Uploaded by aridwijayanti9

32-67-1-SM

advertisement
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No.2, 2012, halaman 118-125
ISSN : 1410-0177
PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH NAGA Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose
TERHADAP JUMLAH HEMOGLOBIN, ERITROSIT DAN HEMATOKRIT
PADA MENCIT PUTIH BETINA
Helmi Arifin ,Welli Nofiza, dan Elisma
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
ABSTRACT
Sub-acute toxicity test of dragon fruit juice has been research Hylocereus undatus (Haw.) Britt. &
Rose of with hematological parameters to female white mice. Juice given orally by 0,5 mL/20 g
of weight dose with variation are 100%, 50% and 25%, once a day along 7, 14 and 21 days. A
female white mice were only given food and water used as comparison. Calculated and measured
parameters are levels of hemoglobin, erythrocytes and hematocrit, using tools haemometer Sahli,
haemositometer and centrifuge. Results that given dose of dragon fruit juice Hylocereus undatus
(Haw.) Britt. & Rose has been provided the effect to increased hemoglobin and erythrocytes level
(p < 0,05), but did not raised the hematocrit level (p > 0,05).
Keyword : Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose and Haemoglobin, Eritrosit, Hematokrit.
PENDAHULUAN
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah
dan morfologi sel-sel darah, serta sumsum
tulang. Darah adalah jaringan khusus yang
berbeda dengan organ lain, karena berbentuk
cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 68% berat tubuh total. Empat puluh lima
sampai 60% darah terdiri dari sel-sel,
terutama eritrosit, leukosit dan trombosit.
Fungsi utama darah adalah sebagai media
transportasi, serta memelihara suhu tubuh
dan keseimbangan cairan (Atul & Victor,
2008).
Anemia secara fungsional didefinisikan
sebagai penurunan jumlah masa eritrosit
(red cell mass), sehingga darah tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer. Secara praktis anemia
ditunjukkan
oleh
penurunan
kadar
hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit.
Tetapi yang paling lazim dipakai adalah
kadar hemoglobin dan hematokrit (Bakta, et
al., 2009)
Buah naga adalah buah kaktus dari marga
Hyloreceus dan Selenicereus. Meskipun
termasuk buah yang baru di Indonesia, buah
ini sudah banyak di konsumsi oleh
masyarakat sebagai obat untuk dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai
obat penambah darah (Evi, et al., 2007) Dari
hasil penelitian sebelumnya buah naga yang
matang banyak mengandung asam organik
(Stinzing, et al., 2004), protein (Le Bellec, et
al., 2006), mineral seperti potassium,
magnesium, kalsium dan besi serta vitamin
C (Cal et al., 2003). Dari kandungan kimia
buah naga yang banyak mengandung
mineral, besi dan vitamin C, diharapkan
buah ini dapat menjadi obat alternatif dalam
mengobati anemia.
118
Helmi A., et al.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan
A. Alat
Penelitian ini
menggunakan juiser
(Signora), timbangan hewan, timbangan
elektrik, tabung penampung darah (Green
Vac-Tube),
Hemometer
Sahli,
Haemometer
(Improved
Neubauer),
sentrifuse, (Eppendorf centrifuge), pipa
kapiler, tabung reaksi, pipet mikro, pipet
tetes, jarum oral, becker glas, mikroskop
okuler , jarum sonde. pH meter
(Archevo), refraktometer Abbe, buret,
waterbath.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah naga,
Asam Benzoat, etanol 95%, Fehling A
dan B, Phenolphthalein , Natrium
Hidroksida 0,1 N, Kalsium Karbonat,
Amonium Hidroksida, Larutan KMnO4
0,1 N, HCl, aquadest, larutan Hayem.
Pengambilan bahan dan identifikasi.
Sampel buah naga dibeli di Kataping,
Kabupaten Padang Pariaman sebanyak lebih
kurang 1 kg. Identifikasi tanaman dilakukan
di Herbarium
Anda, Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas Padang.
Pembuatan jus buah naga
Buah naga segar dibersihkan dari pengotor,
kemudian dicuci sampai bersih. Setelah
bersih timbang sebanyak 0,5 kg. Ambil
daging buahnya, lalu dipotong kecil,
masukkan kedalam
juiser, maka akan
terpisah antara ampas dan sari buah. Saring
sari buah dengan kapas yang dibungkus
dengan kain kasa, ukur volume jus yang
didapat dengan gelas ukur, kemudian
tambahkan aquadest sampai 500 mL. Jus
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
segar yang didapat diawetkan dengan
penambahan asam benzoat 0,1% diamkan
selama beberapa hari, sampai pektin yang
terdapat dalam jus diendapkan oleh enzim.
Ini ditunjukan dengan penambahan alkohol
(95%) kedalam sedikit jus, dan apabila
dibiarkan beberapa saat jus tidak keruh lagi
(Martin & Cook, 1961).
Identifikasi jus (USP, 2007).
1. Organoleptis : Bentuk, warna, rasa dan
bau.
2. Fisika : Berat jenis, indek bias
3. Kimia
:
a. Pemeriksaan karbohidrat
Untuk mengamati kandungan karbohidrat
dari jus buah naga dengan memakai
larutan 1 mL Fehling A dan 1 mL larutan
Fehling B
b. Penentuan pH
Untuk menentukan derajat keasaman
dan kebasaan yang dimiliki oleh jus
buah naga
c. Menentukan
residu
asam
yang
mengendap
Tujuan untuk mengetahui adanya ikatan
peptide dari suatu protein dan
membuktikan adanya asam amino. getir
dalam bebrbagai buah. Gunanya bagi
tubuh adalah untuk meningkatkan
produksi energy dalam sel, meringankan
gejala fibromyalgia dan sindrom
kelelahan kronis.
d. Menentukan residu asam yang tidak
mengendap.
e. Pengujian asam malat
Perlakuan jus buah naga terhadap hewan
uji
Hewan yang digunakan adalah mencit putih
betina dengan umur 2-3 bulan dengan berat
badan 17-25 gram sebanyak 60 ekor. Hewan
dikelompokkan secara acak menjadi 4
119
Helmi A., et al.
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdiri
dari 15 ekor dan dibagi lagi dalam sub
Kelompok masing-masingnya 5 ekor.
Sebelum diperlakukan mencit diadaptasi
selama 7 hari (sebelum dan sesudah adaptasi
hewan ditimbang berat badan) dengan diberi
makan dan minum yang cukup. Mencit yang
akan digunakan adalah mencit yang sehat,
pertumbuhannya normal, tidak menunjukkan
kelainan yang berarti, deviasi bobot selama
pemeliharaan tidak lebih dari 10 %, suhu
badan normal (Depkes RI, 1979).
setetes demi setetes, tiap kali penambahan
diaduk
dengan batang pengaduk yang
tersedia, persamaan warna campuran dan
batang standart harus dicapai dalam waktu 35 menit setelah saat darah dan HCl
dicampur. Pada usaha menyamakan warna,
tabung diputar sedemikian rupa, hingga garis
bagi tid ak terlihat. Baca kadar hemoglobin
dengan gram/dL darah (Gandasubrata,
1999).
Kelompok 1 kontrol hanya diberi makan dan
minum standar. Sedangkan kelompok uji
diberi jus buah naga dengan konsentrasi
100%, 50% dan
25% dengan volume
pemberian 0,5 mL/20 gram BB, interval
pemberian 1 kali sehari, diberikan secara
oral.. Perlakuan di berikan selama 21 hari
berturut-turut, pada hari ke 7, 14 dan 21
darah mencit diambil melalui sinus orbital,
ditampung pada tabung yang berisi K2EDTA
(Green Vac-Tube) kemudian tentukan
parameter hematologi (hemoglobin, eritrosit
dan hematokrit).
Darah dihisap 0,5 skala pada pipet toma
(pipet eritrosit), kemudian regensia hayem
(Natrium Sulfat 5 g, NaCl 1 g, HgCl 0,5 g
aquadest ad 200 ml, disaring) dihisap sampai
angka
101
lalu
dicampur
dengan
menggoyang pipet hingga rata. Setelah itu
dibuang larutan tersebut 3 tetes, kemudian
tetesan selanjutnya diteteskan pada bagian
tengah atas dan bawah kamar hitung
improved neubaeur. Tutup kamar hitung
improved neubaeur dengan menggunakan
deck glass. Biarkan selama 5 menit di atas
kamar hitung, setelah itu diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran 40 kali,
hitung jumlah eritrosit pada bagian kotak
yang lebih kecil dari arah A, lalu ke B, lanjut
C kemudian D dan terakhir E. Setiap eritrosit
yang dilihat dihitung dengan bantuan
mengklik Laboratory Counter untuk
menghindari kesalahan penghitungan dan
hasilnya ditulis.
Pemeriksaan parameter hematologi
Pengukuran kadar haemoglobin
Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan
berdasarkan metode Sahli, dengan alat
Haemometer Sahli, dengan cara:
Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam
tabung pengencer hemometer. Isap darah
dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda
20 uL, masukakan darah dari pipet ke dalam
dasar tabung pengencer yang berisi HCl.
Angkat pipet sedikit, isap HCl yang jernih
dalam pipet 2 atau 3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tinggal
dalam pipet. Campur isi tabung supaya darah
dan asam bersenyawa, sampai warna
campuran menjadi coklat tua. Tambah air
Menghitung eritrosit
Perhitungan eritrosit
Pengenceran dalam pipet eritrosit ialah
200 kali, tinggi kamar hitung 1/10 mm,
sedangkan eritrosit dihitung dalam 5 x
bidang kecil. Faktor untuk mendapat jumlah
eritrosit per µl darah menjadi 5 x 10 x 200 =
10.000 (Gandasoebrata, 1999)
Rumus perhitungan jumlah eritrosit
120
Helmi A., et al.
∑ Eritrosit / mm3 = ∑ Eritrosit dalam 5
kamar X 10.000
Pemeriksaan kadar hematokrit
Darah dihisap dengan hematokrit kapiler
sebanyak ¾ dari kapiler tersebut. Setelah
itu tutup bagian bawah dengan parapin.
Lalu
dimasukkan ke dalam sentrifuse
dengan bagian yang tertutup mengarah ke
luar, sentrifuse selama 30 menit dengan
kecepatan 4000 rpm. Baca hasilnya dengan
memperhatikan:
1. Warna plasma di atas yang warna kuning,
tebalnya lapisan putih di atas sel-sel
merah yang tersusun dari leukosit dan
trombosit (buffy coat).
2. Volume sel-sel darah merah.
Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisa secara
statistik dengan menggunakan metoda uji
statistic analisa variansi (ANOVA) dua arah
SPSS 15, dan dilanjut- kan dengan uji jarak
berganda metoda Duncan (David, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil identifikasi tumbuhan yang
dilakukan di herbarium ANDA Universitas
Andalas Padang, sampel ternyata adalah
Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose,
tanaman ini termasuk dalam family
Cactaceae,
Dari hasil pengujian organoleptis jus buah
naga memiliki bau yang lemah, bentuk
konsistensi kental, warna merah ping, rasa
agak manis, dari pemeriksaan fisika
diketahui berat jenis 0,92, indek bias 1,21 ,
dan dari pemeriksaan kimia diketahui jus
buah naga mengandung karbohidrat, karena
pada penambahan fehling A dan B yang
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
dipanaskan terbentuk endapan warna merah
bata, pH 5,3; jumlah residu asam yang
mengendap 770 mg, residu asam yang tidak
mengendap 13,04 mg dan asam malat 16,96
mg.
Jus buah naga ini diberikan secara oral, rute
ini dipilih karena lebih umum digunakan,
cara yang mudah dan relatif lebih aman serta
tidak menyakiti. Hewan percobaan yang
digunakan adalah mencit putih betina, hal ini
didasarkan harga yang murah dan mudah
ditangani.
Semua
hewan
percobaan
diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari
sebelum perlakuan, dengan tujuan untuk
penyesuaian terhadap kondisi lingkungan
(Depkes RI, 1979). Setelah itu mencit diberi
jus buah naga selama 21 hari yang tujuannya
untuk melihat pengaruh hematologi dari jus
buah naga Hylocereus undatus terhadap uji
hematologi mencit putih betina dan
dilakukan pengujian hematologi pada hari ke
7, 14, dan 21.
Darah mencit diambil melalui vena
konjungtiva dan ditampung dalam tabung
(Green Vac-Tube) yang berisi antikoagulan
K2 EDTA, segera lakukan pencampuran
dengan cara membolak-balikkan tabung
beberapa
kali
untuk
menghindari
penggumpalan trombosit dan pembentukan
bekuan darah (Gandasoebrata, 1999).
Hasil pemeriksaan hematologi diuji secara
statistik dengan analisa variansi (ANOVA)
dua arah, menggunakan program SPSS 15
dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui
apakah
masing- masing
kelompok perlakuan mempunyai perbedaan
yang signifikan atau tidak.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar
hemoglobin pada kelompok kontrol pada
hari ke 7, 14 dan 21 diperoleh rata-rata
121
Helmi A., et al.
pengamatan berturut-turut adalah 12,92
g/dL; 12,48 g/dL; 13,04 g/dL dengan rata–
rata 12,81 g/dL. Untuk kelompok 2 dengan
konsentrasi jus 100% di peroleh hasil
pengamatan pada hari ke 7, 14, dan 21
berturut- turut adalah 13,32 g/dL; 13,38
g/dL; 12,66 g/dL dengan rata-rata 13,12
g/dL. Untuk kelompok 3 dengan dosis 50%
di peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7,
14 dan 21 berturut- turut adalah 12,8 g/dL;
13,03 g/dL; 12,18 g/dL dengan rata-rata
12,67 g/dL dan pada kelompok 4 dengan
dosis 25% di peroleh hasil pengamatan pada
hari ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah
13,74 g/dL; 13,68 g/dL; 12,82 g/dL dengan
rata-rata 13,41 g/dL. Jika dibandingkan
dengan kadar hemoglobin pada manusia
masih berada dalam rentang normal yaitu 12
g/dL -16 g/dL (Metha & Hoffbrand, 2006).
Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada
pemeriksaan jumlah hemoglobin terhadap
perlakuan konsentrasi berpengaruh secara
nyata terhadap kenaikan hemoglobin karena
signifikansinya 0,033 lebih kecil dari 0,05
sedangkan lama
pemberian tidak
berpengaruh karena signifikansinya adalah
0,051 lebih besar dari 0,05.
Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan
memperlihatkan bahwa
konsentrasi 50%
dan kontrol berada pada subset yang sama,
ini memperlihatkan bahwa kedua perlakuan
ini hampir sama yaitu tidak mempengaruhi
jumlah hemoglobin pada mencit. Sedangkan
konsentrasi 100% dan 25% berada pada
subset ke-2 yang berarti konsentrasi ini
mempengaruhi jumlah hemoglobin pada
mencit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi
50% tidak mempengaruhi
jumlah hemoglobin, dan konsentrasi 100%
dan 25% mempengaruhi jumlah hemoglobin
pada mencit. Begitu pula dengan lama
pemberian memperlihatkan bahwa pada hari
ke 21 berada pada subset 1, hari ke 14 dan 7
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
berada pada subset 2,
sehingga dapat
disimpulkan terjadi peningkatan jumlah
haemoglobin yang begitu nyata pada hari ke
7 dan ke 14. Sedangkan pada hari ke 21
tidak berbeda nyata dengan hari ke 14.
Gambar 1. Diagram batang pemeriksaan
haemoglobin
Hasil penelitian untuk eritrosit menunjukan
pada kelompok perlakuan 1 (kontrol) di
peroleh hasil pengamatan pada hari ke 7, 14
dan 21 berturut – turut adalah 9,92 jt/mm3;
9,56 jt/mm3; 10,07 jt/mm3 dengan rata – rata
9,86 jt/mm3 Untuk kelompok 2 dosis dengan
100% diperoleh hasil pengamatan pada hari
ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 10,85
jt/mm3; 10,41 jt/mm3; 9,78 jt/mm3 dengan
rata-rata 10,35 jt/mm3. Pada kelompok 3
dengan dosis 50%
diperoleh hasil
pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21
berturut- turut adalah 9,87 jt/mm3; 10,26
jt/mm3; 9,29 jt/mm3 dengan rata-rata 9,81
jt/mm3 dan pada kelompok 4 dengan dosis
25% diperoleh hasil pengamatan pada hari
ke 7, 14 dan 21 berturut- turut adalah 10,63
jt/mm3; 10,35 jt/mm3; 10,3 jt/ mm3 dengan
rata-rata 10,83 jt/mm3. Untuk mencit angka
eritrosit yang diperoleh berada pada ring
normal yaitu 6,86 -11,7 jt/mm3 dan jika
dibandingkan dengan jumlah eritrosit pada
manusia berada jauh diatas rentang normal
yaitu 4,5 jt/mm3- 5,9 jt/mm3. Pada manusia
apabila ditemukan jumlah eritrosit yang
lebih besar dari angka yang ada pada ring
122
Helmi A., et al.
diatas, keadaan ini disebut polisitemia
sekunder, jenis ini umumnya disebut
polisitemia fisiologis, kapan pun jaringan
mengalami hipoksia akibat terlalu sedikitnya
oksigen dalam atmosfer atau akibat gagalnya
pengiriman oksigen ke jaringan, seperti yang
terjadi pada gagal jantung maka organ-organ
pembentuk darah secara otomatis akan
memproduksi sejumlah besar eritrosit
(Metha & Hoffbrand, 2006).
Selanjutnya untuk pemeriksaan jumlah
eritrosit, hasil perhitungan statistik dari tabel
dependent variable menunjukkan bahwa
jumlah eritrosit terhadap
perlakuan
konsentrasi tidak berpengaruh secara nyata
dan begitupun dengan lama pemberian dan
interaksi konsentrasi dengan lama pemberian
karena
signifikansinya lebih besar dari
0,05 yaitu 0,075; 0,3 dan 0,0397.
Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan
memperlihatkan bahwa konsentrasi 50%
dan kontrol berada pada subset yang sama
yaitu 1, ini menunjukan bahwa konsentrasi
50% tidak berpengaruh nyata terhadap
kenaikan eritrosit, untuk konsentrasi 25%
dan 100% yang berada pada subset 2
menunjukan
bahwa
konsentrasi
ini
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
kenaikan jumlah eritrosit. Untuk
lama
pemberian hari ke 7, 14 dan 21 berada
pada subset satu, ini menunjukan bahwa
lama
pemberian
tidak mempengaruhi
jumlah eritrosit pada mencit. Keadaan ini
bisa terjadi karena dalam penelitian ini kita
memakai mencit yang sehat, mencit tidak
dikondisikan dalam keadaan anemia,
sehingga tubuh mencit mempunyai batas
untuk memproduksi sel darah merah sesuai
dengan kebutuhannya(Metha & Hoffbrand,
2006).
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
Gambar 2. Diagram batang pemeriksaan
eritrosit
Hasil
penelitian
untuk
hematokrit
menunjukan pada kelompok perlakuan 1
(kontrol) diperoleh hasil pengamatan pada
hari ke 7, 14 dan 21 berturut – turut adalah
43,54%; 43,2%; 41,84% dengan rata-rata
42,86%. Pada kelompok 2 dosis 100%
diperoleh hasil pengamatan pada hari ke 7,
14 dan 21 berturut- turut adalah 43%;
45,56%; 40,2%, dengan rata-rata 42,92% .
Pada kelompok 3 dosis 50% diperoleh hasil
pengamatan pada hari ke 7, 14 dan 21
berturut- turut adalah 42,6%; 44,1%; 39,6%
dengan rata-rata 42,1%. Pada kelompok 4
dosis 25% diperoleh hasil pengamatan pada
hari ke 7, 14 dan 21 berturut-turut adalah
45,2%; 46,5%; 40,84% dengan rata-rata
44,18%.
Jika
dibandingkan
dengan
hematokrit manusia, angka ini berada pada
rentang normal yaitu 40 – 54% untuk pria
dan 37–
47% untuk wanita (Metha &
Hoffbrand, 2006).
Untuk pemeriksaan hematokrit hasil
perhitungan statistik dari tabel dependent
variabel menunjukkan bahwa jumlah
hematokrit terhadap konsentrasi tidak
berpengaruh
secara
nyata
karena
signifikansinya besar dari 0,05 yaitu 0,28,
sedangkan lama pemberian berpengaruh
secara nyata terhadap hematokrit, karena
signifikansinya kecil dari 0,05 yaitu 0,00 dan
interaksi konsentrasi dengan lama pemberian
123
Helmi A., et al.
tidak berpengaruh secara nyata karena
signifikansinya besar dari 0,05 yaitu 0,66.
Setelah dilanjutkan dengan uji Duncan
memperlihatkan bahwa konsentrasi 25%,
50%, 100% dan kontrol berada pada subset
yang sama yaitu 1, menunjukan bahwa
konsentrasi
tidak mempengaruhi akan
jumlah hematokrit pada mencit. Untuk lama
pemberian hari ke 21 berada pada subset 1,
ini menunjukkan bahwa pada hari ke 21
tidak berpengaruh terhadap kenaikan
hematokrit, sedangkan hari ke 7 dan 14
berada pada subset 2 yang menunjukkan
bahwa kenaikan hematokrit secara nyata
dibandingkan dari hari ke 7.
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini perkenankan penulis
mengucapkan penghargaan dan terima kasih
yang setulusnya atas bantuan, bimbingan,
do’a, dukungan, semangat, dan perhatian
atas terwujudnya tulisan ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Helmi Arifin, MS. Apt
selaku Pembimbing I dan Ibu Elisma, M
Farm. Apt selaku pembimbing II.
2. Bapak Ki Maswandi Yusuf, SH selaku
Penasehat Akademik, Bapak dan Ibu
dosen yang telah mengajar dan memberi
perhatian, petunjuk dan bimbingan
selama masa perkuliahan.
3. Sahabat- sahabat, rekan-rekan mahasiswa
serta semua pihak yang telah membantu
Penulis dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. Diagram batang pemeriksaan
hematokrit
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa:
Buah naga (Hylocereus undatus) dapat
menaikan hemoglobin dan eritrosit pada
mencit putih betina karena signifikansinya
0,033 (P<0,05) dan dapat mempengaruhi
persentase hematokrit dengan significant
(P<0,05)
yaitu
0,00
tetapi
tidak
mempengaruhi lama pemberian pada mencit
putih betina.
Atul, B. M. & Victor, H. (2008). Haemotology at
a glance (Edisi 2). Penerjemah: H.
Hartanto. Jakarta: Erlangga.
Bakta, I. M. (2009). Pendekatan terhadap pasien
anemia. In Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (Ed.5)
Ilmu penyakit dalam . Jakarta: Internal
Publishing
Cal, Y. Z., Luo, Q., Sun, M., Corke, H. (2003).
Antioxidant
activity
and
phenolic
coumpounds of 112 traditional chinese .
Medical Plants Associated with Anticancer.
Life Sci.74; 2157-2184.
David, S. J. (2010). Pharmaceutical statistics.
Penerjemah: H.U. Ramadaniati, H. Rivai.
Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan RI, (1979) Farmakope
Indonesia. (Edisi 3). Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Evi Umayah, U., Moch Amrun, H. (2007). Uji
aktivitas antioksidan ekstrak buah naga
Hylocereus undatus (Haw) Britt. & Rose.
Jurnal Ilmu Dasar, 8. (1) ; 83-90
Gandasoebrata,
R.
(1999).
Penuntun
laboratorium klinik, (Edisi 10). Jakarta: Dian
Rakyat.
124
Helmi A., et al.
J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012
Le Bellec, F., Vailant, F., Imbert, E., Pitahaya
(2006): A new fruit crop. a market a future.
Fruits, 61; 237-250
Martin, E. W & Cook, E. F. (1961). Remington’s
praktice of pharmacy. (12rd ed) Easton
Pennsylvania: Mack Publishing Company..
Metha, A. & Hoffbrand, V. (2006) Hematologi.
(Edisi 2). Jakarta: Erlangga.
Stintzing, F. C., Schleber, A. & Carle, R. (2003).
Evaluation of colour properties and
chemical quality parameters of cactus
juices. Trends in Food Science &
Technology (15); 19-38.
USP 30 ,NF25 (2007). The united states
pharmacopeia
the
national
formulary.Vol.1.U.S . Pharmacopeia.
The official compendia of standards.
125
Download