Uploaded by User148723

MODUL SKP FIX SKALI

advertisement
BOOK CHAPTER
SURVEY KONSUMSI PANGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN GIZI
2023
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. DESKRIPSI .................................................................................. 1
B. PRASYARAT ............................................................................... 1
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ......................................... 1
D. TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN ............................................. 2
E. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN .......................................... 2
KEGIATAN BELAJAR - 1 .................................................................. 3
KONSEP DASAR SURVEY KONSUMSI PANGAN ......................... 3
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 1............................... 3
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -1 .................... 3
KEGIATAN BELAJAR - 2 .................................................................. 5
KONSEP DASAR METODE 24 HOURS FOOD RECALL ................ 5
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 2............................... 5
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -2 .................... 5
KEGIATAN BELAJAR - 3 .................................................................. 7
KONSEP DASAR ESTIMASI BERAT MAKANAN ............................ 7
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 3............................... 7
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -3 .................... 7
KEGIATAN BELAJAR - 4 .................................................................. 9
KONSEP DASAR BERAT MENTAH MATANG ................................ 9
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 4............................... 9
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -4 .................... 9
KEGIATAN BELAJAR - 5 ................................................................. 11
KONSEP DASAR BERAT BERSIH DAN BERAT KOTOR .............. 11
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 5 .............................. 11
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -5 ................... 11
KEGIATAN BELAJAR - 6 ................................................................. 13
KONSEP DASAR PERHITUNGAN NILAI GIZI DARI MAKANAN DAN
MINUMAN ........................................................................................ 13
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 6 .............................. 13
ii
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -6 ................... 13
KEGIATAN BELAJAR - 7 ................................................................. 14
KONSEP DASAR FOOD RECORD ................................................. 14
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 7 .............................. 14
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -7 ................... 14
KEGIATAN BELAJAR - 8 ................................................................. 17
KONSEP DASAR DIETARY HISTORY ........................................... 17
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 8 .............................. 17
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR -8 ................... 17
KEGIATAN BELAJAR - 9 ................................................................. 20
KONSEP DASAR FOOD WEIGHING .............................................. 20
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 9 .............................. 20
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR - 9 .................. 20
KEGIATAN BELAJAR - 10 ............................................................... 22
KONSEP DASAR COMSTOCK (RUMAH SAKIT) ........................... 22
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 10 ............................ 22
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR - 10 ................ 22
KEGIATAN BELAJAR - 11 ............................................................... 25
KONSEP DASAR ALAT BANTU DAN INSTRUMEN SURVEY
KONSUMSI PANGAN...................................................................... 25
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 11 ............................ 25
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR - 11 ................ 25
KEGIATAN BELAJAR - 12 ............................................................... 30
KONSEP DASAR ESTIMASI DAN ANALISIS HASIL SURVEY
KONSUMSI PANGAN...................................................................... 30
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 12 ............................ 30
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR - 12 ................ 30
KEGIATAN BELAJAR - 13 ............................................................... 32
KONSEP DASAR EVALUASI HASIL SURVEY KONSUMSI PANGAN
DENGAN AKG, AER, NAR DAN INQ .............................................. 32
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR - 13 ............................ 32
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR - 13 ................ 32
iii
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Buku ajar ini berjudul Survei Konsumsi Pangan dan digunakan sebagai
bahan ajar pada mahasiswa semester IV program studi Diploma III Gizi
Poltekkes Kemenkes Palu. Ruang lingkup dalam buku ajar ini adalah dasar
Survei konsumsi pangan, metode 24 Hours Food Recall, Estimasi berat
makanan, Konversi berat mentah matang, Estimasi berat bersih dan berat
kotor, perhitungan nilai gizi dari makanan dan minuman, Food Record, Dietery
History, Food Weighing, Comstock (rumah sakit), Alat bantu dan instrument
survei konsumsi pangan, Estimasi dan analisis survei konsumsi pangan, dan
Evaluasi hasil survei konsumsi pangan dengan AKG, AER, NAR, INQ.
Serangkaian materi kegiatan belajar dalam buku ini merupakan bahan belajar
dalam rangka mendukung pemenuhan kompetensi lulusan Diploma III Gizi
yakni sebagai pelaksana pelayanan gizi institusi, sebagai salah satu profil
khusus lulusan.
B. PRASYARAT
Dalam mempelajari buku ajar Suvei Konsumsi Pangan, peserta didik telah
memahami aspek tentang konsep dasar Ilmu Gizi Dasar dan Gizi Dalam Daur
Kehidupan yang telah dibahas pada mata kuliah semester 1 dan 3.
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Dalam buku ajar ini terdapat 14 (empat belas) kegiatan belajar yang
diselesaikan selama 1 (satu) semester. Disetiap kegiatan belajar terdapat
deskripsi materi, capaian pembelajaran, uraian materi. Setiap peserta didik
menggunakan buku ajar Manajemen Survei Konsumsi Pangan sebagai
rujukan utama peserta didik dalam mata kuliah Manajemen Data Gizi pada
semester IV .
Deskripsi materi adalah bahan kajian yang akan dibahas, capaian
pembelajaran adalah seperangkat ranah pembelajaran yang harus dicapai
oleh peserta didik setelah pembahasan bahan kajian Mata Kuliah Ilmu Gizi
Dasar dan Gizi Dalam Daur Kehidupan, uraian materi adalah penjelasanpenjelasan mendetail terhadap bahan kajian.
Kegiatan belajar dalam buku ajar merupakan bahan kajian yang dapat
diselesaikan dalam satu kali atau lebih dari satu kali tatap muka. Peserta didik
sebaiknya membaca buku ajar ini minimal sehari sebelum pelaksanaan kuliah
tatap muka karena metode pembelajaran selanjutnya berupa diskusi
terhadap pengalaman membaca peserta didik.
1
D. TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharapkan mahasiswa (peserta didik) dapat:
1. Mampu menjelaskan Konsep dasar Survei Konsumsi Pangan
2. Mampu menjelaskan Metode Survei Konsumsi Pangan Individu dan
Kelompok
3. Mampu menjelaskan Metode 24 Hours Food Recall
4. Mampu menjelaskan Estimasi berat makanan / bahan makanan yang
dikonsumsi
5. Mampu menjelaskan Konversi berat mentah matang
6. Mampu menjelaskan Estimasi berat bersih dan berat kotor
7. Mampu menjelaskan Perhitungan nilai gizi dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi
8. Mampu menjelaskan Metode Food Record
9. Mampu menjelaskan Metode Dietary History
10. Mampu menjelaskan Metode Food Weighing
11. Mampu menjelaskan Metode Comstock (Rumah Sakit)
12. Mampu menjelaskan Alat bantu dan instrumen survei konsumsi
pangan serta cara penggunaannya, kelemahan dan kelebihan.
13. Mampu menjelaskan Estimasi dan analisis hasil survei konsumsi
pangan.
14. Mampu Menjelaskan Evaluasi hasil survei konsumsi pangan dengan
AKG, AER, NAR, dan INQ.
E. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
Kompetensi yang diharapkan dari buku ajar Manajemen Data Gizi adalah:
1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang
keahliannya secara mandiri.
2. Mampu melakukan kegiatan penyelenggaraan makanan pada institusi
untuk menyediakan makanan yang sehat dan aman guna pemenuhan
kebutuhan gizi dan dietetik pada klien secara mandiri sesuai prosedur
tetap yang berlaku.
3. Menguasai prinsip – prinsip ilmu gizi dan dietetik, pangan, komunikasi,
penyuluhan gizi, higiene sanitasi, penyelenggaraan makanan banyak
pada klien dan upaya wirausaha, humaniora, untuk dapt
melaksanakan pelayanan gizi institusi sesuai asuhan gizi terstandar
(PAGT)/NCP.
4. Mampu bekerja dalam tim dan berkomunikasi secra efektif serta
mampu menyusun laporan penyelenggaraan makanan pada institusi.
5. Bertanggung jawab atas hasil kerja sendiri dan kelompok dibidang
penyelenggaraan makanan pada institusi serta memiliki sikap
menghargai dan empati pada klien.
2
KEGIATAN BELAJAR – 1 :
KONSEP DASAR SURVEI KONSUMSI PANGAN
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 1
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -1 meliputi
ketepatan menjelaskan konsep dasar survei pangan, metode survei konsumsi
pangan individu dan kelompok, perbedaan metode survei konsumsi pangan
individu dan kelompok.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 1
Setelah mempelajari kegiatan belajar -1 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar survei pangan
2. Menjelaskan metode survei konsumsi pangan individu dan kelompok
3. Menjelaskan perbedaan metode survei konsumsi pangan individu dan
kelompok.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 1
A. Pengertian Survei Konsumsi Pangan
Survei Konsumsi Pangan (SKP) adalah survei untuk mengumpulkan data
konsumsi makanan penduduk, seperti jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh individu. Survei konsumsi pangan berbasis populasi sangat
penting untuk membangun data base komprehensif untuk penilaian risiko
keamanan pangan dan meningkatkan kapasitas penilaian risiko pusat
keamanan pangan.
Data konsumsi makanan yang dikumpulkan akan digunakan untuk
mengetahui apakah masyarakat terpapar potensi risiko makanan seperti dari
kontaminan dan bahan tambahan makanan, dan juga untuk memahami
ukuran risiko dan kelompok populasi mana yang paling berisiko. Informasi
tersebut sangat penting bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik
dan strategi pendidikan untuk mempromosikan keamanan pangan.
B.
Metode Survei Konsumsi Pangan
1. Metode survei individu
Metode survei konsumsi pangan individu adalah kegiatan pengukuran
konsumsi pangan pada tingkat individu dengan menggunakan metode
pengukuran yang terstruktur untuk menilai serta memberi asupan zat gizi.
Sasaran pengukuran konsumsi pangan individu adalah individu tunggal
dan hasilnya hanya dapat digunakan untuk menilai asupan gizi yang
bersangkutan, tidak berlaku untuk anggota keluarga ataupun
kelompoknya. Beberapa metode yang digunakan dalam survei konsumsi
pangan individu antara lain penimbangan makanan, penarikan makanan,
pencatatan makanan, kuesioner frekuensi makanan, dan riwayat diet.
3
2. Metode survei kelompok
Metode survei konsumsi pangan kelompok adalah kegiatan pengukuran
konsumsi pangan pada tingkat kelompok atau populasi dengan
menggunakan metode pengukuran yang disediakan untuk memberikan
asupan zat gizi. Metode ini dilakukan dalam rangka untuk penilaian
konsumsi pangan secara kualitatif maupun kuantitatif terkait status gizi
kelompok tersebut. Beberapa metode yang digunakan dalam pengawasan
konsumsi kelompok pangan antara lain penimbangan makanan, penarikan
makanan, catatan makanan, kuesioner frekuensi makanan, dan riwayat
diet
C. Perbedaan Metode Survei Konsumsi Pangan Individu Dan Kelompok
Metode survei konsumsi pangan individu dan kelompok memiliki perbedaan
dalam sasarannya dan cara pengukuran. Berikut perbedaannya:
1. Metode Survei Konsumsi Pangan Individu
 Sasaran: Individu tunggal.
 Dilakukan untuk menilai asupan gizi individu secara spesifik.
 Penimbangan makanan, penarikan kembali makanan, catatan
makanan, kuesioner frekuensi makanan, dan riwayat diet.
2. Metode Survei Konsumsi Pangan Kelompok
 Sasaran: Kelompok atau populasi.
 Digunakan untuk menyediakan asupan zat gizi pada tingkat kelompok
atau populasi.
 Sama dengan metode survei konsumsi pangan individu, namun
hasilnya digunakan untuk menilai asupan gizi atau kelompok
Dengan demikian, perbedaan utama terletak pada sasaran pengukuran, di
mana metode survei konsumsi pangan individu terfokus pada individu
tunggal, sedangkan metode survei konsumsi pangan kelompok terfokus
pada kelompok atau populasi.
4
KEGIATAN BELAJAR – 2 :
KONSEP DASAR METODE 24 HOURS FOOD RECALL
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 2
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -2 meliputi
ketepatan menjelaskan metode 24 Hours Food Recall, Ketepatan melakukan
metode 24 Hours Food Recall.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 2
Setelah mempelajari kegiatan belajar -2 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Ketepatan menjelaskan Metode 24 Hours Food Recall.
2. Ketepatan melakukan Metode 24 Hours Food Recall.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 2
A. Pengertian 24 Hours Food Recall.
Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Jam) adalah metode yang fokus
pada kemampuan mengingat subjek terhadap seluruh makanan dan minuman
yang telah dikonsumsinya selama 24 jam terakhir. Kemampuan mengingat
adalah menjadi kunci pokok pada metode ini, Subjek dengan kemampuan
mengingat lemah sebaiknya tidak menggunakan metode ini, karena hasilnya
tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Subjek dengan kemampuan
mengingat lemah antara lain adalah lanjut usia, dan anak di bawah umur.
Khusus untuk lanjut usia sebaiknya dihindari penggunaan metode ini pada
mereka yang memasuki phase amnesia karena faktor usia sedangkan pada
anak di bawah umur biasanya di bawah 8 tahun atau di bawah 13 tahun. Usia
antara 9-13 tahun sebaiknya metode ini harus didampingi orang ibunya.
Metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan
foto makanan sudah dapat digunakan. Secara institusi ataupun secara individu.
Beberapa metode Survey Konsumsi Pangan tidak dapat dilakukan ditingkat
komunitas tetapi dengan metode ini keterbatasan itu dapat diatasi karena
metode ini sangat luwes. Kesederhanaan metode ini memerlukan cara yang
tepat untuk mengurangi kesalahan. Cara yang dianggap paling baik adalah
mengikuti metode lima langkah dalam recall konsumsi makanan atau yang
dikenal dengan istilah Five Steps Multi Pass Method. Metode lima langkah ini
adalah metode yang paling sering 10 digunakan pada berbagai penelitian
konsumsi pangan. Metode lima langkah ini diawali dengan daftar singkat menu
makanan yang akan dikonsumsi. Daftar singkat inilah yang kemudian
dielaborasi untuk menguraikan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh
subjek.
5
B. Cara Melakukan 24 Hours Food Recall
Langkah-langkah wawancara repeated food recall 3 x 24 jam:
1. Siapkan formular recall makanan 24 jam
2. Lakukan wawancara mengenai makanan/minuman dan suplemen
(makanan/minuman utama, makanan/minuman selingan, jajanan,
makanan/minuman di luar rumah) yang dikonsumsi sehari sebelum
pengukuran dan tulis dalam bentuk nama masakan.
3. Lakukan wawancara mengenai deskripsi detail dari masing-masing
makanan/minuman yang dikonsumsi, meliputi bahan makanan, Teknik
pengolahan dan merk makanan.
4. Lakukan wawancara mengenai jumlah dari tiap-tiap bahan makanan atau
minuman yang dikonsumsi.
5. Estimasi jumlah yang dikonsumsi dapat menggunakan ukuran rumah
tangga (URT).
6. Untuk membantu responden mengingat jumlah yang dikonsumsi dapat
menggunakan foto makanan.
7. Langkah selanjutnya ulangi Kembali formasi yang sudah didapatkan kepada
responden.
8. Pewawancara melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).
Berat makanan yang dicantumkan pada buku foto makanan adalah berat
makanan matang/bersih yang sudah diperhitungkan berat yang yang dapat
dimakan (BDD).
9. Berat makanan matang tersebut dikonversikan ke dalam gram mentah
dengan mengalikan faktor konversinya tanpa menghitung BDD nya
(Gunakan Buku Konversi berat matang mentah).
Berat mentah = berat matang x faktor konversi
10. Ulangi wawncara pada sebanyak 3 kali pada hari yang tidak berurutan dan
terdiri dari 2 hari kerja dan 1 hari libur.
6
KEGIATAN BELAJAR – 3 :
KONSEP DASAR ESTIMASI BERAT MAKANAN
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 3
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -3 meliputi
ketepatan menjelaskan estimasi berat makanan/bahan makanan yang
dikonsumsi, ketepatan mengestimasi berat makanan/bahan makanan yang
dikonsumsi.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 3
Setelah mempelajari kegiatan belajar -3 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Ketepatan menjelaskan estimasi berat makanan/bahan makanan yang
dikonsumsi
2. Ketepatan mengestimasi berat makanan/bahan makanan yang dikonsumsi
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 3
A. Pengertian Estimasi Berat Makanan/Bahan Makanan
Estimasi berat makanan/bahan makanan yang dikonsumsi adalah metode
untuk memperkirakan berat makanan atau bahan makanan yang dikonsumsi
oleh individu. Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
menggunakan timbangan digital, menggunakan foto makanan, atau dengan
metode pengingatan makanan. Penggunaan timbangan digital dapat
memberikan hasil yang lebih akurat, namun memerlukan alat yang cukup mahal
dan tidak selalu praktis. Penggunaan foto makanan dapat membantu
responden dalam memperkirakan ukuran dan berat makanan yang dikonsumsi,
namun memerlukan buku foto makanan yang lengkap dan representatif.
Metode pengingatan makanan dapat dilakukan dengan cara wawancara
terstruktur, seperti metode 24 Hours Food Recall, yang meminta responden
untuk mengingat dan melaporkan semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi dalam 24 jam terakhir. Meskipun metode ini dapat memberikan
informasi yang komprehensif, keakuratan metode ini bergantung pada
kemampuan responden untuk mengingat dan melaporkan dengan akurat
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir.
B. Estimasi Berat Makanan/Bahan Makanan
Estimasi berat makanan/bahan makanan melibatkan beberapa langkah utama:
1. Setelah mengumpulkan data mengenai jenis dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi dalam suatu waktu tertentu, Anda perlu menghitung ukuran dan
berat makanan yang dikonsumsi. Dalam proses ini, Anda mungkin perlu
melakukan konversi berat dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat
(gram) dan menghitung konversi berat pangan kotor ke dalam berat bersih
yang siap dianalisis zat gizinya
2. Untuk menghitung berat bersih dan berat kotor, Anda perlu mengetahui
persentase berat bersih dan berat kotor dari bahan makanan yang diangkut.
Misalnya, jika persentase berat bersih (BDD) ayam 87%, maka berat bersih
7
ayam = (berat kotor x BDD) / 100. Selain itu, Anda perlu menghitung
persentase berat kotor (BK) dari bahan makanan yang diangkut, misalnya
jika BK ikan gurame 80%, maka berat kotor ikan gurame = (berat bersih x
BK) / 100
3. Menganalisis Hasil: Setelah menghitung berat bersih dan berat kotor, Anda
dapat menganalisis hasil estimasi berat makanan/bahan makanan. Analisis
ini memungkinkan Anda untuk mengetahui apakah konsumsi makanan
tersebut sesuai dengan kebutuhan organisme atau tidak, dan membuat
koreksi yang diperlukan untuk menyesuaikan konsumsi makanan.
Dalam proses memperkirakan berat makanan/bahan makanan, penting untuk
memastikan data yang digunakan akurat dan masuk akal masa. Selain itu,
pelatihan dan pengalaman dalam melakukan estimasi juga dapat
mempengaruhi hasil estimasi berat makanan/bahan makanan.
8
KEGIATAN BELAJAR – 4 :
KONSEP DASAR KONVERSI BERAT MENTAH MATANG
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 4
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -4 meliputi
ketepatan menjelaskan konversi berat mentah matang, ketepatan mengkonversi
berat mentah matang.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 4
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 4 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Ketepatan menjelaskan konversi berat mentah matang
2. Ketepatan mengkonversi berat mentah matang
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 4
A. Pengertian Konversi Berat Mentah
Konversi berat mentah matang adalah cara menghitung berat bahan makanan
mentah-matang dengan menggunakan faktor konversi. Faktor konversi adalah
angka yang digunakan untuk menghitung berat bahan makanan mentah
menjadi berat bahan makanan matang. Faktor konversi dapat ditemukan dalam
daftar konversi yang terdapat dalam buku panduan atau pedoman pengolahan
makanan. Contoh faktor konversi untuk nasi liwet adalah 0,4, yang artinya berat
mentah = berat matang x 0,4.
B. Konversi Berat Mentah Matang
Dalam melakukan pengukuran konsumsi makanan sering dijumpai makanan
dalam bentuk olahan (masak). Bahkan seringkali jenis makanan jadi tersebut
tidak ditemukan dalam daftar komposisi makanan jajanan (DKGJ). Untuk
mengatasi masalah dapt dihitung dengan mengkonversikan makanan olahan
tersebut dalam bentuk makanan mentah. Daftar konversi mentah masak
(DKMM) yang dibuat oleh Puslitbang Gizi Bogor (1974) memuat faktor konversi
untuk beberapa makanan olahan. Untuk menaksir berat bahan makanan
mentah dari makanan olahan (masak) atau sebaiknya dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
BOj = Fj x BOj = digumakan untuk menaksirkan berat bahan makanan masak
dari berat mentah
BOj = BMI/Fj = digunakan untuk menaksirkan berat bahan makanaan masak
dari berat mentah
Keterangan:
Fj = faktor konversi berat mentah masak dari makanan J (dapat dilihat pada
tabel DMM)
BMj = berat bahan makanan J dalam bentuk mentah
BOj = berat bahan makanan J dalam bentuk olahan (masak)
Contoh perhitungan: Seorang responden mengkonsumsi 75 gram pepes
udang, faktor mentah masak (F) dari pepes udang tersebut 1,3 (dari dilihat
9
dalam DMM). Untuk mengetahui, kandungan zat gizinya, maka harus diubah
menjadi berat udang terlebih dahulu, yaitu:
Berat udang mentah = F udang x berat pepes udang (BO udang)
= 1,3 x 75 gram
= 97,5 gram
Selanjutnya dapt dihitung kandungan zat gizi dari bahan makanan
(udang) tersebut dengan menggunakan DKBM.
10
KEGIATAN BELAJAR – 5 :
KONSEP DASAR ESTIMASI BERAT BERSIH DAN BERAT KOTOR
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 5
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -5 meliputi
ketepatan menjelaskan Estimasi berat bersih dan berat kotor, estimasi berat bersih
dan berat kotor.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 5
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 5 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Ketepatan menjelaskan estimasi berat bersih dan berat kotor.
2. Ketepatan mengestimasi berat bersih dan berat kotor.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 5
A. Pengertian Estimasi Berat Bersih Dan Berat Kotor
Estimasi berat bersih dan berat kotor adalah proses untuk menghitung berat
bahan makanan setelah diolah dan diangkut. Berat bersih adalah berat bahan
makanan setelah diangkut, sedangkan berat kotor adalah berat bahan
makanan sebelum diangkut. Berikut adalah pengertian dan cara menghitung
berat bersih dan berat kotor:
1. Berat Bersih (BBD): Berat bersih adalah berat bahan makanan setelah
diangkut dan memiliki bagian yang dapat dimakan. Untuk menghitung
berat bersih, Anda perlu mengetahui persentase berat bersih (BDD) dari
bahan makanan yang diangkut. Misalnya, jika BDD ayam 87%, maka berat
bersih ayam = (berat kotor x BDD) / 100
2. Berat Kotor (BK): Berat kotor adalah berat bahan makanan dalam keadaan
belum terolah dan masih memiliki bagian yang tidak dapat dimakan. Untuk
menghitung berat kotor, Anda perlu mengetahui persentase berat kotor
(BK) dari bahan makanan yang diangkut. Misalnya, jika BK ikan gurame
80%, maka berat kotor ikan gurame = (berat bersih x BK) / 100
Misalnya, jika Anda memiliki 500 gram ikan gurame mentah dan ingin
menghitung berat kotor dan bersih, Anda dapat menggunakan persentase
BDD dan BK yang diberikan dalam soal atau dari sumber yang ada. Dengan
mengetahui persentase BDD dan BK, Anda dapat menghitung berat bersih
dan berat kotor dengan menggunakan rumus yang diberikan dalam sumber.
11
B. Estimasi Berat Dan Berat Kotor
Estimasi berat dan berat kotor melibatkan beberapa langkah utama:
1. Setelah mengumpulkan data mengenai jenis dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi dalam suatu waktu tertentu, Anda perlu menghitung ukuran
dan berat makanan yang dikonsumsi. Dalam proses ini, Anda mungkin
perlu melakukan konversi berat dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran
berat (gram) dan menghitung konversi berat pangan kotor ke dalam berat
bersih yang siap dianalisis zat gizinya.
2. Untuk menghitung berat bersih dan berat kotor, Anda perlu mengetahui
persentase berat bersih dan berat kotor dari bahan makanan yang
diangkut. Misalnya, jika persentase berat bersih (BDD) ayam 87%, maka
berat bersih ayam = (berat kotor x BDD) / 100. Selain itu, Anda perlu
menghitung persentase berat kotor (BK) dari bahan makanan yang
diangkut, misalnya jika BK ikan gurame 80%, maka berat kotor ikan
gurame = (berat bersih x BK) / 100
3. Menganalisis Hasil: Setelah menghitung berat bersih dan berat kotor, Anda
dapat menganalisis hasil estimasi berat makanan/bahan makanan.
Analisis ini memungkinkan Anda untuk mengetahui apakah konsumsi
makanan tersebut sesuai dengan kebutuhan organisme atau tidak, dan
membuat koreksi yang diperlukan untuk menyesuaikan konsumsi
makanan.
Dalam proses estimasi berat dan berat kotor, penting untuk memastikan data
yang digunakan akurat dan masuk akal masa. Selain itu, pelatihan dan
pengalaman dalam melakukan estimasi juga dapat mempengaruhi hasil
estimasi berat dan berat kotor.
12
KEGIATAN BELAJAR – 6 :
KONSEP DASAR PERHITUNGAN NILAI GIZI DARI MAKANAN DAN MINUMAN
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 6
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar -6 meliputi
ketepatan menjelaskan perhitungan nilai gizi dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi, menghitung nilai gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 6
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 6 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Ketepatan menjelaskan perhitungan nilai gizi dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
2. Ketepatan menghitung nilai gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 6
A. Menjelaskan Perhitungan Nilai Gizi Dari Makanan Dan Minuman
Perhitungan nilai gizi dari makanan dan minuman melibatkan beberapa
langkah. Salah satunya adalah menghitung kalori makanan, yang dapat
dilakukan dengan cara membaca informasi nilai gizi makanan dan
memperhatikan jumlah protein, karbohidrat, dan lemak, lalu mengalikan setiap
zat gizi tersebut dengan angka faktor konversi yang sesuai. Faktor konversi
digunakan untuk menghitung berat bahan makanan mentah menjadi berat
bahan makanan matang. Misalnya, faktor konversi untuk nasi liwet adalah 0,4,
yang artinya berat mentah = berat matang x 0,4. Informasi mengenai faktor
konversi dan cara menghitung berat matang dan mentah dapat ditemukan
dalam buku panduan atau pedoman pengolahan makanan.
B. Menghitung Nilai Gizi Dari Makanan Dan Makanan
Untuk menghitung nilai gizi dari makanan dan minuman, langkah pertama
adalah membaca informasi nilai gizi makanan dan memperhatikan jumlah
protein, karbohidrat, dan lemak. Kemudian, setiap zat gizi tersebut dikalikan
dengan faktor konversi yang sesuai untuk menghitung kalori makanan. Faktor
konversi digunakan untuk menghitung berat bahan makanan mentah menjadi
berat bahan makanan matang. Misalnya, faktor konversi untuk nasi liwet adalah
0,4, yang artinya berat mentah = berat matang x 0,4. Informasi mengenai faktor
konversi dan cara menghitung berat matang dan mentah dapat ditemukan
dalam buku panduan atau pedoman pengolahan makanan. Selain itu, terdapat
juga mesin pencari nilai kandungan gizi makanan yang dapat membantu dalam
menghitung nilai gizi makanan dan minuman.
13
KEGIATAN BELAJAR – 7 :
KONSEP DASAR FOOD RECORD
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 7
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar7 meliputi pengertian Metode Food Record dan langkah melakukan metode food
record
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 7
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 7 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Metode Food Record.
2. Melakukan Metode Food Record.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 7
A. PENGERTIAN METODE FOOD RECORD
Metode pencatatan makanan (food record) adalah metode yang
menitikberatkan pada proses subjek mencatat secara aktif semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam kurun waktu tertentu. Perhatian harus
diberikan pada pendaftaran, karena proses pendaftaran yang tidak lengkap
juga merupakan sumber kesalahan. Jika perekaman dilakukan dengan
sempurna, hasil dari metode ini sangat bagus.
Catatan makanan adalah catatan komprehensif dari semua makanan,
minuman, dan suplemen nutrisi yang dikonsumsi oleh peserta penelitian
selama periode waktu tertentu. Biasanya konsumsi 3-4 hari dicatat sebagai
beban yang berpartisipasi, yang cenderung menurunkan kualitas data yang
tercatat karena semakin banyak hari yang dicatat. Idealnya, makanan
ditimbang dan diukur, tetapi lebih sering peserta menilainya sebelum dan
sesudah makan. Cara pendaftaran pangan tidak dapat dilaksanakan bagi
orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dalam jangka waktu
tertentu.
Adapun kelebihan dari Metode food record yaitu:
1. Tidak mengandalkan ingatan: Metode food record tidak mengandalkan
ingatan responden, sehingga cenderung lebih akurat daripada metode
yang bergantung pada ingatan seperti food recall.
2. Memberikan data yang lebih akurat: Dengan mencatat makanan secara
langsung, metode ini dapat memberikan data yang lebih akurat tentang
konsumsi makanan.
3. Mengidentifikasi pola makan secara detail: Food record memungkinkan
untuk mengidentifikasi pola makan secara detail, termasuk jumlah, jenis,
dan waktu makan.
14
4. Mengurangi bias: Dengan mencatat makanan secara langsung, metode
ini dapat mengurangi bias yang mungkin muncul dalam penilaian
konsumsi makanan.
5. Menggambarkan asupan makanan secara kuantitatif dan kualitatif: Food
record dapat memberikan gambaran yang baik tentang asupan makanan
secara kuantitatif dan kualitatif selama periode waktu tertentu.
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, metode food record
juga memiliki keterbatasan, seperti membutuhkan tingkat kerjasama yang
tinggi dari responden.
B. CARA MELAKUKAN METODE FOOD RECORD
Sebelum memulai pengumpulan data dengan metode food record peneliti
atau pengumpul data harus menjelaskan cara pengisian formulir food record dan
menjelaskan mengenai ukuran rumah tangga (URT) yang akan digunakan dalam
memperkirakan porsi atau jumlah konsumsi makanan.
Berikut ini diuraikan langkah-langkah dalam melakukan food record.
1. Peneliti atau penumpul data menjelaskan cara-cara pengisian formulir food
record dan menjelaskan tentang ukuran rumah tangga yang akan digunakan
dalam memperkirakan porsi makanan.
2. Responden mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
temasuk makanan sclingan dan jajanan, baik yang dikonsumsi di dalam
rumah maupun diluar rumah selama periode penelitian
3. Responden diminta juga menuliskan waktu makan, bahan-bahan dari
makanan yang dikonsumsi, cara pengolahan dan keterangan lain jika
diperlukan (seperti merek atau harga dari makanan, tempat mengkonsumsi
makanan tersebut dan kesempatan dalam mengkonsumsi makanan tersebut,
misalnya dikonsumsi pada saat menonton televisi, dikonsumsi saat
menghadiri pesta pernikahan dan keterangan lain yang dapat membantu.
peneliti dalam menerjemahkan ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat
(gram) dan menganalisa zat gizi dari makanan yang dikonsumsi responden.
4. Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan. ukuran porsi yang dikonsumsi responden dari ukuran rumah
tangga ke dalam ukuran berat (gram).
5. Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan atau menggunakan software untuk analisa konsumsi zat gizi.
15
Biasanya food record ini dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan 2
hari weekday dan 1 hari weekend Namun, untuk mendapatkan data konsumsi
makanan yang dapat menggambarkan kebiasaan konsumsi responden, metode
food record idealnya dilakukan selama 7 hari. Pada kondisi tertentu jumlah hari
yang digunakan dapat lebih sedikit. Jumlah hari dapat dikurangi jika disparitas
konsumsi antara individu tidak terlalu tinggi atau tingkat kerja sama
responden sangat rendah.
Contoh Formulir Metode Food Record
16
KEGIATAN BELAJAR – 8 :
KONSEP DASAR DIETARY HISTORY
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 8
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar 8 meliputi pengertian Metode Dietary History dan langkah melakukan Metode Dietary
History.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 8
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 8 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Metode Dietary History.
2. Melakukan Metode Dietary History.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 8
A. PENGERTIAN METODE DIETARY HISTORY
Metode Dietary History adalah metode survei konsumsi pangan yang
dilakukan dengan cara mewawancarai responden untuk mendapatkan informasi
detail mengenai pola makan selama periode waktu tertentuRiwayat diet
digunakan untuk mengukur asupan makanan seseorang selama periode waktu
tertentu, seperti beberapa minggu, bulan, atau tahun yang lalu. Metode ini secara
tradisional dikaitkan dengan pengukuran pola makan dan dikembangkan oleh
Burke sejak tahun 1940-an. Awalnya, Burke, metode ini mencakup 4 (empat)
langkah, yakni pertama, mengumpulkan informasi umum tentang kesehatan
(kebiasaan kesehatan). Kedua pertanyaan tentang nutrisi. Ketiga, memverifikasi
data yang dikumpulkan pada langkah kedua. Keempat, isikan data makanan
responden selama 3 hari. Seorang ahli gizi terlatih memulai wawancara dengan
menanyakan tentang jumlah makanan per hari, nafsu makan, makanan yang
tidak enak, mual dan muntah, suplemen makanan yang dikonsumsi, merokok,
tidur, istirahat, kebiasaan kerja dan olahraga, dll. Dengan cara ini pewawancara
mendapatkan lebih banyak informasi. Ini diikuti dengan catatan 24 jam di mana
pewawancara melacak kebiasaan makan umum responden selama dan di antara
menu, dimulai dengan makanan-minuman pertama hari itu.
Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan riwayat makan dari aspek keteraturan
waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi. Kepatuhan diet, dan makanan
pantangan. Riwayat ditelusuri dengan dua pendekatan yaitu frekuensi konsumsi
makanan dan porsi makan setiap hari selama beberapa hari. Berdasarkan
pertimbangan ini maka beberapa prinsip DH adalah sebagai berikut:
1. Waktu Makan
2. Nama Hidangan
3. Bahan Hidangan
4. Porsi acuan
5. Porsi konsumsi
17
6. Hari konsumsi
7. Catatan Diet
8. Pantangan
9. Deskripsi DH
10. Interpretasi DH
Adapun kelebihan Metode dietary history seperti:
1. Gambaran konsumsi secara kualitatif dan kuantitatif: Metode ini dapat
memberikan gambaran konsumsi pangan secara kualitatif dan kuantitatif selama
periode yang panjang.
2. Biaya relatif murah: Metode dietary history memiliki biaya yang relatif murah
dibandingkan dengan metode lainnya.
3. Mudah diterapkan: Metode ini mudah diterapkan dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan individu.
4. Mengintegrasikan perubahan dalam pola makan: Metode dietary history dapat
mengintegrasikan perubahan dalam pola makan individu, seperti modifikasi yang
disebabkan oleh perubahan kehidupan, perubahan keinginan, atau perubahan
diet.
5. Mengalami modifikasi dengan cara: Metode ini memungkinkan penyesuaian
dengan cara yang diinginkan oleh responden, sehingga mudah diterapkan dan
dapat memberikan hasil yang akurat.
Namun, metode dietary history juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti
ketergantungan pada memori responden dan kemampuan penulisan. Selain itu,
metode ini mungkin tidak selalu memberikan hasil yang akurat karena
ketergantungan pada kesadaran dan kemampuan responden dalam memberikan
estimasi konsumsi makanan mereka.
B. CARA MELAKUKAN METODE DIETARY HISTORY
Setelah disediakan formulir DH, maka dapat digunakan untuk pengumpulan data
konsumsi pangan. Langkah langkah penggunaan DH adalah:
1. Baca seluruh isi formulir DH yang terdiri dari tiga belas kolom. masing masing (1)
waktu makan (2) jenis makanan dan bahan (3) Porsi Aktual (4) Porsi Konsumsi
sedang (5) Porsi konsumsi sedang (6) Porsi konsumsi besar (7) pengamatan hari
I (8)pengamatan hari II (9) pengamatan hari III (10)pengamatan hari IV (11)
pengamatan hari V (12) pengamatan hari VI (13) pengamatan hari VII.
2. Waktu makan diisi waktu makan subjek ditulis pagi, siang dan malam. Dapat juga
mengisi jam makan selingan jam 10 atau jam 16 sore.
3. Jenis makanan adalah tuliskan nama makanan yang dikonsumsi
4. Porsi acuan adalah tuliskan porsi yang sering dikonsumsi. atau ambil dari buku
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tentang standar porsi.
5. Porsi yang dikonsumsi adalah tulis konsumsi aktual subjek apakah porsi kecil,
sedang atau besar dibandingkan dengan porsi aktual. Misalnya diketahui porsi
aktualnya satu piring nasi. Tetapi subjek selalu konsumsi nasi lebih satu piring
maka ditulis porsi aktualnya adalah porsi besar.
18
6. Hari pengamatan adalah ditulis apakah pada hari pertama dan seterunya
konsumsinya dalam porsi sedang, kecil, besar atau bahkan tidak konsumsi
makanan tersebut. Tulis dengan simbol K, S, dan B atau kosongkan jika tidak ada
konsumsi pada hari pengamatan.
7. Tulis apa ada riwayat diet dengan membert tanda ceklist. Jika subjek mengaku
menjalankan diet tertentu dapat ditulis jenis dietnya.
8. Kondisi saat makan, apakah makan bersama, sendirian atau makan disaat acara
sosial lainnya.
Secara keseluruhan DH dapat dilakukan satu minggu, satu bulan dan juga satu
tahun. Akan tetapi hari pengataman intensifnya adalah satu minggu. Metode DH
berbeda beda pelaksanaannya diberbagai tempat terutama yang berhubungan
dengan lama hari pengamatan. Hal ini disesulakan dengan manajemen pengumpulan
data dan sumberdaya yang tersedia. Pengamatan berselang atau ada jeda hari
kosong juga dapat dilakukan. Misalnya dalam seminggu 3 kali kunjungan rumah
sedangkan 3 hari lainnya cukup dengan telepon interview atau dengan menggunakan
metode. pengiriman gambar visual melalui media online. Prinsipnya tidak ada ada
satu metode yang lebih baik dibanding dengan metode lain. Satu metode saling
melengkapi untuk menghasilkan data yang tepat.
Contoh Formulir Dietary History
19
KEGIATAN BELAJAR – 9 :
KONSEP DASAR FOOD WEIGHING
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 9
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar 9 meliputi pengertian Metode Food Weighing dan langkah melakukan Metode
Food Weighing.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 9
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 9 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Metode Food Weighing.
2. Melakukan Metode Food Weighing.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 9
A. PENGERTIAN METODE FOOD WEIGHING
Metode berat makanan adalah metode produk domestik bruto yang
berfokus pada penimbangan makanan dan minuman berdasarkan dari mana
asalnya dan apa yang dikonsumsi setiap kali makan. Penimbangan makanan
dan minuman dilakukan dalam bentuk makanan yang dapat dimakan.
Makanan yang ditimbang adalah makanan yang dimakan dan juga makanan
yang masih tersisa. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih antara
berat awal makanan dikurangi berat sisa makanan. Metode penimbangan
makanan dapat diterapkan di ruang makan yang terintegrasi dengan food
service. Jasa catering terpadu adalah jasa catering yang menggabungkan
distribusi makanan dan catering, misalnya di rumah sakit. Makanan disiapkan
di restoran dan dibagikan kepada semua pasien di unit perawatan yang
sama. Ini membuatnya lebih mudah untuk menimbang makanan. Adapun
kelebihan Metode food weighing, seperti:
1. Akurat: Metode food weighing memberikan data yang lebih akurat karena
tidak bergantung pada ingatan responden.
2. Menggambarkan asupan makanan secara kuantitatif: Metode ini dapat
menggambarkan asupan energi dan zat gizi lainnya secara kuantitatif.
3. Mudah untuk dianalisis: Data yang diperoleh dari metode food weighing dapat
dianalisis dengan mudah untuk menghasilkan hasil yang akurat.
Namun, metode food weighing juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti
memerlukan kerjasama yang tinggi dari responden dan membutuhkan waktu
yang lebih lama dalam pengumpulan datanya.
20
B. CARA MELAKUKAN METODE FOOD WEIGHING
Metode food weighing melibatkan beberapa langkah utama, yang adalah:
1. Pemilihan responden: Berdasarkan target populasi yang ingin Anda
survei, pemilih responden yang akan melakukan penimbangan makanan
selama periode waktu tertentu (umumnya 2-4 hari berturut-turut)
2. Pelatihan dan pendampingan: Sebelum metode food weighing dimulai,
petugas atau ahli gizi harus memberikan pelatihan dan pendampingan
kepada responden tentang prosedur dan tanggung jawab mereka dalam
mencatat konsumsi makanan mereka selama periode waktu tertentu.
3. Penimbangan makanan: Responden atau petugas menimbang dan
mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi mereka selama periode
waktu tertentu. Penimbangan makanan dapat dilakukan dengan
menggunakan timbangan berat gram atau ukuran rumah tangga (URT).
4. Pengambilan sisa makanan: Setelah mengimbangkan makanan,
responden harus mengambil sisa makanan yang tersisa. Sisa makanan
ini dapat dikat dalam ukuran berat gram atau URT.
5. Pencatatan dan analisis data: Setelah selesai penimbangan dan
pengambilan sisa makanan, data yang diperoleh dapat dikatat dan
dianalisis untuk menghasilkan informasi tentang asupan makanan dan
pola konsumsi responden.
Contoh Formulir Food Weighing
21
KEGIATAN BELAJAR – 10 :
KONSEP DASAR COMSTOCK (RUMAH SAKIT)
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 10
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar 10 meliputi pengertian Metode Comstock (Rumah Sakit) dan langkah melakukan
Metode Comstock (Rumah Sakit).
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 10
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 10 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Metode Comstock (Rumah Sakit).
2. Melakukan Metode Comstock (Rumah Sakit).
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 10
A. PENGERTIAN METODE COMSTOCK (RUMAH SAKIT)
Visual comstock (taksiran visual) adalah metode survei konsumsi makanan
yang dilakukan terhadap hasil pengamatan sisa makanan. Metode ini biasa
dilakukan untuk pasien di rumah sakit untuk melihat konsumsi makanan rumah
sakit oleh pasien. Metode taksiran visual mempunyai korelasi kuat dengan
penimbangan, sehingga taksiran visual dapat digunakan untuk menentukan sisa
makanan menggantikan metode penimbangan. Selain itu, studi di India
menyebutkan bahwa asupan makanan diperkirakan dengan observasi dan
estimasi visual merupakan metode yang valid untuk menilai asupan makanan
anak. Metode ini menghasilkan perkiraan asupan makanan yang sangat mirip
seperti halnya asupan makanan yang dicatat.
Menimbang sisa makanan lebih memakan waktu dan seringkali tidak praktis.
Sebagai alternatif, dua pengukuran tidak langsung dievaluasi yaitu visual
comstock dan peringkat sisa makanan di piring anak-anak. Visual comstock
sangat berkorelasi dengan persen sisa makanan (r = 0,93) dan cukup akurat.
Penilaian peringkat sisa makanan oleh anak-anak kurang akurat tetapi masih
dianggap sebagai ukuran tidak langsung yang berguna yang harus
dikembangkan lebih lanjut.
Studi lain menunjukkan hasil bahwa metode estimasi visual tidak seakurat
metode penimbangan dalam menilai aggregat nonselective plate waste di kantin
sekolah dasar. Oleh karena itu, sangat penting mempertimbangkan penilaian
sisa makanan, karena variasi yang luas pada porsi awal menimbulkan bias yang
relevan saat mempertimbangkan porsi standar dari porsi awal. Meskipun, lebih
mudah, menghemat waktu dan kemungkinan untuk memantau sisa makanan
kelompok lebih besar, menjadikan metode visual comstock sebagai metode
penting untuk menilai sisa makanan di kantin sekolah. Hasil ini menyoroti
perlunya standarisasi porsi dan kontrol porsi awal untuk penggunaannya.
Dietisien menaksir secar visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk
setiap golongan makanan atau jenis hidangan (makanan pokok, lauk hewani,
lauk nabati, sayur, buah, snack, dan minuman) setiap waktu makan. Hasil
22
estimasi tersebut bisa dalam bentuk berat makanan (gram) atau skor bila
menggunakan skala pengukuran. Metode taksiran visual dengan menggunakan
skala pengukuran dikembangkan oleh Comstock dengan menggunakan skala 6
poin (persen sisa makanan), dengan kriteria sebagai berikut :6
a. Skala 0, jika makanan dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (100% habis)
b. Skala 1, jika makanan tersisa ¼ porsi (75% habis)
c. Skala 2, jika makanan tersisa ½ porsi (50% habis)
d. Skala 3, jika makanan tersisa ¾ porsi (25% habis)
e. Skala 4, jika makanan hanya dikonsumsi sedikit ± 1 sendok makan (5% habis)
f. Skala, jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali/utuh (0% habis)
Seiring dengan kemajuan ilmu, metode taksiran visual mulai dikembangkan
dan memiliki skala 7 poin dengan kriteria :
0 : jika makanan dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (100% habis)
1 : jika tersisa hanya sedikit setara 1 suap (95% dikonsumsi)
2 : makanan tersisa ¼ porsi (75% habis)
3 : tersisa ½ porsi (50% habis)
4 : makanan tersisa ¾ porsi (25% habis)
5 : jika makanan hanya dikonsumsi sedikit ± 1 sendok makan (5% habis)
6 : Skala, jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh)
Kelebihan dari metode taksiran visual, yaitu: waktu cepat dan singkat,
tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, hemat biaya, dan dapat
mengetahui sisa makanan menurut jenisnya. Kekurangan dari metode ini
adalah diperlukan penaksir yang sudah terlatih, teliti, terampil. Kekurangan
yang lainnya adalah sering terjadi kelebihan atau kekurangan dalam
menaksir serta sulit dipastikan makanan dikonsumsi oleh pasien
atau pihak lain.
B. CARA MELAKUKAN METODE COMSTOCK (RUMAH SAKIT)
Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan metode Comstock
berdasarkan sumber yang ditemukan:
1. Amati sisa makanan yang ditinggalkan pasien.
2. Taksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk setiap
golongan makanan atau jenis hidangan (makanan pokok, lauk hewani,
lauk nabati, sayur, buah, snack, dan minuman) setiap waktu makan.
3. Hasil estimasi tersebut bisa dalam bentuk berat makanan (gram) atau skor
bila menggunakan skala pengukuran.
4. Metode taksiran visual dengan menggunakan skala pengukuran
dikembangkan oleh Comstock dengan menggunakan skala 6 poin
(persen sisa makanan).
23
Contoh Formulir Metode Comstock (Rumah Sakit)
24
KEGIATAN BELAJAR – 11 :
KONSEP DASAR ALAT BANTU DAN INSTRUMEN SURVEI KONSUMSI
PANGAN
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 11
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar 11 meliputi pengertian alat bantu dan instrumen survei konsumsi pangan serta
cara penggunaannya, kelemahan dan kelebihan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 11
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 11 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami alat bantu dan instrumen survei konsumsi
pangan serta cara penggunaannya, kelemahan dan kelebihan.
2. Menggunakan alat bantu dan instrumen survei konsumsi pangan serta cara
penggunaannya, kelemahan dan kelebihan.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 11
A. ALAT BANTU DAN INSTRUMEN SURVEY KONSUMSI PANGAN
Instrumen survei konsumsi pangan merujuk pada alat-alat yang
digunakan dalam pengumpulan data mengenai konsumsi pangan individu,
keluarga, atau kelompok populasi. Penggunaan instrumen survei konsumsi
pangan ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai pola
konsumsi pangan responden, yang nantinya dapat digunakan untuk
mengevaluasi status gizi dan merencanakan intervensi gizi yang tepat.
Berbagai alat bantu dan instrumen survei konsumsi pangan yang dapat
digunakan meliputi:
1. Food Model: Model makanan yang digunakan untuk membantu
responden dalam mengingat jenis dan ukuran porsi makanan yang
dikonsumsi.
2. Foto makanan: Penggunaan foto makanan untuk membantu responden
dalam mengingat makanan yang dikonsumsi.
3. Contoh bahan makanan asli: Memberikan contoh bahan makanan asli
untuk membantu responden dalam mengingat makanan yang dikonsumsi.
4. Skala pengukuran: Penggunaan skala pengukuran untuk menentukan
jumlah makanan yang dikonsumsi.
5. Kuesioner konsumsi pangan: Penggunaan kuesioner untuk mendapatkan
informasi mengenai pola konsumsi pangan responden.
Selain itu, terdapat juga berbagai instrumen lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan akurasi estimasi hasil survei konsumsi pangan.
25
B. CARA PENGGUNAAN ALAT BANTUAN DAN INSTRUMEN SURVEY
KONSUMSI PANGAN
Berikut adalah langkah-langkah dalam menggunakan alat bantu dan
instrumen survei konsumsi pangan yaitu:
a. Food Models
Food model adalah replika makanan asli yang terbuat dari kayu atau bahan
sintetis lainnya. Food model digunakan untuk mempermudah estimasi besar
porsi makanan dalam survei konsumsi pangan. Berikut adalah cara
menggunakan food model:
1. Siapkan food model yang sesuai dengan jenis makanan yang akan
diestimasi.
2. Letakkan food model di depan responden.
3. Mintalah responden untuk memilih food model yang paling mirip dengan
makanan yang dikonsumsi.
4. Mintalah responden untuk menunjukkan ukuran porsi makanan yang
dikonsumsi dengan menggunakan food model tersebut.
Dengan menggunakan food model, diharapkan estimasi besar porsi makanan
yang dikonsumsi oleh responden dapat lebih akurat dan dapat membantu dalam
memperoleh informasi yang lebih detail mengenai pola konsumsi pangan
responden dalam survei konsumsi pangan.
b. Foto Makanan
Berikut adalah cara menggunakan foto makanan dalam survei konsumsi pangan:
1. Pemilihan Foto:
Pilih foto makanan yang realistis dan mencerminkan jenis serta ukuran porsi
makanan yang akan diestimasi.
2. Penggunaan Foto:
Gunakan foto makanan untuk mendampingi responden dalam mengingat
jenis dan ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.
3. Penyajian Foto:
Saat menggunakan foto makanan, pastikan penyajiannya menarik dan sesuai
dengan tujuan survei.
Dengan menggunakan foto makanan, diharapkan estimasi besar porsi
makanan yang dikonsumsi oleh responden dapat lebih akurat, sehingga
informasi mengenai pola konsumsi pangan responden yang diperoleh
juga lebih akurat.
c. Contoh Makanan Asli
Dalam survei konsumsi pangan, penggunaan contoh makanan asli dapat
membantu responden dalam mengingat makanan yang dikonsumsi. Berikut
adalah cara menggunakan contoh makanan asli dalam survei konsumsi pangan
sebagai berikut:
1. Siapkan contoh makanan asli yang mencerminkan jenis dan ukuran porsi
makanan yang akan diestimasi.
2. Tampilkan contoh makanan asli di depan responden.
26
3. Mintalah responden untuk memilih contoh makanan yang paling mirip dengan
makanan yang dikonsumsi.
4. Mintalah responden untuk menunjukkan ukuran porsi makanan yang
dikonsumsi dengan menggunakan contoh makanan tersebut
Dengan menggunakan contoh makanan asli, diharapkan estimasi besar porsi
makanan yang dikonsumsi oleh responden dapat lebih akurat, sehingga
informasi mengenai pola konsumsi pangan responden yang diperoleh
juga lebih akurat.
d. Skala Pengukuran
Berikut adalah cara menggunakan skala pengukuran dalam survei konsumsi
pangan:
1. Pemilihan Skala Pengukuran:
Pilih skala pengukuran yang sesuai dengan jenis makanan yang akan
diestimasi dan tujuan survei
2. Penyajian Makanan:
Sajikan makanan dalam porsi yang sesuai dengan skala pengukuran yang
digunakan
3. Pengukuran:
Gunakan skala pengukuran untuk menentukan jumlah makanan yang
dikonsumsi.
Pastikan pengukuran dilakukan dengan akurat dan sesuai dengan skala
pengukuran yang digunakan.
Dengan menggunakan skala pengukuran dalam survei konsumsi pangan,
diharapkan estimasi besar porsi makanan yang dikonsumsi oleh responden
dapat lebih akurat, sehingga informasi mengenai pola konsumsi pangan
responden yang diperoleh juga lebih akurat.
e. Buku Foto Makanan
Buku foto makanan adalah salah satu alat bantu pewawancara dalam
memperkirakan besar/berat ukuran makanan/minuman yang dikonsumsi
responden. Berikut adalah cara menggunakan buku foto makanan:
1. Mempersiapkan Buku Foto Makanan:
Siapkan buku foto makanan
2. Menampilkan Buku Foto Makanan:
Tampilkan buku foto makanan di depan responden. Mintalah responden
untuk memilih foto makanan yang paling mirip dengan makanan yang dikonsumsi
3. Pemengukuran Berat Makanan:
Mintalah responden untuk menunjukkan berat makanan matang yang
dikonsumsi dengan menggunakan foto makanan yang dipilih.
Dengan menggunakan buku foto makanan, Anda dapat memperoleh
informasi yang lebih akurat mengenai pola konsumsi pangan responden, yang
nantinya dapat digunakan untuk mengevaluasi status gizi dan merencanakan
intervensi gizi yang tepat.
f. Kuesioner Konsumsi pangan
27
Berikut adalah cara menggunakan kuesioner konsumsi pangan dalam survei
konsumsi pangan:
1. Pemilihan Kuesioner:
Pilih kuesioner konsumsi pangan yang sesuai dengan tujuan survei dan
responden yang akan diwawancarai.
2. Penyajian Kuesioner:
Sajikan kuesioner konsumsi pangan kepada responden. Pastikan responden
memahami pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
3. Pengisian Kuesioner:
Mintalah responden untuk mengisi kuesioner konsumsi pangan dengan jujur
dan akurat. Berikan bantuan atau penjelasan jika diperlukan
4. Pengolahan Data:
Olah data yang diperoleh dari kuesioner konsumsi pangan untuk
mendapatkan informasi mengenai pola konsumsi pangan responden.
Dengan menggunakan kuesioner konsumsi pangan dalam survei konsumsi
pangan, diharapkan informasi mengenai pola konsumsi pangan responden yang
diperoleh dapat lebih akurat dan dapat digunakan untuk mengevaluasi status gizi
dan merencanakan intervensi gizi yang tepat.
g. Alat Makan – Minum dan Penggaris
Tidak ada informasi spesifik mengenai cara menggunakan alat makan minum
dan penggaris sebagai survei konsumsi pangan dalam sumber yang ditemukan.
Namun, secara umum, penggunaan alat makan minum dan penggaris dalam
survei konsumsi pangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Penyiapan Alat:
- Siapkan alat makan minum (piring, gelas, sendok, garpu) dan penggaris yang
akan digunakan dalam survei.
2. Pengukuran Porsi:
- Gunakan penggaris untuk mengukur ukuran porsi makanan yang dikonsumsi
oleh responden.
- Gunakan alat makan minum untuk mengukur jumlah minuman yang
dikonsumsi.
3. Catat Hasil Pengukuran:
- Catat hasil pengukuran porsi makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh
responden.
4. Pengolahan Data:
- Olah data yang diperoleh dari pengukuran untuk mendapatkan informasi
mengenai pola konsumsi pangan responden.
Penggunaan alat makan minum dan penggaris dalam survei konsumsi pangan
dapat membantu dalam memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai pola
konsumsi pangan responden.
28
C. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN ALAT BANTU DAN INSTRUMEN SURVEI
KONSUMSI PANGAN
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan alat bantu dalam survei konsumsi
pangan:
 Kelebihan Alat Bantu
1. Pemilihan Metode:
 Berbagai metode survei konsumsi pangan tersedia, seperti metode
food weighing, food frequency, dietary history, dan pendaftaran
makanan (food list).
 Metode yang dipilih bersifat sesuai dengan tujuan survei dan kondisi
responden.
2. Pengukuran Porsi:
 Metode pengukuran konsumsi pangan, seperti pengukuran food
weighing, memungkinkan untuk menentukan jumlah dan jenis zat yang
dikonsumsi dengan akurat
 Hal ini membantu dalam memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
3. Penggunaan Alat Bantu:
 Alat bantu, seperti buku foto makanan dan penggaris, dapat membantu
dalam mengukur jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.
 Alat bantu ini memudahkan proses pengukuran dan memastikan
akurasi dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.
 Kelemahan Alat Bantu
1. Kesulitan dalam Pengukuran:
 Pengukuran jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi mungkin
sulit dilakukan dengan akurat, terutama di daerah-daerah di mana
responden memiliki keterbatasan dalam membantu meremukan
makanan
2. Ketergantungan pada Metode:
 Kelebihan metode pengukuran, seperti metode food weighing, juga
memiliki ketergantungan, seperti memerlukan waktu yang cukup
dan pengetahuan tentang metode.
Secara keseluruhan, alat bantu dan instrumen dalam survei konsumsi
pangan membantu dalam mengukur jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi,
tetapi
memiliki
beberapa
keterbatasan
yang
perlu diperhatikan.
29
KEGIATAN BELAJAR – 12 :
KONSEP DASAR ESTIMASI DAN ANALISIS HASIL SURVEI KONSUMSI
PANGAN
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 12
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar - 12
meliputi pengertian Estimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan serta
mengestimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 12
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 12 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Estimasi dan analisis hasil survei konsumsi
pangan
2. Mampu mengestimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 12
A. Pengertian Estimasi Dan Analisis Hasil Survei Konsumsi Pangan
Stimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan meliputi pengumpulan data
tentang pola makan dan asupan pangan responden, serta penghitungan
estimasi asupan zat gizi berdasarkan data yang dikumpulkan. Analisis data
hasil survei konsumsi pangan dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau tabel
komposisi pangan. Selain itu, analisis juga dapat dilakukan secara
komputerisasi. Hasil analisis ini digunakan untuk menyediakan asupan
pangan dan gizi masyarakat serta merumuskan kebijakan atau intervensi gizi
yang diperlukan.
B. Estimasi Dan Analisis Hasil Survei Konsumsi Pangan
Estimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan melibatkan beberapa
langkah, yang dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi. Berikut
adalah cara estimasi dan analisis hasil survei konsumsi pangan:
1. Pengumpulan data: Melakukan survei konsumsi pangan dan
mengumpulkan data tentang pola makanan dan asupan pangan
responden.
2. Penggunaan resep makanan generik: Berdasarkan data konsumsi
pangan, menggunakan resep makanan generik untuk menghitung asupan
zat gizi berdasarkan komposisi makanan yang umum.
3. Menggunakan faktor konversi berat pangan: Untuk mengkonversi berat
pangan matang menjadi berat pangan mentah, menggunakan faktor
konversi berat pangan matang-mentah.
30
4. Analisis data secara manual: Menghitung asupan zat gizi berdasarkan
daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau tabel komposisi pangan
Indonesia
5. Analisis data secara komputerisasi: Menggunakan aplikasi program
komputer yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
analisis. Persyaratan yang harus dimiliki bila ingin melakukan secara
analisis komputerisasi adalah aliran listrik, komputer, dan perangkat lunak
serta dapat mengoperasikannya
Hasil analisis ini digunakan untuk menyediakan asupan pangan dan gizi
masyarakat serta merumuskan kebijakan atau intervensi gizi yang diperlukan.
31
KEGIATAN BELAJAR – 13 :
KONSEP DASAR EVALUASI HASIL SURVEI KONSUMSI PANGAN DENGAN
AKG, AER, NAR, DAN INQ.
DESKRIPSI MATERI KEGIATAN BELAJAR – 13
Materi atau bahan kajian yang dibahas pada materi kegiatan belajar – 13
meliputi pengertian Evaluasi Hasil survei konsumsi pangan dengan AKG, AER,
NAR, dan INQ, Ketepatan melakukan evaluasi hasil survei konsumsi pangan
dengan AKG, AER, NAR, dan INQ..
CAPAIAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR – 13
Setelah mempelajari kegiatan belajar - 13 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan memahami Ketapatan Evaluasi Hasil survei konsumsi
pangan dengan AKG, AER, NAR, dan INQ.
2. Mampu melakukanmevaluasi hasil survei konsumsi pangan dengan AKG,
AER, NAR, dan INQ.
MATERI KEGIATAN BELAJAR – 13
A. Pengertian Evaluasi Hasil Survei Konsumsi Pangan Dengan AKG, AER,
NAR Dan INQ
Evaluasi hasil survei konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa parameter, antara lain AKG (Angka Kecukupan Gizi), AER (Angka
Kecukupan Energi), NAR (Nutrient Adequacy Ratio), dan INQ (Individual
Nutrient Quotient). Berikut penjelasan singkat tentang masing-masing
parameter:
1. Angka Kecukupan Gizi (AKG): Merupakan angka kecukupan rata-rata zat
gizi setiap hari untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar individu sehat
dalam suatu populasi. AKG digunakan untuk menyediakan asupan zat gizi
dari pengawasan konsumsi pangan.
2. Angka Kecukupan Energi (AER): Merupakan angka kecukupan rata-rata
energi yang diperlukan oleh sebagian besar individu sehat dalam suatu
populasi. AER digunakan untuk memasok energi dari pengawasan
konsumsi pangan.
3. Rasio Kecukupan Gizi (NAR): Merupakan rasio antara asupan zat gizi
individu dan kebutuhan zat gizi individu. NAR digunakan untuk memastikan
apakah asupan zat gizi individu cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
mereka.
4. Individual Nutrient Quotient (INQ): Merupakan rasio asupan zat gizi
individu dan AKG. INQ digunakan untuk memastikan apakah asupan zat
gizi individu mencapai atau melebihi AKG.
32
Dengan menggunakan parameter-parameter di atas, dapat dilakukan evaluasi
terhadap hasil survei konsumsi pangan untuk mengetahui sejauh mana asupan
pangan dan gizi masyarakat telah memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan.
B. Cara Melakukan Evaluasi Hasil Survei Konsumsi Pangan Dengan AKG,
AER, NAR Dan INQ
Berikut adalah cara melakukan evaluasi hasil survei konsumsi pangan dengan
AKG, AER, NAR, dan INQ:
1. Evaluasi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG): Menghitung rata-rata
asupan zat gizi dari survei konsumsi pangan dan membandingkannya
dengan AKG untuk mengetahui apakah asupan zat gizi sudah mencukupi
kebutuhan gizi individu.
2. Evaluasi dengan Angka Kecukupan Energi (AER): Menghitung rata-rata
asupan energi dari survei konsumsi pangan dan membandingkannya dengan
AER untuk mengetahui apakah asupan energi sudah mencukupi kebutuhan
energi individu.
3. Evaluasi dengan Nutrient Adequacy Ratio (NAR): Menghitung rasio
antara asupan zat gizi individu dan kebutuhan zat gizi individu, kemudian
membandingkannya dengan nilai NAR yang dianjurkan untuk mengetahui
apakah asupan zat gizi sudah mencukupi kebutuhan gizi individu.
4. Evaluasi dengan Individual Nutrient Quotient (INQ): Menghitung rasio
antara asupan zat gizi individu dan AKG, kemudian membandingkannya
dengan nilai INQ yang dianjurkan untuk mengetahui apakah asupan zat gizi
sudah mencapai atau melebihi AKG.
Dalam melakukan evaluasi, dapat digunakan daftar komposisi bahan makanan
(DKBM) atau tabel komposisi pangan Indonesia untuk menghitung nilai gizi dari
makanan yang dikonsumsi responden. Evaluasi hasil survei konsumsi pangan
dengan menggunakan parameter-parameter di atas dapat memberikan
informasi tentang kondisi asupan zat gizi dan energi masyarakat serta
membantu menentukan kebijakan atau intervensi gizi yang diperlukan.
33
Download