Uploaded by User81227

32670 laporan kelompok 2 blok 20 modul 5-1

advertisement
LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL BLOK 20 MODUL 5
LUKA BAKAR
Disusun Oleh : Kelompok 2
ELISA PURBA
1710015007
RIZKI PRATAMA NURBI DAYATULAH
1710015023
GRACE MAYCHALE LAMBE
1710015032
IKA SARI OKTAFIANI
1710015046
GUSTI FERRI SANDARIA
1710015048
IMAM FATHUR ROZI
1710015070
HERMAWATI RAHMAN
1710015079
UTARI NISA CAHYANI
1710015098
APRIAN
1710015103
ASLAM
1710015105
RANGGA OCTOVIAN FODJU
1610015013
Tutor :
dr. Nurul Hasanah, M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai
kegawadaruratan abdomen. Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran
jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan dan
jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima
kasih kepada Dr. dr. Nurul Hasanah, M. Kes selaku tutor kami yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami
ucapkan atas kerja sama rekansekelompok di Kelompok 2. Tidak lupa juga
kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempurnaan tidak ada pada manusia. Oleh
sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.
Hormat Kami,
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………… i
Daftar isi ……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..……………………………………….. 1
1.2. Tujuan dan Manfaat …………………………………....1
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Skenario …………………………………………………. 2
2.2. Identifikasi Istilah ..…………………………………….. 2
2.3. Identifikasi Masalah …………………………………… 2
2.4. Analisa Masalah ……………………………………….. 3
2.5. Strukturisasi Konsep …………………………………. 7
2.6. Learning Objectives ………………………………….. 8
2.7. Belajar Mandiri ………………………………………… 8
2.8. Sintesis …………………………………………………. 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ……………………………………………. 22
3.2. Saran ……………………………………………………. 22
Daftar Pustaka ……………………………………………… 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan
mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat memengaruhi
seluruh sistem tubuh. . Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan
mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan
terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya
kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin.
Prinsip penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah
infeksi sekunder, memacu pembentukan jaringan kolagen dan mengupayakan
agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat menutup permukaan
luka. Proses penyembuhan luka bakar dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase
inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya
luka bakar sampai hari ketujuh, fase proliferasi berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga dan fase maturasi dapat
berlangsung berbulanbulan kemudian dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda
radang sudah lenyap.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh luka bakar ini tergantung dari kedalaman
yang terbagi menjadi 4 derajat berdasarkan lapisan yang terkena dan dari luas
area tubuh yang terkena.
B. Tujuan
Setelah melewati modul ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan
memahami tentang Luka Bakar dari definisi, etiologi, patomekanisme, manifestasi
klinis, cara mendiagnosis, penatalaksanaan awal serta komplikasi yang bisa
timbul.
1
BAB II
ISI
Skenario
KEJUTAN DI HARI PERTAMA
Hari ini adalah hari pertama dr. Sandi bertugas di Unit Gawat Darurat
sebuah RSUD. Sandi merasa bahagia dan bangga melihat namanya tertulis
sebagai salah satu dokter yang bertugas. Masih asyik menatap tulisan namanya
di papan tiba-tiba terdengar suara rem mobil berdecit berhenti di depan pintu UGD.
Tak lama seorang pasien laki-laki berusia sekitar 30 tahun didorong masuk,
dengan pakaian yang basah kuyup sambil menjerit-jerit kesakitan. Seorang wanita
sambil menangis berteriak gaduh...dokter tolong dok....suami saya tersiram air
panas. Dr. Sandi dengan jantung berdebar keras berusaha konsentrasi dan
mengingat-ingat kembali tahapan-tahapan yang harus dikerjakannya sebagai
seorang dokter UGD.
Step 1. Identifikasi Istilah
1. Tersiram air panas: salah satu penyebab trauma luka bakar. Air panas : suhu di
atas 43,5 derajat Celcius
Step 2. Identifikasi Masalah
1. Apa saja yang dapat menyebabkan luka bakar?
2. Patofisiologi luka bakar hingga menyebabkan gangguan elektrolit?
3. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan ?
4. Apakah bisa diperkirakan derajat keparahan luka bara terhadap penyebab luka
bakar ?
5. Tatalaksana awal sebagai dokter umum ? Bagaimana cara pemberian resusitasi
cairan pada pasien luka bakar ?
6. Indikasi rawat inap pada pasien luka bakar?
2
7. Komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien luka bakar ?
Step 3. Analisis masalah
1. Penyebab luka bakar Konduksi panas : Api, air panas, radiasi (bahan aktif
industri),
listrik
dan
terpapar
cahaya
matahari
yang
terlalu
lama
bisa juga karena suhu yang sangat dingin
2. Patofisiologi Luka Bakar HIngga Menyebabkan Ganguan Elektrolot
Jika kulit terpapar suhu yang sangat panas dapat menyebakan kulit menjadi rusak
sehingga cairan dapat keluar
Sel kulit dapat menahan suhu hingga 44 derajat celcius , jika lebih maka
metabolisme tubuh tidak dapat menahan lagi . Jika sudah melebihi maka setiap
peningkatan 1 derajat akan menyebabkan kerusakan jaringan kulit yang semakin
parah
Luka bakar akan menyebabkan zat-zat proinflamasi yang akan menyebabkan
permeabilitas meningkat sehingga cairan tubuh banyak keluar , semakin luas luka
bakar maka semakin banyak cairan yang dapat keluar
Saat terjadi luka bakar juga kulit akan berespon meningkatkan evaporasi
Paparan
respon lokal akan
3. Pemeriksaan Luka Bakar
A. Luasnya luka bakar : rule of nine (dewasa) pediatrik rule of nine (bayi)
3
B. Air way : curiga trauma inhalasi . sevikal spine control
C. Breathing : ekscar dapat menghambat rekoil dari paru
D. Circulation : cek akral dan nadi , suhu , Pantau urine ouput (0,5- 1 cc)
E. Disability : GCS
F. Eksposure : head to toe
G. Secondary survey (AMPEL)
H. Pemeriksaan laboratorium Hitung leukosit, kadar HB, serum elektrolit
Pemeriksaan penunjang tergantung luas luka bakar jika ringan maka tidak
diperlukan pemeriksaan laboratorium . jika luas luka bakar sedang sampai berat
I. Fluid : pemberian cairan dan juga analgetik
4. Apakah bisa menilai derajat keparahan berdasarkan penyebab?
a.
Derajat I Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering
kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
4
b.
Derajat II Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit
bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan
oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi
infeksi. Luka bakar Sampai 30%
c.
Derajat III Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan
jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong
juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf). dapat mempengaruhi jantung
Luka bakar karena zat kimia : tergantung lama kontak dan konsentrasi dari zat
kimia
Luka bakar karena Listrik : tergantung lama kontak dan tegangan
Jika terjadi luka bakar karena sengatan listrik dan trauma inhalasi sudah termasuk
luka bakar berat
Luka bakar ringan : kurang dari 2 % pada anak dan 20 % pada dewasa
Ringan : kurang dari 2%
Sedang : kurang dari 10%
Berat : lebih dari 10%
5. Tatalaksana awal
a. Lepaskan dari sumber panas bisa berikan air untuk mengurangi nyeri
b. Lakukan ABCD
c. Resusitasi cairan
d. Berikan antibiotik sefalosporin
e. Rujuk pada pasien luka bakar sedang sampai berat
5
f. Luka derajat 2 hingga 3 sudah bisa dilakukan insisi
6. Indikasi rawat inap
a.
Pasien luka bakar sedang dan berat atau derajat 2, 3 dan 4
b.
Pasein dengan komorbid dm dan HIV
c.
Pasien trauma listrik dan kimia
d.
Pasien yang membutuhkan intervensi rehabilitasi
e.
Wanita hamil, Bayi, orang tua
f.
Luka bakar genital , wajah
7. Komplikasi
a.
Masalah pada airway
b.
Syok
c.
Kesalahan resusitasi (overhidrasi)
d.
Infeksi
e.
Terbentuk jaringan parut
f.
Luka bakar pada wajah abrasi kornea
g.
ARDS
h.
Ganguuan ginjal
6
Step 4. Strukturisasi Konsep
LUKA BAKAR
LUKA
KEPARAHAN LUKA BAKAR
KEDALAMAN
DERAJAT 1
DERAJAT 2
LUAS
DERAJAT 3
KATEGORI
RINGAN
SEDANG
PERAWATAN
LUKA
BERAT
SESUAI ATLS
(RESUSITASI &
PERAWATAN
LUKA)
RAWAT JALAN
RAWAT INAP
7
Step 5. Learning objective
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
1. Etiopatofisiologi dari luka bakar
2.
Manifestasi klinik dan derajat dari luka bakar
3.
Alur diagnosis dari luka bakar (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang )
4.
Tatalaksana dari pasien luka bakar di pelayanan primer dan sekunder
5.
Komplikasi dari pasien luka bakar
Step 6. Belajar Mandiri
Step 7. Sintesis
1. Etiologi
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan
dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena
permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
8
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar
listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan
tubuh (Fitriana, 2014).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi (Rahayuningsih, 2012).
Patogenesis
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi fase akut,
fase subakut dan fase lanjut. Pada fase akut terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik. Fase sub
akut berlangsung setelah syok berakhir yang ditandai dengan keadaan
hipermetabolisme, infeksi hingga sepsis serta inflamasi dalam bentuk SIRS
(Systemic Inflamatory Respon Syndrome). Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan proses inflamasi dan infeksi,
problem penutupan luka pada luka telanjang atau tidak berepitel luas dan
atau pada struktur atau organ – organ fungsional, dan keadaan
hipermetabolisme. Fase lanjut berlangsung setelah fase subakut hingga
pasien sembuh. Penyulit pada fase ini adalah paru yanG hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur. Letak luka
bakar karena panas dibagi menjadi tiga zon). Zona yang pertama adalah
zona koagulasi dimana zona ini merupakan zona yang terdalam. Pada
zona ini sirkulasi darah telah berhenti dan terdapat koagulasi nekrosis
seluler yang sangat luas karena area ini mendapatkan kerusakann yang
paling parah oleh paparan panas yang ekstrim. Sel – sel telah mati dan
tidak bisa beregenerasi secara mandiri. Zona kedua adalah zona stasis.
9
Zona ini melingkari zona koagulasi dan merupakan zona dengan resiko
tinggi terjadinya nekrosis seluler karena aliran darah pada zona ini sangat
berkurang. Kelangsungan hidup kulit pada zona ini bergantung pada
resusitasi cairan yang tepat dan penatalaksanaan yang tepat pula untuk
dapat bertahan. Penatalaksanaan pada 24 jam sampai 72 jam pertama
merupakan hal yang sangat penting. Zona ketiga merupakan zona
hyperemia. Zona ini merupakan zona dengan kerusakan yang minimal
karena zona ini jauh dari sumber luka. Respon dari kulit pada zona ini
adalah
mengeluarkan
menyebabkan
mediator
terjadinya
inflamasi
vasodilatasi.
seperti
Vasodilatasi
sitokin
yang
menyebabkan
masuknya nutrisi yang diperlukan untuk membantu pemulihan dan
pengeluaran zat – zat sisa. Secara struktur, zona ini tidak mengalami
kerusakan dan akan beregenerasi.
Proses penyembuhan luka
Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar terdiri
dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase fibioblastik, dan fase maturasi.
Adapun proses penyembuhannya antara lain:
a. Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini
terjadi
perubahan
vascular
dan
proliferase
seluler.Daerah
luka
mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar serotonin serta mulai
timbul epitalisasi.
b. Fase Fibi Oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar Pada fase
ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis
sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
c. Fase Maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan
vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu tahun
dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi untuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa
nyeri atau gatal.
10
2. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler
dibawahnya,
area
sekitarnya
akan
rusak
dan
menyebabkan
permeabilitas meningkat terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke
interstisial sehingga terjadi edema dan bula yang mengandung banyak
protein dan elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar juga akan
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan
penguapan sehingga dengan cepat menyebabkan berkurangnya
cairan intravaskuler. Bila kulit yang terbakar > 20% LPT (Luas
Permukaan Tubuh) dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala khas
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urine berkurang.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karna gas, asap dan uap panas yang
terhirup. Edema laring yang di timbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak
berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO tau gas
beracun lainnya. Karbon monoksida sangat kuat berikatan dengan hemoglobin
sehingga hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan
yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada yang keracunan berat
terjadi koma.
11
Klasifikasi Derajat Kedalaman Luka Bakar
a. Luka bakar superfisial
Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh
secara spontan dengan bantuan epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi
dua yaitu luka bakar epidermal dan superficial dermal.
Luka bakar epidermal. Luka bakar yang hanya terkena pada bagian
epidermis pasien. Penyebab tersering luka bakar ini adalah matahari dan
ledakan minor. Lapisan epidermis yang bertingkat terbakar dan mengalami
proses penyembuhan dari regenerasi lapisan basal epidermis. Akibat dari
produksi mediator inflamasi yang meningkat, luka bakar ini menjadi
hiperemis dan cukup menyakitkan. Dapat sembuh dalam waktu cepat (7
hari), tanpa meninggalkan bekas luka kosmetik.
Luka bakar superficial dermal. Luka bakar yang terkena pada
bagian epidermis dan bagian superfisial dermis (dermis papiler). Ciri khas
dari tipe luka bakar ini adalah munculnya bula. Bagian kulit yang melapisi
bula telah mati dan terpisahkan dari bagian yang masih viable dengan
membentuk edema. Edema ini dilapisi oleh lapisan nekrotik yang disebut
12
bula. Bula dapat pecah dan mengekspos lapisan dermis yang dapat
meningkatkan kedalaman dari jaringan yang rusak pada luka bakar. Oleh
karena saraf sensoris yang terekspos, luka bakar kedalaman ini biasanya
sangat nyeri. Dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epiteliasasi
dalam 14 hari yang meninggalkan defek warna luka yang berbeda dengan
kulit yang tidak terkena. Namun eskar tidak terjadi dalam tipe luka bakar
ini.
b. Luka bakar mid-dermal
Luka bakar mid-dermal adalah luka bakar yang terletak diantara
luka bakar superficial dermal dan deep dermal. Pada luka bakar middermal jumlah sel epitel yang bertahan untuk proses re-epitelisasi sangat
sedikit dikarenakan luka bakar yang agak dalam sehingga penyembuhan
luka bakar secara spontan tidak selalu terjadi. Capillary refilling pada
pasien dengan luka bakar kedalaman ini biasanya berkurang dan edema
jaringan serta bula akan muncul. Warna luka bakar pada kedalaman ini
berwarna merah muda agak gelap, namun tidak segelap pada pasien luka
bakar deep dermal. Sensasi juga berkurang, namun rasa nyeri tetap ada
yeng menunjukkan adanya kerusakan pleksus dermal dari saraf
cutaneous.
c. Luka bakar deep
Luka bakar deep memiliki derajat keparahan yang sangat besar.
Luka bakar kedalaman ini tidak dapat sembuh spontan dengan bantuan
epitelisasi dan hanya dapat sembuh dalam waktu yang cukup lama dan
meninggalkan bekas eskar yang signifikan. Luka bakar deep-dermal. Luka
bakar dengan kedalaman deep-dermal biasanya memiliki bula dengan
dasar bula yang menunjukkan warna blotchy red pada reticular dermis.
Warna blotchy red disebabkan karena ekstravasasi hemoglobin dari sel
darah merah yang rusak karena rupturnya pembuluh darah. Ciri khas pada
luka bakar kedalaman ini disebut dengan fenomena capillary blush. Pada
kedalaman
ini,
ujung-ujung
saraf
pada
kulit
menyebabkan sensasi rasa nyeri menjadi hilang.
13
juga
terpengaruh
Luka bakar full thickness. Luka bakar tipe ini merusak kedua lapisan
kulit epidermis dan dermis dan bisa terjadi penetrasi ke struktur-struktur
yang lebih dalam. Warna luka bakar ini biasanya berwarna putih dan waxy
atau tampak seperti gosong. Saraf sensoris pada luka bakar full thickness
sudah seluruhnya rusak menyebabkan hilangnya sensasi pinprick.
Kumpulan kulit-kulit mati yang terkoagulasi pada luka bakar ini memiliki
penampilan leathery, yang disebut eskar.
3. Manajemen yang sukses terhadap trauma bergantung pada 6 steps
berikut:
1. Triase
2. Primary Survey
3. Secondary Survey
4. Stabilization
5. Transfer
6. Definitive care
Hal hal yang perlu diperhatikan yaitu:

Mulai resusitasi bersamaan dengan melakukan Primary Survey

Jangan memulai Secondary Survey sampai menyelesaikan Primary
Survey

Jangan memulai pengobatan definitive sampai Secondary Survey selesai.
14
Gambar 1. 6 Langkah manajemen trauma
Triase
Triase adalah sistem yang membuat penilaian cepat untuk setiap pasien dan
menetapkan peringkat prioritas berdasarkan kebutuhan dan urgensi klinis. Tujuan
triase adalah melakukan kebaikan terbesar untuk jumlah yang besar. Oleh karena
itu, orang yang sangat membutuhkan harus dirawat terlebih dahulu. Tidaklah
membantu untuk menghabiskan banyak waktu dan sumber daya pada individu
yang kebutuhannya melebihi layanan yang tersedia, terutama jika ini
mengorbankan pasien lain yang dapat dibantu dengan keterampilan dan sumber
daya yang tersedia secara lokal.
Sehingga triase bergantung pada:

Kebutuhan medical

Ketersediaan Personel

Ketersediaan Sumber Daya
Primary Survey
ABCDE adalah cara sederhana untuk mengingat hal-hal penting dari survei utama.
Ini adalah survei pertama; itu juga sesuatu yang harus dilakukan kembalik setiap
kali kondisi pasien menjadi lebih buruk - apakah ini terjadi 5 menit atau 5 hari
setelah pasien datang.

A untuk Airway
Tidak ada oksigen yang dapat mencapai jaringan jika jalan napas
terhalang; Penyebab tersering dari obstruksi adalah ketidaksadaran yang
dikombinasikan dengan posisi terlentang, yang menyebabkan lidah jatuh
ke belakang dan faring runtuh. Penyebab lainnya termasuk trauma leher
dan benda asing.

B untuk Breathing
Bahkan dengan saluran napas terbuka, tidak ada oksigen yang mencapai
paru-paru kecuali pasien bernapas atau seseorang memberikan ventilasi
buatan pada paru-paru. Pernapasan dapat terhenti karena cedera kepala
yang parah, hipoksia, henti mekanis atau circulatory arrest.
15

C untuk Circulation
Oksigen di paru-paru tidak dapat mencapai jaringan kecuali jika jantung
bekerja; alasan umum untuk sirkulasi yang tidak adekuat termasuk
kehilangan darah (syok) dan peningkatan tekanan pada jantung dari
pneumotoraks atau hemoperikardium. Syok dan tekanan darah rendah
berbahaya bagi semua pasien, terutama bagi pasien dengan cedera
kepala, karena suplai darah ke otak akan semakin berkurang. Hal ini
menyebabkan
lingkaran
setan
di
mana
hipoksia
menyebabkan
pembengkakan otak lebih lanjut yang pada gilirannya mengurangi aliran
darah ke otak.

D untuk Disability dan neurological Damage (otak dan korda spinalis)
Memeriksa kerusakan neurologis adalah bagian penting dari survei utama.
Jangan melakukan pemeriksaan neurologis lengkap pada tahap ini. Menilai
tingkat kesadaran awal pasien menggunakan klasifikasi sederhana seperti:
A = Alert
V = Verbal respon
P = Pain Respon
U = Unresponsive.
Selesaikan pemeriksaan dalam 30 detik.

E untuk Exposure
Lepaskan pakaian pasien dan periksa seluruh tubuh pasien, depan dan
belakang, tapi jangan biarkan pasien kedinginan. Memeriksa seluruh
pasien adalah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa tidak
melewatkan cedera lain.
Resusitasi
Ada sejumlah kecil keterampilan praktis yang penting untuk resusitasi awal pasien
cedera. Satu-satunya cara untuk mempelajarinya adalah dengan memperoleh
pengalaman
praktis
di
bawah
pengawasan
penggunaannya.
Keterampilan yang dibutuhkan meliputi:
16
orang
yang
ahli
dalam

Melakukan pemeriksaan cepat untuk mendiagnosis dan mengobati cedera
yang mengancam jiwa, termasuk kemungkinan perlunya resusitasi
kardiopulmoner

Keterampilan jalan nafas: manuver sederhana, penggunaan jalan nafas
buatan, intubasi trakea dan trakeostomi, jika diperlukan

Penempatan kanula intravena dengan andal di vena yang tersedia

Manajemen syok

Penanganan pasien: perawatan cedera tulang belakang, traksi in-line dan
log rolling

Insersi chest drain.
Secondary Survey
Tujuan dari survei sekunder adalah untuk memeriksa semua sistem dan bagian
tubuh untuk memastikan tidak ada hal penting yang terlewat. Selama survei
sekunder, harus mengidentifikasi semua cedera dan mulai memikirkan rencana
perawatan. Pemeriksaan sinar-X, jika tersedia, merupakan bagian dari survei
sekunder.

Selama survei sekunder, lihat secara detail:

Kepala, leher, dan tulang belakang

Sistem saraf: sekarang Anda dapat melakukan pemeriksaan neurologis
yang lebih ekstensif

Thorax

Abdomen: jika Anda mencurigai adanya perdarahan intra-abdominal
pertimbangkan diagnostik peritoneal lavage; meskipun hasilnya negatif,
Anda mungkin perlu melakukan laparotomi segera

Cedera panggul dan tungkai
Setelah survei sekunder, dokumentasikan temuan dengan lengkap, termasuk:

Sejarah rinci cederanya

Riwayat kesehatan sebelumnya

Obat

Alergi obat
17

Temuan selama pemeriksaan survei primer dan sekunder:
o
Hasil investigasi khusus
o
Detail pengobatan yang diberikan dan respon pasien.
Stabilisasi dan Transfer
Setelah memeriksa pasien, merawat kondisi yang mengancam jiwa dan
melakukan pemeriksaan kedua untuk mendeteksi cedera lainnya. Rencana
manajemen pasien sekarang harus jelas.
Ketika dokumentasi telah selesai, analgesia diberikan, penyelidikan laboratorium
dikirim dan setiap fraktur immobilisasi. Kemudian dapat memutuskan pilihan
pengobatan terbaik:

Pindah ke bangsal

Pindah ke ruang operasi

Pindah ke departemen sinar-X

Pindah ke rumah sakit lain.
Sebelum merujuk pasien:

Ingatlah bahwa rujukan bukanlah bentuk perawatan medis

Lakukan kontak dengan pusat rujukan untuk memastikan bahwa mereka
dapat membantu

Antisipasi kesalahan lain yang mungkin terjadi di jalan dan bersiaplah untuk
itu

Berikan pereda nyeri selama perjalanan

Atur orang yang terlatih untuk pergi bersama pasien.
Definitive Care
Setelah pasien diresusitasi, distabilkan, dan dipindahkan, koreksi cedera yang
direncanakan dapat dilanjutkan. Untuk menyelamatkan nyawa pasien, mungkin
18
perlu dilakukan prosedur pembedahan segera sebagai bagian dari survei primer
awal dan resusitasi awal.
Keputusan apakah akan membawa pasien ke ruang operasi membutuhkan
konsultasi yang cermat dan komunikasi yang baik antara ahli bedah dan ahli
anestesi.
4. Tatalaksana
Prinsip-prinsip Primary Survey dan Secondary Survey pada trauma (ATLS)
dan resusitasi secara simultan harus diterapkan.
1. Primary survey
Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen
emergensi.
a. (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma cervical
b. (Breathing) : Pernapasan dan ventilasi
c. (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
d. (Disability) : Status neurogenik
e. (Exposure) : Pajanan dan Pengendalian lingkungan
2. Secondary survey
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki.
Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini
tidak ada atau telah diatasi. Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis
yang tepat.
a. Riwayat penyakit: Informasi yang harus didapatkan mengenai riwayat
penyakit yang diderita pasien sebelum terjadi trauma:
A (Allergies) : Riwayat alergi
M (Medications) : Obat – obat yang di konsumsi
P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma
L (Last meal) : Makan terakhir
E (Events) : Peristiwa yang terjadi saat trauma
b. Mekanisme trauma: Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi
antara
pasien dengan lingkungan:
19
1) Luka bakar:
a) Durasi paparan
b) Jenis pakaian yang digunakan
c) Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas
d) Kecukupan tindakan pertolongan pertama
3. Tata laksana bedah emergensi
a. Eskarotomi
Pengertian :Tindakan insisi eskar yang melingkari dada atau ekstremitas.
Tujuan: 1) Mencegah gangguan breathing. 2) Mencegah penekanan
struktur penting pada ekstremitas (pembuluh darah, saraf).
Eskarotomi dilakukan bila ada indikasi.Indikasi: pada luka bakar yang
mengenai seluruh ketebalan dermis sehingga timbul edema yang dapat
menjepit pembuluh darah, misalnya luka bakar melingkar di ekstremitas
dan dada.
b. Fasciotomi
Dilakukan bila ada indikasi tanda-tanda sindroma kompartemen: terasa
keras pada palpasi, sensasi perifer menghilang secara progresif, dan nadi
tidak teraba.
4. Perawatan luka pada luka bakar
Salah satu manajemen luka bakar adalah penggunaan balutan atau wound
dressing. Pemilihan pembalut luka (dressing) harus menyerupai fungsi
normal kulit yaitu sebagai proteksi, menghindari eksudat, mengurangi nyeri
lokal, respon psikologis baik, dan mempertahankan kelembaban dan
menghangatkan guna mendukung proses penyembuhan.
Kriteria Ideal Dressing Luka Bakar berdasarkan Balutan untuk luka bakar
dangkal (derajat 2A) menggunakan film dressing, karena dapat menutup
area yang luas, mudah untuk memonitor kedalaman luka (transparan)
tanpa harus buka balutan, tidak nyeri pada waktu penggantian balutan.
Untuk luka bakar dalam (derajat 2B) menggunakan kasa berparafit atau
salep antibiotik seperti Silver Sulfadiazin krim, atau yang sesuai dengan
pola kuman seperti gentamisin krim untuk pseudomonas dan mupirocin
salep untuk MRSA. Bentuk yang lebih praktis adalah nanocrystal silver
untuk luka bakar dalam derajat 2B dan 3 dengan eskar yang tipis karena
kemampuannya untuk membunuh bakteri yang luas dan menembus eskar.
20
Untuk luka bakar derajat 3 dengan eskar yang tebal kami selalu lakukan
eskarotomi dini, karena dibawah eskar terdapat kolonisasi bakteri dan
eskar itu sendiri memicu inflamasi berlebihan.
5. Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani
dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat luka
bakar:
5. Bekas luka. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan
parut yang berlebihan akibat luka bakar.
6. Hipotermia. Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh
menjadi sangat rendah akibat luka bakar.
7. Gangguan bergerak. Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat
jaringan tubuh, seperti kulit atau otot menjadi lebih pendek dan
kencang.
8. Infeksi. Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi
infeksi dalam aliran darah, hingga sepsis.
9. Gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi jika penderita
menghirup udara atau asap saat kebakaran.
10. Kehilangan banyak cairan tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan
kurangnya cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan
darah.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar didefinisikan sebagai suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi dan suatu keadaan yang memerlukan
pertolongan segera
mengingat komplikasi yang ditimbulkannya dapat
mengancam nyawa. Untuk itu dibutuhkan ketepatan dalam mendiagnosa dan
pemeriksaan penunjang yang memadai. Selain itu, kemampuan klinisi yang
luas dalam kedua hal tersebut juga harus dimiliki untuk menghindari
keterlambatan penanganan luka bakar tersebut.
Penanganan awal luka bakar sendiri terdiri dari penangaan pre-hospital
(menjauhkan pasien dari sumber luka bakar, menghilangkan sumber luka
bakar, dan menyiram luka bakar sebanyak banyaknya), primary survey,
secondary survey kemudian tindakan pembedahan jika dibbutuhkan.
B. Saran
Laporan ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, sehingga diperlukan
bimbingan dari dosen-dosen pengajar untuk mengarahkan teori yang telah
didapatkan mahasiswa agar bisa diterapkan di lapangan secara optimal.
Mahasiswa juga diharapkan terus belajar tentang materi terkait untuk
memperkaya ilmu pengetahuan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem
Organ dan Tindak Bedahnya. Edisi 4 Volume 1.Jakarta : EGC
World Health Organization. Surgical Care at the District Hospital. London: Interprint
Limited
23
Download