubungan manusia yang didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik
lembaga industri, sosial maupun politik, dan jika dilihat dari segi teknik merupakan
bentuk yang kurang penting dibanding isinya.
4.
Film kartun (cartoon film)
Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu perstau gambar
dilukis dengan seksama umtuk kemudian dipotret satu per satu pula. Dan apabila
rangkaian lukisan sebanyak 16 buah, setiap detiknya diputar dalam proyektor film,
sehingga lukisan tersebut menjadi hidup.
Menurut Lois Savary dan J. Paul Carico dalam Liliweri (1991:153) khalayak
film dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1.
Kelompok Highbrow
Kelompok ini menonton film karena ingin memuaskan minat intelektual
mereka. Mereka menilai film dari segi kesinambungan cerita yang dianggap
bermutu, music dan suara yang indah serta teknik penyutradaraan yang baik dan
suguhan kamera yang canggih.
27
2.
Kelompok Middlebrow
Kelompok ini menonton film hanya sesekali. Selain itu meningkatkan
pengetahuan, mereka juga menilai film sebagai media hiburan untuk melepaskan
diri dari rutinitas sehari-hari.
3.
Kelompok Lowbrow
Kelompok ini umumnya menonton film karena film tersebut sedang ramairamainya ditonton oleh banyak orang. Kelompok ini menjadikan film sebagi media
pelarian untuk keluar dari kemelut hidup. Seringkali pula mereka menonton film
hanya untuk melihat akting bintang-bintang film tertentu.
4.
Kelompok Postbrow
Kelompok ini memiliki penilaian yang paling kompleks terhadap sebuah film
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Pengetahuannya akan film sangat luar
biasa sehingga didasari oleh faktor-faktor yang rasional, namun juga memiliki
perasaan yang sangat kuat terhadap film yang ditontonnya.
III. Sinopsis Film Republik Twitter
Sukmo, mahasiswa tahun akhir di Jogjakarta, awalnya datang ke Jakarta untuk
mengejar komitmen cinta dari seorang wartawan cantik bernama Hanum (Laura
Basuki). Keduanya saling kenal lewat twitter. Dari twitter, Hanum menantang
Sukmo untuk bertemu di Jakarta. Andre (Ben Kasyafani), teman satu kos Sukmo
yang berasal dari Jakarta, mencibir rencana Sukmo. Sementara Rika (Jennifer
28
Arnelita), rekan kerja Hanum, juga menasehati Hanum untuk tidak mempercayai
hubungan yang dimulai dari dunia maya.
Sukmo diminta mengelola akun twitter “orang-orang penting”, termasuk
menjadikan Arif Cahyadi trending topics sesuai dengan perintah yang diberikan
oleh Kemal. Dalam tempo singkat Sukmo mendapatkan uang yang lumayan
sehingga dia cukup percaya diri untuk bertemu dengan Hanum. Di luar perkiraan
Sukmo, begitu melihatnya bergaya Jakarta, Hanum hilang selera. Bayangannya
tentang Sukmo yang asik dan cuek sirna. Sukmo lebih kecewa lagi apalagi
mengetahui Hanum hendak mengundurkan diri jadi wartawan, profesi yang dia
kagumi dari perempuan itu.
Dari sekedar ingin mendapatkan komitmen cinta Hanum, Sukmo bertekad
untuk membatalkan keinginan Hanum mundur. Dia punya berita besar untuk
dijadikan liputan utama oleh Hanum. Tetapi berita besar itu justru membuat Sukmo
harus berhadapan dengan ambisi Kemal, reputasi Farid Cahyadi, kepercayaan Belo
dan bahkan persahabatannya dengan Nadya.
“Sekarang ini, suara rakyat itu suara twitter”
Kalimat itu diucapkan oleh Kemal (Tio Pakusadewo), yang bekerja sebagai
Konsultan Komunikasi, kepada Arif Cahyadi (Leroy Osman), seorang pengusaha,
yang namanya mendadak jadi trending topic di twitter. Keberhasilan Kemal
mengangkat nama Arif di dunia maya, lantas membuatnya mendorong Arif untuk
maju dalam pencalonan gubernur DKI Jakarta. Sukses Kemal itu ternyata berkat
kepiawaian Sukmo yang tekun dan lihai mengolah 140 kata di twitter.
29
Setelah berhasil menjadi berita liputan umum di majalah Linimasa dengan
judul “Republik Twitter”, nama Hanum pun disanjung atas usaha investigasinya
menelusuri kampanya politik dengan pencitraan di twitter. Namun keberhasilan
Hanum sebagi wartawan, tidak disambut baik dengan Kemal yang langsung
mendatangi warnet tempat usaha Belo dan anak buahnya. Dengan ekspresi marah
dan kecewa, Kemal meminta Belo dan anak buahnya, termasuk Sukmo untuk
membersihkan nama Kemal di twitter. Usaha Sukmo dan teman-temannya pun siasia, karena Kemal memilih mentup akunnya di twitter. Setelah kejadian tersebut,
Sukmo akhirnya memilih pulang ke Jogjakarta untuk menyelesaikan tugas
akhirnya, dia pulang dengan perasaan bersalah atas pengalihan tujuan komitmennya
yang utama yaitu bertemu dengan Hanum. Adegan ditutup dengan kedatangan
Hanum bersama Andre dan Nadya ke Jogjakarta untuk mengunjungi Sukmo.
B. Komunikasi Massa
Komunikasi dalam sekian banyak bentuknya, memiliki peran dan fungsi yang
cukup besar dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki potensi untuk
berkomunikasi satu sama lain saat dia terdiam sekalipun.
Berbicara mengenai komunikasi massa tentu media massa tidak akan luput
untuk diperbincangkan. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi
dengan menggunakan media massa.
30
Media massa yang dimaksudkan disini adalah media massa modern yakni
surat kabar, majalah, radio, televisi atau film. Untuk mengetahui peranan film
sebagai media perlu kita kaji beberapa hal mengenai film dan media.
Menurut Haney dan Ulmer (1981) dalam Yusuf Hadi Miarso (2004) media
presentasi yang paling canggih adalah media yang dapat menyampaikan lima
macam bentuk informasi yaitu gambar, garis, simbol, suara, dan gerakan. Media itu
adalah gambar hidup (film) dan televisi / video.
Film sebagai bagian dari media massa dapat memuat berbagai pesan,
tergantung dari bagaimana para sineas mengemas film tersebut sehingga pesan yang
ingin disampaikan dapat diterima, dan dipahami oleh para penikmat film.
C.
Tanggapan
I. Pengertian Tanggapan
Menurut Syafrian (2010:11) tanggapan adalah perilaku yang muncul
dikarenakan adanya rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon
dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap
rangsangan yang dikondisikan. Tanggapan biasanya diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.
Menurut Wikipedia (2010), tanggapan adalah istilah yang digunakan oleh
psikologi untuk menanamkan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh
pancaindra. Tanggapan biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Menurut Daldjoeni (1992:227)
lingkungan itu cukup besar pengaruhnya terhadap kegiatan manusia, karena itu
31
maka lingkungan membatasi pilihan manusia namun di dalam pembatasan tersebut,
manusia bebas untuk memilih yaitu dengan cara manusia member tanggapan dan
mengevaluasi lingkungan. Suatu tanggapan itu merupakan syarat untuk menjadi alat
yang paling tepat dalam menentukan perilaku ekonomis, sosial dan politis. Menurut
Abdurachman (1987:30) Pandangan geografi mengenai tanggapan adalah suatu
istilah yang meliputi segala sesuatu sebagai jumlah keseluruhan dari pengamatan,
ingatan, sikap, preferensi dan faktor psikologis lainnya yang ikut serta dalam
pembentukan apa yang dinamakan kognisi lingkungan.
Daldjoeni (1992:226) menjelaskan tanggapan terhadap lingkungan dalam
kajian geografi manusia dapat dimengerti dalam lima tahap tanggapan manusia,
dalam rangka bertindak atau menangani lingkungan, sebagai berikut:
a. Suatu tanggapan afektif yang dekat dengan emosi topofilia yang secara
asasi mencakup tanggapan global terhadap pengaturan lingkungan, berdasarkan
pencarian pengalaman secara emosional
b . Suatu tanggapan orientatif, benipa pemetaan awal dari lingkungan dalam
penggalian eksplorasi lanjut.
c. Suatu tanggapan kategori, yang dipakai dalam analisis pemahaman
lingkungan akibat rangsangan dari luar.
d. Suatu tanggapan sistematis, dimana jalannya peristiwa yang dapat
diidentifikasi secara kausal.
32
e. Suatu tanggapan yang manipulatif lewat itu terjadi keterlibatan banyak
pihak dengan lingkungan yang bertujuan, mengatur kembali mengubah yang
ditentukan secara kultural, sosial dan ekonomi.
Berdasarkan berbagai definisi di atas, bahwa tanggapan adalah perilaku atau
sikap yang muncul setelah adanya stimulus berupa penerimaan melalui pancaindera
yang nantinya akan membentuk tingkah laku baru berupa persetujuan atau
penolakan.
Setiap saat, manusia dihadapkan oleh pesan-pesan dan ia dituntut untuk
memberikan reaksi pada pesan-pesan tersebut, hingga timbulah proses kategorisasi
terhadap pesan tersebut. Individu membuat kategorisasi karena otak manusia tidak
mampu mengolah semua rangsangan yang diterima oleh alat inderanya.
Dalam
proses komunikasi, jika kategorisasi yang digunakan komunikan
berbeda dengan kategorisasi yang digunakan oleh komunikator, maka makna pesan
yang dikirim bisa berbeda dengan makna pesan yang diterima. Perbedaan tersebut
timbul, karena setiap manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbedabeda sehingga proses pemberian makna pada pesan akan cenderung berbeda pula.
Komunikasi akan berjalan lebih efektif apabila terdapat kesamaan dalam
pengetahuan dan pengalaman antara komunikator dengan komunikan.
Salah satu hasil akhir yang diharapkan oleh komunikator ketika pesan dikirim
adalah umpan balik terhadap isi pesan berupa tanggapan dari komunikan. Sehingga
sangatlah perlu untuk seorang komunikator memahami betul sejauh mana
pengetahuankomunikan terhadap pesan yang dikirim sehingga partisipasi dari
33
komunikan akan terwujud. Akan lebih mempermudah proses pemahaman jika
antara komunikator dan komunikan memiliki kerangka berfkir yang sama sehingga
lahirlah tanggapan yang diharapkan oleh komunikator.
II. Proses terjadinya Tanggapan
Tanggapan sering diistilahkan sebagai bayangan seorang terhadap suatu hal.
Bayangan tersebut merupakan suatu proses pengamatan dari sistem alat indera,
dalam bentuk kesadaran terhadap situasi dan kondisi, dalam proses pengamatan itu,
terjadilah gambaran di dalam jiwa individu. Hasil pengamatan itu mengalami proses
yang lebih lanjut, ia tidak hilang begitu saja, namun tersimpan dalam jiwa setiap
individu.
Proses pengamatan merupakan suatu persentase, maka di dalam menanggapi
atau membayangkan kembali gambaran-gambaran yang terjadi waktu pengamatan
itu pada umumnya gambaran yang terjadi pada waktu pengamatan yang lebih jelas
dibandingkan dengan gambaran pada tanggapan.
Dalam komunikasi, proses penerimaan pesan itu merupakan suatu stimuli
(rangsangan) kemudian terjadi proses persepsi pesan menerima tanggapantanggapan yang merupakan suatu umpan balik kepada sumber. Jadi sebelum
terjadinya tanggapan, maka terlebih dahulu harus ada rangsangan atau stimulus,
kemudian rangsangan yang diterima dipersepsikan. Sedangkan perasaan adalah
konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan
34
rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual untuk selanjutnya dapat
melahirkan tanggapan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 2.1
Skema Terjadinya Proses Tanggapan
penalaran
rangsangan
persepsi
pengenalan
tanggapan
perasaan
Bagan diatas menggambarkan bahwa terjadinya tanggapan terlebih dahulu
harus ada rangsangan. Kemudian rangsangan yang di terima kita persepsi. Persepsi
dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan, kemudian
pengenalan rangsangan. Pengenalan adalah cara manusia memberikan arti terhadap
rangsangan. Selanjutnya adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses
dengan nama rangsangan yang dihubungkan dengan rangsangan lainnya, pada
tingkat pembentukan kegiatan psikologi. Sedangkan perasaan adalah konotasi
emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan
rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Untuk selanjutnya dapat
melahirkan tanggapan.
35
III. Faktor Yang Mempengaruhi Tanggapan
Dalam memberikan tanggapan, ada beberapa faktor eksternal (stimulant) dan
factor internal (personal) yang mempengaruhi perhatian seseorang, diantaranya
sebagai berikut (Rakhmat, 2007: 52-55):
1.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian (attention getter)

Intensitas
Individu akan memperhatikan rangsangan yang lebih intensif dan menonjol
disbanding dengan rangsangan lainnya.

Ukuran
Umumnya menuju pada benda yang lebih besar menarik perhatian individu.

Kontras
Hal-hal yang kita lihat diluar kebiasaan akan lebih menarik perhatian.

Gerakan
Sesuatu yang bergerak lebih menarik perhatian disbanding hal-hal lain yang
statis.

Pengulangan
Sesuatu yang diulang akan menarik perhatian. Akan tetapi pengulangan yang
terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan.
36

Keakraban
Manusia akan lebih memperhatikan seseorang yang di kenal. Setiap individu
cenderung lebih ingin berkomunikasi dengan orang yang telah ia kenal terlebih
dahulu dan kemungkinan besar proses komunikasinya berjalan efektif.

Sesuatu yang baru (Novelty)
Faktor ini agak sedikit bertentangan dengan kekaraban. Namun, hal yang baru
dan berbeda juga mampu menarik perhatian. Tanpa hal-hal yang baru, rangsangan
akan menjadi menjemukkan dan membosankan hingga nantinya akan lepas dari
perhatian.
2.
Faktor Internal Penarik Perhatian

Kebutuhan psikologis
Hal-hal yang bersangkut paut dengan kebutuhan. Individu akan lebih
memperhatikan rangsangan yang sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

Latar Belakang
Seorang komunikator akan lebih mudah berkomunikasi dengan komunikan
yang memiliki latar belakang serupa.

Pengalaman
Sama halnya dengan latar belakang, pengalaman juga mempengaruhi
perhatian seseorang untuk mencari orang dan hal-hal yang serupa dengan
pengalaman pribadinya.
37

Kepribadian
Berbagai faktor dalam kepribadian memepengaruhi perhatian. Orang yang
extrovert, mungkin akan lebih tertarik bergaul dengan orang yang berkepribadian
sama dengan dirinya (Liaw, 2010:20)

Sikap dan Kepercayaan Umum
Seseorang yang memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal,
kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang
lain.

Penerimaan Diri
Individu yang lebih ikhlas menerima kenyataan dirinya akan lebih tepat
menyerap sesuatu disbanding mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
Individu yang bisa menerima keadaan dirinya, apa adanya dan lebih terbuka kepada
hal-hal yang baru.
38
D. Deskripsi Teori
I. Teori S – O – R
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan sesuatu atau
memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui
penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima
(organism), dan efek (respons). Teori stimulus respons juga memandang bahwa
pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas.
Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu
tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak
mungkin penggunaan teknologi merupakan keharusan.
Model S – O – R berasal dari model stimuli-respons menurut pendekatan
psikologi dimodifikasi oleh De Fleur dengan memasukkan unsur organisme.
Stimulus = rangsangan = dorongan
Organisme = manusia = komunikan
Respons = respon = reaksi = tanggapan = jawaban = pengaruh = efek = akibat
Selanjutnya, teori ini juga menekankan perubahan sikap dengan stimulus yang
datang dan berkonsentrasi terhadap bagaimana berubahnya sebuah sikap. Hovland,
Jennis dan Kelly menyatakan bahwa dalam menelaah perubahan sikap, ada tiga
variabel penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003: 254255).
39
Gambar 2.2
The Stymulus Organism Respons Theory
Organism
Stimulus
-
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Respons
(perubahan sikap)
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
1. Pesan
2. Komunikan (organism)
3. Efek (respons)
II. Teori Uses and Gratification
Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects traditions of the
past (Swanson, 1979 dalam Rakhmat), suatu loncatan dramatis dari model jarum
hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang,
tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap
secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini
muncullah teori uses and gratification yaitu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan.
Konsep dasar teori ini diringkas oleh para pendirinya (Katz, Blumler, dan
Gurevitch, 1974: 20 dalam Rakhmat). Dengan teori ini yang diteliti adalah (1)
40
sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang melahirkan (3) harapanharapan dari (4) media massa atau sumber-sumebr yang lain yang menyebabkan (5)
perbedaan pola terpaan media atau keterlibatan dalam kegiatan lain, dan
menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain bahkan
seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.
Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai
media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara
keseluruhan (Rosengren, 1974: 277 dalam Rakhmat). Efek media dapat
dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan,
misalnya sampai sejauh mana televisi membantu responden untuk memperjelas
suatu masalah; sebagai dependensi media, misalnya kepada media mana atau isi
yang bagaimana responden amat bergantung untuk tujuan informasi; dan sebagai
pengetahuan, misalnya apa yang diketahui responden terhadap suatu hal tertentu.
Download