Uploaded by User83397

Khutbah Masjid Miftahul Huda 13 nov

advertisement
Masjid Miftahul Huda, Jum'at 13 Nov 2020
َ ‫اْلس ََْل َم‬
‫ساََ ََ َكاًًا‬
ِّ ِ ‫عدَ ِل ْل ُمت َ َم‬
َ ‫ َو َو‬،‫س ِويًّا‬
َ ََ‫س ِكيْنَ بِ ِه َويَ ْن َه ْونَ ْال‬
َ ‫ط ِر ْيقًا‬
ْ ‫ ا َ ْل َح ْمدُ هللِ الَّذ‬،ِ‫ا َ ْل َح ْمدُ هلل‬
ِ ْ ‫ِى َجعَ َل‬
‫ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن‬.‫س ُن ًَ ِديًّا‬
َ ،ُ‫ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ دَهُ َالش َِريْكَ لَه‬.‫ع ِليًّا‬
َ
َ ْ‫ش َهاََة َ ََ ْن ُه َو َخي ٌْر ََّقَا ًَا َوأَح‬
ْ
ْ
ِّ
َّ
ُ
‫س ِيِّ ِدًَا َُ َح َّمد‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬
ً َ‫ار ِم ِكب‬
ُ ‫ص‬
َ ‫س ِل ْم‬
ِ َّ ‫س ْولهُ ال ُمت‬
َ ‫س ِيِّدًََا َح َّمدًا‬
َ ‫علَى‬
َ ‫ص ِِّل َو‬
َ
َ َ‫ اَلل ُه َّم ف‬.‫صبِيًّا‬
َ ‫ارا َو‬
ِ ‫ف ِبال َم َك‬
ْ
َّ
ُ
‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫صحْ ِب ِه ال ِذيْنَ يُحْ ِسنُ ْونَ ِإ ْسَلَ ََ ُه ْم َولَ ْم يَ َْ َعل ْوا‬
ُ ‫صاَِقَ ال َو ْع ِد َو َكانَ َر‬
َ ‫ َو‬،‫س ْوالً ًَبِيًّا‬
َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬
َ َ‫َكان‬
ْ
ْ
َ
َ‫ فَقَ ْد فَازَ ال ُمتَّقُ ْون‬،ِ‫ِى َو ِإيَّا ُك ْم بِت َ ْق َوى هللا‬
ِ ‫ ا ُ ْو‬،ُ‫اض ُر ْونَ َر ِح َم ُك ُم هللا‬
ِ ‫ فَيَا أيُّ َها ال َح‬،ُ‫ أ َ ََّا بَ ْعد‬،‫فَ ِريًّا‬
ْ ‫ص ْينِ ْي ًَ َْس‬
َّ‫ يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ ََنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِال‬،‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ ِبس ِْم هللا‬: ‫قَا َل هللاُ ت َ َعالَى‬.
َ‫َوا َ ًْت ُ ْم َُ ْس ِل ُم ْون‬
Alhamdulillah, hari Jumat ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang
Mahakuasa untuk menjalankan salah satu perintah-Nya melaksanakan jamaah
shalat Jumat. Rasanya Jumat ini adalah hari istimewa karena merupakan Jumat
di bulan Rabiul Awal. Bulan kelahiran manusia paling mulia di jagat raya. Bulan
maulidur rasulillah shallalahu ‘alaihi wasallam. Marilah kita selalu senantiasa
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalani apa yang
telah diperintahkan-Nya serta menjauhi dan menghindari apa yang telah
dilarang-Nya.
Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Qur’an. Rasul yang dipercaya
mengemban dan menyampaikan Al-Qur’an kepada umat manusia di mayapada
Demikian mulianya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga dalam hadits
qudsi diungkapkan:
‫قال هللا تعالى ألدم لوال محمد‬
‫ماخلقتك‬
Allah swt berkata kepada Nabi Adam as. Jika tidak karena Muhammad, Aku tidak ciptakan
engkau wahai Adam. Dalam riwayat lain dikatakan “jika tidak karena Muhammad, Aku
tidak ciptakan alam semesta ini”.
Akan tetapi sangat disayangkan bahwa bulan maulid ini malah terkesan
menjadi bulan saling menuduh dan membid’ahkan. Hanya karena berbeda
pendapat mengenai hukum peringatan maulid. Padahal tidak demikian
seharusnya. Di bulan kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini, umat
Islam harus sadar dan kembali merapatkan barisan, meningkatkan ketakwaan
dan merealisasikannya dalam realitas kehidupan. Sehingga menjadi nyata apa
yang difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala bahwa Dia mengutus
Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam. wa ma arsalnaka illa rahmatan lil
alamin.
Rahmat yang sudah sepatutnya kita syukuri dengan cara
memperbanyak baca shalawat dan menyenangkan kaum fakir miskin dengan
bersedekah. Bahkan keberadaan rahmat itu mewajibkan kita selaku umat untuk
menyambutnya dengan gembira. Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatNya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu
adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. (Yunus: 58) Apakah
yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu?
Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an
diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain
merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam
ad-Durrul Mantsur menerangkan bahwa rahmat itu tiada lain adalah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.
Hal ini senada dengan kutipan Ibnu Abbas:
‫وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس‬
‫ فضل هللا العلم ورحمته‬:‫فى األية قال‬
‫ قال هللا وما‬:‫محمد صلى هللا عليه وسلم‬
‫أرسلنك إال رحمة للعالمين‬
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah
Nabi Muahammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (al-Anbiya:
107). Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat
bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi
‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim
menyambut gembira atas rahmat tersebut. Jamaah yang berbahagia, Demikian pentingnya
merasa bergembira menyambut kelahiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sehingga
Imam Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid
memberikan petunjuk cara merayakan maulid Nabi yang benar:
َّ
ْ
َّ
َ
ُ ‫ِى‬
ِ
‫هو‬
‫الذ‬
‫ْلد‬
‫َو‬
‫الم‬
‫َل‬
‫َم‬
‫َ ع‬
‫ْل‬
‫أن أص‬
ِ
َ
ُ‫ء‬
َ ‫ما‬
َ ‫ة‬
َ‫َا‬
‫ِن‬
‫َ م‬
‫َسَّر‬
‫تي‬
‫ِر‬
‫َق‬
‫َّاسِ و‬
‫ُ الن‬
‫َاع‬
‫ِم‬
‫ْت‬
‫ِج‬
‫ا‬
ُ‫ي‬
ْ
َِ
ََ
‫دة‬
‫َار‬
‫ِ الو‬
‫َار‬
‫ْب‬
‫ة األخ‬
‫ِوا‬
‫َر‬
‫ و‬.ِ‫ْآن‬
‫ُر‬
‫الق‬
ََ
ََّ
َْ
َ ‫ِى‬
ْ‫ء أ‬
ِ‫د‬
ِ
‫ْه‬
‫لي‬
‫لى هللاُ ع‬
‫ِ ص‬
‫َّب‬
‫ِ الن‬
‫مر‬
‫مب‬
‫ف‬
ِّ‫ِي‬
ََّ‫َس‬
َ‫َ اآل‬
َ ‫ِى‬
ََ
ِِ ‫يا‬
ِْ
‫ِن‬
‫ِ م‬
‫ِه‬
‫لد‬
‫مو‬
‫َ ف‬
‫َع‬
‫َق‬
‫ما و‬
‫َ و‬
‫لم‬
‫و‬
ُ
ُُ
َْ
ُُّ
َ ٌ
َ
َّ
ُ‫ن‬
ْ
ُ‫َل‬
‫ه‬
‫لو‬
‫يأك‬
‫َاط‬
‫ِم‬
‫س‬
‫هم‬
‫د‬
‫يم‬
‫ثم‬
ََ
َْ
َ‫ِك‬
َ‫يا‬
َِ
ََ
‫َل‬
‫لى ذ‬
‫ٍ ع‬
‫دة‬
‫ِ ز‬
‫ْر‬
‫َي‬
‫ْ غ‬
‫ِن‬
‫ن م‬
‫ُو‬
‫ِف‬
‫َر‬
‫ْص‬
‫ين‬
‫و‬
ََ
َّ ِ
ْ ِ
ْ َ
َِ
َْ
ُ ‫ِى‬
‫ها‬
‫لي‬
‫ُ ع‬
‫َاب‬
‫يث‬
‫الت‬
‫َة‬
‫َسَن‬
‫الح‬
‫دع‬
‫الب‬
‫ِن‬
‫م‬
َ ْ
َْ
َُ
ِ ‫ها‬
‫در‬
‫ِ ق‬
‫ْم‬
‫ِي‬
‫ْظ‬
‫تع‬
‫ِن‬
‫ِ م‬
‫ْه‬
‫ِي‬
‫َا ف‬
‫لم‬
‫َاحِب‬
‫ص‬
ِ
ََ
ََّ‫َس‬
ََّ
َْ
‫هار‬
‫ِظ‬
‫َا‬
‫َ و‬
‫لم‬
‫ِ و‬
‫ْه‬
‫لي‬
‫لى هللاُ ع‬
‫ِ ص‬
‫َّب‬
‫الن‬
ِّ‫ِي‬
ِ
ْ
ِْ
ِِ‫ي‬
ِْ
‫ِ الشَّر‬
‫ِه‬
‫لد‬
‫َو‬
‫ِم‬
‫ِ ب‬
‫ْشَار‬
‫ِب‬
‫ِسْت‬
‫َاال‬
‫ِ و‬
‫َح‬
‫َر‬
‫الف‬
"Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca alQur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati
bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu
termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan
derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad
yang mulia. (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, h. 189-197 ) Hal pertama yang harus ada dalam
perayaan, sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah adalah
membaca al-Qur’an. karena al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah sekaligus pedoman hidup
bagi umat Muslim. Hal kedua yang tidak boleh terlewatkan adalah bercerita tentang kisah
Rasulullah yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang
suami, bagi seorang pemimpin dan tidak juga bagi segenap umatnya. Dan ketiga adalah Ibn
Taimiyah sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki , yaitu:
َ ُ
ُْ
َْ
َ ُ
َ
ُ‫ْض‬
ُ ‫د‬
ِْ
‫بع‬
‫َاب‬
‫يث‬
‫َّة ق‬
‫ِي‬
‫ْم‬
‫تي‬
‫بن‬
‫ل ا‬
‫ُو‬
‫يق‬
ََ
ََ
ْ ِ
َ َ‫ِك‬
ِْ
‫ما‬
‫ذل‬
‫َك‬
‫ِ و‬
‫لد‬
‫َو‬
‫الم‬
‫ْل‬
‫ِع‬
‫لي ف‬
‫َّاسِ ع‬
‫الن‬
ُ‫ْد‬
َ‫َا‬
َ ‫ه‬
َّ
ُ ‫إما‬
ُ‫ِث‬
ُ
‫هاة‬
‫مض‬
‫ْض الن‬
‫بع‬
‫يح‬
ِ‫َّاس‬
‫ْسَى عليه السالم‬
‫ِي‬
‫ِ ع‬
‫ْالَد‬
‫ِي‬
‫ِى م‬
‫َى ف‬
‫َار‬
‫َّص‬
‫ِلن‬
‫ل‬
َ ‫إما‬
َّ َ
‫َّبي صلي هللا عليه وسلم‬
‫ِلن‬
‫ٌ ل‬
‫َّة‬
‫َب‬
‫مح‬
‫و‬
ََ
َ ً
ََ
َْ
َ ‫لى‬
ُُ
ُ ‫د‬
ُ‫ال‬
ِ
‫ِه‬
‫هذ‬
‫ْ ع‬
‫هم‬
‫ْب‬
‫ِي‬
‫يث‬
‫َهللا ق‬
‫ه و‬
‫ْم‬
‫ِي‬
‫ْظ‬
‫تع‬
‫و‬
ََ
ْ
ْ
َِ
َِ
‫دع‬
‫الب‬
‫لى‬
‫ِ الَ ع‬
‫هاد‬
‫ْت‬
‫َاالج‬
‫ِ و‬
‫َّة‬
‫َب‬
‫َح‬
‫الم‬
ِ
Ibn Taimiyyah berkata, “orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid
Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang.
Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran
Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan
penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala
kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah
yang mereka lakukan.”(Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat
wat Tathbiq, h. 399).
dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah halaman 316, peringatan maulid Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan
termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya. Sekali
lagi, acara peringatan Maulid Nabi adalah tradisi dan adat kebiasaan yang baik.
Dikategorikan tradisi yang baik, karena substansi peringatan Maulid Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬memiliki banyak manfaat dan kebaikan bagi masyarakat, seperti
meneladani prilaku Nabi, pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat
thayyibah dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Hal
tersebut juga berlaku untuk tradisi keagamaan selainnya, seperti peringatan Isra’
Mi’raj, peringatan Nuzulul Qur’an, Peringatan Tahun Baru Muharram, dan
sesamanya. Syekh Abdul Karim Zidan dalam kitabnya al-Wajiz fi Ushulil Fiqhi
halaman 253 menjelaskan bahwa tradisi yang syar’i adalah tradisi yang tidak
berlawanan dengan nash agama, tradisi yang membawa maslahat syar’i, dan
tradisi yang tidak menimbulkan mudarat bagi masyarakat. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah tradisi yang
baik, karena substansinya dilegitimasi oleh syariat agama. Bagaimana Esensi
perayaan Maulid Nabi Muhammad ‫ ?ﷺ‬Ada hal penting bagi kita dalam
merayakan maulid Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, yaitu ungkapan rasa syukur kita atas
rahmat Allah ‫ ﷻ‬yang agung bagi seluruh alam semesta. Yaitu kelahiran Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Kelahiran Nabi Muhammad merupakan rahmat yang agung
untuk alam semesta ini. Imam Hakim meriwayatkan hadis dalam kitab
َ‫ي‬
َ
َُّ
Mustadrak Shahihain, Juz 1 halaman 91. Nabi bersabda:
‫ها‬
‫يا أ‬
ََ
َِّ
ٌ
َ‫ه‬
ْ‫م‬
ُ ٌ
‫داة‬
‫َة‬
‫ْم‬
‫َح‬
‫نا ر‬
‫َا أ‬
‫نم‬
‫َّاسُ إ‬
‫“ الن‬Wahai manusia, tiada lain aku
ini adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah untuk kalian).”
Banyak orang mengatakan bahwa nikmat terbesar adalah nikmat iman dan Islam. Betul, tapi
nikmat iman dan Islam itu ada karena kelahiran Beliau Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi
wa sallam (SAW). Artinya, jika Beliau SAW tidak ada, tentu tidak akan ada Islam.
Kedatangan Rasulullah SAW adalah nikmat paling besar. "Maka maknanya adalah
ingatkanlah mereka tentang nikmat terbesar, yaitu Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam,"
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Jika kita merasa gembira akan kedatangan Rasulullah
itu pertanda kita mencintainya. Biasanya orang yang cinta akan selalu berharap berjumpa
dengan yang dicinta. Sebagaimana layaknya pemuda yang baru merasa ‘gandrung’ dengan
sang kekasih. Ingin selalu bertemu walaupun hanya dalam mimpi. Meskipun kegembiraan
dan cinta adalah dua hal yang beruruan dengan hati. namun cinta dan gembira itu dapat
dibuktikan secara indrawi. Ada beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai alat
penimbang kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Pertama, siapa
yang cinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dia pastilah orang yang taat kepada
Rasulullah. artinya orang itu pasti akan menjalankan segala peraturan syariatnya.
‫فمن أحب أن ينال رؤية النبي‬
‫عليه الصالة والسالم فليحبه حبا‬
‫شديدا وعالمة الحب اإلطاعة فى سنته‬
‫السنية‬
Barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah, hendaklah ia mencintai beliau
dengan kecintaan yang menggebu. Adapun tanda cinta kepada beliau adalah adalah
mengikuti sunnahnya yang mulia. Maka taat kepada ajaran Rasulullah saw. merupakan
bukti nyata kecintaan kita kepadanya. Dan ketika seorang hamba telah taat kepada
Rasulullah saw berarti ia telah taat kepada Allah subhanahu wata'ala:
‫من يطع الرسول فقد أطاع هللا‬
Barang siapa yang menta’ati rasul, sesungguhnya ia telah taat kepada Allah swt.
Kedua, tanda para pecinta Rasulullah saw adalah seringnya membaca shalawat. Sebuah
hadits Aisyah ra. menerangkan hal ini:
‫من أحب النبي عليه الصالة والسالم‬
‫أكثر من الصالة عليه وثمرته‬
‫الوصول الى شفاعته وصحبته فى‬
‫الجنة‬
Barang siapa mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka ia akan memperbanyak
baca shalawat kepadanya. Adapun buahnya adalah memperoleh syafaat beliau dan
menyertainya di surga. Selain berfungsi sebagai penanda cita shalawat kepada Rasulullah
juga merupakan tanaman yang buahnya adalah syafaat di surga. Tanda ketiga, adalah
barang siapa yang mencintai Rasulullah pasti ia akan memperbanyak mengingat beliau.
Mengingat berbagai kisah hidupnya, mengingat kepahlawanannya dan mengingat
kebijaksanaannya. Dan tidak lupa meneladaninya.
‫من أحب شيئا أكثر من ذكره‬
Barang siapa mencintai sesuatu pastilah ia akan banyak menyebutnya.
Terdapat seorang yang cukup saleh. Ia melazimkan bacaan shalawat nabi setiap harinya. Ia
sendiri kerap bertemu Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia diperlakukan dengan hangat
oleh Rasulullah SAW pada setiap perjumpaan. Tetapi suasana perjumpaannya pada malam
kali ini berbeda. Ketika tertidur, ia bermimpi melihat Rasulullah SAW. Tidak seperti
biasanya, Rasulullah bersikap dingin. Rasulullah SAW tidak menoleh kepadanya dan tidak
menyapanya. "Wahai Rasulullah, apakah yang mulia sedang murka terhadapku?" ia
bertanya dengan masygul. "Tidak," jawab Rasulullah SAW. "Lalu mengapa yang mulia tidak
sudi memandangku?" "Karena aku tidak mengenalimu," kata Rasulullah SAW"Bagaimana
bisa yang mulia tidak mengenaliku? Padahal, aku adalah salah seorang dari umat Anda yang
mulia. Sementara, ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa yang
mulia lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap
anaknya." "Mereka itu benar. Hanya saja kau tidak mengingatku melalui shalawat.
Sementara daya pengenalanku terhadap umatku bergantung pada kekuatan mereka
membaca shalawat," kata Rasulullah SAW. Ia pun terbangun. Hatinya begitu sedih. Tetapi ia
menyadari bahwa sudah sekian bulan ia tidak membaca shalawat. Ia kemudian bertekad
dalam hatinya untuk membaca shalawat nabi sebanyak 100 kali setiap hari. Ia pun kemudian
membuktikan tekadnya dengan baik. Pada suatu malam kemudian ia berjumpa dengan
Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah. "Sekarang aku
mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW dengan
perhatian. Tanggapan Rasulullah SAW begitu hangat karena orang saleh tersebut dengan
amalan shalawatnya menunjukkan diri sebagai pecinta Rasulullah SAW. Kisah ini disadur
dari Bab Ketujuh fil Mahabbah, Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati
‘Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah:
2019 M/1440 H), halaman 30
َّ ‫ و ُح‬،‫صلَ َوات‬
ْ ‫ط‬
‫ع ْش ُر‬
َ ‫ت عنه‬
َ ‫صلى هللاُ عليه‬
َ ‫ع ْش َر‬
َ ، ً ‫ي صَلة ً واحدة‬
َّ ‫ََن صلَّى عل‬
ْ ‫ور ِف َع‬
‫ع ْش ُر ََ َر َجات‬
ُ ، ‫خَطيات‬
َ ‫ت له‬
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat
baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan
baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”’ 📚 [HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad
(3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu
Hibban, al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, juga oleh Ibnu hajar dalam “Fathul
Baari” (11/167)
Para hadirin Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Sebagaimana dicatat oleh sejarah Islam di tahun 1184 M (580 H). Di antara halhal yang dilakukan sebelumnya adalah menyelenggarkan sayembara penulisan riwayat Nabi
saw. beserta puji-pujian bagi beliau dengan bahasa indah dan menarik sesuai sastra dan
bahasa Arab. Seluruh ulama dan sastrawan pun diundang untuk mengikuti kompetisi
tersebut. Akhirnya, pemenang yang menjadi juara kala itu adalah Syaikh Ja’far Al-Barzanji.
Karyanya itu adalah sebuah karya besar bagi umat Islam yang dikenal sebagai kitab
“Barzanji”. Kitab tersebut hingga sampai sekarang sering dibaca oleh kaum Muslim di
seluruh dunia pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Shalahuddin al-Ayyubi
menggunakan momen Maulid Nabi saw. untuk mengobarkan semangat jihad fi Sabililah.
Waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara
salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman dan Inggris. Peristiwa itu dikenang sebagai Perang
Salib. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap
Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan
persaudaraan. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan
kesultanan.
Sultan Salahuddin sebagai penguasa Haramayn (Dua Tanah Suci, Makkah dan
Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke
kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di
mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan
sebagai Hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat
Islam. Semoga kita semua diberikan hidayah untuk selalu senantiasa berusaha melestarikan
kisah2 rasul dan dapat meneladaninya dalam kehidupan kita, Semoga disisa umur kita
tumbuh benih2 kecitaan terhadap shalawat Akhirnya, cinta kita kepada Rasulullah
sebenarnya dapat dibuktikan dalam kehidupan keseharian.
ُ‫ َوًَََ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه َِ ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ َِنَّا َو َِ ْن ُك ْم تَِلَ َوتَه‬،‫آن اْلعَ ِظي ِْم‬
َ َ‫ب‬
ِ ‫اركَ هللا ِلي َولَ ُك ْم فِى اْلقُ ْر‬
‫الر ِحيْم‬
َّ ‫ َوأَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذَا فَأ ْست َ ْغ َِ ُر هللاَ العَ ِظي َْم ِإًَّهُ ه َُو الغََُ ْو ُر‬،‫َو ِإًَّهُ ه َُو الس َِّم ْي ُع العَ ِل ْي ُم‬
Khutbah II
َ ‫ص‬
‫ أَ ْش َهدُ أَ ْن َّال ِإلهَ ِإ َّال‬.‫ص َحابِ ِه أ َ ْه ِل ْال َوفَا‬
ْ َ‫ َو َعلَى آ ِل ِه َوأ‬،‫طََى‬
ْ ‫سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد ْال ُم‬
َ ‫س ِلِّ ُم َعلَى‬
َ ُ ‫ص ِلِّ ْي َوأ‬
َ ُ ‫ َوأ‬،‫ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ َو َكََى‬
‫ص ْي ُك ْم َوًَ َْ ِس ْي‬
.ُ‫س ْولُه‬
ُ ‫سيِِّدًََا َُ َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
ِ ‫ أ ُ ْو‬، َ‫ فَيَا أ َ ُّي َها ْال ُم ْس ِل ُم ْون‬،ُ ‫أ َ ََّا بَ ْعد‬
َ ‫ َوأَ ْش َهد ُ أ َ َّن‬،ُ‫هللاُ َوحْ دَهُ َال ش َِريْكَ لَه‬
‫ إِ َّن‬:َ‫س ََل ِم َعلَى ًَبِيِِّ ِه ْالك َِري ِْم فَقَال‬
َّ ‫ص ََلةِ َوال‬
َّ ‫ أَ ََ َر ُك ْم ِبال‬،‫ي ْالعَ ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن هللاَ أ َ ََ َر ُك ْم بِأ َ َْر َع ِظيْم‬
ِِّ ‫بِت َ ْق َوى هللاِ ْالعَ ِل‬
َّ
‫سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد‬
َ ‫ص ِِّل َعلَى‬
َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ اَللّٰ ُه َّم‬،‫س ِلِّ ُموا ت َ ْس ِلي ًما‬
َ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ ََنُوا‬،ِ‫ي‬
َ ُ‫َّللاَ َو ََ ََلئِ َكتَهُ ي‬
ِّ ِ‫صلُّونَ َعلَى النَّب‬
َّ
َ
َ
َ
َ
َ
‫سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َو َعلى‬
َ ‫ار ْك َعلى‬
َ ‫سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َو َعلى آ ِل‬
َ ‫صليْتَ َعلى‬
َ ‫َو َعلى آ ِل‬
َ ‫سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َك َما‬
ِ َ‫سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َوب‬
ْ
ّٰ
َ
َ
َ
‫ اَلل ُه َّم ا ْغ َِ ْر‬.ٌ ‫ فِ ْي العَال ِميْنَ إًَِّكَ َح ِم ْيدٌ ََ ِج ْيد‬،‫سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم‬
َ ‫سيِِّ ِدًَا إِب َْرا ِهي َْم َو َعلى آ ِل‬
َ ‫ار ْكتَ َعلى‬
َ ‫آ ِل‬
َ َ‫سيِِّ ِدًَا َُ َح َّمد َك َما ب‬
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
ْ
َ
َ
ْ
ْ
‫ اللهم اَْفَ ْع َعنَّا البَ ََل َء َوالغ َََل َء َوال َوبَا َء‬،ِ‫اء َِ ْن ُه ْم َواْل َْ َوات‬
ِ ‫ت وال ُمؤْ َِنِيْنَ َوال ُمؤْ َِنَا‬
ِ ‫ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوال ُم ْس ِل َما‬
ِ َ‫ت اْلحْ ي‬
ً‫صة‬
َ َ‫ظ َه َر َِ ْن َها َو ََا ب‬
َ ‫ ََا‬، َ‫شدَائِدَ َو ْال ِم َحن‬
َّ ‫ف ْال ُم ْخت َ ِلََةَ َوال‬
ُّ ‫ي َوال‬
َّ ‫ َِ ْن بَلَ ِدًَا َهذَا خَا‬، َ‫طن‬
َ ‫سي ُْو‬
َ ‫َو ْالََحْ شَا َء َو ْال ُم ْنك ََر َو ْالبَ ْغ‬
‫اب‬
َ ‫ إًَِّكَ َعلَى ُك ِِّل‬،ً‫ان ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َعا ََّة‬
ِ ْ‫سنَةً َوفِى ا‬
َ َ‫سنَةً َوقِنَا َعذ‬
َ ‫آلخ َرةِ َح‬
َ ‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ًْيَا َح‬. ‫ش ْيء قَ ِدي ٌْر‬
ِ َ‫َو َِ ْن ب ُْلد‬
َ ‫ َربَّنَا‬.‫ار‬
ْ ‫سنَا َو‬
‫ان‬
َ ْ‫ ِعبَاََهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ْ َُ ُرًَا بِاْلعَدْ ِل َواْ ِْلح‬. َ‫اإن لَ ْم ت َ ْغ َِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْوً ََّن َِنَ اْلخَا ِس ِريْن‬
َ ًَُْ َ ‫ظلَ ْمنَا ا‬
ِ َّ‫الن‬
ِ ‫س‬
ُ ‫شآء َواْل ُم ْنك َِر َواْلبَ ْغي يَ ِع‬
ْ
ْ
ُ
ُ‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ َواذْ ُك ُروا هللاَ اْلعَ ِظي َْم يَذْ ُك ْرك ْم‬
ْ
ِ ْ‫بى َويَن َهى َع ِن الََح‬
ِ ‫َوإِي‬
َ ‫ْتآء ذِي الق ْر‬
َ
َ
ْ
ْ
ُ
‫لى ًِعَ ِم ِه يَ ِزَْك ْم َول ِذك ُر هللاِ أكبَ ْر‬
َ ‫َوا ْش ُك ُر ْوهُ َع‬
“Disaat aku tiba di langit di malam Isro’ Mi’roj, aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan. Di setiap
tangan ada 1000 jari, aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada Jibril Alaihis
Salam, pendampingku, ‘Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?.’ Jibril Alaihis Salam berkata,
Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari
langit ke bumi. Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya kepada malaikat tadi, ‘Apakah kamu tahu
berapa bilangan tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam Alaihis Salam ?’.
Malaikat itupun berkata, ‘Wahai Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam, demi yang telah mengutusmu
dengan hak (kebenaran), sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari
langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam Alaihis Salam sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui
jumlah tetetas yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung-gunung, ke lembah-lembah, ke
sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat yang tidak diketahui manusia”. Mendengar uraian malaikat
tadi, Rosululloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam
menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi berkata kepada beliau :
“Wahai Rosulalloh, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan
keulungan untuk menghitung tetesan air hujan yang yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki
kekurangan dan kelemahan”. Rosulalloh Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya, “Apa kekurangan dan
kelemahan kamu?. Malaikat itupun menjawab, “kekurangan dan kelemahanku, wahai Rosulalloh, Jika
umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut namamu lalu BERSHOLAWAT atasmu, pada saat itu
aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada
mereka atas sholawat yang mereka ucapkan atas dirimu”. Al Mustadrak Syeikh An Nuri, jilid 5, hal 355
Download