Uploaded by User96339

01 Laporan praktikum ASEP ROYANI (1805838) - Copy

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
SINTESIS DAN KARAKTERISASI ETIL ASETAT DARI ETHANOL
DAN ASAM ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI
diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Pemisahan dan
Pengukuran
Dosen Pengampu : Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si
Dra. Gebi Dwiyanti, M.S
Tanggal Percobaan : Awal : 16 Februari 2021
Akhir : 22 februari 2021
Disusun oleh :
Asep Royani (1805838)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
SINTESIS DAN KARAKTERISASI ETIL ASETAT DARI ETHANOL DAN ASAM
ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI
Tanggal percbaan :
-Awal : 16 Februari 2021
-Akhr : 22 februari 2021
A. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. memahami proses sintesis etil asetat dari etil alkohol dan asam asetat melalui
reaksi esterifikasi
2. Memahami rangkaian proses sintesis etil asetat
3. Mampu menghitung rendemen etil asetat hasil reaksi
4. Mengkarakterisasi etil asetat dengan metode kromatografi GC
B. Dasar Teori
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus
-COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana
hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh
beda jika diganti dengan sebuah gugus aril yang berdasarkan pada sebuah cincin benzena.
(Clark,2007)
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang menggandung gugus –CO2R
dengan -R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, yang disebut reaksi esterifikasi.
Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversibel
(Fessenden, dan Joan, 1982)
Alkil ester yang tidak dihalangi dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi sederhana
dengan memanaskan suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol dan sedikit asam kuat.
Hidrolisis dalam suasana asam dari suatu ester menghasilkan asam karboksilat dan
alkohol. Reaksi ini adalah reaksi kebalikan dari esterifikasi langsung suatu asam
karboksolat dengan alkohol
(Fessenden, 1997)
Reaksi asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa ester melalui reaksi
yang dikenal dengan nama esterifikasi, dan biasanya menggunakan katalis asam. Reaksi
akan berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam
klorida. Di indusri dan di laboratorium etil asetat dibuat dengan memanaskan etanol
dengan asam asetat glasial dengan penambahan asam sulfat. Reaksi antara asam asetat dan
etanol dengan katalis asam sulfat akan menghasilkan etil ester dan air
(Azura dkk., 2015)
Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Jika pemanasannya melebihi suhu yang
semestinya maka reaksi yang dihasilkan akan kembali menjadi reaktan sehingga Reaksi
berlangsung perlahan-lahan, biasanya membutuhkan banyak waktu untuk mencapai
keseimbangan. Menurut prinsip Le Chatelier, hasil dari ester dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan konsentrasi reaktan. reaksi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi,
esterifikasi dilakukan pada titik didih campuran reaksi. Penmanasan dilakukan dengan
refluks, yaitu dengan cara memanaskan campuran atau larutan tanpa mengurangi volume
larutannya dengan adanya kondensasi dapat mengubah uap menjadi cair. Agar reaksinya
berlangsung cepat dan sempurna dilakukan penambahan katalis berupa katalis asam
(Suryawanshi et all., 2014)
Jika asam karboksilat dengan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl dengan H2SO4)
dipanaskan, terdapat kesetimbangan dengan ester dan air. Proses ini dinamakan
esterifikasi Fischer, yaitu berdasarkan nama Emil Fischer, kimiawan organik abad 19 yang
mengembangkan metode ini. Walaupun reaksi ini adalah reaksi kesetimbangan, dapat juga
digunakan untuk membuat ester dengan hasil yang tinggi dengan menggeser
kesetimbangan ke kanan. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa teknik, jika alkohol atau
asam murah, dapat digunakan dalam jumlah yang berlebihan, cara lain adalah dengan
memisahkan ester dan/atau air yang terbentuk (dengan penyulingan), sehingga menggeser
reaksi ke kanan
(Hart, 1983)
Pembuatan turunan ester dilakukan dengan membuat turunan asam karboksilat dan
alkoholnya. Ester mula-mula dilakukan reaksi hidrolisis dari asam karboksilat serta
alkohol yang dihasilkan dipisahkan. Data-data asam karboksilat dan alkohol yang
diperoleh dengan mereaksikan NaOH dengan pelarut etilen glikol air yang dipanaskan.
Hasil safonifikasi ini kemudian diasamkan untuk mendapatkan karboksilat. Jika diperoleh
endapan asam karboksilat berupa cairan yang tidak larut dalam air dapat diekstraksi
dengan ester. Hasil ekstrak dengan ester dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat. Pelarut eter
diuapkan sehingga diperoleh asam karboksilat penyusun ester
(Anwar, 1994)
Etil asetat juga dikenal dengan nama acetc ether adalah pelarut yang banyak
digunakan pada industry cat, tinta, plastic, farmasi dan industri kimia organik. Etil asetat
adalah cairan bening yang tidak berwarna dan berbau khas. Pada skala industry, etil asetat
diproduksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH),
dengan bantuan katalis dalam suasana asam (H2SO4). Selain melalui reaksi di atas, etil
asetat juga diprduksi secara komersil melalui reaski antara eilen dan asam asetat. Namun
dari sisikeekonomian, etil asetat dari etanol dan asam asetat lebih kompetitif.
(Fuad, 2012)
Etil asetat sifatnya polar menengah atau semipolar yang volatil dan dapat melarutkan
senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavonoid. Etil asetat tidak beracun
dan tidak higroskopis. Di samping itu, etil asetat digunakan sebagai pelarut karena etil
asetat dapat menyari senyawa-senyawa yang memberikan aktivitas antibakteri,
diantaranya flavonoid polihidroksi dan fenol lain
(Wardhani dan Nanik, 2012)
Esterifikasi asam organik dan alkohol merupakan salah satu reaksi yang paling
mendasar dan penting dalam industri kimia. Produk-produk esternya secara luas
dimanfaatkan sebagai pelarut dan pengemulsi dalam industri makanan (tepung), farmasi
serta kosmetik ataupun pelumas dalam pengolahan logam, industri tekstil dan plastik. Saat
ini perhatian atas rekayasa pada reaksi esterifikasi dan produk esternya telah semakin
meningkat, terutama setelah alkil ester (metil ester, etil ester dan profil ester) memiliki
karakteristik sebagai solar bio, sehingga dapat menggantikan bahan bakar fosil
(Susanto, et al., 2008)
Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari
bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
senyawa dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavanoid dan lainlain. dengan diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat
(Ditjen POM, 2000)
Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000)yaitu:
a)
Ekstraksi secara dingin yaitu maserasi, perkolasi
b)
Ekstraksi secara panas yaitu refluks, sokletasi, digestasi, infundasi dan dekok
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
(Akhyar,2010)
C. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Labu erlenmeyer
2. Magnetic stirrer
3. Pipet tetes
4. Reflux dan kondensor
5. Labu dasar bulat
6. Corong pisah
7. Klem dan statif
8. Gelas kimia
b) Bahan
1. Asam asetat glasial : 60 g
4. Natrium karbonat
2. Etanol 95%
5. Magnesium Sulfat Anhidrat
: 100 mL
3. Asam sulfat 98% : 2 mL
6. Aquades : secukupnya
D. Spesifikasi Bahan
No
1.
Nama bahan
Aquades (H2O)
Sifat fisika
-
0
0
Berwujud
cairan
berwarna
dan
Sifat kimia
tidak tiddak -
berbau
0
Bersifat polar
Merupakan
universal
-
Titik didih : 100 ˚C
-
Titik leleh : 0 ˚C
antar
-
Densitas : 1 g/cm3
kuat
-
Bahaya
-
Dapat
pelarut
menimbulkan -
Memiliki gaya tarik
molekul
yang
Penanggulangan
Jauhkan
kontak
ledakkan ketika bereaksi
langsunng
dengan
dengan logam reaktif
logam reaktif
2
Asam asetat glasial
(CH3COOH/C2H4O2)
Sifat Fisika
-
2
3
0
-
Sifat Kimia
Berwujud
cairan
berwarna
dan
tidak berbau
Produk
secara
ini
stabil
kimiawi
di
pedih
bawah
kondisi
Titik didih awal/rentang
ruangan standar (suhu
didih : 117,9 °C pada
kamar)
1.013,25 hPa
-
Dapat larut dalam air
-
Titik lebur : 16,64 °C
-
Mudah menyala
-
Densitas uap : 2,07
Bahaya
-
-
Penanggulangan
Dapat
mengakibatkan -
Segera bilas dengan
iritasi pada mata dan kulit
air
Campuran
lepaskan
bersifat
pada
uap/udara
mudah-meledak
pemanasan
yang
menyengat
mengalir
dan
semua
pakaian
yang
terkontaminasi
oleh
zat
-
Jauhkan dari sumber
api/panas
3
Etanol 95%
Sifat fisika
3
2
0
Sifat kimia
Berwujud
cairan
berwarna
dan
tidak sedikit -
Dapat larut dalam air
Produk
ini
stabil
berbau
secara
kimiawi
di
-
Titik didih : 78,3 oC
bawah
-
Titik lebur -114,5 °C
ruangan standar (suhu
-
Densitas : 0,790 - 0,793
kamar)
kondisi
g/cm3
Bahaya
-
-
-
Cairan
Penanggulangan
dan
uap
amat -
Jauhkan dari sumber
mudah menyala.
api/panas
Menyebabkan iritasi mata -
Bilas dengan seksama
yang serius
dengan air untuk
Bahaya jika terhirup
-
beberapa
menit.
Lepaskan lensa kontak
jika memakainya dan
-
mudah
melakukannya.Lanjutk
an membilas.
-
Jika terhirup segera
menuju udara segar
4
Asam sulfat (H2SO4)
0
3
0
Sifat fisika
Sifat kimia
- Berwujud cair tidak
berwarna
- pH 0,3 pada 49 g/L
25◦C
- Tidak berbau
- Korosif
- Massa molar 98,08 g/mol
- Higroskopis
- Titik lebur -20◦C
- Stabil
- Titik didih 335◦C pada
1.013 hPa
- Densitas 1,84 g/cm3 pada
20◦C
- Larut dalam air pada 20◦C
Bahaya
- Korosif terhadap
logam
- Menyebabkan
kulit terbakar
dan kerusakan
mata
- Iritasi
Penanggulangan
- Jika tertelan: basuh
mulut,
minum
gelas,
2
jangan
merangsang muntah
- Jika terkena mata:
bilas
dengan
air
beberapa menit.
- Jika terhirup : hirup
udara segar
- Jika kontak dengan
kulit:
pakaian,
tanggalkan
bilas
dengan air mengalir
5.
Natrium Karbonat
(Na2CO3)
Sifat fisika
- Berwujud padat, serbuk,
0
2
atau kristal serbuk dan
1
Sifat kimia
-
Stabil
- Higroskopis
granaul
- Berwarna putih
- Tidak berbau
- Berat molekul 105,99
g/mol
- Titik lebur 851°C
- Larut dalam air panas dan
gliserol
- Larut sebagian dalam air
dingin
- Tidak larut dalam aseton
dan alkohol
Bahaya
- Menyebabkan iritasi
Penanggulangan
- Jika terkena mata:
mata, sistem pernapasan,
bilas
dengan
dan kulit
beberapa menit.
air
- Jika terhirup : hirup
udara segar
- Jika kontak dengan
kulit: bilas dengan air
mengalir selama 15
menit
6.
Magnesium
Sulfat
Anhidrat (MgSO4)
0
1
Sifat fisika
- Berwujud padatan
berwarna putih tidak
0
Sifat kimia
- Kelarutan dalam air
710 g/l pada 20 °C
berbau
- Titik lebur : 1,124 °C
- Densitas 1,68 g/cm3 pada
20 °C
- Produk ini
stabil
secara kimiawi di
bawah
kondisi
ruangan
standar
(suhu kamar)
Bahaya
Penanggulangan
- Irittasi pada mata dan kulit
- Gangguan pernafasan jika
terhirup
- Basuh
dengan
air
mengalir kurang lebih
5-10 menit
- Segera menuju udara
segar
jika
terhirup
dalam
durasai
yang
cukup lama
Labchem Fisher Scientific (2012). Material Safety Data Sheet. [Online]. Diakses dari
www.fishersci.com [14 Februari 2021].
MerckMillipore. (2020).
Material
Safety data
Sheet.
[Online]. Diakses
dari
www.merckmillipore.com [14 Februari 2021].
Smartlab. (2017). Material Safety data Sheet. [Online]. Diakses dari www.smartlab.co.id
[14 Februari 2021]
E. Prosedur Percobaaan dan pengamatan
No
1.
Langkah Kerja
Pengamatan
- Asam asetat glasial berwujud cairan berwarna
Proses Esterifikasi
keruh seulas
Etanol (100 mL) + Asam asetat glasial
- dimasukkan
ke
- Etanol berwujud cairan tidak berwarna
dalam
labu - Asama sulfat berwujud cairan berwarna
erlenmeyer yang berada diatas
coklat seulas
hotplate dan berisi stirring bar
- Volume ethanol = 100 mL
- ditambahkan 2 mL asam sulfat - Massa asam asetat = 60 g
pekat secara perlahan melalui - Volume asam sulfat = 2 mL
dinding labu erlenmeyer
- Ketika etanol dicampurkan dengan asam
- dihomogenkan dengan pengadukan
asetat glasial ke dalam labu erlenmayer, maka
konstan
teramatai
kedua
larutan
dapat
saling
- diset alat refluks
melarutka dengan warna campuran berwarna
- dipasangkan selang ditiap aliran air
keruh seulas, begitu pun ketika asam sulfat
pada kondensor dengan bagian
dicampurkan ke dalam labu erlenmayer berisi
bawah aliran masuk air
campuran etanol dan asam asetat
- dialirkan
kondensor
air
dingin
pada
- direfluks selama 1 jam
- didinginkan hingga mencapai suhu
kamar
- diambil
sedikit
untuk
dikarakterisasi
Campuran dalam labu erlenmeyer
2.
Destilasi
-
dilakukan destilasi
disekitar
titik didih etil asetat (82o C)
dengan mengganti kondensor
refluks dengan set alat destilasi
-
ditampung destilat pertama hasil
-
hasil
destilasi
diperkirakan
mengandung etil asetat, ethanol, dan sisa
destilasi
-
destilat
asam
dihentikan destilasi setelah 20
mL campuran telah berkurang
-
diambil
sedikit
untuk
karakterisasi
Destilat
3.
Ekstraksi Cair-Cair
-
pada saat natrium karbonat ditambahkan
pada destilat dalam corong pisah, maka
Destilat
dapat teramati adanya 2 buah lapisan yaitu
- dimasukan menggunakan corong
lapisan
atas
(fasa
organik)
yang
kaca kedalam corong pisah yang
merukapakam larutan etil asetat dengan
telah diset
warna larutan tidak berwarna dan lapisan
bawah
- dicuci sebanyak 2 kali dengan
yang
merupakan
Na2CO3
dan
pengotor berwarna putih keruh
larutan natrium karbonat jenuh
untuk memastikan seluruh destilat
masuk kedalam corong pisah
- dikocok dan didiamkan hingga
terbentuk 2 lapisan
Lapisan bawah (lapisan aqueous)
-
Sebelum ditambahkan MgSO4 anhidrat
teramati larutan keruh yang menandakan
masih adanya air
- dialirkan kedalam gelas kimia kering dan bersih
Setelah
teramati
berwarna)
Lapisan atas (lapisan organik)
ditambahkan
larutan
MgSO4
menjadi
anhidrat
jernih
yang menandakan
air
(tak
telah
berhasil dihilangkan
- ditambahkan
natrium
larutan
karbonat
menghilangkan
jenuh
garam
untuk
garam
dan senyawa polar seperti etanol dari
campuran
Hasil : Fasa organik yang sisa asam, fasa air,
sisa garam, ethanol telah dihilangkan di
dalam campuran organik tersebut
- dialirkan kedalam gelas kimia
bersih dan kering lainnya berisi
stirring bar
- diaduk
dengan
menyalakan
magnetic stirrer
- ditambahkan
magnesium
sulfat
anhidrat untuk menghilangkan air
hingga larutan menjadi bersih
- disaring
untuk
menghilangkan
magnesium sulfat
- diambil
sedikit
untuk
dikarakterisasi
Hasil
4.
Karakterisasi
-
Berdasarkan percobaan diperoleh massa
total etil asetat 97 g
Hasil Sintesis sebelum destilasi
- dilakukan
karakterisasi
dengan
asetat karena dianggap lartuan etil asetat
spektroskopi raman
yang diperoleh sebelumnya berada pada
tingkat kemurnian yang rendah. Pemurnian
Hasil Sintesis setelah destilasi
- dilakukan
karakterisasi
menggunakan metode destilasi fraksional
dengan
karena
spektroskopi raman
-
Hasil Sintesis setelah ekstraksi
- dilakukan
karakterisasi
spektroskopi raman
Dilakukan kembali pemurnian larutan etil
dengan
Diperoleh hasil karakterisasi menggunakan
spektroskopi
GC
:
3
puncak
yang
menandakan masih adanya pengotor dan
larutan etil asetat tidak berada dalam
Hasil
kemurnian yang tinggi
Pemurnian ulang dengan destilasi -
5.
-
fraksional
Tekanan eksternal (atm) = 985 atm
Dalam destilasi ini memisahkan zat volatil
yang mempunyai perbedaan titik didih yang
Hasil sintesis etil asetat
kecil :
- dipindahkan etil asetat kedalam
labu
erlenmeyer
kering
Titik Didih Asetat/ethanol (69:31) = 71,8 ℃
berisi
Titik Didih Etil Asetat = 77℃
stirring bar yang telah diset untuk
Titik Didih Ethanol = 78 ℃
destilasi fraksional
Titik Didih Asetat/air (93:7) = 70,4 ℃
- diset seluruh bagian untuk destilasi
Titik Didih Asetat/ethanol/air (83:9:8) =
fraksional
70,3 ℃
Hasil sintesis etil asetat
-
dalam labu erlenmeyer
- dipanaskan
dengan
pengadukan
hasil
dalam keadaan murni karena titik didih etil
asetat yang berdekatan dengan titik didih
secara konstan
- ditampung
Selanjutnya, etil asetat sulit didapatkan
destilat
pada
dari etanol (zat terlarut)
wadah pada berbagai fraksi
- ditutup wadah tiap destilat yang
diperoleh
- dihentikan setelah larutan dalam
labu erlenmeyer tersisa sekitar 1020 mL
Hasil
6.
-
Karakterisasi
Diperoleh hasil puncak : 1 puncak yang
menandakan hasil sintesis etil asetat
Destilat 1-6
- dikarakterisasi
dengan
yang diperoleh telah murni
menggunakan spektroskopi GC
Hasil
F. rencana pengolahan data

Menentukan presentase rendemen
% Rendemen =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
x 100%
G. Persamaan Reaksi
H2SO4
1. CH3COOH + CH3CH2OH
CH3COOH2CH3 + H2O
2. Mekanisme reaksi
Gambar 1. Mekanisme reaksi sintesis etil asetat
H. Data Pengamatan
Kromatogram GC
Gambar 2. Kromatogram Hasil Analisis Produk sintesis etil asetat sebelum destilasi
bertingkat
Gambar 3. Kromatogram Hasil GC Produk sintesis etil asetat sebelum destilasi bertingkat
I. Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Sintesis Dan Karakterisasi Etil Asetat Dari Ethanol Dan
Asam Asetat Melalui Reaksi Esterifikasi” bertujuan untuk memahami proses sintesis etil
asetat dari etil alkohol dan asam asetat melalui reaksi esterifikasi, memahami rangkaian
proses sintesis etil asetat, mampu menghitung rendemen etil asetat hasil reaksi dan
mengkarakterisasi etil asetat dengan metode kromatografi GC. Etil asetat dapat disintesis
melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan
bantuan katalis asam sulfat (H2SO4) dengan komposisi ketiga bahan tersebut yaitu etanol
95% (100 mL), asam asetat glasial (60 g), dan asam sulfat 98% (2 mL).
Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel (dapat balik) karena
ketika asam karboksilat (asam asetat) dan ethanol dipanaskan untuk bereaksi maka akan
terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air, artinya bahwa ester dan air yang
terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan ethanol.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi
cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang dalam
percobaan ini ethanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat. Asam asetat
glasial digunakan sebagai pereaksi pembatas
Etil asetat yang akan disintesis merupakan senyawa yang berwujud cairan tidak
berwarna dan sedikit berbau. Dalam prosesnya, sintesis etil asetat dapat terjadi melalui
tahap reaksi esterifikasi senyawa asam asetat dengan alkohol pada suasana asam yang
dipanaskan. Pada percobaan kali ini digunakan pula H2SO4 yang berfungsi sebagai katalis
pada saat gugus karbonil diprotonasi oleh gugus H+
Karena digunakan katalis asam dari reaksi akan terbentuk kembali H+. Hal ini
memberikan peluang untuk terjadinya protonasi. Protonasi ini sangat di butuhkan karena
melihat bahwa OH pada gugus asam asetat merupakan gugus pergi yang jelek karna OH
memiliki keelektonegatifan sehingga kemampuan untuk terikat pada C yang parsial (+)
sangat besar (karena adanya perbedaan momen dipol menyebabkan OH enggan pergi)
Pada percobaan ini, digunakan larutan H2SO4 sebagai katalis asam yang dapat
mempercepat terjadinya reaksi, khususnya mempercepat dalam terbentuknya senyawa
ester. Pada saat penambahan asam sulfat pekat, dilakukan pula pendinginan dikarenakan
reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksoterm. Pada percobaan ini juga dilakukan metode
refluks yang bertujuan untuk memutuskan ikatan rangkap C dan O sehingga memudahkan
gugus OH yang bertindak sebagai nukleofilik untuk menyerang karbon karbonil atau agar
asetat yang dihasilkan lebih banyak
Pada percobaan ini labu Erlenmeyer digunakan sebagai reactor atau tempat terjadinya
reaksi yang dilengkapi dengan pendingin lurus atau pendingin liebig, hal ini karena dalam
proses pemanasan tidak digunakan penangas melainkan menggunakan hotplate yang
memungkinkan adanya kontak panas yang terjadi antar permukaan hotlplate dengan
bagian dasar pada labu erlenmeyer. Metode pemanansan menggunakan hotplate ini
dianggap kurang efektif karena penas tidak dapat menyebar secara merata pada seluruh
bagian rekator, sehingga disarankan untuk menggunakan penangas air agar proses
pemanasan dapat berjalan lebih efektif.
Setelah proses refluks selesai dilakukan maka tahap selanjutnya yaitu dilaukan proses
destilasi , yang bertujuan untuk memurnikan sampel etil asetat dari air atau pun zat
pengotor lainnya. Destilat hasil destilasi kemudian ditambahkan dengan natrium karbonat
sehingga terbentuk 2 buah fasa, yaitu fasa lapisan atas yang merupakan fasa organik
dengan larutan tak berwarna/jernih (etil asetat) dan lapisan bawah berwarna putih keruh
(sisa asam dalam air, Na2CO3 dan pengotor). Tujuan ditambahkannya natrium karbonat
adalah untuk mengesktarksi asam-asam sisa dalam larutan etil asetat.
Tahapan selanjutnya yaitu menambahkan MgSO4 ke dalam larutan yang diperoleh
dengan tujuan untuk menghilangkan air yang masih terkandung di dalam larutan yang
kemudian membentuk endapan yang berada di dasar wadah karena memiliki massa jenis
yang lebih besar dari produk yang diinginkan. Lalu dilakukan penyaringan untuk
menghilangkan magnesium sulfat dan diperoleh etil asetat.
Setelah itu, dilakukan
karakterisasi menggunakan kromatografi GC
Dari hasil karakterisasi mengunakan kromatografi GC diperoleh hasil 3 puncak yang
menandakan etil asetat yang diperoleh masih belum murni, kemungkinan masih terdapat
sisa etanol dan zat pengotor laiinya sehingga dilakukan destilasi fraksional untuk
memperoleh destilat (etil asetat murni). Setelah dilakukannya destilasi fraksional
diperoleh etil asetat yang kemudian dikarakterisasi lagi menggunakan kromatografi GC
dan diperoleh kromatogram hasil karakterisasi kedua dengan jumlah puncak satu yang
menandakan senyawa etil asetat berada dalam keadaan murni.
Berdasarkan percobaan, diperoleh massa dari etil asetat yaitu sebesar 73 g dengan
hasil rendemen sebesar 82,95%
J. Kesimpulan
Praktikum yang berjudul “Sintesis Dan Karakterisasi Etil Asetat Dari Ethanol Dan
Asam Asetat Melalui Reaksi Esterifikasi” bertujuan untuk memahami proses sintesis etil
asetat dari etil alkohol dan asam asetat melalui reaksi esterifikasi, memahami rangkaian
proses sintesis etil asetat, mampu menghitung rendemen etil asetat hasil reaksi dan
mengkarakterisasi etil asetat dengan metode kromatografi GC.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa etil asetat
dapat dibuat dengan reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(C2H5OH) dengan bantuan katalis asam sulfat (H2SO4). Dalam percobaan ini, etil asetat
yang diperoleh adalah 73 gram, dengan rendemen sebesar 82,95 %
K. Daftar Pustaka
Akhyar, (2010). Uji Daya Hambat Dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar Dan
Buah Terhadap Vibrio Harvey YI . Skripsi. Fakultas farmasi universitas hasanuddin
Makassar.
Anwar, C. dkk., 1994, Pengantar Praktikum kimia Organik, Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
Azura, S. L., Reni S. dan Iriany. 2015. Pembuatan Etil Asetat dari Hasil Hidrolisis,
Fermentasi dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.). Jurnal Teknik
Kimia USU.
Clark, J. 2007. Pembuatan Ester. Penerbit USU. Medan.
Dirjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
pertama Jakarta : depkes RI.
Fessenden, 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Bina Pura Bangsa, Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Joan S. F. 1982. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Fuad. (2012). Etil Asetat. http:/Fuadshifu/Etilasetat.org (Diakses tanggal 14 Februari
2021).
Hart, H. 1987, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, Erlangga, Jakarta.
Labchem Fisher Scientific (2012). Material Safety Data Sheet. [Online]. Diakses dari
www.fishersci.com [14 Februari 2021].
MerckMillipore. (2020).
Material
Safety data
Sheet.
[Online]. Diakses
dari
www.merckmillipore.com [14 Februari 2021].
Smartlab. (2017). Material Safety data Sheet. [Online]. Diakses dari www.smartlab.co.id
[14 Februari 2021]
Suryawanshi, M.A., Shinde N.H. dan Nagotkar R.V. 2014. Kinetic Study of Esterification
Reaction for the Synthesis of Butyl Acetate. International Journal of Advanced
Research in Science, Engineering and Technology.
Susanto, H.B., M. Nasikin, dan Sukirno, 2008. Sintesis Pelumas Dasar Bio Melalui
Esterifikasi Asam Oleat Menggunakan Katalis Asam Heteropoli/Zeolit. Prosiding
Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses.
Wardhani, L. K. dan Nanik S. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun
Binahong (Anredera Scandens L.) terhadap Shigella flexneri beserta Profil
Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Ilmiah Kefarmasian.
Lampiran
Perhitungan
1. Menghitung rendemen etil asetat hasil reaksi
-
Massa etil asetat percobaan : 73 g
-
Masa asam asetat : 60 g
-
Massa ethanol
𝜌=
𝑚
𝑉
𝑚=𝜌𝑥𝑉
m = 0,79 g/mL x 100 mL
m = 79 g
-
Mol ethanol
mol =
-
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
𝑀𝑟 𝑒𝑡ℎ𝑎𝑛𝑜𝑙
79 𝑔
= 46 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 1,71 mol
Mol asam asetat
mol =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
60 𝑔
= 60 𝑔/𝑚𝑜𝑙 = 1 mol
H2SO4
C2H5OH + CH3COOH
Mula-mula :
1,71 mol
1 mol
-
:
1 mol
1 mol
1 mol
1 mol
Setimbang :
0,71 mol
0
1 mol
1 mol
Bereaksi
-
CH3COOC2H5 + H2O
Massa etil asetat teoritis = mol etil asetat x Mr etil asetat
= 1 mol x 88 g/mol
= 88 g
-
% Rendemen sintesis etil asetat
% rendemen etil asetat
=
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
73 𝑔
= 88 𝑔 x 100 %
= 82,95 %
x 100 %
-
Download