TATA NAMA TUMBUHAN (Plant Nomenclature) Allium sativum Zingiber officinale Curcuma xanthorrhiza Oryza sativa Piper betle Etc…. apt. Ellen S. Rumaseuw, M. Farm. TATA NAMA TUMBUHAN Sejarah Pengertian Manfaat Prinsip dan aturan SEJARAH TATA NAMA TUMBUHAN • Masalah : Identitas objek - permasalahan pedagang sayur - permasalahan ahli farmasi - permasalahan taksonom Solusi ???? Membandingkan dengan objek yg sudah diketahui sebelumnya, apakah memang tergolong objek yang sudah diketahui atau apakah memang objek baru? ---- determinasi (membandingkan) --akhirnya akan mendapatkan sebuah nama untuk objek tersebut Tujuan ?? Tepat sasaran objek yang dimaksud Jalan Penderterminasian Objek • Ingatan kita sendiri – pengalaman • Bantuan orang lain – membayar jasa • Spesimen acuan – koleksi hidup di kebun raya, koleksi mati di herbarium dan museum • Pustaka – pencocokan gambar dan tulisan – butuh waktu lama memperlajarinya • Komputer – software pencarian objek menggunakan ciri-ciri/ karakter objek – dalam bentuk kunci determinasi interaktif – memungkinkan langsung menunjukkan penemuan baru –” Selamat, anda menemukan marga/genus baru !” ---- butuh ahli pemograman dan data objek yang lengkap • Penyepadanan –tidak semua objek bisa determinasi dgn kunci baku, karena variasi yang melekat pada individu tidak berpola sama/ tidak beraturan. Pada bakteri dan protozoa –menggunakan uji biokimia, pada bidang patologi penyepadanan alogaritma patogenitas objek Alasan munculnya nama ilmiah: A. Beranekaragamnya nama daerah--tidak ada kemungkinan nama daerah tsb diberlakukan sebagai nama internasional B. Banyaknya nama yang sinonim (1 tumbuhan sama memiliki >1 nama) C. Banyaknya nama homonim (>1Tumbuhan memiliki 1 nama sama) D. Sukarnya diterima oleh dunia internasional jika salah satu bahasa bangsa-bangsa yang dipakai sehari-hari dipilih sebagai bahasa untuk nama ilmiah Sejarah Tata Nama Tumbuhan • Sebelum abad ke 16 -- belum terdapat peraturan dalam memberikan nama kepada tumbuhan • Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli bebas dalam memberikan nama • Nama tumbuhan disusun atas tiga atau lebih kata yang disebut dengan polinomial. --- sistem tidak bekerja dengan baik susah dalam pelaksanaan, sulit dikembangkan, tidak jelas apakah mengacu pada takson tingkat jenis atau marga, atau takson yang lebih tinggi. Contoh polinomial : Hibiscus inermis foliis serratis inferioribus obovatis integris superioribus trilobis Yang artinya: “Hibiscus yang tidak berduri dengan daun bergerigi , bagian bawahnya rata membundar telur sungsang, bagian atasnya bercuping tiga” • Charles L. Escluse (1526-1609) dan Gaspar Bauhin (1560-1624),mulai menggunakan binomial untuk nama tumbuhan – belum teratur dan konsisten • Tahun 1753, Linnaeus dalam bukunya Species Plantarum mengenalkan sistem binomial • Contoh binomial : Hibiscus tiliaceus – waru Hibiscus sabdarifa – rosella Linnaeus membaptis rosella berkerabat dengan waru Silahkan dibaca dengan suara lantang... • Sambucus caule arboreo ramoso floribus umbellatis Sambucus dengan batang berkayu dan bercabangcabang serta bunga bentuk payung • Voandzeia subterranea Kacang Bogor Mana yang lebih mudah dilafazkan???? Diadakan kongres international botani KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan) memuat bagian-bagian penting berikut : a. Mukadimah b. Bagian I Asas-asas c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi. d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode. e. Lampiran I Nama-nama hibrida. f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan. g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak. h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak Sejak kapan dan dimana saja diadakan kongres??? Lokasi Kongres selanjutnya... • Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu. PRINSIP DAN PERATURAN TATANAMA TUMBUHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang sama yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada hewan. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu nama yang benar. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alasan tidak disukai atau karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya. KOMPOSISI NAMA ILMIAH • Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal : 1. Genus 2. Spesies epithet (penunjuk jenis) 3. Author • Contoh : - Pteris vittata L. - Oryza sativa L. Aturan nama Genus • Nama-nama genera • Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau dilatinkan dengan inisial huruf besar • Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh disingkat, contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra • Tidak boleh terlalu panjang • Tidak boleh menggunakan nama yang sama dengan jenisnya Contoh: Salacca zalacca→ tidak dianjurkan Aturan nama penunjuk jenis Penunjuk Jenis • Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan dengan nama marga. Contoh: Syzygium aromaticum • Dalam bahasa Latin atau dilatinkan • Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama tempat, nama umum, dll.) • Tidak boleh terlalu panjang • Tidak boleh mengulang nama marga • Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata harus diberi tanda sambung. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis Ipomea pes-capre Aturan nama Author Author • Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan penelitian tentang keabsahan nama. Contoh : Daucus carota L. (L.→ Linnaeus) Vernonia acaulis (Walter) Gleason TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • PUBLIKASI TERLAKSANA Pasal 29: dianggap terlaksana. a.berupa barang cetakan b.disebarkan secara luas sejak 1 Januari 1953 penerbitan dalam katalog perdagangan/ surat kabar/majalah tidak ilmiah dianggap tidak terlaksana Pasal 30: tanggal terlaksana ADALAH tanggal mulai diperolehnya bahan cetakan TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • PUBLIKASI BERLAKU: Pasal 32: a. Penerbitan terlaksana; b. Disertai diagnosa atau pertelaan (deskripsi) yang membedakan antara takson tsb dengan kerabatnya Pasal 36: mulai 1 Januari 1935 (1 Januari 1958 untuk alga) pertelaan menggunakan bahasa latin Pasal 37: mulai 1 Januari 1958 penerbitan nama takson dianggap berlaku jika tipe tatanama ditunjukkan TAHAP PENGUSULAN NAMA TUMBUHAN • NAMA SYAH: a. Penerbitan berlaku b. Nama tidak homonim (Pasal 64) c.Nama tidak berlebih-lebihan (Pasal 63) – contoh homonim: Lansium pedicellatum Kosterm.(1965) homonim dari Lansium pedicellatum Hiern.(1875), kedua jenis tsb dipindah ke marga Aglaia. Aglaia stenisii Kosterm. Aglaia pedicellata (Hiern) Kosterm. • NAMA TEPAT: a.Nama syah ; b. Prioritas publikasi yang lain sinonim TIPE TATANAMA TUMBUHAN 1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau Pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk menggantikannya. 2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimenspesimen asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur. 3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) dari holotipe. 4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe. 5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya isotope atau sintipe. TERIMA KASIH - Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile) - Divisi (divisio -phyta) - Anak divisi (sub divisio -phytina) - Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga – phyceae) - Anak kelas (subclassis –idea) - Bangsa (ordo –ales) - Anak bangsa (subordo –ineae) - Suku (familia –aceae) - Anak suku (subfamilia –oideae) - Puak (tribus –eae) - Anak puak (subtribus –inae) - Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya) - Anak marga (subgenus) - Seksi (sectio) - Anak seksi (subsectio) - Deret (series) - Anak deret (subseries) - Jenis (species) - Anak jenis (sub species) Syarat nama marga: 1. Kata benda tunggal 2. Perkataan lain sebagai kata benda 3. Berasal dari kata mana saja 4. Disusun sekehendak pengarang 5. Tidak boleh sama dengan istilah morfologi, contoh Spina, dan Folium 6. Tidak boleh terdiri dari dua patah kata, contoh Uva-ursi 7. Kata yang pada waktu terbit tidak dimaksudkan sebagai nama, contoh Anonymous Walters Contoh nama marga yang benar: Nypadari kata Nipah Durio dari kata Durian Rumphia untuk menghormati G.E. Rumphius Syarat nama jenis 1. Kombinasi nama marga diikuti satu penunjuk jenis 2. Penunjuk jenis lebih dari satu kata harus dipakai tanda sempang, contoh: rosa-sinensis 3. Asal kata dari mana saja 4. Disusun dengan cara apa saja 5. Jika kata sifat dan tidak dipakai sebagai kata benda, deklinasinya harus disesuaikan dengan nama marganya contoh: Sesbania javanica, Polygonum javanicum 6. Tidak boleh sama dengan nama marganya dengan atau tanpa keterangan, contoh: Linaria linaria Nasturtium nasturtium-aquaticum Nama-nama Tumbuhan Budidaya • Pasal 28. Tumbuhan-tumbuhan yang dijinakan dari alam memakai nama seperti tumbuhan liarnya. Contoh: Hevea brasiliensis Aleurites moluccana Variasi takson di bawah tingkat jenis yang nyata bedanya dengan penunjuk-penunjuk jenis atau varietas dapat diberi penunjuk kultivar. Contoh: Oryza sativa ”Si Gadis‟ Hevea brasiliensis ”Harapan‟ Tatanama Hibrid • Tatanama Hibrid biasanya didisain dengan rumus yang menunjukkan kodrat hibrid dan tetuanya. Nama hibrid interspesifik ditulis dalam dua cara: 1.Nama kedua tetua dihubungkan dengan tanda kali (x), contoh: Verbascum lychnites x V. nigrum 2.Dengan memberi epitet baru untuk hybrid. Nama marga dan epitet dihubungkan dengan tanda kali (x), contoh: Salix x capreola Nama intergenerik hybrid dibingkai oleh suatu kombinasi dari kedua nama marga didahului tanda kali (x). contoh: Triticum x Secale = x Triticale Agrostis x Polypogon= x Agropogon Agropyron x Hordeum= x Agrohordeum TERIMA KASIH • • • • Kode Paris,1867 Kongres Botani Internasional pertama, diadakan di Paris oleh Alphonse de candolle. Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul dan mengesahkan seperangkat peraturan tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan internasional tata nama tumbuhan atau Laus of Botanical nomenclature. Kode Rochester,1892 Kongres dilaksanakan karena kode Paris banyak kelemahan. Dipimpin N. L. Briton dari New York Botanical garden. Diperoleh peraturan-peraturan kode tata nama tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar yang lebih objektif dibandingkan dengan kode Paris. Konvensi Paris tahun 1900 Dalam kongres ini diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum diadakan kongres selanjutnya Kode Wina, 1905 Kongres botani Internasional yang ketiga, memberikan perhatian yang besar kepada persoalan tata nama tumbuhan dan menangani semua persoalan yang muncul dalam kode tata nama tumbuhan. • • Kode Amerika, 1907 Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki. Brussel tahun 1910 tidak membawa perubahan yang berarti dalam kode tata nama tumbuhan. Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama berkecamuknya perang dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang bersifat internasional dalam bidang ilmu tumbuhan. KITT (Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan) • Dalam bentuknya sebagai hasil Muktamar Sidney tahun 1981, Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan yang diterbitkan dalam tiga bahasa: Inggris, perancis, Jerman pada tahun 1983 memuat bagian-bagian penting berikut : a. Mukadimah b. Bagian I Asas-asas c. Bagian II Peraturan dan Saran-saran yang terdiri atas 75 pasal, terbagi dalam 6 bab, dengan masing-masing bab terbagi lagi dalam beberapa seksi. d. Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode. e. Lampiran I Nama-nama hibrida. f. Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan. g. Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak. h. Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak. • Melbourne, July 2011 - XVIII INTERNATIONAL BOTANICAL CONGRESS • Rifai (1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu. • • • • • • • • • • • • • • • • • • • - Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile) - Divisi (divisio -phyta) - Anak divisi (sub divisio -phytina) - Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae) - Anak kelas (subclassis –idea) - Bangsa (ordo –ales) - Anak bangsa (subordo –ineae) - Suku (familia –aceae) - Anak suku (subfamilia –oideae) - Puak (tribus –eae) - Anak puak (subtribus –inae) - Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya) - Anak marga (subgenus) - Seksi (sectio) - Anak seksi (subsectio) - Deret (series) - Anak deret (subseries) - Jenis (species) - Anak jenis (sub species)