Gerakan Abu Sayyaf

advertisement
GERAKAN ABU SAYYAF
A. Pendahuluan
Konflik di Asia Tenggara selalu berkaitan erat dengan konteks regional, sosialbudaya dan konstelasi politik kenegaraan. Di Filipna, konflik bermula berkaitan erat
dengan persaingan misi agama Islam dan Kristen/ pasca abad ke-13. Diskriminasi
negara terhadap kelompok minoritas Muslim menjadi lebih kentara ketika menyebut
mereka sebagai Moro, artinya identik dengan kelompok Islam yang dulu menduduki
Spanyol. Dari sinilah konflik terus berkecamuk. Agama dan identitas etnik bahkan
menempati bagian penting dari konflik itu. Pemberontakan oleh kelompok Muslim
Minoritas di Mindanao, Filipina Selatan, misalnya, lebih karena diperlakukan tidak
adil dalam kehidupan ekonomi dan politik, walaupun ada unsur agama yang cukup
berperan.
Hal menarik dari pengaruh global terhadap pemberontakan adalah faktor
terorisme. Ia tidak saja menjadi bagian dari pemberontakan di Asia Tenggara tetapi
juga telah menjadi propaganda utama Barat dalam menghadapi Islam garis keras.
Bahkan bagi para analis politik, Asia Tenggara telah menjadi arena perang bagi alQaeda dan Amerika. Faktor agama telah menjadi simbol penting untuk menumbuhkan
kesadaran kelompok Muslim tertentu dengan jargon jihad fi sabililah (jihad di jalan
Allah).
Sejak peristiwa sebelas Septenber 2001, Amaerika mulai melakukan
pemusnahan terorisme. Salah satu yang menjadi sasaran dari Amerika adalah sebuah
kelompok yang terdapat di megara Filipina yakni Kelompok Abu Sayyaf. Pemerintah
Filipina sudah memulai kerjasama dengan Amerika dalam pemusnahan kelompok ini.
Abu Sayyaf sendiri adalah suatu gerakan yang didirikan oleh Abubakar Janjalani pada
tahun 1989. Janjalani adalah seorang yang terpelajar, dia pernah belajar di SaudiArabia dan Libiya dan telah menjadi seseorang yang radikal. Setelah menyelesaikan
studinya, Janjalani kembali ke Basilan kota kelahirannya. Dia mulai merekrut orangorang yang tidak sejalan dengan MNLF dan orang-orang Filipina yang pernah
berjuang dengan Mujahidin Afghanistan melawan Uni Soviet untuk bergabung
dengannya.
B. Sejarah Awal Konflik di Filipina
1
Filipina Selatan adalah sebuah daerah yang tidak henti-hentinya mengalami
konflik. Daerah ini adalah daerah dimana mayoritas penduduknya beragama Islam.
Konflik yang terjadi di daerah ini adalah karena adanya persaingan antar agama diluar
facktor lain seperti politik, social dan budaya.
Hal yang paling krusial adalah yang menyangkut dengan agama. Konflik di
Filipina dimulai dengan kolonisasi yang dilakukan oleh orang arab dan kemudian oleh
Kristen, yangmana keberbedaan kedua agama tersebut, hingga sekarang masih
berkompetisi untuk memperebutkan perhatian penduduk pribumi. Orang-orang Arab
Islam bergeser ke Selatan Filipina ketika orang-orang Kristen menduduki Utara
Filipina. Menurut orang-orang Islam akar dari gerakan separatis di Filipina
“didalamnya adanya kultur dan agama yang jauh berbeda antara Kristen, Daerah
Utara di Jajah, dan Muslim, beranggapan Selatan bukanlah taklukan dari Kristen.1 Ini
berarti daerah Selatan yang pada awalnya didominasi oleh Muslim telah terusik
dengan kehadiran agama Kristen sampai ke daerah ini.
Konflik yang terjadi di Filipina mulai terjadi sejak kedatangan orang-orang
Kristen Spanyol dan berhasil menduduki daerah Filipina Utara atau kepulauan Luzon
pada tahun 1565.2 Sejak saat itu orang-orang Spanyol yang ingin mendirikan Filipina
sebagai daerah koloni dan memasukan penduduk ke dalam agama Kristen. Sejak saat
itu terjadi perlawanan-perlawana antara orang Spanyol dan penduduk pribumi Islam,
dan dimenangkan oleh Spanyol pada tahun 1673.3
Konflik di Filipina terus berlanjut, setelah Spanyol berkuasa maka beralih
kekuasaan kepada Amerika, Jepang dan sampai Filipina memproklamasikan dirinya
sebagai Negara yang merdeka pada tanggal 4 Juli 1946. Pada masa pemerintahan
Marcus, konflik awal terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan di Corregidor. Para
sukarelawan Muslim Filipina, yang dilatih dalam taktik geriliya oleh suatu pasukan
resmi, dibunuh atas perintah komandan pasukan. Mereka menolak di kirim ke Sabah
guna melakukan inflirtasi Militer. Karena peristiwa ini terbentuklah Front
Pembebasan Muslim Moro (MNLF), MNLF adalh sebuah gerakan yang sangat
berpengaruh dalam memperjangkan kebebasan Muslim Moro. Dua kelompok lainnya
adalah seperti Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan yang paling belakangan
1
Hamish. K Wall, “The Dynamics of Small Arms Tranfers in Southeast Asian Insurgencies”,
Tesis: Master of Arts in Political Science di Universitas Canterbury. Hlm 81
2
Cesar A. Majul, “Dinamika Islam Filipina”, Terj-, Jakarta: LP3ES, 1989. Hlm. 9
3
Ibid.,
2
adalah Abu Sayyaf yang terbentuk pada tahun 1989.4 Ketiga kelompok gerakan ini
memiliki tujuan yang sama yakni ingin mendirikan sebuah Negara teokrasi islam di
Mindanao Filipina Selatan dan pembangunan ekonomi di wilayah mereka.5
Dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai gerakan Kelompok Abu
Sayyaf, dimana gerkana ini telha memperihatkan sebuah kerasahan di Filipina Selatan
khusunya di Mindanao, kemompok ini anti terhadap agama Kristen, dan aksi-aksi
yang telah dilakukan telah menjurus kepada tindak terorisme.
C. Kelompok Abu Sayyaf (ASG)
1. Ideologi Gerakan
Abu Sayyaf adalah suatu gerakan yang bersifat radikal, dimana gerakan ini
selalu mengunakan kekerasan dalam setiap aksinya. Gerakan Abu Sayyaf di Filipina
ini telah sangat meresahkan warga Filipina dengan aksi-aksi pengeboman, penculikan
dan pengeksekusisn terhadap sandra. Gerakan Abu Sayyaf ini telah mengarah ke
taraf teroroisme.
Mengenai hal Teroroisme, menyangkut istilah ideology ini sulit disepakati dan
secara objektif bahwa suatu kelompok terorisme yang ditunjukan melalui aksi
kekerasan. Ideologi terorisme mungkin digunakan pada berbagai bentuk misalnya
agama atau politik, tetapi masih memiliki tujuan motif aksi yang sama, yang
menyatukan kelompok, dan jaringan organisasi pada komunitas yang memiliki isi
pokok adalah pertengkara. Menurut Charles W Kigley Jr dan Eugene R Wirtkopf
adalah suatu penggunaan ancaman kekerasan, suatu metode pertempuran atau strategi
untuk meraih tujuan tertentu, yang ditujukan untuk menimbulkan keadaan takut di
pihak korban. 6 Ranstop berpendapat bahwa fanatisme agama adalah sebuah motif
principal dari terorisme, dan dinyatakan dengan tegas oleh keberagaman keyakinan,
seperti Islam, Yahudi, Kristen, dan keyakinan lain, acapkali menempuh aksi
terorisme. Dia berpendapat bahwa terorisme agama adalah suatu tipe kekerasan
4
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Tesis: Fakultas Ilmu Sosila dan Politik Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
2003. Hlm. 64
5
Ibid.,
6
Ibid., hlm 81
3
politik yang dimotivasi oleh rasa krisis spiritual dan sebuah reaksi terhadap perubahan
sosial dan politik.7
Menurut Ronald Gottersman, terdapat dua jenis organisasi teroris yaitu
domestik dan internasional. Teroris dari organisasi berjenis domestik melakukan
aktifitasnya hanya didalm negeri tempat ia berdomisili. Sedangkan teroris dari
organissasi berjenis internasional menyerang musuh mereka dimana saja dan kapan
saja. Sedangkan Atif M Mir membedakan lingkup gerakan dalam dua bagian yaitu
domestic terorism dan International Terorism. Domestic Terorism yaitu gerakan
terorisme yang dilakukan didalam batas teritorial suatu negara dan dilakukan oleh
perseorangan atau kelompok dengan tujuan-tujuan khusus politik, ekonomi atau
agama. Internasional terorism yaitu gerakan terorisme yang dihubungkan dengan
penyerangan-penyerangan terhadap susunan-susunan pihak ketiga (Third Party
Target) di wilayah atau teritorial asing dan dapat pula di dukung serta disponsori oleh
suatu negara.8 Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Gerakan Abu
Sayyaf ini adalah sebuah gerakan terorisme domestik, yangmana gerakan ini hanya
beraksi di wilayah-wilayah tertentu di Filipina.
Pada awalnya Abu Sayyaf (bapak penyandang pedang) dikenal dengan nama
al-Harakatul al-Islamiya. Di awal tahun 1980-an sekitar 300 dan 500 fundamentalis
Moro tiba di Peswahan, Pakistan, untuk membantu Mujahiddin yang sedang melawan
invasi dan pendudukan Soviet ke Afghanistan. Salah seorang dari mereka, Ustadz
Abdurajak Janjalai, muncul sebagai seorang pemimpin.9
Kelompok Abu Sayyaf pertama muncul pada tahun 1989 dibawah
kepemimpinan Abdurajak Janjalani, anak seorang ulama di Basilan, dia belajar di
sebuah Universitas Islam di Arab Saudi, lulus pada tahun 1981 sebelumnya belajar
hukum Islam di Ummu l-Qura di Mekkah selama 3 tahun. Dia kembali ke Basilan
dan Zamboanga untuk berkhutbah pada 1984. Pada 1987 dia mengunjungi Libya dan
kemudian melanjutkan bersama Mujahiddin dan melawan Soviet selama beberapa
tahun di Afghanistan.10 Abu Sayyaf telah memiliki hubungan dengan sebuah gerakan
7
Eusoquito P. Manalo, “The Philippine Response To Terorism: The Abu Sayyaf Group,” Thesis:
Noval Postgraduate School, 2004. Hlm. 31
8
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Op. Cit., hlm. 81
9
Zachary Abuza, “Balik Terorism: The Retrun of Abu Sayyaf”, Carlisle: Strategic Studies
Institute, 2005. Hlm. 2
10
Ibid.,
4
fundamentalis Islam, Al-Islamic Tabligh, di tahun 1980. 11 Kelompok dibawah
pimpinan Janjalani sedang menjalankan sebuah pembentukan negara Islamic
Theocratic State of Mindanao (MIS), dan memasukan sebuah kepercayaan agama
yang meneriakan intoleransi dengan tujuan untuk menyebarkan Islam melalui Jihad12
dan yang menjadi target sasarannya semua umat Kristen Filipina. Dalam pencarian
objeknya, Kelompok Abu Sayyaf telah menetapkan ideologinya dengan tegas dan
agenda operasional yang telah mendalam terikat pada sebuah maksud usaha
pengabungan yang memaksa dominasi Islam dunia melalui perlawanan bersenjata.13
Kelompok Abu Sayyaf sangatlah kecil dan merupakan kelompok separatis Islam yang
sangat radikal di Filipina Selatan. Mereka menggunakan pemboman, pembunuhan,
penculikan dan pemerasan untuk mengupayakan berdirinya sebuah negara Islam yang
merdeka di Mindanao bagian Barat dan daerah Sulu, dimana daerah Filipina Selatan
merupakan populasi tertinggi umat Muslim tinggal.14
2. Kepemimpinan
Typical infrastruktur teroris kontemporer seperti gaya sentripugal sebuah
sistem tata surya: dimna pemimpin bagaikan matahari, dan anggotanya seperti planet
yang mengelilinginya, biasanya cukup memiliki pengaruh langsung yang kuat.
Zawordy, berpendapat bahwa dalam sistem hirarki ini, pemimpin berada diposisi
teratas ketika dalam sistem sentripugal pamimpin adalah pusatnya. Pemimpin gerakan
teroris, dijadikan pusat organisasi. Tidak hanya sebagai katalisator langsung dari
setiap aksi, dengan rencana, tetapi mereka juga berpartisipasi dalam setiap aksi.
Disatu sisi, Cragin dan Daily telah menunjukan bahwa kepemimpinan sangatlah lebih
berarti dan berpendapat bahwa pemimpin berperan dalam mepertahankan kohesiensi
kelompok dan bertangungjawab terhadap organisasi seperti yang dilakukan oleh
seorang pemimpin yang berkarisma.
Kemunculan Abu Sayyaf di awal tahun 1990-an dipresentasikan sebagai
pergerakan separatis Muslim yang radikal yang dikepalai oleh Abdurajak Janjalani,
yang merupakan seorang veteran perang dari Afghanistan. Dia berjuang bersamasama dengan kelompok mujahidin dibawah pimpinan Abdul rasul Abu Sayyaf. Ketika
11
Larry Niksch, “Abu Sayyaf: Target of Philippine-U.S. Anti-Terrorism Cooperation, ” in
World Terrorism, ed. Edward Linden (NY: Nova Science Publishers, 2002), hlm. 51.
12
“ Asia Tenggara konsentrasi Baru Kebangkitan Islam,” Moeflich Hasbullah ed, Bandung:
Fokusmedia, 2003 hlm. 242
13
Eusoquito P. Manalo, Op. Cit., Hlm. 32
14
Ibid.,
5
Soviet menarik diri dari Afghanistan pada tahun 1989, Abdurajak kembali ke Basilan
dan mendirikan al-Harakut al-Islamiya atau gerakan Islam yang kita kenal dengan
Abu Sayyaf bersama kader-kader muda MNLF yang tidak sepaham dengan kebijakan
MNLF.15 Abdurajak Janjalani mendirikan kelompok Abu Sayyaf terpisah dari Moro
Nastional Liberation Front (MNLF), yang merupakan suatu kelompok pemberontak
nasional yang menggunakan cara-cara perang Geriliya melawan pemerintah Filipina
sejak tahu 1960-an. 16 Abdurajak dipandang sebagai seorang yang kharismatik,
Abdurajak tertarik terhadap pergerakan pemuda-pemuda Muslim yang kembali dari
belajar di Saudi Arabia, Libya, Pakistan dan Mesir, dan juga militant local. Bila
dibandingkan dengan Hizbullah, kelompk Abu Saayaf memiliki anggota yang sangat
sedikit, diperkirakan 500 orang lebih kuat ditahun 1990-an. Antara tahun 1991 dan
1998, kelompok militant ini mulai memperluas dan mengembangkan kemampuannya,
dilihat dari pergerakannya kelompok ini rapi dalam melancarkanserangkaian serangan
kecil terhadap warganegara asing. Pada tahun-tahun pertama, kelompok Abu Sayyaf
banyak melakukan penculikan penduduk local, dan level kemampuan mereka
meningkat disebabkan oleh banyaknya angota mereka adalah direkrut dari kelompokkelompok yang tidak sejalan dengan perjuangan MNLF ataupun MILF.17
3. Perekrutan Anggota
Suatu keompok atau organisasi yang telah terbentuk, untuk mengembangkan
dirinya, maka di perlukanlah anggota, perekrutan anggota adalah suatu persyaratan
terpenting
unuk
sebuah
kelangsusngan
sebuah
organisasi.suatu
kelompok
membutuhkan anggota-angoota baru untuk menumbuhkan kekuatan dan melengkapi
dari kehilangan setiap anggota.
Pada awlnya perekrutan anggota dari gerkan Abu Sayyaf diambil dari para
pemuda Muslim yang tidak sejalan dengan kebijakan MNLF. Pada awal
pembentukannya, kelompok ini hanya berkisar 500 orang. Walupun hanya sedikit
tetapi gerakan ini berhasil membuat resah pemerintah Filipina dengan melakukan
penculikan, pemboman dan pembunuhan orang-orang Kristen local maupun Asing.
Menurut data pada tahun 2005 kelompk ini diperkirakan ada sekitar 200-300 anggota
di bawah kepemimpina Khadafi Janjalani. Menurut Eusoquito P. Manalo, berargumen
bahwa, “anggota kemopok Abu Sayyaf telah direkrut terbatas pada sebuah komunitas
15
Ibid., hlm. 34
Ibid., hlm. 35
17
Ibid.,
16
6
tertentuoleh kelompok etnic linguistic dan keluarga dimana kordinasi internal yang
telah difasilitasi oleh kepercayaan.” Hal ini dibuat pengkelompokan yang sebenarnya
mustahil dimasuki oleh agen pemerintah.18
D. Daerah Operasional
Komando dan control adalah mekanisme yang digunakan oleh kelompok
teroriskordinasi rencana, dan eksekudi penyerangan. Kelompok teroris tidak hanya
menopang aktivitas komando dan control jaringan merekatetapi juga melindunginya
dari infiltrasi. Ditinjau dari kondisi geografis daerah Filipina Selatan yang masih
banyak memiliki hutan. Menurut Eusoquito P. Manalo bahwa satu dari sembilah
hutan yang tersebar di Filipina Selatan merupakan Markas dari Abu Sayyaf, basis
sentral sekitar 20 x 40 mil dan tersembunyi dengan baik yang bila ditarik Garis Merah
bahwa markas Abu Sayyaf bisa dikatakan benar-benar sulit dilalui. Hal ini akhirnya
menjadi tempat serbuan pasukan, tetapi pada hari pertama, Abu Sayyaf telah yakin
terhadap posisinya, dan beberapa dari mereka telah berhasil mempersulit militer
pemerintah.
E. Hubungan Abu Sayyaf dengan Jaringan Lokal dan Internasional
1. Hubungan Lokal
Kelompok Abu Sayyaf dapat dikatakan adalah pecahan dari gerakan
perlawanan MNLF, yangmana Abdurajak Janjalani pada awalnya merupakan anggota
dari MNLF. Abdurajak adalah salah seorang yang mengkritik keras pimpinan MNLF
yang agak moderat. Selanjutnya Abdurajak membentuk sebuah gerakan baru yakni
Abu Sayyaf.
Kelommpok Abu Sayyaf walupun berbeda dengan dua kelompok gerakan
lainnya. Seperti MNLF dan MILF, Karena dari ketiga kelompok ini memiliki tujuan
yang sama yakni mendirikan sebuah negara Islam di Filipina. Factor pendukung
lainnya adalah karena adanya kesatuaan agama yakni Islam. Huungan lokal antara
kelompok Abu Sayyaf terlihat dimana militer Filipina yakin bahwa ada hubungan
antara dua kelompok yakni Abu Sayyaf dan MILF, walaupun MILF hanya memberi
dukungan secara Pasif. Menurut data dari pemerintah Filipina bahwa MILF telah
memberikan dukungan berupa senjata kepada kelompok Abu Sayyaf sejak beroperasi
18
Ibid.,
7
di Basilan, intelegen pemerintah Filipina telah mengatakan bahwa kelompok ASG
telah mengunakan kapal-kapal MILF dalam operasinya di Tawi-Tawi.
2. Hubungan Internasional
Pada akhir September 2001, militer Filipina mengkonfirmasikan secara
spekulatif bahwa al-Qaeda telah menampakan dukungan terhadap material,
kepemimpinan, dan pelatihan. Sebagai sebuah organisasi terosris transnasional, alQaeda telah berkembang melalui daerah-daerah Timur Tengah, Eropa Barat, Amerika
Utara, dan Asia Selatan. Ditambah, hingga ke Asia Tenggara sebagai basis kunci dan
daerah persiapan. Percabangan perkembangan mereka sebagai sebuah organisasi
teroris, telah mengakibatkan timbulnya konflik sekterian, Kelompok Abu Sayyaf
meperdalam hubungan mereka dengan organisasi teroris transnasional. Pada awalnya,
Abu Sayyaf di danai melalui jaringan financial yang didirikan oleh Muhammad Jamal
Khalifa, saudara Osama bin Laden, yang telah diutus ke Filipina pada 1991, dan
mendirikan sebuah jaringan amal Islam. Kahlifa adalah anggota resmi yang langsung
bersentuhan kedaerah untuk basis amal Saudi., the Islamic International Relief
Organization (IIRO), dukungan ini tidak hanya untuk Filipina tetpi juga di Indonesia,
Thailand dan Taiwan. 19 Selain hubungan dengan al-Qaeda yang telah memberi
dukungan Finansial dari gerakan ini, Abu Sayyaf juga menjalin hubungan dengan JI
(Jamaah-Islamiyyah).
Al-Qaeda diduga selain membantu dalam hal Finansial, namun juga telah
membantu dengan pelatihan-pelatihan militernya kepada anggota-anggota dari
Kelompok Abu sayyaf. Pejabat Militer Filipina mengatakan bahwa Abu sayyaf
menerima bantuan materil dan Financial dan juga latihan militer dari jaringan alQaeda pimpinan Osama bin Laden sampai tahun 1995, dan dua kelompok tersebut
terus melakukan kontak.20
F. Perkembangan Gerakan Kelompok Abu Sayyaf
Pada bagian ke lima ini akan membahas mengenai perkembangan dari gerakan
Abu Sayyaf, hal ini ditinjau dari seberapa besar pengaruh yang telah ditimbulkan oleh
gerakan tersebut di Filipina.
19
20
Zachary Abuza, “Balik Terorism: The Retrun of Abu Sayyaf,” hlm. 5
“ Asia Tenggara konsentrasi Baru Kebangkitan Islam,” Moeflich Hasbullah ed, Op. Cit.,
hlm. 242
8
Gerakan kelompok Abu Sayyaf dari awal pendiriannya telah banyak
melakukan terror-teror yang telah meresahkan masyarakat, Abu Sayyaf telah
melakukan penculikan, pengeboman dan aksi-aksi kekerasan lainnya dalam setiap
aksinya untuk mencapai cita-cita mereka mendirikan sebuah negara teokrasi Islam.
Diketahui sampai sekarang bahwa di Filipina Selatan terdapat tiga kelompok
perlawanan yang menonjol yaitu Moro National Liberation Front (MNLF), Moro
Islamic Liberation Front dan Abu Sayyaf Group (ASG). Ketiga kelompok ini
memiliki tujuan yang sama yakni mendirikan sebuah Negara teokrasi Islam dan
pembangunan ekonomi wilayah mereka.
Kelompok Abu Sayyaf yang diperkirakan lahir di Basilan (Juga tempat utama
operasinya), beroperasi di propinsi sulu dan Tawi-Tawi di kepulauan Sulu serta
semenanjung Zamboanga. Pada bulan Maret-April 2001 mereka menjadi perhatian
masyarakat luas melaui operasi penculikan dan penyanderaan. Pada awal kelompok
ini berdiri, pada tahun 1991 mendapatkan perhatian dari masyarakat melalui aksi
pemboman, penculikan dan kejadian-kejadian lainnya di sekitar Zamboanga.
Pemimpin Kelompok Abu Sayyaf, Abdurajak Janjalani pernah menjadi anggota
MNLF dan pengkritik keras kepemimpinan Nur Misuari di dalam MNLF. Saat masih
menjadi anggota MNLF, pernah dikirim ke Libya untuk menjalani pelatihan
keagamaan. Lima ttahun kemudian setlah kembali ke Basilan, dengan dibantu
beberapa kaum muda MNLF, ia menjadi penceramah yang kharismatik dan seorang
pengagas pendirian Negara Islam di Mindanao, Filipna Selata.
Abdurajak Janjalani bersama kelompoknya merupakan kelompok yang tidak
menyetuji dilakukannya proses perdamaian antara MNLF yang tidak menyetujui
delakukannya proses perdamaian antara MNLF dan Pemerintah Filipina. Abdurajak
Janjalani pada tanggal 18 desember 1998 terbunuh dalam suatu pertempuran dengan
polisi di kampong Lamitan Provinsi Basilan tetapi pendukung Abu Sayyaf tetap
melanjutkan perjuangan melalui penculikan, pemboman dan pengumpulan uang
secara paksa. Khadafi Janjalani (saudara Abdurajak Abubakar Janjalani) kemudian
menjadi pemimpin Abu Sayyaf. Tujuan utamanya masih sama yakni mendirikan
sebuah Negara Islam.21
21
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Op. Cit., hlm. 79
9
Sepeninggalan Abdurajak Janjalani kelompok ini terpecah ke dalam faksifaksi yang berbeda, kegiatannnya kemudian lebih diwarnai oleh perampokan dan
penculikan ketimbang perjuangan politik. 22 hal ini terbukti pada tahun 2000,
kelompok ini telah menculik 53 orang meliputi pendeta, beberapa guru dan pelajar.
Untuk menebus sandera Abu Sayyaf menuntut uang tebusan dan dua orang Sandra
dikabarkan telah dipenggal kepala.23
Saat penyanderaan in berlangsung, pada bulan April 2000 anggota Abu Sayyaf
lanya melakukan operasi penyebrangan dari wilayah Negara Filipina bagian selatan
menuju resort pulau wisata pulau Sipadan di wilayah Negara Malaysia. Di resort
Malayasia mereka menculik 21 orang berkebangsaan Asing terdiri dari 9 orang
Malaysia, 3 orang Jerman, 2 orang Perancis, 2 Orang Afrika Selatan, 2 Orang
Finlandia, 1 Waniata Libanon, 2 orang Filipina, seluruh korban penculkan ini dibawa
ke camp Abu SAayyaf di Taawi-Tawi untuk disandera kemudian dipindah ke Jolo.
Setelah serangan militer Filipina gagal membebaskan para sandera sejumlah
wakil Negara Eropa, Malayasia dan Libya bergabung dengan perundingan Filipina
dalam upaya membeadkan sandera. Pihak Abu Sayyaf menerbitkan sejumlah daftar
tuntutan yaitu pendirian Negara Moro yang merdeka, pelepasan beberapa teroris yang
diahan di luar negeri, pelarangan perahu nelayan yang beroperasi di lautan Sulu,
perlindungan bagi warga Filipina yang berada di Sabah Malaysia dan uang tebusan
drbsar sekitar 1 Juta dollar Amerika Serikat utuk satu orang sandera. Pada masa
penyanderaan ke dua puluh tiga orang ini kelompok Abu Sayyaf juga sempat
menyandera seorang wartawan Jerman dan dilepaskan setelah mendapat uang
tebusan. Kemudian berturut-turut menyandera tiga orang wartawan TV Perandis, dua
orang Filipina dan beberapa pendeta Filipina yang berusaha mengunjungi sandera. Di
akhir bulan agustus 2001, seorang warga Negara Amerika Serikat turut di sandera
setelah mengunjungi camp Abu Sayyaf sejumlah uang tebusan telah dibayarkan untuk
melepaskan sandera ini. Usaha perundingan dengan kelompok ini tidak berhasil
untuk membebaskan semua sandera. Empat Bulan kemudian, Agustus 2000, para
penyandera meminta uang tebusan satu juta dollar Amaerika Serikatsebagai imbalan
bila membebaskan tiga warga Negara Malaysia.
22
“ Asia Tenggara konsentrasi Baru Kebangkitan Islam,” Moeflich Hasbullah ed, Op. Cit., hlm.
242
23
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Op. Cit.,
10
Sementara itu pada tanggal 10 September 2000 malam, tiga orang warga
Negara Malaysia dilarikan dari resort wisat pulau Pandanan di lepas Pantai Sabah
Malaysia oleh kelompok Abu Sayyaf dengan menggunakan kapal motor berkekuatan
tinggi melampaui kecepatan kapal angkatan laut Filipina.24 Bebrapa pihak menduga
mereka menggunakan uang tebusan sandera sebelumnya untuk membeli peralatanperalatan perlengkapan baru. Pada tanggal 21 Mei 20001 kellompok abu Sayyaf
kembali manculik tiga warga Negara Amerika Serikat dan tujuh belas warga Negara
Filipina dari resort wisata Palawan di Filipina.
Hingga akir tahun 2001, kelompok Abu Sayyaf masih membawa dua orang
warga Negara Amerika Serikat dan satu perawat warganegara Filipina di pulau
Basilan hasil penculikan tujuh bulan lalu. Hal ini di ketahui saat kelompok tersebut
menawrkan perundingan pembebasan mereka di kota Zamboanga bulan April 2002.25
Pada bulan Juni 2002 satu orang sandera warganegara Amerika Serikat yaitu Martin
Burnham telah meninggal dunia saat dilakukan penyerangan oleh pasukan Filipina
terhadap basis Abu Sayyaf yang menyandera dia. Sedangkan istrinya Gracia Burnham
dapat diselamatkan. Sementara itu perawat Filipina yaitu Ediborah Yap telah telah
tewas saat operasi penyelamatan oleh militer Filipina ini.26
Di bulan Juni 2002, Abu Sayyaf kembali melakukan aksi penculikan terhadap
warga negara asing, Empat warganegara Indonesia menjadi korban penculikan dan
penyanderaan mereka. Keempat orang asing ini adalah anak Buah Kapal (ABK)
Kapal SM-88 yang sedang membawa batu bara dari Indonesia ke Pulau Cebu di
Filipina Tengah. Penyergapan terhadap mereka dilakukan dilepas pantai Pulau Jolo
dan keempatnya kemudian dibawa kedaratan Pulau Jolo. Dua hari kemudian satu
ABK Indonesia Ferdinand Joel berhasil diselamatkan. Kemudian bulan Maret 2003
satu orang ABK Indonesia Zulkifli berhasil menyelamatkan diri dan melaporkan
bahwa satu AK Indonesia lainnya yaitu Muntu Jacobus Winowatan diperkirakan telah
meninggal dunia tertembak dalam operasi penyelamatan militer Filipina bulan
Februari 2003. Sandera ABK Indonesia terakhir Lerrech berhasil melarikan diri dari
tahanan Abu Sayyaf tanggal 11 April 2003.27
24
“lagi, Tiga Warga Malaysia Diculik”, Kompas, Jakarta. Selasa 12 September 2000
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Op. Cit., hlm. 84
26
“Disekap Lebih Setahun, Sandera AS Tewas”, Kompas, Jakarta, Sabtu 12 April 2003.
27
“Warga RI Lolos dari Abu Sayyaf”, Kompas, Jakarta, Sabtu 12 April 2003.
25
11
G. Tindakan Pemerintah Filipina Terhadap Gerakan Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dapat dikatakan masih muda, baru berkisar sembilan
belas tahun. Kelompok ini telah berhasil melakukan aksi-aksi teror di Filipina yang
menyebabkan pemerintah Filipina harus melakukan kebijakan-kebijakan atuapun
tindakan-tindakan terhadap kelompok ini. Pemerintah Filipina memang telah
disibukkan oleh dua kelompok gerakan lainnya, seperti MNLF dan MILF
sebelumnya.
Dalam menanggulangi kelompok Abu Sayyaf pemerintah Filipina telah
melakukan penyerangan-penyerangan yang telah diduga sebagai kamp dari Abu
Sayyaf. Kelompok ini sangat sulit dilumpuhkan, disebabkan kelompok ini bertempat
di pedalaman dari pulau Basilan. Pemerintah Filipina dalam mengagulangi gerakan
ini juga meminta bantuan pihak asing, yakni Amerika Serikat. Sejak peristiwa 11
September, Amerika Serikat telah gencar-gencarnya melakukan perang terhadap
terorisme, dan yang termasuk target pemusnahannya ialah gerakan Abu Sayyaf yang
terdapat di Filipina.
Sejak aksi-aksi kekerasan yang telah dilakukan oleh kelompok Abus Sayyaf,
pemerintah Filipina berfikir untuk melakukan tindakan tegas terhadap gerakan ini.
Pemerintah Filipina mulai melakukan penyerangan-penyerangan ke kamp Abu
Sayyaf. Baik pihak militer dan kepolisian di Filipina telah berkerjasama untuk
menagkap anggota dari Kelompok ini. Pada tanggal 18 Desember 1998 dikabarkan
bahwa Abdurajak Janjalani telah terbunuh dalam suatu pertempuran dengan polisi di
kampung Lamitan provinsi Basilan.
Pada Bulan 2001 dikabarkan bahwa dua pemimpin kelompok Abu Sayyaf
telah tertangkap oleh polisi di provinsi Basilan. Mereka adalah Hairus Muksan alias
Abdul John Muskdan usia 33 tahun dan Binan Andan usia 25 tahun.28 Sejak Presiden
Gloria Macapagal-Arroyo memerintahkan penyerangangan penuh terhadap kelompok
perlawanan di Filipina Selatan bulan April 2001, Kelompok Abu Sayyaf hingga akhir
tahun 2001 telah kehilangan banyak anggotanya di medan pertempuran melawan
pasukan pemerintah Filipina. Dan jumlah mereka saat akhir tahun tersebut
diperkirakan sekitar 200-an orang pejuang.
28
Garnijanto Bambang Wahjudi, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu Terorisme
Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun
2000 dan 2001)”, Op. Cit., hlm. 79
12
Sepanjang tahun 2002, pemerintah Filipina talah berusaha keras menghentikan
aktifitas kelompok Abu Sayyaf. Lima pemimpin tertinggi kelompok ini telah
dinyatakan harus ditangkap. Mereka adalah Khadafi Abdurajak Janjalani, Jaminal
Antel Sali, Aldam Tilao, Isnilon Totoni Hapilton dan Hamsitaji Marusi Sali. Perintah
pengakapan dikeluarkan bulan Juli 2002 oleh menteri kehakiman Filipina, Hernando
Perez.29 Aldam Tilao kemudian tewas dalam suatu serangan militer Filipina di dekat
pantai kota Sibuco kawasan Zamboanga, Jumat 21 Juni 2002.30
Pada Bulan Februaru 2003 Presiden Arroyo kembali melakukan tekanan
terhadap kelompok Abu Sayyaf dengan meminta militer Filipina melakukan
perampasan mengingat Abu Sayyaf masih terus melakukan penculikan-penculikan,
diantaranya pelaut Indonesia yang telah diculik dan disandera sejak bulan Juni 2002,
hingga Juli 2003 Khadafi Abdurajak Janjlani pemimpin Abu Sayyaf masih belum
ditangkap. Diduga yang bersangkutan masih beroperasi bersama sekitar 70 orang
pengikutnya.31
Usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah Filipina yakni meminta bantuan
terhadap pihak asing. Karena peranan sejarahnya dalam mengkolonialisasikan
Filipina, Amerika Serikat telah menjadi faktor penting dalam menyelesaikan masalahmasalah kemerdekaan kelompk di Filipina. Namun, belakang ini, keterlibatan
Amerika terutama dikembangkan dalam aliansi militernya dengan Filipina
berdasarkan perjanjian pertahan bersama dan program bantuan asing. Pemerintah
Amerika Serikat mempertahankan kepentingannya pada kelompok Abu Sayyaf
khususnya, dan telah mengklaim kelompok Abu Sayyaf sebagai organisasi teroris.
Pada awal tahun 2000, Amerika dan Filipina terlibat dalam kerjasama latihan
Militer yang besar yang sudah berlangsung sejak 1995. Bantuan Militer dalam bentuk
dukungan dana ekonomi (Economic Support Funds) meningkat dari nol dalam dalam
anggaran tahun 2000 menjdai sekitrar 4 milyar dollar di tahun2001, dan 15 milyar
dolar dibutuhkan untuk tahun anggaran 2002. Pembiyaan untuk belanja senjata
meningkat dari 1,4 juta dolar, kemudian 2 juta dolar, kemudian 19 juta dolar dalam
periode yang sama. Kongres kubu Republik di Amerika, yang dipimpin oleh Dana
29
“Filipina Perintahkan Tangkap Lima Pemimpin Abu Sayyaf”, Kompas, Jakarta, Selasa 11 Juni
30
“Pemimpin senior Abu Sayyaf Tewas”, Kompas, Jakarta, Sabtu 22 Jni 2002.
“Janjalani Masih Terus Dikejar”, Kompas, Jakarta, Rabu 9 Juli 2003
2001
31
13
Rohrabacher dari California, memegang peranan dalam menentukan meningkatnya
bantuan Militer selanjutnya untuk Filipina.32
Pada akhir Oktober sebuah tim yang terdiri dari para penasehat sipil dan
militer akan berangkat ke Filipina untuk melatih tentara Filipina menghadapi
kelompok Abu Sayyaf dan memberikan nasehat bagi militer Filipina dalam operasi
mereka menghadapi kelompok Abu Sayyaf, para penasehat Amerika telah melatih
“fight reaction company” (semacam pasukan khusus) –berangotakan sekitar 102
tentara Filipina menyediakan perlengkapan operasi menghadapi teroris di Basilan.33
Dalam penanggulangan kelompok Abu Sayyaf telah semaksimal mungkin
melakukan perlawanan terhadap kelompok ini untuk menjaga keamanan di Filipina.
Pada tahap awal pemerintah Filipina telah berhasil membunuh pimpinan pertama
Kelompok Abu Sayyaf, namun itu belum dapat menghentikan pergerakan kelompok
ini. Selanjutnya, Kelompk Abu Sayyaf mulai melakukan kerjasama dengan Amerika.
Kerjasama ini didahului dengan kerjasama Militer dimana Amerika mulai melatih
anggota-anggota dari tentara Filipina dalam menaggulangi gerakan Filipina.
H. Kesimpulan
Diawali oleh berbagai konflik yang terjadi di Filipina, kelompok Abu Sayyaf
merupakan gerakan separatis yang lahir dari sejarah konflik di Filipina. Kelompok
Abu sayyaf merupakan salah satu gerakan yang lahir di Basilan. Kelahiran kelompok
ini di tandai dengan mulai terpecahnya gerakan MNLF, yangmana Abdurajak
Janjalani yang tidak sepakat dengan cara-cara diplomasi yang dilakukan oleh Nur
Misuari selaku pimpinan MNLF dikala itu.
Untuk mencapai cita-citanya yakni mendirikan sebuah negara Islam di Filipina
Selatan. Kelompok Abu Sayyaf melakukan perlawanan dengan cara kekerasan.
Kelompok Abu Sayyaf melakukan pemboman, penculikan, dan pengeksekusian
terhadap sandera. Gerakan Kelompok Abu sayyaf ini terlihat dengan jelas sebagai
sebuah gerakan yang mengakibatkan adanya sebuah konflik antar agama, dilain faktor
politik yang awalnya diperjuangkan oleh Abdurajak Janjalani.
Walaupun gerakan Kelompok Abu sayyaf terbilang kecil, tetapi kelompok ini
telah
berhasil
menguncang
kestabilan
negara
Filipina
dengan
melakukan
32
“ Asia Tenggara konsentrasi Baru Kebangkitan Islam,” Moeflich Hasbullah ed, Op. Cit., hlm.
33
Ibid.,
244
14
pengeboman-pengeboman di daerah-daerah Filipina. Konflik yang diusung oleh
gerakan ini memang konflik antar agama, dimana kristen sebagai mayoritas dan islam
sebagai minoritas. Kelompok Abu sayyaf berjuang untuk membebaskan umat Muslim
Moro dari penjajahan orang-orang Kristen, karena bila dilihat dari sejarahnya, Filipina
pernah menjadi sebuah negara kesultanan Islam Sulu yang pernah Jaya di negara
tersebut. Faktor inilah yang menjadi dasar dari orang-orang Moro melakukan
perjuangan untuk membebaskan diri dari negara Filipina,
Perkembangan selanjutnya, dikarnakan telah banyakanya orang-orang Kristen
yang tinggal di pulau Mindanao Selatan dan mengakibatkan tersingkirnya orangorang Muslim dari pulau ini ke daerah-daerah pesisir dari pulau ini. Karena measa
tersingkirkan Kelompok Abu sayyaf berusaha untuk membeaskan daerah ini dengan
memusuhi orang-orang Kristen dengan cara meneror mereka dengan melakukan
kekerasan.
Keeksistensiaan dari kelompok Abu Sayyaf, didukung oleh bantuan dari luar
Filipina. Al-Qaeda yang merupakan sebuah jaringan teroris internasional telah banyak
membantu kelompok Abu sayyaf dalam hal financial. Al-Qaeda membantu Abu
Sayyaf dalam rangka memperluas jaringannya. Segala keperluan Abu Sayyaf
menyangkut persenjataan semuanya di danai oleh al-Qaeda. Diluar itu semua
kelompok Abu Sayyaf juga mendapatkan dana dari uang tebusan sandera.
Hingga saat ini keberadaan Kelompok Abu Sayyaf tetap ada di Filipina,
berusaha mendirikan negara Islam adalah cita-cita mereka. Solusi telah banyak
ditawarkan oleh pmerintah Filipian, tetapi kelompok ini tidak dapat menerima caracara damai dan lebih memilih perang. Pemerintah Filipina dan Amerika telah
berusaha untuk melakukan penghentian terhadap gerakan ini namun kelompok ini
tetaplah sulit untuk dimusnahkan, karena mereka melakukan cara-cara gerilliya dalam
gerakannya.
15
BIBLIOGRAFI
A. Majul, Cesar “Dinamika Islam Filipina”, Terj-, Jakarta: LP3ES, 1989
Abuza, Zachary, “Balik Terorism: The Retrun of Abu Sayyaf”, Carlisle: Strategic
Studies Institute, 2005.
“ Asia Tenggara konsentrasi Baru Kebangkitan Islam,” Moeflich Hasbullah ed,
Bandung: Fokusmedia, 2003
Bambang Wahjudi, Garnijanto, “Kerjasama Regional ASEAN Menghadapi Isu
Terorisme Internasional (Penaganan Aksi Teroisme Internasional di Filipinai
Bagian Selatan Oleh ASEAN Tahun 2000 dan 2001)”, Tesis: Fakultas Ilmu
Sosila dan Politik Program Pascasarjana Universitas Indonesia. 2003
K Wall, Hamish. “The Dynamics of Small Arms Tranfers in Southeast Asian
Insurgencies”, Tesis: Master of Arts in Political Science di Universitas
Canterbury.
Manalo, Eusoquito P, “The Philippine Response To Terorism: The Abu Sayyaf
Group,” Thesis: Noval Postgraduate School, 2004
Niksch,
Larry,
“Abu
Sayyaf:
Target
of
Philippine-U.S.
Anti-Terrorism
Cooperationin,” World Terrorism ed. Edward Linden (NY: Nova Science
Publishers, 2002)
“ Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,” Saiful Muzani ed.
Jakarta: LP3ES, 1993
Surat Kabar
“Disekap Lebih Setahun, Sandera AS Tewas”, Kompas, Jakarta, Sabtu 12 April 2003.
“Filipina Perintahkan Tangkap Lima Pemimpin Abu Sayyaf”, Kompas, Jakarta,
Selasa 11 Juni 2001
“Janjalani Masih Terus Dikejar”, Kompas, Jakarta, Rabu 9 Juli 2003
“lagi, Tiga Warga Malaysia Diculik”, Kompas, Jakarta. Selasa 12 September 2000
“Pemimpin senior Abu Sayyaf Tewas”, Kompas, Jakarta, Sabtu 22 Jni 2002.
“Warga RI Lolos dari Abu Sayyaf”, Kompas, Jakarta, Sabtu 12 April 2003.
16
Download