Uploaded by sabikhaanisa

SERVQUAL METHOD

advertisement
MAKALAH ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
(SERVQUAL Model dan Important Performance Analysis Model)
Dosen Pengampu
: Dr. Diah Yulisetiarini, M.Si.
Oleh :
1.
Reni Indah Oktavia (180810201036)
2.
Shafa Diazty Silvana (180810201041)
3.
Nia Prias Tuti Dewi (180810201047)
4.
Huzainatul Aini (180810201051)
5.
Nur Arif Afandi (180810201070)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
A. Definisi Kepuasan dan Kualitas ....................................................................................... 6
B. Kepuasan Konsumen (Pelanggan) ................................................................................... 7
C. Metode Perhitungan ........................................................................................................ 11
BAB III......................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR REFERENSI .............................................................................................................. 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan di era globalisasi dan informasi baik untuk perusahaan yang bermain di pasar
domestik atau merambah ke pasaran internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin
berkembang dan ada terus di pasar harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi
konsumennya disamping barang dan jasa yang bermutu baik, harga yang lebih murah, serta
penyerahan barang atau jasa yang lebih cepat dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini dilakukan
dalam upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi spesifik terhadap keseluruhan pelayanan yang diberikan pemberi jasa, sehingga kepuasan
pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan pengalaman yang pernah dialami saat proses pemberian
pelayanan.
Untuk memenuhi kebutuhan kualitas pelanggan yang ada, perusahaan maupun lembaga
pengelola Pusdokinfo (perpustakaan, dokumentasi, dan informasi) harus mengetahui siapa saja
para pengguna/pelanggan jasa mereka dan dapat menjawab kira-kira apa saja yang diinginkan
mereka. Para pengguna/pelanggan akan datang dan memakai jasa layanan tersebut jika suatu
instasi dapat menunjukan kualitas dari setiap produk dan jasa layanan mereka yang ditawarkan.
Dalam melakukan hal ini, para pimpinan harus bisa menentukan dari setiap dimensi kualitas
layanan, baik kumpulan kualitas produk dan jasa yang diyakini para eksekutif/pelaksana teknis
dalam memenuhi kebutuhan para pelanggannya. Sehingga pada akhirnya, perusahaan akan dapat
memahami dan menyediakan apa-apa yang menjadi harapan dan kebutuhan para pelanggannya.
Menurut Kotler (2003), kepuasan merupakan perasaan senang ataupun kecewa seseorang
yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan
3
harapan-harapannya. Apabila kinerja lebih kecil dari harapan konsumen akan merasakan tidak
puas. Apabila kinerja sama dengan harapan konsumen akan merasakan puas. Apabila kinerja
melebihi harapan, konsumen akan merasakan sangat puas. Ketika konsumen merasakan
ketidakpuasan, konsumen akan enggan untuk menggunakan lagi jasa perusahaan tadi. Mereka
akan cenderung untuk mencari perusahaan lain yang mereka anggap akan menawarkan tingkat
kepuasan yang mereka harapkan. Atau dengan kata lain jika tingkat kepuasan yang dirasakan
rendah, maka akan mempengaruhi niat untuk berpindah.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor atau ukuran keberhasilan bagi setiap
pengembangan dan implementasi sistem informasi pada suatu perusahaan maupun lembaga
pusdokinfo. Citra kualitas layanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi
pihak
penyedia
layanan,
melainkan
berdasarkan
sudut
pandang
atau
persepsi
pengguna/pelanggannya. Tentunya untuk mengetahui suatu kualitas layanan itu hendaknya diukur
dengan metode dan sistem yang sesuai dengan standar baku pelayanan publik, dan dalam
pembahasan ini disebut dengan metode “Servqual”. Sebagaimana yang dikatakan Huggest dalam
bukunya “Public Management and Administration (1994)”, bahwa era pendekatan legalistik yang
menghambat sektor pelayanan publik akan segera berakhir dan digantikan oleh era baru yang
disebut Servqual.
Pengertian secara umum mengenai kepuasan (ServQual: Service Quality) atau
ketidakpuasan konsumen merupakan hasil dari adanya perbedaan –perbedaan antara harapan
konsumen dengan kinerja yang dirasakan oleh konsumen tersebut. Pengertian lain menyebutkan
suatu kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Dengan kuesioner ini, kita bisa
mengetahui seberapa besar celah (gap) yang ada di antara persepsi pelanggan dan ekspetasi
pelanggan terhadap suatu perusahaan jasa. Dari beragam definisi kepuasan konsumen yang telah
diteliti dan didefinisikan oleh para ahli pemasaran, dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen
merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli terhadap suatu barang
atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan dengan harapan konsumen. Kepuasan
konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan konsumen itu sendiri. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang
atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat
melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang
4
atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang telah mengkonsumsi barang atau jasa
tersebut dan periklanan.
Kepuasan pelanggan terutama dibidang jasa menjadi keharusan agar perusahaan tetap
sukses. Keunggulan suatu jasa tergantung pada keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh
jasa tersebut. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh
atas keunggulan suatu jasa. Salah satu cara membedakan sebuah perusahaan jasa dengan
perusahaan jasa lainnya adalah memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari
pesaing secara konsisten. Dalam suatu industri jasa khususnya restoran, pihak manajemen beserta
karyawan restoran akan selalu berusaha untuk memenuhi dan melayani keinginan tamunya dengan
baik. Untuk itu pelayanan yang diberikan kepada tamu diusahakan berkualitas, sesuai standar yang
sulah dibuat oleh restoran/hotel untuk tercapainya keinginan tamu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penjabaran mendalam, perhitungan kepuasan layanan jasa (ServQual), dan
aplikasinya?
2. Apakah langkah-langkah dan upaya yang diambil untuk mencapai keefektifan kepuasan
layanan jasa (ServQual)?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan penjabaran mendalam, perhitungan kepuasan layanan jasa (ServQual), dan
aplikasinya.
2. Memahami langkah-langkah dan upaya yang diambil untuk mencapai keefektifan kepuasan
layanan jasa (ServQual).
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepuasan dan Kualitas
Menurut Kotler (2003), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya. Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan
harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi
harapan maka pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan amat puas
atau senang. Kunci untuk menghasikan kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan
yang tinggi. Hubungan antara kepuasan pelanggan dan pelanggan yang loyal adalah tidak
proporsional, contohnya adalah kepuasan pelanggan yang diranking dengan skala 1-5, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan pada tingkat sangat rendah (tingkat 1), kemungkinan besar pelanggan
akan berpindah meninggalkan perusahaan dan menjelek-jelekkannya.
2. Kepuasan pelanggan pada tingkat 2 sampai dengan tingkat 4, pelanggan merasa agak
puas,tetapi masih mungkin untuk berpindah ketika suatu penawaran lebih baik muncul.
3. Kepuasan pelanggan pada tingkat 5, pelanggan sangat mungkin membeli kembali dan bahkan
menyebarluaskan kabar baik tentang perusahaan.Kesenangan atau kepuasan yang tinggi
menciptakan suatu ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut dan tidak hanya
terpaku pada pilihan yang masuk akal saja.
Menurut Kotler dan Keller (2012), mutu atau kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat
dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan suatu kebutuhan
secara tersirat. Menurut Tjiptono dan Chandra (2005), kualitas merupakan suatu kondisi dinamis,
dimana berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan
keseluruhan kondisi dari produk, jasa, atau proses lainnya dalam memenuhi kebutuhan dan
melebihi harapan tingkat kepuasan. Sedangkan, kepuasan menurut Kotler dan Armstrong (2001:9) :
kepuasan konsumen adalah sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli.
Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang harapan pelanggan, maka pembelinya merasa puas
atau amat gembira. Menurut Zeithaml dan Bitner (2000:75) definisi kepuasan adalah : respon atau
tanggapan konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan. Kepuasan merupakan penilaian mengenai
6
ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang menyediakan tingkat
kesenangan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi konsumen.
Menurut Hasibuan (2007), pelayanan merupakan kegiatan dalam pemberian jasa dari satu
pihak ke pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah,
adil, cepat, tepat, dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan mencapai
kepuasan bagi yang menerimanya. Menurut Tjiptono dan Chandra (2005), pelayanan adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan. Pelayanan yang membutuhkan secara luas mencakup baik yang kelihatan (tangible)
maupun yang tidak kelihatan (intangibles). Menurut Olsen dan Wycktoff yang dikutip oleh Yamit
(2004), pelayanan merupakan sekumpulan manfaat yang memiliki daya guna secara eksplisit
maupun inplisit atas kemudahan yang diberikan dalam mendapatkan barang maupun jasa
pelayanan. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan
tindak yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi dari satu pihak ke pihak lainnya dalam
memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam mendapatkan barang maupun jasa.
B. Kepuasan Konsumen (Pelanggan)
Kepuasan konsumen dapat diciptakan melalui kualitas, pelayanan dan nilai. Kualitas
mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas akan mendorong konsumen
untuk menjalin hubungan yang erat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan ini
memungkinkan perusahaan untuk memahami harapan dan kebutuhan konsumen. Kepuasan
konsumen pada akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen kepada perusahaan yang
memberikan kualitas yang memuaskan mereka. Pelayanan konsumen tidak hanya sekedar
menjawab pertanyaan dan keluhan konsumen mengenai suatu produk atau jasa yang tidak
memuaskan mereka, namun lebih dari pemecahan yang timbul setelah pembelian.
Menurut Kotler (2000:34) definisi nilai pelanggan adalah : nilai yang dirasakan pelanggan
adalah selisih antara jumlah nilai pelanggan dengan jumlah biaya pelanggan.Jumlah nilai
pelanggan adalah sekelompok manfaat yang diharapkan dari produk dan jasa. Jumlah biaya
pelanggan adalah sekelompok biaya yang digunakan dalam menilai, mendapatkan, menggunakan
dan membuang produk atau jasa. Karena kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan
ekspektasi pelanggan, maka sebagai pemasok produk perlu mengetahui faktor-faktor yang
7
mempengaruhinya. Menurut Zeithaml et al.(2003) terdapat empat faktor yang mempengaruhi
persepsi dan ekspektasi pelanggan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang didengar pelanggan dari pelanggan lainnya (word of mounth communication).
Dimana hal ini merupakan faktor potensial yang menentukan ekspektasi pelanggan.Sebagai
contoh, seorang pelanggan memiliki perusahaan yang di harapkan dapat memberikan
pelayanan dengan kualitas tinggi berdasarkan rekomendasi teman-teman atau tetangganya.
2. Ekspektasi pelanggan sangat bergantung dari karakteristik individu dimana kebutuhan pribadi
(personnel needs).
3. Pengalaman masa lalu (past experience) dalam menggunakan pelayanan dapat juga
mempengaruhi tingkat ekspetasi pelanggan.
4. Komunikasi dengan pihak eksternal (external communication) dari pemberi layanan
memainkan peranan kunci dalam membentuk ekspektasi pelanggan. Berdasarkan external
communication, perusahan pemberi layanan dapat memberikan pesan-pesan secara langsung
maupun tidak langsung kepada pelanggannya.Sebagai contoh dari pengaruh adanya external
communication
adalah harga di mana biaya pelayanan sangat berperan penting dalam
membentuk ekspektasi pelanggan.
Kepuasan pelanggan menurut Guiltinan (1997) yaitu “A buyer’s degree of satisfaction with
product is the consequence of the comparison a buyer makes between the level of the benefits
perceived to have been received after consuming or using a product and the level of the benefits
expected prior purchase”. Artinya bahwa kepuasan pelanggan merupakan konsekuensi dari
perbandingan yang dilakukan oleh pelanggan yang membandingkan antara tingkatan dari manfaat
yang dirasakan terhadap manfaat yang diharapkan oleh pelanggan. Dalam rangka menciptakan
kepuasan pelanggan menurut Guiltanan (1997), perusahaan harus mampu menawarkan kualitas
dari suatu produk dan juga pelayanannya.
Sedangkan menurut Pasuraman, Zeithaml, dan Berry (1990), mengemukakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan terhadap satu jenis pelayanan yang
didapatkannya . Lovelock (2005), menjelaskan bahwa kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi
pasca pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, kegembiraan atau
kesenangan. Tidak mengherankan bahwa perusahaan telah menjadi terobsesi dengan kepuasan
pelanggan, mengingat hubungannya yang langsung dengan kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan
keuntungan. Schiffman dan Kanuk (2004), menandaskan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
8
perasaan seseorang terhadap kinerja dari suatu produk atau jasa yang dibandingkan dengan
harapannya.
Kotler seperti yang dikutip Rangkuti (2002), menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara
prestasi atau produk yang dirasakan dan diharapkannya. Jadi dari definisi-definisi diatas artinya
adalah jika perasaan seseorang tersebut memenuhi atau bahkan melebihi harapannya maka
seseorang tersebut dapat dikatakan puas. Zeithaml dan Bitner (2003), mengemukakan bahwa
kepuasan adalah konsep yang jauh lebih luas dari hanya sekedar penilaian kualitas pelayanan,
tetapi juga di pengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sebagaimana terlihat pada gambar 2 kepuasan
pelanggan di pengaruhi oleh persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan (jasa), kualitas
produk, harga dan oleh faktor situasi dan faktor pribadi dari pelanggan. Kualitas pelayanan (jasa)
merupakan fokus penilaian yang merefleksikan persepsi pelanggan terhadap lima dimensi spesifik
dari pelayanan (jasa). Kepuasan lebih inklusif yaitu kepuasan di tentukan oleh persepsi terhadap
kualitas pelayanan (jasa), kualitas produk, harga, faktor situasi, dan faktor pribadi.
Konsep kepuasan pelanggan dari Zeithaml dan Bitner ini di gunakan dalam penelitian
karena dimensi-dimensi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan mewakili objek penelitian.
Lovelock (2005) menjelaskan bahwa, kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca
pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan,kejengkelan, netralitas, kegembiraan
atau kesenangan. Tidak mengherankan bahwa perusahaan telah menjadi terobsesi dengan
kepuasan pelanggan, mengingat hubungannya yang langsung dengan kesetiaan pelanggan, pangsa
pasar dan keuntungan. Schisffman dan Kanuk (2004) menandaskan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan perasaan seseorang terhadap kinerja dari suatu produk yang dirasakan dan
diharapkannya. Jadi dari definisi – definisi diatas artinya adalah jika perasaan seseorang tersebut
memenuhi atau bahkan melebihi harapannya maka seseorang tersebut dapat dikatakan puas.
Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan secara efektif menurut Bhote
(1996) yaitu :
1. Warranty costs.
Beberapa perusahaan dalam menangani warranty costs produk/jasa mereka dilakukan melalui
persentase penjualan. Kegagalan perusahaan dalam memberi kepuasan kepada pelanggan
biasanya karena perusahaan tidak memberi jaminan terhadap produk yang mereka jual kepada
pelanggan.
9
2. Penanganan terhadap komplain dari pelanggan.
Secara statistik hal ini penting untuk diperhatikan, namun seringkali terlambat bagi
perusahaan untuk menyadarinya. Bila komplain/klaim dari pelanggan tidak secepatnya diatasi,
maka customer defections tidak dapat dicegah.
3. Market share.
Merupakan hal yang harus diukur dan berkaitan dengan kinerja perusahaan. Jika market share
diukur, maka yang diukur adalah kuantitas, bukan kualitas dari pelayanan perusahaan.
4. Costs of poor quality.
Hal ini dapat bernilai memuaskan bila biaya untuk defecting customer dapat diperkirakan.
5. Industry reports.
Terdapat banyak jenis dan industry reports ini, seperti yang disampaikan oleh J.D Power
dalam Bhote, yakni report yang fairest, most accurate, dan most eagerly yang dibuat oleh
perusahaan.
Guiltinan (1997) mengemukakan bahwa salah satu manfaat dari kepuasan pelanggan ini
adalah dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Sedangkan, Lovelock (2005) mengemukakan
bahwa, kepuasan pelanggan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, dan tingkat kepuasan
pelanggan yang lebih besar. Dalam jangka panjang, akan lebih menguntungkan mempertahankan
pelanggan yang baik daripada terus menerus menarik dan membina pelanggan baru untuk
menggantikan pelanggan yang pergi. Pelanggan yang sangat puas akan menyebarkan cerita positif
dari mulut ke mulut dan malah akan menjadi iklan berjalan dan berbicara bagi suatu perusahaan,
yang akan menurunkan biaya untuk menarik pelanggan baru. Jadi dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan salah satu manfaat dari kepuasan pelanggan yaitu dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan sehingga dapat disimpulkan pula bahwa kepuasan pelanggan itu sendiri dapat
mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Ukuran kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai kurang puas,puas dan sangat puas.
Pengukuran mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk beberapa tujuan
menurut Kotler (2002), yaitu :
1. Mempelajari
persepsi
masing-masing
pelanggan
terhadap
mutu
pelayanan
yang
dicari,diminati dan diterima atau tidak di terima pelanggan,yang akhirnya pelanggan merasa
puas dan terus melakukan kerja sama.
10
2. Mengetahui kebutuhan,keinginan, persyaratan, dan harapan pelanggan pada saat sekarang dan
masa yang akan datang yang disediakan perusahaan yang sesungguhnya dengan harapan
pelanggan atas pelayanan yang diterima.
3. Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan-harapan pelanggan.
4. Menyusun rencana kerja dan menyempurnakan kualitas pelayanan dimasa akan datang.
C. Metode Perhitungan
Menurut Parasuraman et. al., yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009), pengukuran
kualitas pelayanan terdiri dari 5 (lima) dimensi, yaitu :
1.
Bentuk fisik (Tangible)
Mengukur penampilan fisik, perlengkapan, fasilitas karyawan, dan sarana komunikasi.
Contohnya ruangan radiologi (ruang pemeriksaan , ruang tunggu yang bersih, rapi dan
nyaman), peralatan yang digunakan menggunakan teknologi terbaru (mutakhir), penampilan
petugas, radiologi yang rapi dan sopan, dan fasilitas yang tersedia lengkap dan memadai.
2.
Kehandalan (Reability)
Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang tepat dan memuaskan.
Contohnya petugas memberikan pelayanan secara tepat, kesesuaian pelayanan dengan janji
yang ditawarkan, petugas memberikan pelayanan sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dan
petugas tidak harus membuat catatan medis.
3.
Daya tanggap (Responsiveness)
Mampu memberikan pelayanan yang cepat dan efisien terhadap pelanggan. Contohnya
petugas Radiologi tidak sigap dalam menangani pasien, pelayanan yang segera/cepat bagi
pasien, petugas memberikan informasi yang jelas kepada pasien seputar pelayanan radiologi
dan penanganan terhadap keluhan pasien.
4.
Jaminan (Assurance)
Mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh
perusahaan. Contohnya petugas mampu membuat pasien merasa aman saat diberikan
pelayanan, dan petugas tidak mampu menjawab pertanyaan pasien.
5.
Empati (Empathy)
Perusahaan memberikan perhatian secara mendalam kepada masing-masing pelanggan.
Contohnya kemudahan untuk menghubungi rumah sakit (radiologi), petugas mampu
11
memahami kebutuhan pasien, petugas memperlakukan pasien penuh perhatian, petugas
radiologi mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien, dan petugas yang ramah dan
sopan dalam melayani pasien.
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan
memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan perusahaan pesaing. Kotler (2002),
mengemukakan 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1.
Sistem keluhan dan saran
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya untuk
memberikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang di gunakan meliputi kotak saran
yang di letakkan di tempat-tempat strategis,menyediakan kartu komentar,saluran telepon khusus
dan sebagainya. Tetapi karena metode ini cenderung pasif,maka sulit mendapatkan gambaran
lengkap mengenai kepuasan dan tidak kepuasan pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak
puas lantas akan menyampaikan keluhannya. Bisa saja mereka langsung beralih ke perusahaan
lain dan tidak akan menjadi pelanggan perusahaan tersebut lagi.
2. Survei kepuasan pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan di lakukan dengan
menggunakan metode survei baik melalui pos,telepon maupun wawancara pribadi. Pengukuran
kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat di lakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a. Directly Reported Satisfact
Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan.
b. Derived Dissatisfaction
Pertanyaan yang di ajukan menyangkut 2 hal utama, yaitu besarnya harapan pelanggan
terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang telah mereka rasakan atau terima.
c. Problem Analysis
Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan 2 hal pokok,yaitu :
masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari manajemen
perusahaan dan saran-saran untuk melakukan perbaikan.
d. Importance-Performance Analysis
Dalam tehnik ini responden diminta meranking berbagai elemen dari penawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu juga, responden diminta
merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen tersebut.
12
3. Belanja siluman (ghost shopping).
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper)
untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Lalu
ghost shopper tersebut menyampaikan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan
produk perusahaan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk
tersebut. Selain itu para ghost shopper juga datang melihat langsung bagaimana karyawan
berinteraksi dan memperlakukan para pelanggannya. Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau
atasannya baru melakukan penilaian akan menjadi bias.
4. Analisis pelanggan yang hilang (lost customer analysis)
Pihak perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang sudah berhenti menjadi
pelanggan atau beralih ke perusahaan lain. Yang di harapkan adalah memperoleh informasi bagi
perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan.
Metode IPA (Importance-Perfomance Analysis) diperkenalkan pertama kali pada tahun
1977 oleh Martilla dan James. Metode ini dimaksudkan sebagai kerangka kerja dalam memahami
kepuasan pelanggan sebagai fungsi dari expectation (importance atau tingkat kepentingan) terkait
dengan suatu atribut serta penilaian pelanggan terhadap kinerja organisasi (perfomance) dilihat
dari atribut terkait. IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang
kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan
perbaikan kinerja (Martinez, 2003). IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi
berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi
kepuasan dan loyalitas mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu
ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan. Penerapan Metode IPA secara spesifik
yaitu:
1. Melakukan identifikasi aspek-aspek dari pengalaman total yang benar-benar penting bagi
pelanggan dan aspek-aspek yang dirasakan kurang penting.
2. Memungkinkan suatu orgnanisasi menilai kinerjanya dalam kaitannya dengan aspek-aspek
yang sedang ditelaah
3. Membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi
Importance Performance Analysis (IPA) secara konsep merupakan suatu model multiatribut. Tehnik ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penawaran pasar dengan
13
menggunakan dua kriteria yaitu kepentingan relatif atribut dan kepuasan konsumen. Penerapan
teknik IPA dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi pilihan yang
diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan mengacu kepada literatur-literatur,
melakukan interview, dan menggunakan penilaian manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut
yang melekat kepada barang atau jasa dievaluasi berdasarkan seberapa penting masing-masing
produk tersebut bagi konsumen dan bagaimana jasa atau barang tersebut dipersepsikan oleh
konsumen. Evaluasi ini biasanya dipenuhi dengan melakukan survey terhadap sampel yang terdiri
atas konsumen. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, konsumen ditanya dengan dua
pertanyaan. Satu adalah atribut yang menonjol dan yang kedua adalah kinerja perusahaan yang
menggunakan atribut tersebut. Dengan menggunakan mean, median atau pengukuran ranking,
skor kepentingan dan kinerja atribut dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi
atau rendah; kemudian dengan memasangkan kedua set rangking tersebut, masing-masing atribut
ditempatkan ke dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan kinerja.
Untuk menghitung tingkat kepuasan jasa pelayanan dibanding dengan kinerja jasa
pelayanan yaitu dengan membandingkan penilaian jasa pelayanan rumah sakit (X) dengan
penilaian kepentingan pelanggan (Y) Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan
dan dibagi menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar. Selain dari itu,
bisa juga dilakukan analisis korelasi data kualitatif untuk mengetahui seberapa dekat hubungan
antara tingkat kebutuhan dan harapan terhadap respon pelayanan, kehandalan dan prosedur
pelayanan terhadap tingkat kepuasan jasa pelayanan.
14
Dalam menginterpretasi kuadran, Martilla dan James (1997) merinci sebagai berikut:
A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan konsumen,
termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum
melaksanakannya sesuai keinginan konsumen, sehingga mengecewakan atau tidak puas.
B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib
dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen,
pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang
memuaskan.
D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi konsumen kurang penting, akan tetapi
pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan
Salah satu contoh perhitungan penelitian servqual adalah mengintegrasikan fuzzyServQual. Penentuan fuzzy set dilakukan untuk menentukan skor yang harus diberikan oleh
responden untuk setiap kriteria yang diajukan dalam kuensioner. Berikut adalah contoh penelitian
menggunakan penentuan nilai fuzzy set:
15
Nilai yang digunakan dalam penentuan bobot (skor) yang kita gunakan untuk mengetahui tingkat
kualitas pelayanan dari perhitungan nilai fuzzyfikasi adalah sebagai berikut :
1. Kategori 1 = Sangat Tidak Baik dengan skor 1,2,3,4 (Meliputi jawaban kuesioner
Persepsi/Harapan yaitu Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Diharapkan).
2. Kategori 2 = Tidak Baik dengan skor 3,4,5,6 (Meliputi jawaban kuesioner Persepsi/Harapan
yaitu Tidak Setuju/Tidak Diharapkan).
3. Kategori 3 = Cukup Baik dengan skor 5,6,7,8 (Meliputi jawaban kuensioner Persepsi/Harapan
yaitu Setuju/Cukup Diharapkan).
4. Kategori 4 = Baik dengan skor 7,8,9,10 (Meliputi jawaban kuensioner Persepsi/Harapan yaitu
Setuju/Cukup Diharapkan).
5. Kategori 5 = Sangat Baik dengan skor 9,10,11 (Meliputi jawaban kuensioner
Persepsi/Harapan yaitu Sangat Setuju/Sangat Diharapkan).
Perhitungan Nilai ServQual (gap) per kriteria dilakukan dengan cara hasil perhitungan nilai
servqual (gap) per kriteria dari selisih tingkat persepsi dan harapan menunjukkan sejauh mana
pihak manajemen rumah sakit telah memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggannya
(pasien). Peran gap per kriteria tersebut dalam memberikan tingkat kepentingan seberapa jauh
peran kriteria tersebut dalam memberikan Tingkat Kualitas Pelayanan. Sedangkan, perhitungan
Nilai ServQual (gap) per dimensi dinyatakan dengan Hasil perhitungan nilai
servqual (gap)
per dimensi dari selisih tingkat persepsi dan harapan menunjukkan sampai sejauh mana pihak
manajemen rumah sakit telah memberikan pelayanan sesuai dengan
keinginan pelangganny.
Peran gap per dimensi akan memberikan tingkat kepentingan seberapa jauh peran kelima dimensi
tersebut dalam memberikan informasi tentang tingkat kualitas
pelayanan. Perhitungan
Nilai ServQual (gap) keseluruhan adalah hasil perhitungan nilai ServQual (gap) secara
keseluruhan dari selisih tingkat persepsi dan harapan menunjukkan
manajemen rumah sakit telah memberikan pelayanan sesuai
sampai sejauh mana pihak
dengan keinginan pelanggannya.
Peran gap keseluruhan akan memberikan informasi seberapa besar tingkat kepentingan dan
seberapa jauh peran kriteria tersebut dalam tingkat kualitas pelayanan.
Berikut adalah 10 langkah efektif memuaskan pelanggan antara lain (1)persiapkan diri
Anda (sikap, penampilan, dan bahasa tubuh), (2)sambut pelanggan, ucapkan dan berikan salam
yang hangat, (3)tanyakan (kalau belum tahu persis) masalahnya, biarkan pelanggan menumpahkan
perasaannya terlebih dahulu, (4)dengar dan rasakan (berempati), (5)berterima kasih, dan berikan
16
alasan mengapa Anda sangat menghargai komplain yang diberikan, (6)minta maaf atas
permasalahan / kesalahan yang terjadi, (7)nyatakan bahwa Anda akan membantu menyelesaikan
permasalahannya “sesegera mungkin”, (8)gali informasi yang dibutuhkan, libatkan pihak lain jika
perlu, (9)utarakan masalah pemecahan awal gunakan alternatif, dan (10)cek kepuasan pelanggan,
review & akhiri dengan menyenangkan.
Berdasar kandungan definisi di atas berarti para birokrat termasuk para pegawai/karyawan
instansi pemerintah hendaknya harus memberikan layanan yang terbaik kepada pengguna jasa
(masyarakat) dan bukan yang dilayaninya. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelayanan prima, yaitu:
1. Responsif dan sensitif, yaitu selalu tanggap, kreatif, dan inovatif terhadap tantangan dan
peluang untuk mewujudkan keinginan para pengguna jasa (masyarakat)
2. Visioner, yaitu memiliki visi kedepan dengan siap menanggung resiko, dan resiko tersebut
dikelolanya dengan baik
3. Problem solving, yaitu dapat mengelola sumber daya dan memecahkan masalah dengan baik
dan
bijaksana,
ehingga
setiap
keputusan
yang
diambil
itu
tepat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Exceed Expectation, bisa memberikan harapan yang lebih kepada pengguna dengan menerima
saran dan kritik (sebagai peluang bukan beban) sehingga dapat memacu peningkatan citra
institusi
5. Improve, yaitu perbaikan atau peningkatan mutu secara berkelanjutan (continuous improve)
dengan mengoptimalkan kepuasan pengguna (masyarakat)
6. Care, yaitu memberi perhatian dan perlakuan secara khusus dan tulus, hingga pengguna dapat
menjadi pelanggan tetap.
7. Empower, yaitu pemberdayaan karyawan/pegawai agar mampu bertanggung jawab serta
tanggap terhadap suatu permasalan.
8. Self Esteem, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri. Dengan cara tersebut kita akan berpikir
positif dan pandai melayani terhadap pengguna jasa.
Contoh kasus lain pada penelitian ini adalah semisal kuesioner yang dibagikan sebanyak
125 lembar, namun yang memenuhi kriteria untuk dianalisis adalah 98 lembar. Dari uji instrumen
yang dilakukan terhadap 98 lembar tersebut diperoleh semua item pertanyaan adalah valid dan
dapat dinyatakan reliabel. Untuk menghitung tingkat kepuasan nasabah dengan membagi skor
17
kinerja dengan jumlah responden yang diambil sebagai sampel, dari hasil data jawaban 98 orang
responden mengenai kinerja BPRS diperoleh skor total sebesar 8.009 , maka jawabannya?
Kriteria
skor
:
20
–
40
Kepuasan
rendah
41
–
79
Kepuasan
sedang
80 – 100 Kepuasan tinggi
Dengan demikian maka tingkat kepuasan berada diantara 80 -100 artinya kepuasan tinggi.
18
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan, didapatkan beberapa kesimpulan antara
lain;
1. Pengertian secara umum mengenai kepuasan (ServQual: Service Quality) atau ketidakpuasan
konsumen merupakan hasil dari adanya perbedaan –perbedaan antara harapan konsumen
dengan kinerja yang dirasakan oleh konsumen tersebut. Pengertian lain menyebutkan suatu
kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Dengan kuesioner ini, kita bisa
mengetahui seberapa besar celah (gap) yang ada di antara persepsi pelanggan dan ekspetasi
pelanggan terhadap suatu perusahaan jasa.
2. Metode IPA (Importance-Perfomance Analysis) dimaksudkan sebagai salah satu kerangka
kerja dalam memahami kepuasan pelanggan sebagai fungsi dari expectation (importance atau
tingkat kepentingan) terkait dengan suatu atribut serta penilaian pelanggan terhadap kinerja
organisasi (perfomance) dilihat dari atribut terkait.
19
DAFTAR REFERENSI
Bhote, Keki R. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty. New York: American
Management Association. p.56
Cronin,J.J.Jr. & Taylor, A.S. 1992. Measuring Service Quality: A Reexamination andExtension,
Journal of Marketing, Vol.56, July,pp.55-68
Dabhokar, and J.O Rentz. 1996. “A Measure of Service Quality for Retail Stores: Scale
Development and Validation”. Journal of The Academy of Marketing Science, Vol 24
No. 1 pp 3 – 16
Djoyosumarto, Subardjo. 2000. Kebijakan Bank Indonesia Dalam Pengembangan Perbankan
Syariah, makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Perbankan Syariah di Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Guilitnan, Joseph P.,Paul,Gordon W. & Madden,Thomas J. 1997. Marketing Management, 6th
edition. New York: McGraw-Hill Companies. p.6
Kotler, Philip. 2003. Marketing Management, 11th Edition. New Jersey: Prentice Hall Int’l. p.138
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi dan Kontrol,
Edisi Milenium. Jakarta: PT. Prenhalindo. p.38
Lovelock, Christopher H. & Wright,Lauren K. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. p.102
Oliver, R. L. 1997. Satisfaction: A Behavioral Perspective on The Cunsumer. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Parasuraman, A., Berry, Leonard L, and Zeithaml, Valarie A. 1994. “Reassessment of
Expectations as a Comparison Standar in Measurung Service Quality: Implications for
Future Research,. Journal of Marketing, Vol;. 58 (January), pp. 111-124.
Parasuraman, A., Berry, Leonard L, and Zeithaml, Valarie A. 1991. “Refinement and
Reassessment of The SERVQUAL Scale”. Journal of Retailing, Vol;. 67 No. 4
(Winter), pp. 420-450
20
Parasuraman, Valarie.A.Z, & Berry. 1990. Delivering Quality. Milan: Service Mc. p.15
Parasuraman, A., Berry, Leonard L, and Zeithaml, Valarie A. 1988, “SERVQUAL: AMultipleItem Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality”. Journal of
Retailing, Vol;. 64 (Spring), pp. 12-40.
Parasuraman, A., Berry, Leonard L, and Zeithaml, Valarie A. 1985. “A Conceptual Model of
Service Quality and Its Implications for Future Research”. Journal of Marketing, Vol;.
49 (Fall), pp. 41-50.
Rangkuti, Freddy. 2002. Measuring Customer Satisfaction.Gramedia Pustaka Utama. p.23
Santoso, Suryo B dan Astuti, Herni J. 2003. Analisis Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Kepuasan
Nasabah Pada BMT (Baitul Maal Wattamwil) Khasanah di Purwokerto. Hasil
Penelitian LPPM Universitas Muhammadiyah, Purwokerto
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar. 2004. Consumer Behavior 8th edition. Pearson
Prentice Hall. p.14
Soetjipto, Budi, W. 1997. Service Quality : Alternatif Pendekatan dan Berbagai Persoalan di
Indonesia. Usahawan, Tahun XXVI, No 01, Januari, Jakarta
Suliyanto. 2001. Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Perbankan di Purwokerto. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang
Supranto., J. 1997. “Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar”.
Rineka Cipta, Jakarta.
Taylor, et al . 1994. “An Assessment of the Relationship Between Service Quality and Customer
Satisfaction in the Formation of Consumers’ Phurchase Intention”, Journal of
Retailing, Vol 70, No. 2, pp:163-178
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing.
Usmara, Antonina.,. 1999. “Pengujian Hubungan Kualitas Jasa, Kepuasan Nasabah Dan Intensi
Pembelian Ulang”, Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
21
Zeithaml, Valarie A. & Bitner, Mary Jo. 2003. Service Marketing. New York: McGraw Hill Inc,
Int’l Edition, , p.162
22
Download