Uploaded by User88362

stres

advertisement
Monday, January 23, 2017
Enter search k GO
BEING AS NURSE
Blog ini di buat untuk sekedar share ilmu khususnya ilmu keperawatan yang telah saya
dapatkan dari berbagai sumber. Mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
materi yang di posting di blog ini untuk itu mohon masukan dan kritikannya dan jangan
lupa kalau copas disertakan yah url blognya sebagai referensi hehehe. (Semoga
bermanfaat).
o
o
o
o
o
o
Beranda
About Me
Ilmu Keperawatan
Gallery Photo
Menu4
Menu5
CATEGORIES

IDK 3

IDK 5

KDK 1

KEPERAWATAN DASAR

METODOLOGI ASKEP

SISTEM INFORMASI KESEHATAN
POPULAR POSTS

PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis...

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam
mempertahankan fungsi tubuh manusia. Ke...

KONSEP DASAR KOMUNIKASI
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Manusia adalah mahluk social dan memerlukan
hubungan dengan orang lain .deng...

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan
sangat bergantung pada konteks ...

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi
manusia yang memungkinkan seseo...

KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan
sebagai makhluk hidup karena d...

KONSEP BERUBAH DALAM KEPERAWATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
berhubungan dengan perubahan, m...
keperawatan mempunyai dua pilihan utama yang

KEBUTUHAN AKTIVITAS
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas, mudah, teratur, mempu...

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang darah serta jaringan yang me...

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus
oleh suatu sistem yang diseb...
BLOG ARCHIVE
 ▼ 2015 (37)
o ▼ Agustus (5)
 TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
 STRES DAN ADAPTASI
 SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
 SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN
 PROSES KEPERAWATAN SEBAGAI DASAR PROFESIONAL PERAW...
o ► Juli (14)
o ► Februari (8)
o ► Januari (10)
 ► 2014 (3)
MENGENAI SAYA
VILIANSYAH NERS
LIHAT PROFIL LENGKAP KU
Diberdayakan oleh Blogger.
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Home » KEPERAWATAN DASAR » STRES DAN ADAPTASI
STRES DAN ADAPTASI
Diposkan oleh Viliansyah Ners di Sabtu, Agustus 01, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata stres telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, stress merupakan salah
satu gejala psikologis yang dapat menyerang setiap orang. Stres dapat timbul karena adanya
konflik dan frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman,
bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih cepat,
gangguan pencernaan, dan lain-lain. Sebagian besar stres dapat dipicu karena pengaruh eksternal
dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu tersebut. Stres sebenarnya dapat
dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu. Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak
banyak orang yang mengetahui tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun
memanfaatkan stres tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik
terhadap stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang kita,
melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik mengenai stres, maka
individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana stress dan adaptasi itu?
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami masalah tentang stress dan adaptasi.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung dalam
asuhan keperawatan kepada klien tentang stres dan adaptasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep tentang stres.
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu
untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ). Respon atau tindakan ini termasuk
respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti kehamilan,
menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah )
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam suhu
lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan ).
Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang berbedabeda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem syaraf yang menyebabkan
tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham
realistik memandang stress sebagai suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau
tubuh manusia atau fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan.
Sedangkan paham idealis menganggap stres adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita
sulit untuk menjelaskan kenapa jika fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun memberikan
dampak pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar, keringat, dan sebagainya.
Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk menghilangkannya berarti akan
menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye, 1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan. Pendekatan ini telah dibatasi sebagai “model psikologi”. Model psikologi ini
menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ).
Interaksi antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan
dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres bukan hanya
stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi
prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap stresor
yang sama.
Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah suatu hal
yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan ( Vincent Cornelli, dalamMustamir
Pedak, 2007 ). Kesimpulan dari para ahli tentang stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia
begitu kuat dalam mengejar keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala
kemampuannya dan potensinya.
2.2 Faktor yang mempengaruhi respons terhadap stressor.
Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor
yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping yang dimiliki individu, di antara
stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain :
1. Sifat stresor
Sifat streor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor.
Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individudapat
berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.
2. Durasi stresor
Lamanya durasi stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respons tubuh. Apabila
stresor yang dialami lebih lama, maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat
mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
3. Jumlah stresor
Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh. Semakin banyak
stresor yang dialami seseorang , dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga
sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan mampu menghadapinya, maka
semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pla.
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor yang dimiliki.
Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka
semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula.
5. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Apabila
seseorang yang memiliki tipe kepribadian ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah
tegang, mudah tersinggung, mudah marah, bekerja tidak kenal waktu, bicara cepat, pandai
berorganisai dan memimpin, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap
waktu, ramah, berpendirian kuat akan lebih rentan terkena stres dibandingkan seseorang yang
tipe kepribadian tidak agresif, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, lebih suka kerjasama,
mudah bergaul, dan lain-lain.
2.3 Adaptasi terhadap stressor.
Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon individu
terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik
secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil dari perilaku ini dapat berupa
usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat kembali pada
keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat
berjalan dengan cepat namun ada pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari
kematangan mental orang itu tersebut.
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau secara fisiologis
untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang menimbulkan keadaan
menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit ketubuh manusia.
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
• LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika kulit
terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang
sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
• GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan
secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh,
berkeringat.
3. Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara
lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang
akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.
4. Adaptasi Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh
penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia
ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam
perilaku manusia.
2.4 Respons terhadap stress.
Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun
demikian, sebagian besar dari riset tentang stres berfokus pada respons psikologis atau emosional
dan fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain.
Ketika terjadi stres seseorang menggunakan energi fiologis dan psikologis untuk
berespon dan mengadaptasi. Besarny energi yang dibutuhkan dan keefektifkan dari upaya untuk
mengadaptasi tergantung pada intensitas, cakupan, dan durasi stresor dan besarnya stresor
lainnya. Respon stres adalah adaptif dan protektif, dan karakteristik dan respon ini adalah hasil
dari respons neuroindokrim yang terintegrasi.
* Respon Fisiologis
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS).
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini
termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.
Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat restorative.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon
LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini
:
a. Respon inflamasi.
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri
hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
Adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh
darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin
berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang
lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
Pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan
lain yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri.
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan
lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam. Bagaimana
dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang
terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks
GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
2. General Adaptation Syndrom (GAS).
a. Fase Alarm ( Waspada).
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung
meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,
ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin
mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons
melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor
masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan).
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress. Bila teratasi gejala stress menurun àtau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon,
denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap
stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan).
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
* Respons Psikologis.
Perilaku respon dari Psikologis yaitu :
1. Perilaku adaftif psikologis dapat konstruktif atau destruktif . perilaku konstruktif membantu
individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat konstuktif;
misalnya, ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseoran dapat
melakukan tindakan langsung untuk mengurangi keparahan nya.
2. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas kemampuan pemecahan masalah,
kepribadian, dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga
bersifat destruktif (misal, jika seseorang tidak mampu bertindak melepaskan diri dari stressor).
sama halnya penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai prilaku adaptif;
dalam pernyataannya, hal ini dapat meningkatkan stres dan bukan menurunkan stres.
2.5 Manajemen Stress.
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan
dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada
implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah
dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan
cara :
*Manajemen stress untuk pasien.
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur
jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat
menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan
memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olahraga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi
minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat
setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin
baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan
meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik
dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara
efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk
menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan
cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang
dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu
organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan
anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana
psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri,
sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang.
Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual
sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem
endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh
manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat
cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam
pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak
normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari
keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
13. Humor
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979).
Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990;
Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin
ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan
14. Support system
Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress. Sistem
pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan dan memberikan
nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress.
Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental (Revenson dan Majerovitz, 1991). Riset keperawatan telah mendokumentasikan adanya
korelasi dukungan sosial positif dengan pengurangan gejala penyakit kronis (White, Richter, &
Fry, 1992). Ubrich dan Bradsher (1993) menunjukkan bahwa dukungan dapat meringankan efek
stressor atau distress emosional baik pada lansia wanita kulit putih maupun suku Afrika-Amerika
terutama jika dukungan dipandang sebagai orang yang sangat dipercaya. Perawat dapat
menggunakan berbagai metode untuk membantu klien membangun sistem pendukung,
melibatkan diri dalam aktivitas kelompok tempat ibadah dan memberi dorongan untuk
melakukan aktivitas rekreasi. Perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik untuk
mengajarkan klien tentang keterampilan sosialisasi jika klien tidak mengetahui bagaimana cara
berinteraksi dengan tepat. Semua metode ini membantu klien membangun sistem pendukung
yang kuat. Jika stress merupakan akibat dari isolasi sosial, maka strategi keperawatan ditujukan
untuk membantu klien mengembangkan jaringan sosial baru.
*Manajemen stress untuk perawat.
Sebagian besar perawat mengalami stress dalam lingkungan pekerjaan merka. Stresor
dapat terdiri atas kelebihan beban kerja, kebijakan institusi tempat bekerja, konflik dengan rekan
kerja atau karakteristik klien (Foxall, Zimmermen, dan Bene, 1990; Skipper, Jung dan Coffey,
1990). Reaksi terhadap stressor yang berkaitan dengan pekerjaan bergantung pada kepribadian
perawat, status kesehatan, pengalaman sebelumnya dengan stress dan mekanisme koping.
Stress pekerjaan.
Seringkali mengakibatkan kondisi yang disebut kepenatan, yang ditandai oleh
penuruanan perhatian pada orang dengan siapa kita bekerja. Selama merasa penat klien
merasakan kelelahan fisik dan emosional (Melamed, Kushnir dan Shirom, 1992). Pekerjaan atau
profesi tidak lagi memberi dampak positif dan klien mungkin mengalami marah dan apatis.
Perawat dan risiko terhadap stress kepenatan akibat pekerjaan dan dapat memamfaatkan
tehnik penatalaksanaan stress yang sama seperti yang mereka ajarkan pada klien. Dalam
organisasi dan domain kompetensi peran pekerja, perawat harus mengidentifikasi stressor
tertentu di tempat kerja dan berupaya untuk menghilangkan stressor tersebut. Juga membantu
untuk mendapat dukungan sosial dari perawat lainnya dengan harapan mempertahankan sikap
merawat yang ditujukan pada klien.
2.6 Konsep adaptasi.
Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespons
terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan
diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis).Menurut
Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya
mengawasi kesulitan dan hambatan. Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir
atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress
dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
2.7 Macam-macam adaptasi.
Setiap orang secara terus menerus akan menghadapi perubahan fisik, psikis, dan sosial
baik dari dalam maupun dari lingkungan luar. Jika hal tersebut tidak dapat dihadapi dengan
seimbang maka tingkat stress akan meningkat. Model adaptasi menunjukkan bahwa empat faktor
menentukan apakah suatu situasi adalah menegangkan (Mechanic, 1962). Empat
faktor
yang mempengaruhi Kemampuan untuk menghadapi stress itu adalah :
- Biasanya tergantung pada pengalaman seseorang dengan stressor serupa, sistem dukungan, dan
persepsi keseluruhan trehadap stressor.
- Berkenaan dengan prktik dan norma kelompok sebaya individu.
- Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadap
stressor.
- Sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stressor.
a. Adaptasi Fisiologis/Biologis
Pada dasarnya disetiap tubuh manusia telah terdapat mekanisme pertahanan yang bersifat
alami dan bekerja secara teratur sehingga memungkinkan tubuh untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang berasal dari faktor internal. Mekanisme ini bekerja dengan sendirinya
dan akan berubah menjadi suatu aksi tanpa didasari dan biasanya berfungsi dalam kondisi yang
tidak normal.
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara
umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang
waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak
mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas
stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya
pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara
stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan
bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit
infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi
kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi
yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah
penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress :
-Kenaikan tekanan darah
-Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
-Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
-Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
-Temuan hasil laboratorium abnormal : Peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol
dan katekolamin dan hiperglikemia.
b. Adaptasi Psikologis
Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak
mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang
semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik
tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat
orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya.
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku
klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian
individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap
stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang
terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu,
fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik
kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi
dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993). Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
• Ansietas
• Depresi
• Kepenatan
• Mudah lupa dan pikiran buntu
c. Adaptasi Perkembangan
Stress yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di
rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang
sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka
mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di
antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan
untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat
menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi
remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor
mencakup konflik antara harapan dan realitas.Usia setengah baya biasanya terlibat dalam
membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan
kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat
timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan kemungkinan
terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan
terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
d. Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-masing. Antara
lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang
akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan
tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress.
e. Adaptasi Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh
penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia
ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam
perilaku manusia.
2.8 Proses keperawatan dan adaptasi terhadap stress.
Interaksi perawat dan klien ini menghasilkan kondisi stres tahap ekshausi, yang
menyebabkan ketahanan tubuh semakin menurun. Kondisi ini menyebabkan proses
penyembuhan terhambat dan bahkan dapat menimbulkan penyakit baru.
Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas
pelayanan merupakan upaya kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan
tersebut.
Florence Nightingale pada tahun 1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayayanan
keperawatan yang diberikan kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan
diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi suatu profesi
yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat dan perhatian diantara
anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.
Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan
profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang
diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan klien.
Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan
keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam
memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan
haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika
profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan,
implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan praktik keperawatan
secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan termasuk masal stres. Dengan
menggunakan metode ini, perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung
jawab pada klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan
kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat
keputusan klinik, serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam
mempertahankan kesehatan.
Proses keperawatan
Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan
alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum merupakan pendekatan ilmiah.
Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula
yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.











Alasan penggunaan proses keperawatan
Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan
Profesionalisme, sesuai dengan konsep keperawatan bahwa perawatan merupakan pelayanan
esensial yang diberikan oleh perawat profesional di mana dalam melaksanakan kegiatannya
menggunakan pendekatan proses keperawatan
Untuk efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan
Untuk meningkatkan peran serta dan keterlibatan pasien dalam pelayanan keperawatan.
Komponen proses keperawatan
Dalam proses keperawatan, ada lima (5) tahap yang harus dilalui; dimana tahap-tahap
tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama
membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak
dengan klien.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
Pengkajian
Diagnosis keperawatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Kelima tahap tersebut merupakan pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan, yaitu :
meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau membuat klien mencapai kematian dengan
tenang pada klien yang terminal, serta memungkinkan klien atau keluarga dapat mengatur
kesehatannya sendiri, secara mandiri, menjadi lebih baik atau meningkat.
-Pengkajian
Pengumpulan data
Klasifikasi / tabulasi data








Analisis data
Penentuan masalah / diagnosis keperawatan
Penentuan prioritas masalah
-Perencanaan
Menentukan dan merencanakan tujuan
Menentukan tindakan keperawatan / intervensi
Menuliskan instruksi keperawatan
- Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan / intervensi sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat.
-Penilaian/ evaluasi
Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan — menilai pencapaian tujuan
— perbaikan rencana tindakan bila diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap orang setiap hari. Stress
tidak dapat dihilangkan tetapi perlu dipelajari cara-cara penanganannya. Keberhasilan
menyelesaikan berbagai stress merupakan modal kemampuan untuk menghadapi stress yang
akan datang. Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai stress yang mungkin
sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu berupaya membantu klien menyelesaikan
masalah, melatih klien menghadapi dan menyelesaikannya dan menggerakan sumber yang
dimiliki klien. Dengan membantu klien menghadapi dan menyelesaikan stress berarti perawat
telah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat, menghemat biaya
perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung, beberapa tahap akan
muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan
berdampak lebih lanjut. Oleh sebab itu, terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang
tersebut masih bisa terkontrol.
3.2 Saran.
Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan mampu
memahami dan menerapkan keilmuan mengenai stres dan adaptasi ini dalam asuhan
keperawatan kepada klien dan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
PengembanganSumber Daya Manusia. Surabaya: Airlangga University Press.
Sofo, Francesco. 2003. Terjemahan Prespektif, Peranan dan Pilihan Praktis.
Wolf, Weitzel, Fuerst, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, buku kedua,
Gunung Agung, Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/30270598/Konsep-Stres-Dan-Manajemen-Stres
(Diakses tanggal 12 April 2014).
http://bayu-inside.blogspot.com/2011/10/stres-dan-adaptasi.html
(Diakses tanggal 12 Aprl 2014).
Label: KEPERAWATAN DASAR
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Share this article :
Share4
RELATED POSTS





PROSES KEPERAWATAN SEBAGAI DASAR PROFESIONAL PERAWAT
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
STRES DAN ADAPTASI
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
STAY TUNED WITH OUR NEWS LETTER
Don't miss out on the latest
news, sign up for our Newsletter.
Enter your em
SignUp
Reaksi:
0 komentar:
Poskan Komentar
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Copyright © 2017. BEING AS NURSE - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger
Share to Facebook
, Number of shares
Share to TwitterShare to PrintShare to EmailMore AddThis Share options
, Number of shares
http://nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/08/stres-dan-adaptasi.html#.WIXOIFN97IU
Download