39. Penelitian Latif_Seminar Pengenalan Teori Penerjemahan LATIEF

advertisement
1
PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA
MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN
TEKS BAHASA INGGRIS
(SEBUAH KAJIAN TEORITIS)
Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE
(Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri Yogyakarta Kementerian Perindustrian)
I. PENDAHULUAN
Buku mempunyai peran yang signifikan dalam dunia ilmu pengetahuan dan ilmu
pendidikan. Buku dan segala literaturnya tidak dapat dipisahkan dari dunia
kewidyaiswaraan. Sebagai media dan sumber untuk memperluas pengetahuan dan
peningkatan
profesionalisme
mentransformasikan
ilmu
widyaiswara,
pengetahuan
dan
buku
nilai-nilai
dan
literaturnya
kehidupan
untuk
dapat
dapat
diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pengajaran.
Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya manfaat membaca buku dan
literatur, maka banyak buku-buku impor berupa buku perkuliahan, buku kesiswaan, novel
laris (best seller), buku seri motivasi, komik, buku religi dan sebagainya masuk ke
Indonesia. Sebagian besar buku-buku impor tersebut berbahasa Inggris sehingga
beberapa penerbit buku tentu saja berinisiatif untuk menerjemahkannya dalam bahasa
Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat awam dapat mengonsumsi dan memeroleh
ide, gagasan, pengetahuan, cerita dan pesan yang terkandung dalam buku tersebut
dengan lebih mudah.
Prasetyo (2013) menyebutkan bahwa volume buku-buku impor dengan bahasa
sumber bahasa Inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia meningkat cukup
drastis. Lebih dari satu dasawarsa, dunia perbukuan nasional terus dibanjiri dengan karya
terjemahan. Jenis karya terjemahan yang biasanya dilirik oleh penerbit pada umumnya
adalah jenis novel, buku-buku bidang ekonomi, psikologi atau motivasi diri, politik,
sejarah, agama dan sebagainya. Minat baca konsumen Indonesia pun juga terpengaruh
oleh karya-karya best seller dari penulis mancanegara yang telah menjadi ikon dunia
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
2
seperti karya-karya dari JK Rowling, Stephen R Covey, Robert T Kiyosaki, Rhonda Byrne
dan sebagainya.
II. TEORI PENERJEMAHAN
Dunia kewidyaiswaraan tidak dapat dipisahkan dari buku bacaan, jurnal ilmiah
internasional, karya tulis ilmiah dan sebagainya. Buku- buku bacaan maupun karya tulis
ilmiah tersebut berfungsi sebagai media dan sumber pembelajaran, memperluas ilmu
pengetahuan juga sebagai sumber referensi keilmuan. Perkembangan literatur ilmu
pengetahuan yang up to date sebagian besar ditulis dalam bahasa asing terutama dalam
bahasa Inggris sehingga diperlukan pemahaman yang memadai mengenai keterampilan
penerjemahan.
2.1 Pengertian Penerjemahan
Para ahli bahasa mempunyai pendapat dan gagasan mengenai pendefinisian
penerjemahan yaitu sebagai berikut:
a. Nida dan Taber (1974)
Penerjemahan adalah mengungkapkan kembali isi pesan dari bahasa sumber (BSu)
ke bahasa sasaran (BSa) baik dalam hal makna maupun juga gaya bahasa dengan
padanan alami yang sedekat mungkin.
b. M. Rudolf Nababan (2003)
Penerjemahan adalah mengalihkan makna dan satuan makna (pesan) teks bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran.
c. Simatupang (2000)
Penerjemahan adalah ilmu yang menganalisis struktur gramatika konteks kultural dan
konteks situasi komunikasi teks BSu. Hal ini untuk menentukan makna dan mencari
padanan maknanya dalam teks BSa. Simatupang juga menegaskan bahwa dalam
penerjemahan tidak hanya diperlukan seorang bilingual handal namun juga seorang
bikultural.
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
3
2.2 Piranti Penerjemahan
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah tentunya membutuhkan piranti
alat atau media untuk menerjemahkan kata, kalimat dan makna dari bahasa sumber
(BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Piranti dalam penerjemahan terdiri dari piranti yang
konvensional dan piranti modern. Piranti konvensional penerjemahan berupa kamus fisik
yaitu kamus dwi bahasa, Kamus Oxford, Kamus Thesaurus dan Kamus Ensiklopedia.
2.2.1 Piranti Konvensional
a. Kamus dwi bahasa
Kamus dwi bahasa adalah kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris
yang disusun oleh dwi ahli bahasa dari Amerika Serikat yaitu John M. Echols dan ahli
bahasa dari Indonesia yaitu Hassan Shadily. Kamus dwi bahasa ini terdiri dari puluhan
ribu entri atau kata baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata dalam kamus ini
dilengkapi dengan tulisan fonetis yang mendampingi setiap entri untuk mengetahui cara
membaca kata yang bersangkutan. Kamus dwi bahasa juga memberikan penjelasan
kelas kata yaitu kelas kata benda (noun), kata sifat (adjective), kata keterangan (adverb),
kata kerja (verb) dan juga tambahan penjelasan arti kata yang bersangkutan dalam
disiplin ilmu tertentu. Terlebih lagi, dalam kamus dwi bahasa ini juga diberikan contoh
pemakaian kata dalam kalimat yang memadai untuk mempermudah pemahaman arti
kata.
b. Kamus Oxford English Dictionary (OED)
Piranti terjemahan konvensional yang kedua adalah kamus Oxford English
Dictionary (OED), Kamus ini diterbitkan oleh Oxford University Press. Kamus OED ini
menjelaskan arti kata, padanan kata, frase termasuk cara pengucapan secara fonetis.
Edisi cetakan lengkap terakhir dicetak tahun 1989 dalam 20 volume yang terdiri dari
291.500 entri kata dalam 21.730 halaman (Wikipedia).
c. Kamus Tesaurus
Kamus tesaurus ini memberikan penjelasan kata yang mempunyai kemiripan
makna (sinonim), dua kata yang mempunyai arti kata yang berlawanan (antonim) dan
juga daftar kata hiponim (kelompok kata). Kamus tesaurus membantu penerjemahan
dalam memilih kata-kata (diksi) yang paling cocok.
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
4
d. Ensiklopedia
Piranti penerjemahan konvensional selanjutnya adalah ensiklopedia, misalnya
ensiklopedia britannnica yang berbahasa Inggris yang digunakan sebagai referensi untuk
mencari padanan, konsep maupun istilah secara lebih detail yang sesuai dengan bidang
tertentu dalam teks. Ensiklopedia memberikan informasi secara komprehensif mengenai
keseluruhan cabang ilmu misalnya istilah ekonomi, politik, budaya, sejarah, biologi dan
sebagainya yang biasanya disertai dengan artikel dan gambar.
2.2.2 Piranti Modern
Piranti penerjemahan modern menggunakan unsur sistem teknologi berupa
software khusus atau dalam bentuk gadget tertentu.
a. Kamus Elektronik
Kamus elektronik digunakan untuk menerjemahkan bahasa inggris ke bahasa
Indonesia atau sebaliknya. Merek kamus elektronik yang terkenal di Indonesia adalah
alfalink, casio. Kamus elektronik tersebut belum dapat memberikan penjelasan yang
lengkap mengenai kosakata yang dicari dan juga tidak memberikan aplikasi entri kata
dalam penggunaan kalimat. Kelebihan kamus elektronik ini adalah mudah dibawa
kemana-mana dan dapat mencari arti kata lebih cepat daripada kamus yang
konvensional.
b. Kamus Linguist
Piranti modern yang kedua adalah kamus linguist. Software kamus linguist
biasanya terdapat dalam program komputer dengan sistem operasi windows yaitu
dengan cara memasangnya terlebih dulu. Kamus ini relatif lebih lengkap daripada kamus
elektronik dengan memberikan penjelasan kelas kata.
c. Kamus Online
Piranti modern yang ketiga adalah kamus online misalnya google translate,
Babylon.com dan sebagainya. Kamus online ini lebih unggul daripada kamus piranti yang
lain karena dapat menerjemahkan teks pada tataran kata, kalimat maupun paragraf
secara lebih efektif dan efisien.
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
5
Proses
penerjemahan
dengan
menggunakan
kamus
online,
software
penerjemahan, maupun kamus elektronik tersebut dinilai masih belum sempurna. Produk
terjemahan dengan menggunakan piranti tersebut masih terdapat banyak kejanggalan.
Pada umumnya, hasil terjemahan yang dihasilkan dengan piranti modern tersebut adalah
terjemahan kata demi kata (word by word). Terlebih lagi aspek kebahasaan yang
mempunyai unsur makna denotatif dan konotatif belum diterjemahkan secara baik.
2.3 Proses Penerjemahan
Penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tentunya memerlukan
suatu proses. Machali (2000) menyebutkan bahwa proses penerjemahan adalah suatu
rangkaian tahapan pengalihan pesan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran
hingga didapatkan hasil akhir. Bagan alur proses penerjemahan adalah sebagai berikut.
2.1 Bagan Proses Penerjemahan (Bassnett, 1991)
Newmark (1988) menyatakan bahwa terdapat 3 tahap proses penerjemahan
yang terdiri dari :
1. Tahap Analysis
Tahap ini dilakukan dengan menginterpretasi dan menganalisis teks bahasa sumber
(BSu) dengan menganalisis teks secara menyeluruh dari segi isi, segi gramatika dan
makna kata. Tahap analisis diperlukan pada tahap awal agar jenis teks secara
keseluruhan dapat diidentifikasi dengan baik. Dalam tahap ini, tugas utamanya adalah
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
6
mencari gagasan atau ide utama dan pemahaman unsur linguistik (kebahasaan) yang
meliputi tataran kata, frase, klausa, kalimat dan unsur nonlinguistik misalnya unsur
budaya yang terkandung dalam teks bahasa sumber.
2. Tahap Transfer
Tahap ini dilakukan dengan memilih padanan pada tataran kata hingga kalimat dalam
teks bahasa sasaran (BSa). Tahapannya dengan mencari dan menentukan padanan
istilah dan padanan budaya yang sesuai dengan makna yang dimaksud pada bahasa
sumber (BSu). Pencarian padanan makna merupakan inti penerjemahan dan
masalah padanan selalu terkait dengan dua masalah pokok yaitu masalah
kebahasaan dan kultural (Nababan, 2004). Pada tahap transfer ini belum dihasilkan
rangkaian kata sehingga proses ini masih terjadi dalam batin.
3. Tahap Restructuring
Tahap ini dilakukan dengan menyusun kembali teks sesuai dengan maksud penulis
serta kaidah bahasa sasaran. Dalam tahap restructuring dituliskan kembali hal-hal
yang sudah dilakukan dalam tahap sebelumnya termasuk makna yang disesuaikan
dengan aturan dan kaidah bahasa sasaran. Tahap ini mencakup kesatuan gagasan,
keutuhan gaya bahasa, pengecekan ejaan dan keberterimaan terjemahan.
2.4 Masalah Makna dan Ketidaksepadanan dalam Penerjemahan
Penerjemahan tidak hanya berproses pada melihat satuan makna dari kamus
saja. Proses pengalihan makan melibatkan berbagai unsur seperti pemilihan kosakata,
struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber
(BSu). Kesepadanan makna dipengaruhi salah satunya oleh unsur bahasa. Kaidah yang
berlaku dalam dua bahasa menentukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
penerjemah dalam proses penerjemahan.
Baker (1992) menyatakan pada tataran kata terdapat beberapa masalah
ketidaksepadanan yang berkaitan dengan adanya aspek-aspek sebagai berikut:
a.
Perbedaan budaya
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
7
Newmark (1988) mendefinisikan budaya sebagai cara hidup dan manifestasinya
yang khas dari masyarakat tertentu yang menggunakan bahasa tertentu sebagai alat
untuk mengekspresikan. Jadi budaya diekspresikan oleh pendukungnya dengan sebuah
media ekspresi yang disebut bahasa. Kata dalam bahasa sumber mungkin
mengekspresikan konsep yang tidak dimengerti dalam bahasa sasaran. Konsep tersebut
dapat berupa hal yang nyata atau abstrak yang berhubungan dengan nilai sosial, agama,
adat dan sebagainya.
Nababan (2012) memberikan contoh dalam budaya penutur BSu misalnya bahasa
Inggris, seorang cucu dapat menyapa kakeknya dengan tanpa sapaan “How are you,
John?”. Dalam kalimat tersebut sang cucu langsung menyebut nama kecil kakeknya.
Penyapaan seperti contoh tersebut dipandang tidak sopan bagi penutur bahasa
Indonesia yang menyertakan sapaan “kakek” yang diikuti dengan nama kecil kakeknya
misalnya Kakek Prawiro. Dalam hal ini, sesuatu yang dianggap sopan dalam suatu
budaya masyarakat dapat dipandang tidak sopan dalam budaya masyarakat lainnya.
b.
Tidak adanya padanan kata dalam bahasa sasaran (BSa)
Sebuah kata dapat mengekspresikan konsep yang dimengerti dalam bahasa
sumber (BSu) namun tidak ada kata yang benar-benar sepadan untuk diungkapkan
dalam bahasa sasaran. Misal kata standard dalam bahasa Indonesia dapat diwakili
dengan beberapa makna misalnya ukuran atau patokan namun sebenarnya belum
sepadan dengan makna yang sesungguhnya dalam BSu.
c.
BSu dan BSa membuat perbedaan dalam makna.
Penerjemah seringkali membuat makna yang sedikit berbeda dengan BSu.
Ungkapan dalam BSu dapat dimaknai secara berbeda dalam BSa misalnya kalimat “She
was going out in the rain” dapat dipahami berbeda dalam bahasa Indonesia yaitu “Dia
pergi keluar tanpa mengetahui jika hujan sedang turun” atau “Dia sengaja pergi keluar
meskipun hujan sedang turun”. Dalam hal ini penerjemah harus mempunyai kemampuan
dalam memahami konteks BSu untuk mendapatkan makna yang sepadan.
d.
Tidak adanya kata-kata khusus dalam bahasa sasaran (BSa)
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
8
Bahasa sumber misalnya bahasa Inggris mempunyai ragam kata-kata khusus
untuk rumah (house) misalnya bungalow, cottage, villa, hall, lodge dan mansion sehingga
penerjemah harus memilah dan menerapkan kata-kata yang mempunyai kedekatan
makna dengan bahasa sasaran.
2.5 Metode Penerjemahan
Molina dan Albir (2002) menyatakan bahwa metode penerjemahan adalah cara
sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai dengan tujuan penerjemah. Metode
penerjemahan mencakup opsi global yang memengaruhi teks terjemahan teks secara
keseluruhan. Metode penerjemahan terdiri dari 2 metode yaitu (i) metode penerjemahan
yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu) dan (ii) metode penerjemahan yang
berorientasi pada bahasa sasaran (BSa).
2.4.1 Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu)
a. Metode Penerjemahan Kata Demi kata (word for word translation).
Penerjemahan kata demi kata adalah metode penerjemahan yang masih terikat
dengan tataran kata bahasa sumber (BSu). Susunan kata dalam kalimat terjemahan
sama dengan susunan kata dalam kalimat aslinya (Newmark, 1988). Metode
penerjemahan kata demi kata tidak mengindahkan keberterimaan susunan kata-kata
BSa.
Contoh :
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
9
b. Metode Penerjemahan Harfiah (literal translation).
Penerjemahan harfiah adalah penerjemahan yang bentuk tata bahasanya diubah
sedekat mungkin dengan padanan yang mempunyai makna yang sama dalam bahasa
sasaran. Metode ini diterapkan jika struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan
struktur bahasa sasaran.
Terjemahan harfiah masih berusaha mempertahankan bentuk (gaya) dan makna
yang ada dalam teks BSu tanpa memperhitungkan apakah bentuk atau gaya bahasa
tersebut wajar atau berterima dalam BSa dan apakah pembaca teks BSa dapat mengerti
terjemahan dengan mudah atau tidak (Kardimin, 2013).
Contoh 1.
Contoh 2.
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
10
BSu
BSa
Contoh 3.
BSu:
The young man is wearing a heavy light blue jacket
BSa:
Lelaki muda itu memakai jaket berat biru muda
Bandingkan dengan terjemahan semantik “Pemuda itu memakai jaket tebal
berwarna biru muda.
c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation).
Penerjemahan setia adalah penerjemahan yang memproduksi makna kontekstual
bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Gaya bahasa dan
pilihan kata diperhatikan karena gaya bahasa adalah ciri ekspresi penulis yang
bersangkutan (Kardimin, 2013).
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
11
Metode penerjemahan setia masih berpegang pada isi dan bentuk bahasa sumber
(BSu) sehingga terjemahannya seringkali masih terasa janggal.
Contoh 1.
Contoh 2.
d. Metode Penerjemahan Semantik.
Penerjemahan semantik adalah metode penerjemahan yang memperhatikan
makna serta lebih fleksibel daripada penerjemahan setia. Metode ini sedapat mungkin
memperhitungkan unsur estetika teks BSu, mempertahankan gaya bahasa teks BSu dan
juga mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks BSu sehingga terkadang
terjemahan semantis terasa lebih kaku dengan struktur yang lebih kompleks karena
berusaha menggambarkan proses berfikir penulis aslinya.
Elemen budaya BSu harus tetap menjadi elemen budaya BSu meskipun hadir
dalam terjemahan teks BSa.
Contoh 1.
Bandingkan dengan terjemahan komunikatif “Kelirulah kalau kita menganggap
bahwa rakyat kita tidak memahami makna demokrasi yang sebenarnya”
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
12
Contoh 2.
2.4.2 Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa)
a. Metode Penerjemahan Adaptasi
Penerjemahan adaptasi adalah penerjemahan yang dekat dengan bahasa
sasaran. Metode adaptasi biasanya diterapkan dalam penerjemahan drama atau puisi
(Newmark, 1988). Tema dan karakter dengan penerjemahan adaptasi biasanya
dipertahankan namun kultur BSu diubah kedalam kultur BSa dan teksnya ditulis kembali.
Contoh.
b. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation).
Penerjemahan bebas adalah penerjemahan yang mengutamakan isi daripada
bentuk teks BSu. Hasil terjemahan biasanya berupa parafrase yang lebih panjang atau
lebih pendek daripada teks aslinya. Seringkali penerjemahan dengan metode ini
menyebabkan perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa sasaran (Machali, 2002).
Penerjemahan bebas pada umumnya tidak perlu memperhatikan gaya bahasa
teks BSu demikian juga dengan contoh yang diberikan dapat berubah, yang penting
adalah pembaca BSa tidak mengalami kesulitan dalam membaca hasil terjemahan.
Contoh :
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
13
c. Metode Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation).
Penerjemahan idiomatik berusaha menciptakan kembali makna dalam BSu
dengan kata dan kalimat yang luwes dalam BSa. Hasilnya tidak terasa seperti terjemahan
namun seperti membaca tulisan asli. Terjemahan idiomatik berusaha untuk tidak
menambah contoh-contoh meskipun berusaha untuk membuat teksnya dapat dibaca
dengan lancar dan luwes (Kardimin, 2013).
Contoh.
Bandingkan dengan terjemahan harfiah : Bisakah saya mendapatkan namamu?
d . Metode Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation).
Penerjemahan komunikatif mereproduksi makna kontekstual sehingga aspek
bahasa dan isi dapat langsung dimengerti pembaca (Newmark, 1988). Metode
penerjemahan komunikatif memperhatikan prinsip komunikasi bagi pembacanya
sehingga teks terjemahan ragam ini mengubah struktur bahasa yang terasa luwes dan
berterima di BSa namun kelemahannya adalah kadang hilangnya sebagian makna teks
BSu (Kardimin, 2013).
Contoh 1
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
14
Contoh 2
2.5 Kualitas Penerjemahan
Terjemahan dapat dipandang sebagai alat komunikasi. Berhasil tidaknya sebuah
terjemahan dalam menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi bergantung pada
kualitas terjemahan. Kualitas terjemahan tidak hanya ditentukan oleh faktor enak dibaca
atau mudah dipahami oleh pembaca. Aspek keakuratan pengalihan pesan dan
keberterimaan terjemahan juga merupakan aspek penentu berkualitas atau tidaknya
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
15
sebuah penerjemahan. Kualitas dalam penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat
kesepadanan makna (akurasi). Tingkat akurasinya dapat dinilai dari penyampaian pesan
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, keberterimaan dan kedekatan makna. Nida
(1974) menyatakan bahwa kesepadanan makna harus mengacu pada 3 hal yaitu
padanan konteks, keberterimaan dan kedekatan makna.
a . Padanan Konteks
Acuannya adalah mengalihkan pesan dengan mencari padanan teks bahasa
sasaran (BSa) secara akurat. Pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus
sama dengan pesan yang terkandung dalam teks asli dan tetap terkait dengan pokok
bahasan materi yaitu keseluruhan pesan teks bahasa sumber. Padanan konteks juga
berarti menghindari usaha-usaha untuk mengurangi atau menambahi pesan teks BSu
kedalam teks BSa.
b . Keberterimaan
Faktor keberterimaan berarti hasil terjemahannya tidak kaku, lazim diterima
secara gramatikal dalam bahasa sasaran. Dari segi penyampaian pesan juga tidak
mengurangi isi pesan dan tidak bertentangan dengan kaidah norma dan budaya yang
berlaku dalam bahasa sasaran.
c . Kedekatan Makna
Acuan faktor kedekatan makna adalah bahwa penerjemahan tidak memaksakan
untuk mencari padanan makna dalam bahasa sasaran yang persis dengan bahasa
sumber. Hal ini terjadi karena tidak ada kata yang mempunyai arti yang sama persis
antara bahasa satu dengan bahasa lainnya sehingga teks terjemahan akan dapat
dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran.
2.6 Kesimpulan
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
16
Pakar bahasa menyepakati bahwa suatu teks disebut sebagai terjemahan apabila
teks tersebut mempunyai hubungan padanan dengan teks bahasa sumber baik dari segi
kesamaan isi dan pesan dengan bahasa sasaran. Perkembangan referensi ilmu
pengetahuan yang up to date contohnya dalam bentuk buku, jurnal internasional, karya
terjemahan dan literatur lainnya umumnya ditulis dalam bahasa Inggris. Hal ini menjadi
tantangan peningkatan profesionalisme widyaiswara atau pengajar untuk membekali
keterampilan pemahaman yang memadai. Pemahaman tersebut diperlukan untuk
memilah karya terjemahan yang baik maupun kemampuan untuk menerjemahkan pesan
dan makna yang terkandung didalam bahasa sumber tersebut.
Tingkat kualitas penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat hubungan
kesepadanan makna antara teks bahasa sumber (BSu) dengan teks bahasa sasaran
(BSa). Kesepadanan tersebut mengacu pada faktor padanan konteks, keberterimaan
dan kedekatan makna. Kesepadanan makna mempunyai peran penting dalam
penerjemahan karena pencapaian kesepadanan dari segi makna dan gaya bahasa dapat
merefleksikan kualitas penerjemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
17
Baker, Mona. 1992. In other words: A coursebook on translation. New York : Routledge
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia
Kardimin. 2013. Pintar Menerjemah : Wawasan Teoritik dan Praktek. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Larson, ML. 1984. Meaning Based Translation. Lanham : University Press of America
Lorcher, W. 1992. Investigating The Translation Process. Meta, 1992, p. 426-439
Machali, Rochayah. 2002. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta : Gramedia
Molina, Lucia dan Amparo Hurtado Albir. 2002. Translation Tecniques Revisited : A
Dynamic and Functionalist Approach. Jurnal Meta Vol. XLVIII No. 4
Nababan, M.Rudolf. 2008. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Nababan, Mangatur, dkk .2012. Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan.
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol.24, No.1, Juni 2012: hlm: 39-57
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. New York : Prentice Hall
International
Nida, EA. 1974. The Theory & Practice of Translation. Leiden : EJ Brill
Prasetyo, Arif Bagus. 2013. Buku Terjemahan dan Profesi Penerjemah dalam Balipost
Edisi 14 April 2013.
Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
18
Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris
(Sebuah Kajian Teoritis)
Download