PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA ARAB

advertisement
PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA ARAB
(Studi Pengembangan Kosa Kata Bahasa Arab dengan Proses aI-Sytiqoq)
Oleh: Ali Musa Lubis
Abstraks
Bahasa Arab dikenal dengan bahasa yang memiliki keunggulan di-bandingkan dengan
bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Keunggulan bahasa ini salah satunya dari
segi kekayaan kosa kata yang dimilikinya. Salah satu faktor yang menyebabkan kosa
kata bahasa Arab kaya adalah pengembangan kosa kata yang sangat luwes. Proses
pengembangan kosa bahasa Arab dalam ilmu bahasa Arab disebut dengan al-isytiqoq.
Tulisan ini akan memaparkan hakikat dan proses perkembangan bahasa Arab dengan
al-isytiqoq
Kata Kunci : Pengembangan, kosa kata, al-isytiqoq
A. Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Sebagai makhluk social bahasa menjadi kebutuhan mutlak yang digunakan untuk
berintraksi dengan orang lain. Bahasa digunakan untuk mengungkapkan isi hati
seseorang kepada orang lain. Tanpa bahasa, hubungan antara sesame manusia tidak
akan berjalan lancar.
Dalam suatu ungkapan
disebutkan“ Bahasa menunjukkan bangsa”. Ini
menunjukkan bahwa bahasa adalah cerminan dan potret dari kebudayaan suatu
bangsa. Bahasa yang digunakan suatu bangsa mencermikan
peradaban, bentuk
sosial, masyarakat, kekayaan, kepandaian dan lain sebagainya bangsa tersebut.
Bahasa Arab mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan bahasa
yang lain. Salah satu kekhususan bahasa Arab itu terletak pada pembentukan kosa
kata yang dimilikinya. Pembentukan kosa kata dalam bahasa Arab sangat jelas dan
elastis. Elastisitas pembentukan kosa kata ini
dinilai sebagai keunggulan dan
keistimewaan yang dimilikinya.
Pembentukan kosa kata Arab yang jelas dan elastis tersebut membuat bahasa
Arab sangat kaya dalam perbendaharaan kosa kata. Menurut Matsna, Kekayaan kosa
kata Arab ini menjadi salah satu alasan logis Alquran diturunkan dalam bahasa Arab.
Dengan kekayaan perbendahaaraan kosa katanya, Alquran mampu merekam wahyu
yang mencakup perbendaharaan kata iman, hukum, kemasyarakatan, sejarah, dll.1
Elastisitas pembentukan kata dalam bahasa
Arab juga berdampak pada
kemampuan bahasa ini bisa mempertahankan fungsinya sebagai bahasa komunikasi,
baik komunikasi antara manusia dengan Sang Khalik, maupun komunikasi antar
sesama manusia. Selain itu, bahasa Arab juga berfungsi sebagai sarana dalam
penyampaian tujuan agama, pencatatan berbagai ilmu pengetahuan, sarana ekspresi
karya sastra, dll.
Al-isytiqaq merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan kosa
kata bahasa Arab. Hal ini
sebagaimana disampaikan Rajab Abdul Jawwad Ibrahim,
“ ‫" االشتيماق أُن ّسيلة لتْليد االلفاظ‬. Isytiqoq merupakan factor yang paling penting
yang paling dalam pembentukan kata dalam bahasa Arab. Proses al-Isytiqoq akan
menjadikan kosa kata bahasa Arab akan berkembang meluas dan bertambah, sehingga
terbentuk kosa kata baru yang belum ada sebelumnya.
B. Pengertian al-Isytiqoq
Istilah al-isytiqoq adalah istilah bahasa Arab yang merupakan bentuk mashdar
dari kata isytaqqo, yasytaqqu. Secara etimologi, isytiqoq berarti
mengambil satu bagian dari sesuatu yang lain.
2
‫اخر شك الشيئ‬
Secara terminologi ditemukan
sejumlah definisi dari para ahli, antara lain adalah :
1. Emil Badi‟ Ya‟qub, : Mengambil satu kata dari kata yang lain dengan proses
perubahan lafal, namun tetap memiliki hubungan makna”.
3
2. Amin Ali Sayyid mengartikan al-isytiqoq sebagai pengambilan suatu kata dari
kata lain karena adanya persamaan makna, meskipun terjadi perubahan pada
lafalnya.4
1
Moh. Matsna HS, Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, ( Jakarta : Prenadamedia, 2016), hlm.
181
2
Emil Badi‟ Ya‟qub, Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha, (Beirut : Dar ats-Tsaqofah alIslamiyah, tth.), hlm.186
3
Ibid , hlm.186-187
4
Defenisi di atas mengakomodir pengertian yang al-isytiqoq menurut ulama Nahu (an-Nuhah),
ulama Sharf (ash-Sharfiyun), dan ulama bahasa (ulama’ al-lughah). Ulama Nahu membatasi al-isytiqoq
dengan kata yang berbentuk kata benda dan kata sifat yang terdiri dari isim fa’il, isim maf’ul, ash-shifah almusyabbahah dan af’al at-tafdhil. Sementara itu, menurut ulama Sharf, ruang lingkup al-isytiqoq menurut
mereka lebih luas dari pada pendapat ulama nahu. Menurut mereka, istiqoq itu selain dari aspek-aspek
yang dikemukakan oleh ulama nahu tersebut, mereka menambahkan dengan isim zaman, isim makan, dan
3. Muhammad As‟ad an-Nadiri, hakikat al-isytiqoq adalah proses melahirkan suatu
kata dari kata yang lain yang berasal dari satu kata tertentu5.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa al-isytiqoq sebuah
proses pembentukan kata yang dapat melahirkan beberapa kata yang baru (mufrodah
al-jadidah). Meskipun proses al-isytiqoq menghasilkan kata yang baru, akan tetapi
antara beberapa kata yang dihasilkan melalui proses pembentukan tersebut tetap
memiliki makna yang mirip dengan makna kata dasarnya. Misalnya kata
berarti kepergian, bisa melahirkan kata
sedang atau akan pergi,
‫ ذُا‬berarti telah pergi,
ُ‫يار‬
‫ ذُاا‬yang
yang berarti
ُ‫ ذا‬yang berarti orang yang pergi, dll.
Dari beberapa pengertian al-isytiqoq di atas, maka sebagaian penulis
merumuskan beberapa persyaratan al-isytiqoq, yaitu sebagai berikut :
a. Kata yang lahir dari proses al-isytiqoq harus memiliki kata asal
b. Ada persamaan huruf-huruf asalnya dengan huruf-huruf pada kata asalnya
c. Mempunyai hubungan (al-munasabah) pada makna katanya6
C. Beberapa Pandangan Ulama Mengenai al-Isytiqoq
Keberadaan al- isytiqoq –seperti pengertian di atas- menjadi perdebatan di
kalangan para linguist Arab. Sebagian ada yang mengakui keberadaan al-Isytiqoq dan
sebagian yang lain tidak mengakuinya. Perbedaan ini berawal dari pandangan mereka
tentang kata keberadaan kata dalam bahasa Arab. Sebagian ahli bahasa berpendapat
bahwa sebagian kata ada yang musytaq dan ada yang goiru musytaq (jamid).
Kelompok ahli bahasa modern melihat bahwa semua kata adalah musytaq dan
menurut kelompok yang lain melihat bahwa semua kata dalam bahasa Arab adalah
kata dasar tidak ada isim musytaq.7
Sehubungan dengan itu, Emil Badi‟ Ya‟qub, mengklassifikasikan sikap para
ahli bahasa tentang keberadaan al-isytiqoq kepada tiga kelompok . Kelompok pertama
isim alah, fi’il madhi, mudhari’ dan amar. Ahli bahasa memberikan ruang lingkup yang lebih luas tentang
al-isytiqoq bila dibandingkan dengan kedua pendapat di atas. Menurut linguist, isytiqoq mencakup segala
kata yang menjadi turunan dari kata yang lain, meskipun berbeda urutan hurufnya dengan kata
asalnyaseperti halama, malaha, lahama,
Amin Ali Sayyid, Fi ‘llmi Ash-Sarf, (Mesir : Dar al-Ma‟rifah,
1976), hlm. 18-19
5
Muhammad As‟ad an-Nadiri, Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh, (Beirut : al-Maktabah al„Ashriyah, 2009), hlm.257
6
Muhamammd As-„ad an-Nadiri, 257. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh at-Tahanawi,
seperti dikutip oleh emil Badi‟ Yakub, hlm. 187
7
Ibid
adalah kelompok yang mengakui keberadaan al-Isytiqoq. Di antara tokoh
yang
mengakui adanya al-isytiqaq adalah kelompok ahli bahasa seperti al-Ashmu‟i (w. 216
H), Quthrub (w.206 H), al-Akhfasy (w. 210 H), Abû Nashr al-Bahilî, al-Mufadhal Ibn
Salmah, al-Mubarrad Ibn Duraid (w.321 H), al-Zajjaj, Ibn al-Sarrâj, al-Rumani (386
H), al-Nuhâs,
az-Zuzaj,
Sibawaih dan lain sebagainya. Mereka sepakat bahwa
sebagian kata ada yang musytâq, namun ada pula yang tidak musytaq (jamid) 8.
Menurut kelompok ini, setiap kata yang ada persamaan hurufnya dengan kata
lain, meskipun jumlah hurufnya tidak sama banyak antara satu dengan yang lain,
misalnya kata ar-rahl ( ‫ )السحا‬berasal dari kata ‫ زحيا‬rahil, maka kata tersebut telah
mengalami proses isytiqoq. Kelompok kedua adalah yang menolak keberadaan alIsytiqoq secara mutlak. Pendapat seperti ini adalah pendapat yang paling sedikit
pengikutnya. Di antara ahli yang termasuk kelompok ini adalah As-Suyuthi, Ibrahim
Anis, dan Fuad Tarziri dan al-Sirrafi (w. 368 H). Alasannya, menurut mereka, tidak
ada jalan mengkiaskan kalimat bahasa Arab. Menurut kelompok ini, kalimat bahasa
Arab itu bersifat aksiomatis ( tauqifi). Menurut kelompok ini, suatu kata mirip
dengan yang lain, bukan karena terjadi proses al-isytiqoq, akan tetapi kata-kata
tersebut keadaannya telah lahir awal.9
Kelompok ketiga adalah kelompok moderat. Pendapatnya berada di antara dua
kutub yang berbeda di atas, yaitu pendapat yang tidak menerima sepenuhnya dan
tidak pula menolak sepenuhnya.10 Ini berarti kosa kata bahasa Arab, baik isim
maupun fi‟il, ada yang bisa dikembangkan dan melahirkan kosa kata baru dan ada
kosa kata yang tidak bisa berkembang. Kosa kata yang mengalami prose drivasi
dalam istilah ilmu bahasa Arab disebut al-musytaqqot dan yang tidak mengalami
disebut al-jamid.
D. Sekilas tentang Kajian al-isytiqoq
Menurut Emil Badi‟ Ya‟qub, Sampai pertengahan abad keempat hijriyah,
kajian al-isytiqâq hanya berbicara seputar kata yang bersesuaian antara lafazh dan
makna dan memiliki persamaan dalam runtutan huruf. Pembahasan ini dinamakan
dengan isytiqaq al-shaghîr atau ashghar. Pada akhir abad keempat Ibn Jinn
menambah pembahasan tentang proses isytiqoq dalam bentuk pembentukan suatu
8
Ibid., hlm. 191. Lihat juga Ramadhan Abd at-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-Lughah, (Kairo: Maktabah
Khanji, 1999), hlm. 292
9
Ibid., hlm. 203
10
Emi Badi‟, op.cit., hlm. 86
kata dari kata yang lain, dengan menukar salah sebagian hurufnya dengan huruf yang
lain. Meskipun ada pertukaran huruf dari bentuk asalnya, namun kedua kata tersebut
memiliki keterkaitan
makna. Istiqoq
seperti ini kemudian diistilahkan
dengan
isytiqaq kabir. Tokoh yang pertama mempunyai ide mengenai isytiqaq ini adalah Ibn
Jinni. Setelah itu, ahli bahasa modern mulai mengkaji pula al-isytiqoq al-kubbar.11
E. Jenis-jenis al-Isytiqaq
Di kalangan penulis, ada perbedaan pendapat dalam membagi jenis-jenis alisytiqoq.
Emil Badi‟ Ya‟qub membagi al-isytiqoq kepada dua bagian, yaitu al-
isytiqoq shagir atau ashgor dan al-isytiqoq kabir atau akbar12. Pendapat yang sama
juga dikemukakan oleh Ibn Jinni, seperti dikutip oleh Matsna.13 Berbeda dengan itu,
Muhammad As‟ad membagi al-isytiqoq kepada empat macam, yaitu : al-istiqioq ashshagir atau ashgor, al-isytiqoq kabir atau al-qolb, al-isytiqoq al-akbar atau al-ibdal
dan al-isytiqoq al-kubbar atau an-naht14 Subhi ash-Shalih dalam kitab Dirosat fi Fi
Fiqh al-Lughah. Ia mengelompokkan isytiqoq kepada empat jenis, yaitu al-isytiqoq
shagir, al-isytiqoq kabir al-isytiqoq akbar, dan al-isytiqoq al-kubbar. Sementara itu,
Abd Waid al-Wafi membagi al-Isytiqoq kepada tiga macam, yatiu istiqoq al-„am, alisytiqoq ash-shagir, dan al-istiqoq al-kabir.15 Berikut penjelasan dari jenis-jenis alisytiqoq
1. Al-Isytiqaq al-Shagir (‫)اإلشتماق الصغيس‬
Istilah lain bagi jenis al-isytiqoq ini adalah
al- Isytiqoq
al-‘am
atau Isytiqoq al- Ashgar.16 Pembentukan kata dengan Istiqoq ini adalah yang
paling strategis karena paling banyak digunakan. Jika ada istilah al-isytiqoq tanpa
mengaitkannya dengan yang lain, maka maksudnya adalah al-isytiqoq shagir.17 AlIsytiqoq shagir adalah proses pembentukan suatu kata yang berasal dari kata yang
lain, dengan syarat adanya persamaan makna, huruf-huruf asalnya dan urutan
11
Ibid., hlm. 188
Ibid., 188-197
13
Matsna, op.cit., hlm. 183-184
14
As‟ad, op.cit., hlm. 257
15
Ramadhan Abd. Tawwab, op.cit., hlm. 76
16
Emil Badi‟, op.cit., hlm. 188
17
Ibid., hlm. 188-189. Lihat juga Muhammad As‟d, Op.cit., hlm. 257
12
hurufnya18, seperti isim fail
" ‫"كاتا‬, isim maf‟ul “ ْ‫ ”هكتا‬fi‟il madhi " ‫”كاتا‬, dll.
Diambil dari bentuk mashdarnya, yaitu kata ‫ كتاباة‬menurut pendapat al-Bashriyyun
dan dari bentuk fi‟il madhi mujarrod menurut al-Kufiyyun.
19
Dengan demikian, ‫اإلشاتماق الصاغيس‬/al-Isytiqâq al-Sagîr/mencakup
‫التصاسي‬
ْ‫ اللغا‬yang terdiri bentuk fi‟il madhi, mudhari‟ amar, isim fa‟il, isim maf‟ul, nahi,
isim zaman, dan isim makan yang terdiri fi‟il mujarrod, mazid baik mazid biharfin,
biharfain,rtsulatsi, maufun mazid bi tsalatsah ahruf
2. Al-Isytiqaq al-Kabir (‫)اإلشتماق الكبيس‬
Al-Isytiqoq al-Kabir disebut juga Al-Qalab al-Lughawy. Menurut Emil
Badi‟ Ya‟qub, yang dimaksud dengan ‫( اإلشتماق الكبيس‬Isytiqoq al- Kabir) yaitu:
20
‫ُْ أى يكْى بيي كلوتيي تٌاس فى اللفع ّالوعٌى دّى تستي الحسّف‬
Artinya: “Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna, tanpa
memperhatikan urutan huruf .”
Dengan kata lain, al-Isytiqaq al-Kabir adalah sebuah proses pembentukan
kata dalam bahasa Arab dengan cara membolak- balik posisi huruf asalnya, sehingga
dapat menimbulkan kata dan makna baru, namun antara satu sama lain memiliki
keterkaitan makna. Tokoh yang banyak memberikan perhatian kepada al-isytiqoq ini
adalah Ibn Jinni
Contoh, kata ‫حود‬/hamida/ bisa dibentuk menjadi
‫هاد‬/madaha/ yaitu menukar
posisi fonem ‫م‬/mim/ dari tengah ke depan. Kata ‫حوااد‬/hamida/ berati “memuji,
berterimakasih”,
/qâla/
kata
‫هااااد‬/madaha/
juga
berarti
“memuji”.
Kata
“ ‫”لااااا‬
misalnya, berarti “berkata”, mengisyaratkan gerakan yang mudah dari
mulut dan lidah. Dari kata “ ‫ ”لاا‬tersebut terbentuk beberapa kata baru dan makna
18
Ibid., Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Matsna. Menurutnya al -isytiqoq ash-shagir
adalah suku kata yang telah mengalami perubahan bentuk yang urutan hurufnya tidak mengalami pergeseran
tempat
19
Ulama Bashrah dan Kufah berbeda pendapat tentang Asal pengambilan kata dalam bahasa Arab
(ashlu al-Musytaqqot). ulama Kufah sepakat bahwa asal isytiqoq itu adalah fi’il madhi tsulatsi mujarrod
sedangkan ulama Bashrah asal dari al-isytiqoq adalah mashdar. Ada lima alasan bagi ulama Kufah
mengatakan bahwa asal mustaqqot adalah fiil madhi . Pertama, masdar bergantung pada kata fi’il. Apabila kata
fiil mu’tal maka mashdar pun akan mu‟tal dan apabila ia shahih, maka ia pun shahih seperti pada kata ‫لاّم‬
‫لْاها‬.dan ‫ لام لياها‬Kedua, Fi’il memfungsikan mashdar seperti pada kalimat ‫ ضسبت ضسبا‬Ketiga kata mashdar
berfungsi menguatkan kata fi’il. Kedudukan yang mengutkan tentunya lebih pantas dari pada yang dikuatkan.
Keempat, Ada sejumlah fi’il yang tidak memiliki kata mashdar seperti kata ‫ ليس‬Kelima, mashdar tidak
tergambar maknanya selama kata fi‟ilnya. Oleh karena itu, fi’il pantas menjadi asal bagi kata yang musytaqqot.
mashdar menunjukkan satu peristiwa sedangkan kata fi’il mengandung beberapa makna peristiwa. Satu adalah
sumber bagi dua. Karena itu, maka masdar adalah sumber tempat pengambilan fi’il. Kelima, masdar hanya satu
sedangkan fi’il lebih dari satu. Karena itu, maka mashdar adalah sumber bagi fi’il. Keenam,Makna Kata fi‟il
sesuai dengan makna masdar. Karena itu kata fiil merupakan turunan dari mashdar. Ketuju, Kalau saja
mashdar berasal dari kata fi‟il, maka masdar kan terbentu dengan jalan analogi. Emil, hlm.192-193
20
Emil, hlm.198
baru
juga.
Seperti
jika
kita
mendahulukan
“ ّ”
/wawu/
kemudian
“‫ق‬
”/qâf/ dan kemudain “ ” /lam/, sehingga ia menjadi “ ‫ ”ّلا‬/waqala/, maka salah
satu artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki
yang
lain di
bumi”.
Makna
ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas, yaitu adanya
suatu “gerakan”. Kemudian jika anda mendahulukan “ ” /lam/, kemudian “ ‫ ”ق‬/qaf/
dan “ ّ” /waw/ sehingga menjadi “ْ‫ ”لما‬/laqwun/,
maka di antara maknanya
adalah “angin yang menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam
bahasa medis disebut dengan tekanan darah tinggi atau strok. Dari akar kata yang
sama muncul pula kata “ ‫ ”لما‬/laqiya/ yang berarti “bergerak menuju sesuatu untuk
bertemu”. Makna ini juga menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.21
3. Al-Isytiqâqu al-Akbar (‫)اإلشتماق األكبس‬
Al-Isytiqoq al-akbar disebut juga dengan istilah al-Ibdal al-Lughawi22, bukan
ibdal ash-sharfi. Adapun yang dimaksud dengan ‫ اإلشااتماق األكبااس‬menurut Emil
Badi‟Ya‟qub adalah:
‫بعااا الوووْتاااص الصااْتية باابعا الوعاااً ازتبايااا تاهااا ال يتميااد باألتااْاص ًفلااِا ب ا بتستي ا األتاال‬
.َ‫ّالٌْع الر تٌدزج تحت‬
Artinya: “Adanya hubungan umum sebagian
satuan bunyi dengan sebagian
makna.Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara, tetapi terikat dengan susunan
asalnya serta jenis yang termasuk di dalamnya”.23 Muhammad As‟ad menjelaskan
al-Isytiqoq akbar terjadi apabila ada dua kata yang memiliki hubungan makna dan
sama huruf-huruf asalnya dan memiliki persamaan dalam artikulasi huruf-huruf
yang berubah seperti kata ‫ ًِاك‬dengan ‫ًعاك‬. Kata ‫كلان‬memiliki hubungan makna
dengan kata ‫لكان‬
Kata ‫ كلان‬sangat memiliki hubungan makna dengan ‫ لكان‬yang berati
tinju atau pukulan keras.
21
H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 94 - 95.
Al-Ibdal (penukaran huruf ) dibagi kepada dua macam. Pertama al-Ibdal al-Lugowi dan Kedua
al-ibdal ash-Sharfi. Al-Ibdal ash-saharfi adalah terjadinya pergantian huruf pada tempat tertentu dalam
kosa bahasa Arab dengan huruf yang lain, seperti mengganti huruf dengan wau dengan pada pada kata
‫تام‬, ‫لام‬,‫ساز‬,dll. Ulama sharf sangat konsen dengan pembahasan pertukaran huruf dalam bahasa Arab.
Mereka berbeda pendapat tentang jumlah huruf yang mengalami pertukaran. Ada yang berpendapat
Sembilan huruf, ada yang mengatakan sebelas huruf dan ada juga yang dua belas huruf. Kedua al-ibdal alLughawi cakupannya lebih luas daripada al-ibdal ash-sarfi karena huruf-huruf yang dibisa diganti dengan
yang lain lebih banyak dari pada huruf-huruf yang ada pada ibdal ash-sharfi. Berkaitan dengan hurufhuruf yang bias diganti pada al-ibdal al-lugowi para ulama berbeda pendapat. Ada berpendapat seluruh
huruf hijaiyah dan pendapat lain mengatakan harus huruf yang mirip (mutaqoribah) antara huruf yang
mengganti dan huruf yang diganti. Emil, hlm. 206
23
Ibid., hlm. 205.
22
Al-Isytiqoq al-Akbar biasanya juga disebut dengan
‫ اإلباادا‬karena
terjadi
penukaran huruf pada sebuah kata dengan huruf yang lain yang mirip dari segi
makhrajnya atau cara m engartikulasikannya sehingga lebih mudah untuk diucapkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini :
Proses “ ‫ ”اإلبدا‬bunyi
Asal Kata
Manjadi
Huruf “ٍ "dengan huruf “‫”ى‬
‫ًِك‬
‫ًعك‬
Huruf “‫ ‟ن‬dengan huruf” ”
‫كلن‬
‫لكن‬
Menukar “‫ ”ص‬menjadi “‫”د‬
‫ادتعى‬
‫ادتى‬
Menukar “ّ” menjadi “‫”ا‬
‫لْم‬
‫لام‬
Menukar “‫ ”ص‬menjadi “‫"ي‬
‫اتتٌع‬
‫اتطٌع‬
Memperhatikan pembentukan kata dalam bahasa Arab dapat diketahui bahwa
bahasa Arab
memiliki sistem pembentukan kata yang lebih beragam dan lebih
variatif dibanding dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahkan semua bahasa
yang ada di dunia. Dengan demikian, sangat wajar bahasa Arab adalah bahasa yang
memiliki kosa kata terbanyak di dunia.
F. Kesimpulan
Di Ketahui bahwasanya para ulama terdahulu banyak berpendapat tentang
makna dari isytiqaq itu sendiri, di antaranya Menurut Ya‟qub, yaitu membentuk kata
dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan
makna.
Menurut Syahin, yaitu membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan
pada bentuk dan makna.”
a. Macam-macam Isytiqaq
1.) Al-Isytiqaqu al-Shagir
2.) Al-Isytiqaqu al-Kabir
3.) Al-Isytiqaqu al-Akbar
b. Beberapa Pandangan Mengenai Isytiqaq yaitu :
1.) Menurut Tamam Hasan isytiqaq
2.) Al-Jurjani dalam karyanya al-Ta‟rifat
3.) Muhammad al-Tunji
c. Hubungan Isytiqaq dengan Bahasa
Isytiqaq sangat mempengaruhi dalam membuat syair. Ketika ada syi`ir
yang diperkirakan qafiyahnya tidak serasi maka ahli bahasa mempunyai
kesempatan untuk merubah yaitu dengan cara isytiqâq dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, isytiqâq merupakan salah satu yang sangat membantu dan
mempengaruhi proses berjalannya bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayani, Mustofa. Jamiudurus al-‘arabiyah, Beirut Libanon : Darul Fikr, 1987.
An-Nadiri, Muhammad As‟ad. Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh, Beirut : al-Maktabah
al-„Ashriyah, 2009.
At-Tawwab, Ramadhan Abd. Fushul fi Fiqh al-Lughah, Kairo: Maktabah Khanji, 1999.
HS, Moh. Matsna. Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, Jakarta : Prenadamedia, 2016.
Ma‟lûf, Louwis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, cet. Ke- 32, Beirût: Dar al- Masyriq,
1992.
Sayyid, Amin Ali. Fi ‘llmi Ash-Sarf, Mesir : Dar al-Ma‟rifah, 1976.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998.
Syâhîn, Taufîq Muhammad. ‘Awâmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah, Kairo:
Maktabah Wahbah, 1980 M/1400 H.
Ya‟qub, Emil Badi‟. Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha, Beirut : Dar atsTsaqofah al-Islamiyah, tth.
Download