Uploaded by User92394

(ESTERIFIKASI)

advertisement
I.
HARI DAN TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 15 Februari 2021
II.
JUDUL PRAKTIKUM
Esterifikasi (Etil Asetat)
III. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Memahami reaksi esterifikasi asam karboksilat dan alkohol.
2. Memahami rangkaian proses sintesis etil asetat.
3. Menentukan rendemen etil asetat hasil reaksi.
IV. PRINSIP DASAR
Prinsip percobaan esterifikasi didasari pada reaksi pembentukan ester
yang diperoleh dari reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol
dengan bantuan katalis asam yaitu asam sulfat.
V.
DASAR TEORI
A. Asam Asetat
Asam asetat merupakan senyawa kimia asam organik yang dikenal
dengan asam cuka. Asam asetat dikenal sebagai pemberi rasa asam dan
aroma dalam makanan. Rumus ini sering ditulis dengan bentuk
CH3COOH. Asam asetat murni adalah cairan higrokopis tak berwarna
dan memiliki titik beku 16,7oC. Asam asetat merupakan hasil olahan
makanan melalui fermentasi. Fermentasi glukosa secara anaerob
menggunakan khamir Saccharomyces cerevicae menghasilkan etanol.
Fermentasi etanol secara aerob menggunakan bakteri Acetobacter aceti
menghasilkan asam asetat (Wusnah, 2010).
Asam asetat atau asam etanoat adalah senyawa organik yang
termasuk dalam golongan asam karboksilat dengan gugus fungsinya
adalah :
Gambar 5.1 Gugus Fungsi Asam Karboksilat (Triharto, 2010)
Sedangkan rumus kimia dari asam asetat sendiri adalah :
Gambar 5.2 Struktur Asam Asetat (Triharto, 2010)
Asam asetat adalah monoprotic acid yang lemah, sehingga hanya
sebagian kecil ion saja yang dapat terdisosiasi dalam air dan reaksi ini
ada kesetimbangan yang dapat bergeser ke kiri atau ke kanan tergantung
pada kondisi dari reaksi. Proses terdisosiasinya asam asetat dalam air
dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar 5.3 Reaksi Disosiasi Asam Asetat dalam Air (Triharto, 2010)
Tabel 5.1 Sifat Fisika Asam Karboksilat
Parameter
Kadar
Bentuk
Berat Molekul
Titik didih
Titik lebur
Densitas
Keterangan
99,5%
Cairan tak berwarna
60 kg/mol
117,87oC
16,6oC
1,049 kg/L
(Sumber : Harjanto, 2012)
Tabel 5.2 Sifat Kimia Asam Karboksilat
Reaksi
Penyabunan
Hasil
Asam asetat bereaksi dengan
menghasilkan natrium asetat.
soda
kaustik
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Esterifikasi
Asam asetat bereaksi dengan alkohol menghasilkan
ester.
CH3COOH + C5H11OH ↔ CH3COOC5H11 + H2O
(Sumber : Harjanto, 2012)
Karakteristik dari asam karboksilat dapat dilihat pada Tabel 5.3. Bau
dari asam karboksilat sangat tidak enak dan gugus OH- pada asam
karboksilat tidak berperilaku seperti basa ion hidroksida OH-. Hal ini
terjadi karena oksigen memiliki sifat keelektronegatifan yang tinggi
sehingga dengan adanya dua atom oksigen pada asam karboksilat akan
membantu membawa ekstra muatan negatif yang menyebabkan atom
hidrogen terdisosiasi. Hal inilah yang menyebabkan asam karboksilat
berperilaku seperti asam dan tidak seperti basa seperti pada Gambar 5.2
(Triharto, 2010).
Tabel 5.3 Karakteristik Asam Karboksilat
Parameter
Polaritas gugus fungsi
Ikatan Hidrogen
Kelarutan dalam air
Titik leleh dan titik didih
Karakteristik
Karena adanya ikatan polar O-H dan
C=O maka asam karboksilat adalah
senyawa polar.
Ikatan hidrogen antara Asam karboksilat
molekul juga kuat dan ikatan hidrogen
ini juga terjadi antara asam karboksilat
dengan air.
Asam karboksilat yang berat molekulnya
rendah sangat larut dalam air dan
solubilitasnya akan semakin turun
dengan bertambahnya jumlah atom
karbon.
Ikatan hidrogen yang kuat antar molekul
menyebabkan titik leleh dan titik didih
dari asam karboksilat sangat tinggi.
(Sumber : Triharto, 2010)
Gambar 5.4 Terdisosiasinya Asam Karboksilat Membentuk H+
(Triharto, 2010)
B. Etanol
Etanol merupakan salah satu produk penting dalam bidang kesehatan
dan energi, dapat dibuat menggunakan metode fermentasi atau biasa
juga disebut dengan peragian, yaitu proses perubahan kimia dalam suatu
substrat organik yang dapat berlangsung karena aksi katalisator
biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba hidup
tertentu, terjadi karena aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada
substrat organik sesuai. Fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat
bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan
bahan pangan tersebut (Fardiaz, 1992). Terjadi perubahan kimia dari zat
organik karena mikroorganisme penyebab fermentasi bereaksi dengan
substrat organik yang sesuai dengan pertumbuhannya (Buckle, 1985).
Tabel 5.4 Sifat Fisika dan Kimia Etanol
Parameter
Bentuk
Warna
Titik didih
Viskositas
Keterangan
Cair
Tidak berwarna
78,3oC pada 1013 hPa
1,2 mPa pada 20oC
(Sumber : LKDB UE No. 1907/2006)
C. Asam Sulfat
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat merupakan
senyawa kimia yang paling banyak diproduksi dibandingkan dengan
senyawa kimia lain. Kegunaan utamanya antara lain; pemrosesan biji
mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Asam sulfat juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
pupuk, bahan peledak, detergen, zat warna, insektisida, obat-obatan,
plastik, baja, dan baterai. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan,
tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang
higroskopis (kemampuan zat menyerap molekul air). Reaksi antara asam
sulfat dengan air sangat eksotermis sekali. Karena afinitasnya terhadap
air ini, asam sulfat pekat dapat digunakan untuk menghilangkan air dari
zat lain (Pudjaatmaka, 1992).
Tabel 5.5 Sifat Fisika Asam Sulfat
Parameter
Berat molekul
Keterangan
98,08 kg/kmol
Fase
Cair
Densitas (25oC)
1,8357 kg/liter
Titik didih
274oC pada 1 atm
Titik leleh
10,31oC pada 1 atm
(Sumber : Prihatini, 2011)
Tabel 5.6 Sifat Kimia Asam Sulfat
Reaksi
Sulfoning
agent
Sulfatasi
Sulfamatasi
Netralisasi
Pembuatan
Eter
Hasil
Mengganti hidrogen pada reaksi organik
R – H + HO → SO3H + H2O
Pembentukan gugus –OSO2OH pada karbin
CH=CH + HOSO2 → CHCHOSOOH
Penggabungan –SOOH dengan nitrogen
NH2CONH2 + H2SO4 + H2O → 2NH2SO2OH + CO2
Dengan basa membentuk garam dan air
H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + H2O
Dengan alkohol membentuk eter dan air
H2SO4 + 2C2H2OH → C2H5OC2H5 + H2O + SO3
(Sumber : Prihatini, 2011)
D. Natrium Karbonat
Natrium karbonat yang juga dikenal sebagai soda cuci dan soda
abu yang memiliki rumus kimia Na2CO3, ialah garam natrium dari asam
karbonat yang mudah larut di dalam air. Bentuk senyawa ini murni ialah
berwarna putih, bubuk tanpa warna yang mampu menyerap embun dari
udara, punya rasa alkalin atau pahit, dan membentuk larutan alkali yang
kuat. Natrium karbonat dapat diperoleh dengan cara diekstrak dari abuabu tanaman yang tumbuh di tanah yang kaya akan natrium. Selain itu,
dapat disintesis dalam jumlah yang besar dari garam natrium
klorida ataupun batu kapur dengan metode Solvay. Dapat juga dibuat
dengan proses Leblanc, proses Hou, proses solvay dan lainnya. Produksi
natrium karbonat dapat dibuat dengan cara memanaskan natrium
bikarbonat yang akan menghasilkan air dan karbon dioksida. Reaksi
tersebut adalah : 2 NaHCO3 → Na2CO3 + H2O + CO2 (Zumdahl, 2009).
Pada esterifikasi Na2CO3 berfungsi untuk menetralkan destilat
sehingga produk yang terbentuk memiliki pH=7. Natrium karbonat
digunakan untuk aplikasi sebagai berikut (Zumdahl, 2009) :
a. Pengendalian hama : Dapat digunakan untuk membunuh kecoa.
b. Digunakan sebagai bio-pestisida.
c. Cat dan korosi penghapusan.
d. Digunakan sebagai pH balancer.
e. Digunakan sebagai fungisida yang efektif.
f. Digunakan untuk memadamkan kebakaran kecil yang disebabkan
oleh minyak atau listrik.
g. Digunakan
sebagai
antasida
untuk
mengobati
gangguan
pencernaan asam dan mulas.
h. Digunakan sebagai bahan dalam beberapa obat kumur dan pasta
gigi.
i. Digunakan sebagai deterjen untuk menghilangkan teh atau kopi
noda atau untuk menghilangkan bau dari pakaian.
E. Kalsium Klorida
Kalsium dengan rumus molekul CaCl2 sering juga disebut Kalsium
(II) klorida, dan Kalsium diklorida. Senyawa ini memiliki nama IUPAC
yaitu calcium chloride yang biasanya berguna dalam penurunan titik
beku, pengolahan air, medis, sterilisasi hewan, sumber ion kalsium,
pengering, dan proses industri.Senyawa ini berbentuk serbuk putih, yang
bersifat higroskopis dan tidak berbau. Kalsium klorida ini larut dalam
CH3COOH, alkohol, etanol, metanol, aseton, dan piridin. Tetapi tidak
larut dalam NH3 cair, DMSO, CH3COOC2H5. Kalsium klorida dijumpai
sebagai hidrasi padat dengan rumus umum CaCl2(H2O)x dengan nilai x
= 0, 1, 2, 4, dan 6. Senyawa ini terutama digunakan untuk penghilang es
dan pengendali debu. Karena garam anhidrat yang higroskopis dan
digunakan
sebagai
desikan.
Kalsium
klorida
larut
dalam
air
menghasilkan klorida dan kompleks logam akuo [Ca(H2O)6]2+, yang
merupakan sumber kalsium "bebas" dan ion klorida bebas. Penjelasan
ini menggambarkan fakta bahwa larutan ini bereaksi dengan sumber
fosfat menghasilkan endapan kalsium fosfat (Alfionita, 2019).
Tabel 5.7 Sifat Fisika Kimia Kalsium Klorida
Parameter
Titik leleh
Keterangan
1045 K – 1048 K
Massa molar
110,98 gr/mol
Bau
Tidak berbau
Densitas
2,15 gr/cm3
Penampilan
Kelarutan dalam air
Serbuk putih, higroskopis
74,5 gr/100 ml (20oC)
(Sumber : Alfionita, 2019)
F. Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester
asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus -COOR dengan R dapat berupa alkil maupun aril.
Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1982).
Reaksi esterifikasi mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di
dalam trigliserida menjadi metil ester. Namun, membentuk campuran
metil ester dan trigliserida. Reaksi esterifikasi menurut Van Gerpen
(2004) ditunjukkan pada reaksi dibawah ini.
FFA + methanol → methyl ester + water
Reaksi esterifikasi berkatalis asam berjalan lebih lambat, namun
metode ini lebih sesuai untuk minyak atau lemak yang memiliki
kandungan asam lemak bebas relatif tinggi. Karena, dari bentuk reaksi di
atas, FFA yang terkandung di dalam trigliserida akan bereaksi dengan
methanol membentuk metil ester dan air. Jadi, semakin berkurang FFA,
metanol akan berekasi dengan trigliserida membentuk metil ester. Laju
reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan
radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju reaksi
serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan
data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan (Van Gerpen, 2004).
Laju esterifikasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam
karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju
pembentukan ester. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai
sifat sebagai berikut (Arita, 2008) :
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder,
dan paling lambat alkohol tersier.
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi
mempunyai batas konversi yang tinggi.
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi
atautidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.
G. Mekanisme Reaksi Esterifikasi
Esterifikasi adalah suatu reaksi ionik yang merupakan gabungan dari
reaksi adisi dan reaksi penataan ulang eliminasi.
Gambar 5.5 Reaksi Esterifikasi (Tarigan, 2009)
Asam anorganik yang digunakan sebagai katalis akan menyebabkan
asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari
asam karboksilat tersebutlah yang akan berperan sebagai substrat.
Struktur konjugasi asam karboksilat adalah sebagai berikut :
Gambar 5.6 Struktur Konjugasi Asam Karboksilat (Tarigan, 2009)
Asam karboksilat akan beresonansi hibrid :
Gambar 5.7 Resonansi Hibrid Asam Karboksilat (Tarigan, 2009)
Dengan demikian mekanisme reaksi esterifikasi antara asam
karboksilat dengan alkohol menurut Davidek adalah sebagai berikut :
Gambar 5.8 Mekanisme Esterifikasi (Tarigan, 2009)
Pada esterifikasi menggunakan asam karboksilat dan alkohol,
mekanisme yang terjadi yaitu melalui reaksi berikut (Fessenden, 1982) :
1. Tahap pertama
Tahapan awal terjadi protonasi pada oksigen yang terikat pada
karbonil (C=O) oleh ion hidrogen dari alkohol yang digunakan.
Akibatnya diperoleh karbokation yang bermuatan positif dan
menghasilkan struktur resonansi membuat gugus C=O karbonil
menjadi elektrofil yang stabil.
2. Tahap Kedua
Selanjutnya, karbon dari gugus C=O karbonil memungkinkan
terjadinya penyerangan nukleofil dari etanol (melalui atom oksigen).
Akan terjadi transfer proton dari intermediet yang terbentuk ke
gugus OH dari asam karboksilat awalnya. Akibatnya terbentuk
muatan positif pada oksigen dan menyebabkan terjadinya pelepasan
molekul H2O sebagai produk samping.
3. Tahap Akhir
Tahap terakhir yang terjadi yaitu deprotonasi H+ yang akan
terlepas kembali sehingga terbentuk ikatan rangkap antara C dengan
O dan terbentuklah produk ester yang diinginkan.
Dari proses terjadinya esterifikasi ini dapatlah diketahui bahwa
proses pembuatan ester dapat terjadi dengan disintesis melalui beberapa
jalur sintesis yang bergantung dari prekursor yang digunakan. Bahan
yang digunakan dapat berupa asam karboksilat, asil klorida, ataupun
anhidrida asam dengan reaktan lainnya yang berupa alkohol (Fessenden,
1982).
Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain
(Fessenden, 1982) :
1. Suhu. Hal ini lantaran sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat
mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi. Dimana sifatnya yang reversible, maka
salah satu perekatan harus di buat berlebih agar optimal saat
pembentukan ester.
3. Pencampuran. Dengan adanya pengadukan pada saat pencampuran,
molekul-molekul pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih
sering sehingga reaksi dapat berjalan secara optimal.
4. Katalis. Keberadaan katalisator dalam reaksi bisa mempercepat
jalannya suatu reaksi. Kereaktifan katalis tergantung pada jenis dan
konsentrasi yang digunakan.
5. Waktu reaksi. Apabila waktu bereaksi lama maka kesempatan
molekul-molekul pertumbukan semakin sering.
Adapun untuk beragam manfaat serta contoh dalam pengaplikasian
reaksi esterifikasi ini, antara lain adalah sebagai berikut (Fessenden,
1982) :
1. Industri Tekstil
Jika selama ini kita mengenal istilah poliester sebagai bahan atau
kain tekstil itu merupakan senyawa ester yang saling berpolimerisasi
membentuk polimer berupa poliester. Poliester memiliki banyak
sekali kegunaan dalam kehidupan manusia seperti sebagai bahan
pakaian.
Dalam industri, pembuatan poliester diawali melalui reaksi
esterifikasi yang melibatkan etilen glikol dengan asam benzena 1,4dikarboksilat yang kemudian melalui reaksi polimerisasi akan
menghasilkan rantai polimer berupa poliester.
Meskipun digolongkan sebagai reaksi polimerisasi, namun reaksi
ini juga termasuk ke dalam esterifikasi karena melibatkan
pembentukan produk ester dari alkohol dan juga asam karboksilat
turunannya.
2. Industri Makanan
Dalam industri makanan, esterifikasi juga mengambil peranan
penting. Senyawa ester merupakan senyawa yang banyak terkandung
dalam buah-buahan ataupun sayuran dimana senyawa ini memiliki
peran sebagai pembuat aroma dalam buah-buahan tersebut.
Dalam industri, membuat ester sintetik sebagai aroma makanan
dinilai lebih menguntungkan dibandingkan harus mengekstrak atau
mengisolasi minyak ester dari buah buahan tersebut. Oleh karena itu
reaksi esterifikasi juga diperlukan dalam industri ini dalam membuat
senyawa ester dari asam karboksilat yang memiliki rantai pendek
dengan alkohol yang juga memiliki rantai pendek.
Aplikasi dari senyawa yang dihasilkan yaitu sebagai esens
ataupun penyedap makanan. Contoh senyawa ester yang dihasilkan
yaitu isoamil asetat sebagai aroma pisang, amil butirat sebagai aroma
jambu, propil butirat sebagai aroma mangga, oktil asetat sebagai
aroma jeruk, amil valerat sebagai aroma apel, dan butil butirat
sebagai aroma nanas.
3. Industri Farmasi
Ester merupakan senyawa yang memiliki kegunaan dan aplikasi
yang sangat luas, salah satunya adalah dalam bidang farmasi.
Senyawa aspirin merupakan senyawa ester yang memiliki nama asli
yaitu asam asetil asetat. Pembuatan senyawa aspirin ini melibatkan
reaksi yang tidak lain yaitu esterifikasi dimana prekursor awal
berupa asam salisilat akan direaksikan dengan anhidrida asam asetat
menghasilkan suatu ester berupa asam asetil asetat.
Meskipun bukan berupa alkohol, namun asam salisilat merupakan
senyawa multifungsi yang dapat berperan sebagai alkohol. Hal itu
karena senyawa ini memiliki gugus hidroksil (OH) yang terikat
dalam strukturnya sehingga dapat berperan sebagai pengganti
alkohol dalam reaksi esterifikasi.
Hasil reaksi ini yaitu aspirin yang memiliki banyak kegunaan
dalam bidang medis seperti penghilang nyeri, rasa sakit, demam,
peradangan, dan lain lain.
H. Destilasi
Destilasi merupakan istilah lain dari penyulingan, yakni proses
pemanasan suatu bahan pada berbagai temperatur, tanpa kontak dengan
udara luar untuk memperolah hasil tertentu. Penyulingan adalah
perubahan bahan dari bentuk cair ke bentuk gas melalui proses
pemanasan cairan tersebut, dan kemudian mendinginkan gas hasil
pemanasan, untuk selanjutnya mengumpulkan tetesan cairan yang
mengembun (Adani, 2017).
Hal-hal yang mempengaruhi proses destilasi adalah jenis larutan,
volume larutan, suhu, waktu destilasi, dan tekanan. Hasil dari proses
destilasi disebut dengan destilat yaitu larutan hasil destilasi yang sudah
terkondisi yang berada di penampung yang telah tersedia (Adani, 2017).
Destilasi merupakan proses pemisahan dua atau lebih komponen zat
cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan
dengan memanaskan atau menguapkan zat cair lalu uap tersebut
didinginkan kembali supaya jadi cair dengan bantuan kondensor
(Adani, 2017).
Prinsip dasar dari destilasi adalah pemisahan suatu campuran atau
komponen zat berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen
tersebut. Titik didih disini dipengaruhi oleh interaksi antar molekul
pelarut dan zat terlarut. Titik didih pelarut akan meningkat ketika
ditambahkan zat terlarut, hal ini disebabkan karena bertambahnya
interaksi antar molekul dari pelarut dan zat terlarut. Ketika dipanaskan,
zat pelarut akan mendidih terlebih dahulu karena ikatan antar molekul
pelarut merupakan interaksi yang lebih lemah dari interaksi pelarut dan
zat terlarut dengan demikian didapatkan pemisahan zat terlarut dari
pelarutnya (Hedricson, 1988).
I. Ester
Ester merupakan salah satu senyawa derivat asam karboksilat dimana
gugus hidroksilnya (-OH) digantikan oleh gugus alkoksi (-OR) dari
alkohol. Senyawa yang dikategorikan sebagai derivat asam karboksilat
adalah senyawa-senyawa yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan
asam karboksilat. Contoh derivat asam karboksilat selain ester adalah
halida asam, anhidrida asam, amida, serta nitril. Halida asam merupakan
derivat yang paling reaktif karena mempunyai gugus pergi yang baik.
Kebanyakan ester merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan
cita rasa dan harum dari banyak buah-buahan dan bunga. Senyawa ester
juga memiliki hubungan sintetik dengan senyawa lain. Diantaranya ester
dapat dibuat dari senyawa anhidrida asam, asam karboksilat, ataupun
halida asam. Selain itu, dari senyawa ester dapat dihasilkan senyawa
asam karboksilat, amida, polyester, ester lain, dan alkohol (Ali, 2008).
J. Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3COOCH2CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, dan memiliki aroma khas. Senyawa ini
sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc
mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam yaitu hidrogen
yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam
air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada
suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam
air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat disintesis melalui
reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol dan hasilnya
beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai katalis
asam seperti asam sulfat (Carey, 1993).
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O
Reaksi di atas merupakan reaksi reversible dan menghasilkan suatu
kesetimbangan kimia. Oleh sebab itu, rasio hasil dari reaksi di atas
menjadi rendah jika air yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan
menggunakan aparatus Dean-Stark. Etil asetat dapat dihidrolisis pada
keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali.
Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena
berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer
yang tinggi biasanya digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris,
misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan
natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol (Abraham,
2010).
CH3COOC2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3COONa
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang biasa
digunakan sebagai penambah cita rasa. Dibandingkan dengan etanol, etil
asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi dibanding etanol
termasuk kelarutannya dalam gasoline. Selain dari penggunaannya
sebagai pelarut, etil asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk
meningkatkan bilangan oktan pada bensin serta dapat berguna sebagai
bahan baku kimia serba guna (Hart, 1983).
Tabel 5.8 Sifat Fisika Etil Asetat
Parameter
Berat molekul
Boiling point
Flash point
Melting point
Suhu kritis
Kelarutan dalam air
Keterangan
88,1 kg/kmol
77,1oC
-4oC
-83,6oC
250,1oC
7,7% berat 20oC
(Sumber : Prihatini, 2011)
Tabel 5.9 Sifat Kimia Etil Asetat
Parameter
Keterangan
Diammonolisis Menghasilkan asetamida;
CH3COOC2H5 + NH3 → CH3CONH2 + C2H5OH
Esterifikasi
Bereaksi dengan etil benzoate membentuk etil
benzoil;
C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 → C6 - H6 – CO CH2 – COO - C2H5
(Sumber : Prihatini, 2011)
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam
asetat dan etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer (Clark, 2007). Etil
asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Pine, 1998) :
1. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
2. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
3. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar.
4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen.
5. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam.
VI. ALAT DAN BAHAN
VI. 1 ALAT
No.
1.
Nama Alat
Satu
Set
Perangkat
Peralatan Refluks yang
terdiri dari :
 Statif dan klem
 Kaki tiga
 Kawat kasa
 Pemanas bunsen
(+Spiritus)
 Labu alas bulat
 Termometer
 Kondensor
 Adaptor penyambung
 Erlenmeyer / Wadah
Penampung Destilat
2.
Satu
Set
Perangkat
Peralatan
Destilasi
Sederhana yang terdiri dari :
 Statif dan klem
 Kaki tiga
 Kawat kasa
 Pemanas bunsen
(+Spiritus)
 Labu alas bulat
 Termometer
 Kondensor
 Adaptor penyambung
 Beaker Glass / Wadah
Penampung Destilat
Gambar
3.
Gelas ukur
4.
Corong Kaca
5.
Stopwatch
6.
Pipet Tetes
7.
Selang Air
8.
Ember
9.
Batu Didih
10.
Corong Pisah
11.
Kertas Lakmus
12.
Pipet volume + Filler
VI. 2 BAHAN
No.
Nama Bahan
1.
Etil Alkohol
2.
Asam Asetat Glasial
3.
Asam Sulfat Pekat
4.
Natrium Karbonat
Gambar
5.
Magnesium Sulfat Anhidrat /
Kalsium Klorida Anhidrat
6.
Air Es
VII. PROSEDUR KERJA
Menyiapkan peralatan esterifikasi.
15 mL etil alkohol dan 17 mL
asam asetat glasial.
Dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
Dikocok ad homogen.
2 mL asam sulfat pekat.
Ditambahkan pada labu alat bulat dan dipanaskan (refluks) selama
2 jam. Kemudian didinginkan.
Mengubah posisi kondensor untuk destilasi.
Dimasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat tersebut.
Didestilasi larutan sampai residu di dalam labu tersisa beberapa mL.
Hasil penyulingan ditampung
dalam erlenmeyer.
Hasil penyulingan didinginkan dalam rendaman air es.
Ditambahkan natrium karbonat ke dalam erlenmeyer.
Larutan diperiksa dengan kertas
lakmus biru hingga netral.
Larutan dipindahkan ke corong pisah. Lapisan bawah pada
corong pisah dibuang.
Ditambahkan 5-6 g Magnesium Sulfat Anhidrat / Kalsium Klorida
Anhidrat
Dekantasi etil asetat yang di dapatkan dan ditampung di labu destilasi.
Dimasukkan batu didih ke dalam labu alas bulat tersebut.
Larutan didestilasi pada suhu 77-78°C
Hasil destilat dikumpulkan.
Hasil destilat diukur volumenya dan dihitung rendemennya.
VIII. HASIL PERCOBAAN
VIII. 1 Data Esterifikasi
Tabel 8.1 Esterifikasi Etil Asetat
Parameter
Volume Etanol
Volume Asam Asetat Glasial
Volume Asam Sulfat Pekat
Volume Destilat (Etil Asetat)
Sebelum
Warna
Sesudah
Sebelum
Aroma
Sesudah
Hasil
15 mL
17 mL
2 mL
11 mL
Bening(tidak berwana)
Bening(tidak berwana)
Bau khas alkohol dan cuka
(menyengat)
Bau
seperti
balon
tiup
(menyengat)
(Sumber : Jurnal Sementara Pribadi)
VIII. 2 Rendemen Etil Asetat (% Destilat)

Volume Awal
= VEtanol + VAs.Asetat Glasial + VAs.Sulfat Pekat
= 15 mL + 17 mL + 2 mL
= 34 mL

Volume Akhir
= 11 mL

% Rendemen
=
% Rendemen
=
% Rendemen
= 𝟑𝟐, 𝟑𝟓%
Volume Akhir (mL)
Volume Awal (mL)
11 mL
34 mL
x 100%
x 100%
VIII. 3 Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat
CH3CH2OH
+
CH3COOH
Etanol
+
Asam Asetat
Asam Sulfat
CH3COOCH2CH3 + H2O
→
→
Etil Asetat
+
Air
IX. PEMBAHASAN
Esterifikasi adalah pembentukan ester dengan mereaksikan alkohol dan
asam karboksilat dengan katalis asam. Reaksi ini sering disebut esterifikasi
Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversible (Hart, 1983). Reaksinya adalah sebagai berikut :
(Sumber : Hart, 1983)
Dalam praktikum esterifikasi dilakukan percobaan esterifikasi dengan
bahan etil yang direaksikan dengan asam asetat dengan katalis asam sulfat.
Reaksi esterifikasi etil asetat adalah sebagai berikut :
CH3CH2OH
+ CH3COOH
Asam Sulfat
→
CH3COOCH2CH3
+
H2O
Pada percobaan ini diawali dengan pemanasan campuran asam asetatalkohol dengan menggunakan refluks. Sebelum dipanaskan, ke dalam
campuran tersebut ditambahkan beberapa butir batu didih. Batu didih
merupakan benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori, yang
biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang sedang dipanaskan. Biasanya,
batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, porselen, maupun
karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan kaca,
keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak bisa larut dalam
cairan yang dipanaskan.
Fungsi penambahan batu didih diantaranya untuk meratakan panas
sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. Pori-pori
dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih, maka
larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu,
lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan/ledakan (bumping). Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat
larutan akan mencapai titik didihnya. Hal ini dikarenakan dapat terbentuk
uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Sehingga, bisa
menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu didih harus
dimasukkan sebelum larutan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih akan
dimasukkan di tengah-tengah pemanasan (dikarenakan pada sebelum
pemanasan tidak dimasukkan batu didih), maka suhu larutan harus
diturunkan terlebih dahulu.
Selain diberi tambahan batu didih. Pada campuran asam asetat-alkohol
juga diberi 2 mL asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat di sini berfungsi
sebagai katalis yang digunakan untuk mempercepat reaksi. Katalis asam
sulfat dalam reaksi esterifikasi adalah katalisator positif karena berfungsi
untuk mempercepat reaksi esterifikasi yang berjalan lambat. Penambahan
katalis dilakukan secara perlahan dan dikocok, di mana hal ini bertujuan
agar campuran cepat homogen dan untuk menghindari terjadinya degradasi
campuran beraksi (asam asetat dengan etanol), kemudian juga bertujuan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya H2SO4
menguap), mengingat
bahwa sifat
reaksi
H2SO4
yang eksoterm.
Penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat reaksi karena
reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan etil
asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan
asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan
tinggi. Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki
tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat
reaksinya. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan
energi aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi
(k) akan semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar.
Selain itu, karena asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis),
maka untuk reaksi esterifikasi setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat
pekat dapat menggeser arah reaksi ke kanan (ke arah produk), sehingga
produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Proses pencampuran asam
asetat-alkohol dilakukan dengan menggunakan refluks karena refluks
digunakan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak
akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dikarenakan campuran tersebut
berupa campuran senyawa organik dimana pada umumnya reaksi-reaksi
senyawa organik terjadi begitu lambat, sehingga jika campuran dipanaskan
dengan cara biasa akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun
hasil reaksi. Oleh sebab itu, agar campuran tersebut reaksinya dapat
berlangsung cepat dan jumlah zat dalam campuran tidak berkurang, maka
dilakukan pemanasan menggunakan refluks selama ± 2 jam. Proses refluks
ini juga bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Selain itu refluks juga
berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap dari karbon karbonil dengan
oksigen (C–O) sehingga akan memudahkan gugus OH (sebagai Nu-) untuk
menyerang karbon karbonil. Dengan kata lain produk etil asetat yang
diinginkan dapat diperoleh dalam jumlah besar.
Setelah proses refluks selesai, larutan lalu didinginkan beberapa menit
dan kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Proses destilasi ini
digunakan untuk memisahkan antara senyawa etil asetat yang merupakan
produk utama dengan air atau dengan kata lain untuk mendapatkan etil
asetat murni. Hasil dari proses destilasi akan menetes melalui ujung alat ke
dalam gelas erlenmeyer (wadah penampung destilat). Saat proses destilasi
berlangsung harus selalu dijaga agar suhu yang tercantum pada termometer
± 77°C. Hal ini dikarenakan produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O
yang dapat dipisahkan dengan destilat karena antara air dan etil asetat
memiliki perbedaan titik didih yang cukup besar (air : 100°C sedangkan etil
asetat : 77°C). Sehingga destilat (memiliki titik didih rendah akan keluar
terlebih dahulu) adalah etil etanoat (etil asetat).
Destilat yang dihasilkan didinginkan di dalam air rendaman es, kemudian
diberi sejumlah kecil Na2CO3. Penambahan ini berfungsi agar menetralkan
hasil destilasi yang dihasilkan. Penetralan diperlukan agar sifat larutan
benar-benar bersifat netral. Hal ini dikarenakan dimungkinkan masih adanya
sifat keasaman yang dibawa oleh asam asetat. Sehingga untuk memastikan
bahwa larutan yang dihasilkan bersifat netral maka diberi Na2CO3. Larutan
yang bersifat netral akan mengubah warna lakmus menjadi biru.
Tahap selanjutnya adalah penambahan 5-6 gram kalsium klorida (CaCl2)
anhidrat ke dalam larutan yang diperoleh. Kemudian dimasukkan ke corong
pisah untuk memisahkan antara senyawa etil asetat dengan senyawa lain.
Setelah penambahan kalsium klorida maka dilanjutkan dengan penutupan
larutan agar larutan yang diperoleh tidak banyak menguap, mengingat
bahwa sifat dari etil asetat adalah mudah menguap. Sedangkan untuk
perlakuan, dimana larutan harus dikocok agar larutan menjadi homogen dan
harus didiamkan beberapa saat dengan tujuan agar mempercepat
terbentuknya endapan CaCl2. Senyawa yang ada di dasar corong pisah
(bagian bawah) kemudian dikeluarkan sedangkan senyawa yang berada di
atas itulah yang merupakan senyawa etil asetat.
Penambahan CaCl2 bertujuan untuk memisahkan senyawa etil asetat yang
diinginkan dari pengotor-pengotor yang masih ada dalam larutan. Sehingga,
penambahan larutan ini akan membuat ion Ca2+ dapat menarik ion-ion
karbonat yang ditambahkan sebelumnya, sehingga membentuk garam CaCl2
dan CaCO3, yang juga dapat dengan mudah dipisahkan dengan produk yang
diinginkan karena CaCl2 dan CaCO3 membentuk endapan yang berada di
dasar wadah karena memiliki massa jenis yang lebih besar dari produk yang
diinginkan. Selain itu penambahan CaCl2 ini juga bertujuan untuk mengikat
sisa-sisa air yang masih terkandung dalam senyawa etil asetat yang
diinginkan. Kemudian dekantasi senyawa etil asetat dan tampung senyawa
tersebut di labu destilasi. Ditambahkan beberapa butir batu didih ke dalam
labu tersebut, lalu destilasi kembali pada suhu ± 77-78°C. Senyawa etil
asetat yang sudah murni akan dihasilkan dan lalu dituangkan ke gelas ukur
untuk dihitung besar volume dan beratnya.
Berdasarkan hasil percobaan, hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda
dengan teori, atau bisa juga disebut percobaan ini membuktikan teori yang
sudah ada. Etil asetat yang dihasilkan tidak berwarna (bening), aroma dari
ester yang dihasilkan dalam percobaan beraroma wangi, menyengat seperti
balon tiup, hal tersebut juga sesuai dengan teori bahwa salah satu sifat ester
yang terkenal adalah beraroma wangi. Dari hasil percobaan didapatkan
destilat senyawa etil asetat sebanyak 11 mL dengan nilai rendemen sebesar
32,35%. Ketidaktepatan dan ketidakakuratan hasil percobaan dapat
disebabkan beberapa faktor seperti kekurangtelitian dalam cara pengerjaan,
baik pengukuran volume larutan, penimbangan berat, maupun proses
pengamatan dalam percobaan. Selain itu juga dapat disebabkan faktor
kesterilan alat kerja, di mana alat yang digunakan harus bersih dan kering
agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yan tertinggal pada alatalat yang digunakan. Sehingga, alat-alat yang kurang steril dapat
mempengaruhi hasil percobaan.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum esterifikasi yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Etil asetat didapat dengan cara esterifikasi asam asetat (CH3COOH) dan
etanol (CH3CH2OH) dengan katalis asam sulfat (H2SO4). Reaksi
esterifikasi dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, katalis, dan
perbandingan mol reaktan.
2. Reaksi esterifikasi etil asetat sebagai berikut :
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O
3. Esterifikasi etil asetat melibatkan proses refluks dan destilasi.
a. Prinsip refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun
pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
b. Destilasi merupakan pemisahan dari dua campuran berdasarkan
perbedaan derajat volatilitas dengan metode pemanasan dimana zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.
4. Berdasarkan hasil praktikum destilat (etil asetat) yang diperoleh sebesar
11 mL.
5. Nilai persentase (%) rendemen etil asetat yang diperoleh yaitu 32,35%.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Abraham. 2010. Penuntun Kimia Organik II. Kendari: Universitas Haluoleo.
Adani, S. I. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Pada Proses
Destilasi untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Jurnal Chemurgy, Vol. 1, No. 1, Hal. 31-35.
Ali, R. 2008. Sintesis Ester Arabinovanilat dengan Metode Fischer
MenggunakanPelarut Aseton. Depok : Universitas Indonesia.
Alfionita, T. 2019. Calcium Chloride (CaCl2) : Characteristics and
Molecular Interaction in Solution. Padang : Universitas Negeri Padang.
Arita, S. 2008. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari CPO Off Grade
dengan Metode Esterifikasi-Transesterifikasi. Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Buckle, C. 1985. Industrial use of Immobilized Enzymes and Cells. Bangkok
: Mahidol University.
Carey, F. 1993. Advanced Organic Chemistry Part B : Reaction a
Syntesis. London : Plenum Press.
Clark. 2007. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Alkohol. Jakarta : Erlangga
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
LKDB Ethanol. 2006. European Article, No. 1907.
Harjanto, A. G. 2012. Prarancangan Pabrik Iso-Amil Asetat dari Asam
Asetatdan Iso-Amil Alkohol Kapasitas 55.000 Ton/Tahun. Skripsi. Surakarta
:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi V. Jakarta :
Erlangga.
Hedricson. 1988. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintetik. Makassar :
Universitas Muslim Indonesia.
Pine, S. H. 1998. Kimia Organik II. Bandung : ITB.
Prihatini, D. 2011. Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Asam Asetat dan
Etanol dengan Proses Kontinu Kapasitas 20.000 Ton per Tahun. Skripsi.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pudjaatmaka, A. H. 1992. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Tarigan, J. 2009. Ester Asam Lemak. Karya Ilmiah. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Triharto, D. P. 2010. Studi Ketahanan Korosi Material Sus 316L, Sus 317L,
Sus 329J dan Hc-276 dalam Larutan Asam Asetat yang Mengandung Ion
Bromida. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia.
Van Gerpen, J. 2004. Biodiesel Production Technology. Iowa : Iowa State
University.
Wusnah. 2010. Pembuatan Asam Asetat dari Air Cucian Kopi Robusta dan
Arabika dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol.
7, No. 1, Hal. 61–72.
Zumdahl, Steven S. 2009. Chemical Principles 6th Ed. Houghton Mifflin
Company. Hal. A23. ISBN 0-618-94690-X.
XII. LAMPIRAN
Lampiran 1. Penyiapan Bahan
Lampiran 2. Proses Refluks pada Esterifikasi
Lampiran 3. Proses Destilasi pada Esterifikasi
Lampiran 4. Proses Pemisahan dengan Corong Pisah
Lampiran 5. Proses Destilasi Akhir Etil Asetat
Lampiran 6. Hasil Destilat (Etil Asetat) yang Diperoleh
Download