nilai Agama dan Moral Nilai dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral
1. Pengertian Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral
Nilai dan moral merupakan dua kata yang seringkali digunakan
secara bersamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S
Poerwadarminta (2007:801) dinyatakan bahwa nilai adalah harga. Hal- hal
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Menurut Darmadi (2005:5) moral adalah bertujuan membantu
peserta didik untuk mengenali nilai- nilai dan menempatkannya dalam
konteks keseluruhan hidupnya.
Menurut I Wayan Koyan (2000:12), nilai adalah segala sesuatu
yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual.
Nilai ideal adalah nilai- nilai yang menjadi cita- cita setiap orang,
sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan
sehari- hari.
Sedangkan agama merupakan suatu yang dimiliki oleh setiap
individu (anak) melalui perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir
dengan pengaruh dari luar individu.
Sedangkan menurut Permendiknas No 58 Tahun 2009 yang
menyangkut tentang nilai- nilai agama dan moral adalah mengenai
landasan filosofi dan religi Pendidikan dasar anak usia dini, pada dasarnya
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
harus berdasarkan pada nilai- nilai filosofi dan religi yang dipegang oleh
lingkungan yang berada disekitar anak dan agama yang dianutnya.
Rasulullah saw mengatakan peran penting orangtua dalam sabdanya
“seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang membuat
menjadi Yahudi, Nasrani, Yahudi, dan Majusi”. (HR. Bukhari, Ibnu
Habban dan Baihaqi) maka bagaimana kita bisa menjaga serta
meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan
sejak usia dini.
Menurut Darajat (2011: 192), pengajaran agama dipandang sebagai
satu kesatuan yang bulat, setiap apa yang dijarkan mempunyai nilai. Empat
nilai pokok dalam pengajaran agama yakni pertama nilai material adalah
jumlah nilai agama yang diajarkan, kedua nilai formal adalah nilai
pembentukan yang bersangkut dengan daya serap siswa atas segala bahan
yang telah diterimanya, ketiga nilai fungsional adalah relevansi bahan
dengan kehidupan sehari- hari, keempat nilai esensial adalah nilai hakiki
agama mengajarkan kehidupan yang hakiki jadi kehidupan itu tidak
berhenti didunia saja melainkan kehidupan itu berlangsung terus diakhirat.
Dengan demikian seluruh nilai- nilai pengajaran agama itu
bermuara pada nilai hakiki atau nilai esensial yang terbentuk:
a. Nilai pembersihan atau rohani jiwa, yang memungkinkan seseorang
siap untuk menerima, memahami dan menghayati ajaran agama Islam
sebagai pandangan hidup.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
b. Nilai kesempurnaan moral, yang memungkinkan seseorang memiliki
akhlakul karimah, yang tercermin pada sifat- sifat Nabi Muhammad
saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna
sepanjang hayatnya.
c. Nilai peningkatan taqwa kepada Allah swt, sehingga diri seseorang
menjadi semakin akrab kepada-Nya dan dengan penuh gairah serta
ketulusan hati menyongsong kehidupan hakiki.
Pendidikan nilai dapat disampaikan dengan metode langsung atau
tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang
dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan
memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran tersebut melalui
mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.
Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang
diinginkan tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan
perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di
sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik bagi
anak didik.
Poerwadarminta
dalam
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia
merumuskan moral dengan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan
kelakuan (akhlak, kewajiban dsb). Sementara itu Bergen dan Cornalia
Evans menyebutkan bahwa moral merupakan sebuah kata sifat yang
artinya berkenaan dengan perbuatan baik atau perbedaan antara baik dan
buruk. Jadi moral yaitu sesuai dengan ide- ide yang diterima tentang
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
tindakan manusia yang bai dan wajar, sesuai dengan tindakan yang oleh
umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan.
Kepekaan seseorang mengenai kesejahteraan dan hak orang lain
merupakan pokok persoalan ranah moral. Kepekaan tersebut mungkin
tercermin dalam kepedulian seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi
orang lain, dan dalam orientasinya terhadap pemilikan bersama serta
pengalokasian sumber pada umumnya. Ketika anak-anak berhadapan pada
pertentangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka diharapkan
teori developmental dapat mengatasinya. Dengan kata lain, teori ini
memusatkan perhatian secara khusus pada bagaimana cara anak-anak
menghadapi pertentangan tersebut. Selain itu, proses yang mereka lakukan
dalam menyelesaikan permasalahan moral dapat untuk memotivasi agar
memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan untuk merasa
tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang
lain.
Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama
serta bagaimana agama diamalkan dalam kehidupan sehari- hari.
Penanaman nilai- nilai agama tersebut disesuaikan dengan tahapan
perkembangan anak sereta keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Islam
mengajarkan nilai- nilai keislaman dengan cara pembiasaan ibadah,
contohnya puasa, solat lima waktu, belajar, mengkaji Al- Quran dll.
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
penanaman nilai- nilai agama dan moral adalah suatu proses edukatif
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan
dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing,
mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan kecakapan sosial, dan
praktek serta sikap keagamaan pada anak. (aqidah, tauhid, ibadah dan
akhlak) yang selanjutnya dapat mengamalkan dalam kehidupan seharihari.
2. Perkembangan Nilai-nilai Agama dan Moral
Menurut Mansur (2009: 45-55), perkembangan nilai- nilai agama
dan moral dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Timbul jiwa keagamaan pada anak
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik
maupun psikis. Pada dasarnya jiwa keagamaan anak adalah sesuai
dengan prinsip pertumbuhanya, maka anak menuju dewasa memerlukan
bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yakni:
1) Prinsip biologis, anak yang baru lahir belum dapat berdiri sendiri
dalam arti masih dalam kondisi lemah secara biologis.
2) Prinsip tanpa daya, anak yang baru lahir hingga menginjak usia
dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orangtuanya.
3) Prinsip eksplorasi, jasmani dan rohani manusia akan berfungsi
secara sempurna jika dipelihara dan dilatih, sehingga anak sejak
lahir baik jasmani maupun rohaninya memerlukan pengembangan
melalui pemeliharaan dan latihan yang berlangsung secara
bertahap. Demikian juga perkembangan pada diri anak.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
b. Perkembangan Agama pada Anak
Perkembangan agama pada anak dapat melalui beberapa fase
(tingkatan), yakni:
1) The fairy tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun.
Pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak
dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Kehidupan pada masa ini masih
banyak dipengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi
agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi
oleh dongeng yang kurang masuk akal.
2) The realistic satge (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke
usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide keagamaan anak
didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat
melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
3) The individual stage (tingkat individu)
Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling
tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan
mengenalkan nilai- nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai
punya minat, semua prilaku anak membentuk suatu pola prilaku,
mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan
hamba Allah. Agar minat anak tumbuh subur harus dilatih dengan cara
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan
kegiatan.
c. Sifat- Sifat Agama pada Anak
Konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor dari luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apaapa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka
tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama.
Berdasarkan hal itu, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat
dibagi menjadi:
1) Unreflective (tidak mendalam)
Mereka mempunyai anggapan atau menerima terhadap ajaran
agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak
begitu mendalam sehingga mereka cukup sekedarnya saja dan
mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang
kurang masuk akal.
2) Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun
pertama usia perkembanganya dan akan berkembang sejalan dengan
pertambahan
pengalamannya.
Semakin
bertumbuh
semakin
meningkat pula egoisnya.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
3) Anthropomorphis
Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspekaspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran,
mereka menganggap bahwa keadaan Tuhan itu sama dengan
manusia. Pekerjaan tuhan mencari dan menghukum orang yang
berbuat jahat disaat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Anak
menganggap bahwa tuhan dapat melihat segala perbuatannya
langsung kerumah- rumah mereka sebagaimana layaknya orang
mengintai.
4) Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mulamula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal
kalimat- kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang
mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang
diajarkan kepada mereka. Perkembangan agama pada anak sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia
dewasanya.
5) Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak- anak pada
dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan solat misalnya, mereka
laksanakan karena hasil melihat realitas dilingkungan, baik berupa
pembiasaan maupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
anak merupakan peniru yang ulung, dan sifat peniru ini merupakan
modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak.
6) Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang
terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda
pada rasa kagum orang dewas. Rasa kagum pada anak- anak ini
belum bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum
terhadap keindahan lahiriyah saja.
Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 53) Perkembangan agama
dengan pendekatan moral kognitif : Perkembangan kognitif merupakan
dasar bagi perkembangan moral, teori perkembangan kognitif secara
general melalui tiga tahap. Ketiga tahap perkembangan kognitif tersebut
adalah: Pertama, tahap pra-operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak
belum mampu berfikir secara logis dan abstrak. Kedua, tahap operasional
(7-11 tahun). Pada tahap ini, anak- anak mulai menggunakan klasifikasi
dan logika yang operasional. Ketiga, tahap operasional formal (setelah usia
11 tahun). Pada tahap ketiga, anak mulai mengembangkan mental dan
berfikir secara abstrak dan konseptual. Pada tahap inilah anak- anak
mampu membedakan yang benar dan yang salah serta membuat keputusan
sendiri, sehingga perkembangan agamanya dapat diketahui dengan mudah.
Namun kepentingan kita disini melihat perkembangan agama pada anak
usia dini.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Menurut Harms dalam Suyanto (2005: 58), ada tiga tahapan
tentang pemikiran atau perkembangan pada anak. Tiga tahap tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Tahap firatel (usia 3-6 tahun). Pada tahap ini anak merepresentasikan
keadaan Tuhan yang menyerupai raksasa, hantu, malaikat bersayap, dan
lain sebagainya.
b. Tahap realistis (7- 12 tahun). Pada tahap ini, anak cenderung
mengonkritkan beragama. Tuhan dan malaikat dipersepsikan sebagai
penampakan yang nyata. Mereka bagikan “manusia” yang luar biasa
dan berpengaruh bagi kehidupan dibumi.
c. Tahap individualistik (13-18 tahun). Tahap ini ditandai dengan adanya
tiga kategori, yaitu ide beragama kolot, mistis, dan simbol. Pada tahap
ini, anak sudah mulai menentukan pilihan terhaadap model agama
tertentu.
Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 36-42) anakanak akan menjadi tumbuh yang berkarakter apabila mereka berada di
lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar
menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan
tanggung jawab keluarga, sekolah dan seluruh komponen masyarakat.
Usaha
tersebut
harus
dilakukan
secara
terencana,
terfokus
dan
komperhensif. Pengembangan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini
melalui pengembangan pembiasaan berprilaku dalam keluarga dan
sekolah.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
a. Pengembangan berprilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
pertama dan paling efektif untuk melatih berbagi kebiasaan yang baik
pada anak ada 10 hal penting yang harus diperhatikan yaitu:
1. Moralitas penghormatan
Hormat merupakan kunci utama untuk dapat hidup harmonis
dengan masyarakat. Moralitas penghormatan mencakup:
a) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri
sendiri tidak terlibat dalam prilaku yang merugikan diri sendiri.
b) Penghormatan kepada sesama manusia meskipun berbeda suku,
agama, kemampuan ekonomi dan seterusnya.
c) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan
Tuhan.
2. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap
Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia
bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses terus menerus dan
memerlukan kesabaran orangtua untuk melakukan pendidikan
tersebut.
3. Mengajarkan prinsip menghormati
Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya
merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang
tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
kepada anak dapat dilakukan misalnya menghargai pendapat anak,
menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak.
4. Mengajarkan dengan contoh
Pembentukan prilaku pada anak mudah dilakukan melalui
contoh. Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana
seharusnya anak berprilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua
juga bisa membacakan buku- buku yang didalamnya terdapat pesanpesan moral. Orang tua hendaknya mengontrol acara-acara televisi
yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang disukai
anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan
moralnya.
5. Mengajarkan dengan kata-kata
Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya
menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya
anak dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang
buruk, karena orang lain tidak akan percaya kepadanya.
6. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya
Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya
merebut mainan adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh
untuk berfikir jika ada anak lain merebut mainnanya, apa reaksinya.
7. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Anak-anak di didik untuk menjadi pribadi yang altruistik,
yaitu peduli pada sesamanya. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih
elalui pemberian tanggung jawab.
8. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol
Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan
perkembangan moral anak. Anak diberi pilihan untuk menentukan
apa yang akan dilakukaknnya namun aturan-aturan yang berlaku
harus ditaati.
9. Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar pembentukan moral
Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan
kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang baik pada
anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga
belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain.
10. Menciptakan keluarga bahagia
Pendidikan moral pada anak tidak menjadi konteks keluarga.
Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih
mudah jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga
yang bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia
merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan
dengan perkembangan moral anaknya.
b. Pengembangan kebiasaan berprilaku yang baik disekolah
Bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan
moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman
kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanakkanak
emberikan
pengaruh
positif
pada
perkembangan
anak
selanjutnya.
Di lembaga pendidikan formal anak usia din, peran pendidikan
dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil dan
penghormatan.
2. Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidikan
dengan mengenal secara baik anak didiknya.
3. Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.
3. Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral
a. Pengertian Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral
Dalam kamus Bahasa Indonesia, metode adalah cara literatur
yang digunakan untuk melaksanakan seuatu pekerjaan agar tercapai
suatu yang dikehendaki.
Menurut Syahidun (2009:75) metode merupakan salah satu
komponen pendidikan yang cukup penting untuk diperhatikan
penyampaian materi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan yang
sering gagal karena metode yang digunakan kurang tepat.
Menurut Darajat (2011: 1), metode berarti suatu cara kerja yang
sistematik dan umum seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Sedangkan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
metode agama Islam yaitu suatu cara menyampaikan bahan pelajaran
agama Islam.
Menurut Abdul Mujib (2008: 165), metode adalah proses dan
hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dam berhasil
menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan
ajaran agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah
belajar peserta didik secara mantap.
Menurut Riyanto, (2002:32) metode pembelajaran adalah
seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk
kualitas pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa pengertian metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya
yang dilakukan pendidik agar proses belajar mengajar pada peserta
didik tercapai sesuai dengan tujuan atau mendapatkan hasil yang
optimal.
b. Macam- Macam Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral
Menurut Moeslichatun, (2004:24) membagi metode penanaman
nilai- nilai agama dan moral menjadi 5 yaitu:
1.
Bermain
Pendekatan penerapan metode bermain merupakan bermacam
bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang
bersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam
kegiatan dan yang secara imajinatif ditranformasi sepadan dengan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi
pertumbuhan anak, oleh karena begitu besar nilai bermain dalam
kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam
pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak
yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK belajar adalah
bermain dan bermain sambil belajar.
2. Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode di TK untuk
memperoleh
informasi,
kesempatan
atau
mengkaji
untuk
segala
mengobservasi,
sesuatu
memperoleh
secara
langsung.
Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak
karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal,
memperoleh perluasan informasi. Juga memperkaya lingkup
program kegiatan belajar anak TK yang tidak mungkin dihindarkan
dikelas; seperti melihat bermacam hewan, mengamati proses
pertumbuhan, tempat- tempat khusus dan pengelolaannya, bermacam
kegiatan transportasi, lembaga sosial dan budaya. Jadi dari
karyawisata anak dapat belajar dari pengalaman sendiri, dan
sekaligus anak dapat melakukan generalisasi berdasarkan sudut
pandang mereka.
3. Bercakap- cakap
Dalam metode ini bercakap- cakap mempunyai makna
penting bagi perkembangan anak taman kanak- kanak karena
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
bercakap- cakap dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi
dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan
kegiatan bersama. Juga meningkatkan keterampilan menyatakan
perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal.
Oleh karena itu, penggunaan metode bercakap- cakap bagi anak TK
terutama akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosional
dan kognitif, dan terutama bahasa.
4. Bercerita
Bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan nilainilai agama dan nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Seorang
pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang
menarik dan hidup, keterlibatan anak terhadap dongeng yang
diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan
menjadi pengalaman yang unik bagi pendengar. Ada bermacam
teknik mendongeng antara lain: membaca langsung dari buku cerita,
menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan cerita,
menceritakan dongeng, bercerita dengan menggunakan boneka,
bercerita dengan menggunakan permainan peran, bercerita dari
majalah gambar, bercerita melalui rekaman audio.
5. Demonstrasi
Metode demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan
menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukan dan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
menjelaskan cara- cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi
diharapkan anak dapat mengenal langkah- langkah pelaksanaan.
Menurut Ulwan, (2007:142) metode alternative yang lebih
efektif dengan penerapan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh
dalam mempersiapkan anak secara mental, spirituak dan etos sosial
sehingga anak mencapai kematangan yang sempurna memeiliki
wawasan yang luas diantaranya:
1. Keteladanan
Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah
metode pendidikan dengan keteladanan. Yang dimaksud dalam
metode keteladanan disini adalah metode pendidikan dengan cara
memberi contoh perbuatan yang baik kepada peserta didik baik
ucapan maupun perbuatan.
2. Pembiasaan
Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting,
terutama dalam pembentukan kepribadian akhlak dan agama pada
umumnya. Karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan
memasukan unsur- unsur positif dalam pribadi anak yang sedang
tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya dari
pembiasaan itu akan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama
kedepannya.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
3. Nasehat
Nasehat merupakan sajian gambaran tentang kebenaran dan
kebijakan, dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk
menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan yang
bahagia.
4. Bercerita
Dalam pendidikan Islam, dampak edukatif kiasah sulit
digantikan oleh bentuk-bentuk lainnya. Pada dasarnya kisah-kisah
Al-Quran membiasakan dampak psikologis dan edukatif yang baik
dan cenderung mendalam sampai kapnpun. Pendidikan kisah-kisah
tersebut mengiringi anak kedalam kehangatan perasaan, kehidupan
dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah
prilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan,
pengarahan, penyimpulan dan pelajaran yang dapat diambil dari
kisah-kiasah tersebut.
5. Aspek- aspek penanaman nilai- nilai Agama dan Moral
Aspek nilai-nilai agama dan moral pada intinya dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah dan nilai-nilai
akhlak. (Toto Suryana, dkk; 1996: 148-150)
a. Nilai-nilai akidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya
Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam
semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenh hati bahwa Allah
itu ada dan Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk
menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan
takut untuk berbuat dzalim atau kerusakan di muka bumi ini.
b. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manuasia agar dalam setiap
pertbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai
ridho Allah. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan
manusia-manusia yang adil, jujur dan suka membantu sesamanya.
c. Nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan
berprilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,
sehingga akan membawa kepada kehidupan manusia yang tentram,
damai, harmonis dan seimbang. Dengan demikian jelas bahwa manusia
pada kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan manusia baik dalam
kehidupan didunia maupun kehidupan di akhirat.
Mulyasa, (2011:5) Aspek nilai-nilai agama dan moral dalam
permendiknas nomer 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia
dini, dikemukakan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan formal, non formal dan
informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak,
raudatul athfal dan bentuk lain yang sederahat; pada jalur nonformal
bentuk kelompok bermain, taman penitipan anak dan bentuk lain yang
sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga
dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Standar tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan
moral kelompok usia 2-6 tahun sebagai berikut:
Tingkat Pencapaian
Lingkup Perkembangan Nilai Agama dan
Perkembangan
Moral
>2-3 Tahun
Pada umur ini anak mampu bersenandung
lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa/
berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan serta menirukan sikap berdoa,
meniru gerakan beribadah, mendengarkan
cerita sederhana tentang kebesaran tuhan,
mengenal
benda
nama-nama
Tuhan,
mainannya,mengucapkan
merawat
salam,
terima kasih, maaf dan kata-kata santun
>3-4 tahun
Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti
nyanyian lagu keagamaan, mengikuti bacaan
doa dengan lengkap sebelum melakukan
kegiatan dan menirukan sikap berdoa,
menirukan gerakan beribadah dengan tertib,
menyayangi orang tua, guru, teman dan
menyebutkan contoh ciptaan Tuhan secara
sederhana.
>4-5 Tahun
Pada usia ini anak mampu menyanyikan
lagu
keagamaan,
berdoa sebelum
dan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
sesudah melakukan kegiatan dengan sikap
berdoa, dapat melakukan gerakan beribadah,
membedakan ciptaan tuhan dengan buatan
manusia, mengenal / memahami sifat-sifat
tuhan dan selalu mengucapkan salam dan
terima kasih setelah menerima sesuatu.
>5-6 Tahun
Anak pada usia ini mampu menyanyikan
lagu keagamaan, selalu berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan yang dilakukan
dengan sikap yang benar, dapat melakukan
ibadah, membedakan ciptaan tuhan dengan
buatan manusia, menyayangi semua ciptaan
Tuhan
dan
menunjukkan
perilaku
memelihara ciptaan tuhan, menunjukkan
perilaku atas dasar keyakinan adanya Tuhan.
Dan
menolong
teman,
orang
dewasa,
menghargai teman serta tidak memaksakan
kehendak.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini menurut pakar pendidikan yaitu kelompok manusia
yang berusia 0-6 tahun, sehingga anak usia dini adalah kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (kordinasi
motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sifat dan prilaku serta
agama, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2009: 87-88).
Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra
operasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsepkonsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan
serta merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya
abstrak secara cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di TK harus pandai
dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk
menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin
disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk
bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau
pendidik akan mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai moral secara
optimal.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Anak- anak adalah generasi penerus bangsa, merekalah yang
membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak
ketinggalan dengan bangsa- bangsa lain.
Jadi dapat disimpulkan Anak Usia dini merupakan masa keemasan
(golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan
manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam
perkembangan anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian
dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta
kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
2. Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Suyadi (2010:65), mengemukakan beberapa aspek
perkembangan anak usia dini, antara lain:
a. Perkembangan fisik- motorik pada anak usia dini
Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.
Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang
telah ada sejak lahir. Dengan demikian sebelum perkembangan gerak
motorik ini mulai berproses, maka anak tetap akan tak berdaya.
Perkembangan fisik- motorik terdiri atas dua jenis yaitu perkembangan
gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras
dan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak
tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada anak- anak bermula dari perhatian
mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia empat bulan anak
mampu melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya terpenuhi,
dalam perkembangan selanjutnya anak- anak akan mencari apa yang
diinginkan secara mandiri. Kemudian pada usia 18 bulan, penalaran
anak- anak sudah berkembang lebih tinggi ia sudah mampu mencari
benda- benda yang sengaja disembunyikan diberbagai tempat yang
tersembunyi. Pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak- anak
sudah mulai mampu melakukan manipulasi lingkungan dan senang
mencoba hal- hal baru. Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih
tinggi, anak- anak mulai menaruh perhatian pada simbol- simbol
disekitarnya tahap ini biasanya dilalui anak ketika usianya telah
mencapai 5,5 hingga 6 tahun.
3) Perkembangan bahasa
Anak- anak memperoleh kemampuan bahasa dengan cara yang
sangat menakjubkan. Selama usia dini yaitu sejak lahir hingga usia 6
(enam) tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apalagi kosakata secara
khusus. Akan tetapi pada akhirnya usia dininya rata- rata anak telah
menyimpan lebih dari 14.000 kosa kata. Sungguh ini merupakan angka
yang fantastis untuk ukuran anak usia dini. Pada perkembangan
selanjutnya, anak mampu menambah kosakata secara mandiri dalam
bentuk komunikasi yang baik.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
4) Perkembangan sosial- emosional
Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak
dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga
masyarakat secara luas. Sementara perkembangan emosional adalah
luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan
demikian perkembangan sosial- emosional adalah kepekaan anak untuk
memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan
sehari- hari.
5) Perkembangan nilai- nilai moral dan keagamaan
Perkembangan nilai- nilai moral keagamaan pada anak lebih
berupa doktrin teologis yang disampaikan orang tua kepada anaknya,
orang tuanya terus menanamkan doktrin- doktrin agama sehingga
muncul rasa beragama dalam dirinya, walaupun belum dipahami oleh
anak karena tahap perkembangan anak belum sampai menerima doktrin
agama.
Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek
perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik
bahasa, sosial, emosional, serta kognitif. Menurut Piget dalam Slamet
Suyanto (2003: 53-65), semua anak memiliki pola perkembangan kognitif
yang sama yaitu melalui empat tahapan:
a. Tahapan Sensori Motorik (0-2 tahun)
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan
dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih
banyak menggunakan gerak reflek dan indranya untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Pra Operational (2-7 tahun)
Pada perkembangan pra operational, proses berfikir anak mulai
lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu
semua berada diluar pandangan, pendengaran atau jangkauan
tangannya.
3) Konkret Operasional (7-11 tahun)
Anak sudah dapat memecahkan persoalan- persoalan sederhana
yang bersifat konkrit dan anak dapat memahami suatu pernyataan,
mengklasifikasikan (warna) dan mengurutkan (angka).
4) Formal Operasional (11 tahun ke atas)
Pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda- benda dan kejadian
arus
atau
terpengaruh
orang
lain,
tetapi
ia
sendiri
sudah
mengembangkan suatu nilai atau moral yang ia gunakan untuk
memecahkan berbagai persoalaan yang terkait dengan moral atau nilai.
Menurut Rose dalam bukunya Wiwien Dinar Prasasti (2008:5-6),
perkembangan manusia melalui 4 tahap :
a. Masa bayi, sejak lahir sampai usia dua tahun. Pada masa ini, seorang
bayi mengenali lingkungannya melalui indra. Bayi belum tahu tentang
ide atau penalaran yang dapat mereka rasakan hanya kesenangan dan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
rasa sakit. Namun demikian, bayi bersifat aktif, memiliki rasa ingin
tahu yang besar, serta dapat belajar dengan cepat. Bayi akan berusaha
merahi dan menyentuh semua benda yang ada disekitarnya. Dengan
menyentuh benda- benda tersebut bayi itu belajar tentang rasa panas,
dingin, keras, lembut, ataupun ciri- ciri objek lainnya. Bayi juga mulai
belajar bahasa dan mengoreksi kesalahannya dalam berbahasa.
b. Masa anak- anak, usia 2- 12 tahun. Masa ini ditandai oleh kemampuan
untuk mandiri: mulai berjalan sendiri, makan sendiri, berbicara, serta
berlari. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan penalaran yang
bersifat intuitif karena berhubungan langsung dengan gerakan tubuh
dan indra. Misalnya, seorang gadis kecil yang berhasil melemparkan
bola maka ia akan menunjukan pengetahuan intuitif tentang kecepatan
dan jarak.
c. Masa anak- anak usia 12- 15 tahun. Masa ini merupakan masa transisi
dari masa anak- anak menuju masa dewasa. Selama periode ini, anak
memperoleh kekuatan yang luar biasa. Mereka mampu mendorong
kereta kecil atau bekerja seperti orang dewasa. Masa ini juga ditandai
oleh perkembangan kognitif. contohnya mereka mulai mampu
memecahkan masalah- masalah geometris dan sains. Kemampuan
kognitif dapat dilatih melalui tugas- tugas yang konkrit dan
bermanfaat. Misalnya bercocok tanam, belajar menjadi tukang kayu,
atau membuat peta. Sampai dengan tahap ketiga ini secara alami anak
masih bersifat pra- social artinya mereka hanya peduli pada hal- hal
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan belum memikirkan
hubungan sosial. Mereka lebih tertarik untuk bekerja secara fisik dan
belajar dari benda- benda yang ada dialam. Dunia buku dan
lingkungan sosial merupakan hal- hal yang asing.
d. Tahap dewasa, 25 tahun keatas. Tahap ini ditandai oleh pubertas dan
kepedulian terhadap lingkungan sosial. Tanda- tanda lainya berupa
perubahan hati yang sering tiba- tiba, mudah marah tanpa alasan yang
jelas, mulai peduli terhadap lawan jenis dan orang lain, mulai
merasakan kebutuhan seksual, serta mulai mampu memahami konsepkonsep abstrak dan mengembangkan minat pada sains dan moral.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Hurlock dalam Suyadi (2013:55) keunikan perbedaan
tumbuh kembang anak tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni:
a. Faktor lingkungan sosial yang menyenangkan anak
Hubungan anak dengan masyarakat yang menyenangkan
terutama
dengan
anggota
keluarga
akan
mendorong
anak
mengembangkan kecenderungan menjadi terbuka dan menjadi lebih
berorientasi kepada orang lain karakteristik yang mengarah ke
penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik.
b. Faktor Emosi
Tidak adanya hubungan atau ikatan emosional akibat penolakan
anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua, dapat menimbulkan
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
gangguan kepribadian pada anak. Sebaliknya pemuasan emosional
mendorong perkembangan kepribadian anak semakin setabil.
c. Faktor keluarga di masa kanak- kanak
Anak yang tumbuh dan berkembang di tengah- tengah keluarga
besar akan bersikap dan berprilaku otoriter. Demikian pula anak yang
tumbuh dan berkembang ditengah keluarga yang cerai kemungkinan
besar ia akan menjadi anak yang cemas, tidak mudah percaya, dan
sedikit kaku.
d. Faktor rangsangan lingkungan
Lingkungan merupakan suatu pendorong tumbuh kembang
anak, khususnya dalam hal kemampuan atau kecerdasan. Lingkungan
yang merangsang dapat mendorong perkembangan fisik dan mental
secara baik.
e. Faktor penghambat anak usia dini antara lain:
1) Gizi buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan menjadi
rendah.
2) Cacat tubuh yang mengganggu perkembangan anak.
3) Tidak adanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan
kelompok sosial dimana anak tersebut tinggal.
4) Tidak adanya bimbingan dalam belajar (PAUD)
5) Rendahnya motivasi dalam belajar
6) Rasa takut dan minder untuk berbeda dengan temannya dan tidak
berhasil.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
4. Pengasuhan Anak Usia Dini dalam Islam
Menurut Mohamad Sohib (2010: 16) keterkaitan pola asuh orang
tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua
dalam “mengatakan dasar- dasar disiplin diri kepada anak untuk
membantu
mengembangkannya
sehingga
anak
memiliki
displin
diri.pengasuhan dalam Islam secara umum dapat dipahami sebagai upaya
untuk mempersiapkan generasi Islam dari aspek jasmani, akal dan rohani.
Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi
kepemilikan dan pengembangan dasar- dasar disiplin diri, menunjukan
adanya kebutuhan internal yaitu: (1) Tingkat rendah, manakala anak masih
membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan
mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan naluri). (2)
Tingkat menengah, manakala anak kadang- kadang masih membutuhkan
bantuan dari orang tua untuk meiliki dan mengembangkan dasar- dasar
disiplin diri (berdasarkan nalar). (3) Tingkat tinggi, manakala anak sedikit
sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan serta kontrol orang tua untuk
memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan kata
hati).
Sebagai orang tua perlu memberikan bimbingan kepada anaknya
agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan oleh orang tua yakni:
a. Membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya masingmasing sesuai dengan jenis kelaminnya, agar mampu saling
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
menghormati dan tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan
yang baik dan di ridhai Allah.
b. Membantu anak- anak mengenal dan memahami nilai- nilai yang
mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga bermasyarakat dan
mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridha Allah.
c. Mendorong anak- anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar
mampu merealisasikan dirinya sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat yang beriman.
d. Membantu anak- anak untuk memasuki kehidupan bermasyarakat
setahap demi tahap melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang
tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab sendiri
atas sikap dan prilakunya.
e. Memnatu dan memberi kesempatan serta mendorong anak- anak
mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan
keagamaan, didalam keluarga dan masyarakat, untuk memperoleh
pengalaman sendiri secara langsung sebagai upaya peningkatan iman.
5. Manfaat Cara Mendidik Anak Usia Dini
Manfaat dari cara mendidik anak usia dini antara lain:
a. Membantu mengarahkan potensi yang dimiliki anak dalam masa
tumbuh
kembangnya
sehingga
mereka
lebih
mampu
untuk
bereksplorasi dengan sendirinya.
b. Membantu anak untuk mengasah kemampuan fisiknya agar mampu
menjaga keseimbangan pertumbuhannya.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
c. Membantu anak dalam mengasah pikiran dan nalarnya sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Anak yang cerdas tumbuh dari ketekunan
dan pengaruh lingkungan yang positif.
C. Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan 2 skripsi sebagai pembanding:
Skripsi pertama oleh Rofingah dengan judul Bentuk- Bentuk
Penanaman Nilai- nilai Moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen Banyumas
Tahun Pelajaran 2003/2004, Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganaegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
bentuk- bentuk penanaman nilai- nilai moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen
Banyumas, mengetahui hasil dari penanaman nilai moral dan kendalanya.
Persamaan dengan peneliti sama- sama meneliti tentang nilai moral
dan menggunakan jenis penelitian yang sama deskriptif kualitatif, sedang
perbedaanya adalah peneliti terdahulu hanya meneliti tentang bentukbentuk nilai moralnya sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara
penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini.
Skripsi kedua oleh Marlina Rahayu dengan judul peranan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan
moral pada siswa anak berkebutuhan khusus (studi deskriptif analisis di
SMP
Putra
Harapan
Purwokerto),
Program
Studi
Pendidikan
Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
untuk mengetahui peranan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam menanamkan nilai dan moral siswa anak berkebutuhan khusus.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang
penanaman nilai dan moral dan menggunakan jenis penelitian yang sama
yaitu deskriptif kualitatif, sedang perbedaannya adalah jika peneliti
terdahulu
variabelnya
tentang
peran
pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan moral pada siswa anak
berkebutuhan khusus sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara
penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini.
Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
Download