Uploaded by User70381

Fenomena Peluncuran IPHONE 11 (Hypebeast)

advertisement
Fenomena :
Peluncuran Perdana IPHONE XI di
Outlet Apple Orchard, Singapura
Smartphone telah mengubah cara manusia mendapatkan informasi serta
mengubah cara belajar,cara berkomunikasi, juga menawarkan cara baru dalam
menjelajah berbagai tempat. Hiburan dan media diakses lewat cara-cara yang
sama sekali baru,mudah dan tak merepotkan. Yang diketahui saat ini pengguna
smartphone dapat melakukan banyak hal, mulai dari kegiatan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari membaca pesan elektronik (e-mail),jaringan media
sosial sampai yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Seiring berjalannya
waktu kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Hal ini menyebabkan para
pengembang smartphone berlomba – lomba untuk membuat suatu inovasi baru
yang mampu memenuhi permintaan dan keinginan konsumen Tipe telepon
genggam mulai diperkenalkan di Indonesia pada sekitar Tahun 2000an oleh para
vendor besar saat itu seperti Nokia, Ericsson dan Motorola, namun pasar
smartphone terlihat memperoleh booming-nya pada 4 tahun belakangan ini
dengan masuknya vendor Apple dengan produk Iphone dan juga Research In
Motion dengan produk Blackberry yang fenomenal di Indonesia.
Hal yang menarik untuk dibahas adalah ketika pada tahun 2007 Apple
merilis produk iPhone dan juga sebagai pelopor lahirnya smartphone.iPhone
1
menjelma sebagai salah satu raksasa di pasar telepon seluler dengan produk dan
fitur fenomenalnya yang mengusung sistem operasi berbasis IOS.
produk dengan kualitas,model desain, fitur serta aplikasi dari suatu produk
dapat mempengaruhi persepsi dibenak konsumen. Apa yang telah dilakukan oleh
Appleterhadap iPhone menjadi menarik untuk dipahami dan dipelajari karena
pada Tahun 2013 penelitianyang dipublikasikan oleh jurnal BrandFinancebahwa
merek Apple sebagai“The most valuable brands in the world” dan
mendapaturutan pertama sebagai “Top five most valuable brands in the world“.
TABEL 1
5 MEREK SMARTPHONE TOP DUNIA
Sumber : Brandfinance Global, 2015
Kemudian yang menarik untuk dibahas selanjutnya adalah persaingan
sistem operasiiPhone dengan smartphone lainnya, iPhone adalah smartphone
yang dikembangkan oleh Apple menggunakan sistem operasi IOS yang memiliki
performa multi touch dan multi gesture yang lebih baik jika dibandingkan dengan
kompetitor utamannya yaitu Android.Android merupakan sistem operasi yang
2
dikembangkan oleh Google, sistem operasi android ini bersifat terbuka atau open
source dan dirancang agar dapat digunakan di telepon pintar apapun.
Secara teori hal tersebut yang membedakan antara smartphone berbasis
android dan iPhoneyang berbasis IOS,yang secara khusus dipergunakan oleh
produknya sendiri yaitu iPhone, iPod dan iPad sehingga menjadikan suatu
prestige sendiri bagi penggunanya. Sedangkan Android dapat digunakan untuk
gadget apapun asalkan mendukung sistem Android.
GAMBAR 1
TINGKAT KEPUASAN SISTEM OPERASI
Sumber : IBM Digital Analytics Benchmark, 2019
Artinya semua orang yang memberikan komentar kepuasan terhadap
sistem IOS pun langsung merekomendasikannya. Kemudian data pada sistem
operasi Google Android tingkat kepuasannya sebesar 8,4% dan rekomendasi
untuk sistem operasi ini sebesar 8,7% yang artinya sebagian pengguna yang tidak
puas dengan sistem operasi Android pun turut merekomendasikannya hal ini
3
karena sistem operasi Android yang open source dan Smartphone yang
menggunakan sistem operasi Android ini tergolong murah jika dibandingkan
dengan harga smarthphone yang berbasis IOS.Inilah yang menjadikan iPhone
mengkategorikan mereknya kedalam speciality bukan lagi mass product seperti
Smartphone lainnya.
Dengan perkembangan ponsel yang semakin beragam, Apple Inc tidak
mau ketinggalan jaman dalam melakukan pengembangan produk-produknya guna
untuk memuaskan keinginan konsumen.iPhone adalah jajaran telepon pintar yang
dirancang dan dipasarkan oleh Apple Inc yang menggunakan sistem operasi
telepon genggam iOS Apple yang dikenal dengan nama "iPhone OS".
Perkembangan yang cepat menuntut perusahaan untuk selalu melakukan inovasi
dengan cepat.Hal tersebut terlihat dari usaha yang dilakukan Apple Inc dalam
mengembangkan teknologi iPhone
Sikap fanatisme terhadap gadget khususnya Iphone dapat dikatakan telah
terlihat di berbagai belahan dunia khususnya di Asia Tenggara. Sejak tahun 2007
Iphone telah muncul dengan menegaskan image khusus di tengah – tengah
penggunanya, bahkan para konsumennya tidak segan – segan mengeluarkan uang
hanya untuk menjadi salah satu pengguna Iphone. Fenomena terbaru brand Iphone
yang terjadi baru – baru ini adalah penjualan perdana yang terjadi di outlet Iphone
di Orchard Road Singapura. Dari hasil penelusuran menunjukkan antrian para
penggemar Iphone atau yang biasa disebut dengan “Iphone Fan boy” yang sangat
di luar batas kewajaran
4
GAMBAR 2
ANTRIAN CALON PEMBELI IPHONE XI DI ORCHARD ROAD,
SINGAPORE
Sumber : www.liputan6.com, 2019
Tampak pada gambar 2 para calon pembeli rela antri di depan toko berjam
– jam sebelum tokonya terbuka. Ini menunjukkan bahwa animo masyarakat dunia
terhadap Iphone sangat besar. produk yang akan diluncurkan adalah smartphone
teranyarnya, yakni iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max. Sesuai
dengan yang dijanjikan, perusahaan yang didirikan Steve Jobs ini akan menjual
trio iPhone 11 di berbagai negara mulai besok tanggal 20 September 2019. Dari
gambar terlihat suasana toko Apple Store yang terletak di Orchard Road,
Singapura sehari sebelum penjualan pertama seri iPhone 11 dimulai, Diketahui
dari berbagai sumber bahwa pada Kamis siang tanggal 19 September 2019
5
tepatnya di Toko Iphone Orhard Road Singapore terlihat para fanboys sudah
berada pada antrean panjang. Padahal, cuaca di Singapura pun terbilang cukup
panas dengan suhu mencapai 33 derajat celcius.
GAMBAR 3
ANTRIAN CALON PEMBELI IPHONE XI DI ORCHARD ROAD,
SINGAPORE
Sumber : www.liputan6.com, 2019
Karena cuaca panas dan antrean iPhone 11 baru dibuka besok pagi jam
8.00 waktu setempat, sejumlah pengantre pun memanfaatkan berbagai cara agar
tidak kepanasan. Beberapa ada yang menggunakan payung. Sebagian lainnya
mengikatkan jaket atau kain besar di atas kepalanya. Diketahui dari berbagai
sumber bahwa orang pertama yang mengantre untuk membeli iPhone 11 adalah
seorang pria bernama Brian. Pelanggan tersebut dan keempat temannya datang
jauh-jauh dari Vietnam ke Singapura dan mulai mengantre sejak jam dua pagi
hanya untuk membeli iPhone 11 Pro Max dengan warna Midnight Green.
6
GAMBAR 4
ANTRIAN CALON PEMBELI PERTAMA IPHONE XI DI SINGAPURA
Sumber : www.liputan6.com , 2019
Calon pembeli tersebut juga menjelaskan, ini merupakan kali pertamanya
bagi dia untuk mengantre di depan Apple Store seperti ini. Sebagai persiapan
untuk mengantre hingga besok pagi, dia dan teman-temannya sudah menyiapkan
beberapa hal seperti baju ganti, air minum, makanan, dan power bank." Dari
ulasan di atas menunjukkan bahwa semahal apapun produk yang dimiliki
perusahaan jika brandanya sudah mendapat tempat khusus dihati mereka maka
penggunanya akan merasa bersalah jika tidak mengikuti trend yang dimunculkan
setiap saat oleh brand tersebut dan hal ini dapat mengarah ke sifat fanatisme.
7
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan ulasan fenomena yang telah dibahas pada poin sebelumnya,
maka masalah yang dapat diidentifkasi adalah :
1. Bagaimanakah perilaku konsumen iPhone XI ?
2. Bagaimana nilai merek bagi konsumen produk iPhone XI ?
8
KERANGKA TEORI
TEORI FENOMENA
Fenomenologi merupakan sebuah aliran filsafat yang menilai manusia
sebagi sebuah fenomena, mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu
dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau fenomenanya. Fokus dari
fenomenologi adalah melihat apakah objek penelitiannya memiliki kesamaan
secara universal dalam menanggapi sebuah fenomena.
Fenomenologi adalah ilmu yang menjelaskan dan mengklarifikasi sebuah
fenomena, atau studi tetang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi
mempelajari tentang fenomena yang nampak di depan mata dan bagaimana
penampakannya (Hartanto, 2004).
Fenomena adalah sesuatu hal yang bisa
disaksikan dengan panca indera serta dapat dinilai dan diterangkan secara ilmiah.
Atau suatu fakta yang kita temui di lapangan (Freddy Rangkuti: 2011)
Teori Gaya Hidup Hypebeast
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di
dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam
beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya
hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),
apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang
9
orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah
perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Hypebeast adalah Hype atau Menggilai, Mengikuti dan Menggunakan.
Trend berpakaian yang sedang booming (hype) untuk tetap terlihat stylish dan
kekinian. Tapi tidak semua orang yang menggunakan pakaian atau produk produk
hype dapat dikategorikan Hypebeast. Gaya hidup Hypebeast biasanya hanya
mengetahui brand-brand original yang sering didengar dan memiliki harga jual
fantastis luar biasa mahal.
Hypebeast adalah bagaimana mereka bisa berpenampilan semenarik
mungkin dengan brand-brand ternama untuk di pamerkan kepada lingkungan
sekitar. Tidak peduli dimanapun mereka berada, asalkan berpenampilan
semenarik mungkin. Biasanya seorang Hypebeast akan mendapat kepuasan
tersendiri jika sudah menggunakan brand ternama, walaupun belum tentu ukuran
nya cocok dibadan.
Seorang yang menyukai hypebeast biasanya hanya mengetahui brandbrand original dan memiliki harga jual yang mahal dan berkualitas tinggi. Mereka
juga tidak mau membeli barang yang bukan original dari pabriknya. Jika ingin
menjadi hypebeast adalah menggunakan brand 100% original dan bukan KW
ataupun Premium Supercopy, karena jika terbukti palsu pasti akan dihujat dan di
bully. Untuk ukuran produk yang memiliki harga paling murah seperti kaos saja
sekitar lima ratus ribu, oleh karena itu gaya hidup ini sebenarnya hanya cocok
untuk masyarakat yang memiliki penghasilan menangah ke atas.
10
Saat ini tidak hanya anak muda usia 16 sampai 23 saja yang menggunakan
gaya hidup hypebeast namun sudah banyak usia dewasa dari 24 sampai 30 yang
menggunakannya, bahkan orang tua juga sudah mulai banyak yang menggunakan
gaya hidup hypebeast tersebut. Alasan mereka menggunakan gaya hidup
hypebeast yaitu karena beberapa faktor salah satunya gaya hidup yang mengikuti
zaman.
TEORI PERILAKU KONSUMEN
a. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa
konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk
(2008:6) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi
mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan
sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki
keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari
berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi
lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana
konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Definisi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214):
Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau
pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Definisi
11
perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6): Perilaku konsumen
menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barangbarang yang berhubungan dengan konsumsi. Dari dua pengertian tentang perilaku
konsumen di atas dapat diperoleh dua hal yang penting, yaitu: (1) sebagai
kegiatan fisik dan (2) sebagai proses pengambilan keputusan. Berdasarkan
beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
b. Model Perilaku Konsumen
Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan, karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling
interaksi satu sama lainnya, sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh
suatu perusahaan harus benar-benar dirancang sebaik mungkin dengan
memperhatikan faktor-faktor tersebut. Selain itu, para pemasar harus mampu
memahami konsumen, dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku,
bertindak dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan
namun mereka juga memiliki banyak kesamaan.
Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau
perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik.
12
Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran
dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu
memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap
informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi
pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang
memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik.
Dalam sub bab berikut akan dijelaskan mengenai perilaku pembelian konsumen.
Kotler (2008:226) menggambarkan model perilaku konsumen sebagai berikut:
GAMBAR 5
MODEL PERILAKU KONSUMEN / BLACK BOX CONCEPT
Sumber : Kotler, 2008
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan
masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal
dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian,
kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan
13
keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2008:25) terdiri dari:
1. Faktor Kebudayaan.
Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku
konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya, kelas sosial,
faktor budaya dipengaruhi oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial Menurut
Schifman & Kanuk (2008 : 358) budaya adalah keseluruhan kepercayaan,
nilai – nilai, dan kebiasaan yang mempelajari yang membantu mengarahkan
perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. . Stratifikasi lebih
sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Menurut Engel, et al (1994 : 47)
kelas sosial adalah pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu –
individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Sedangkan
menurut Sumarwan (2002 : 218) kelas sosial merupakan bentuk lain dari
pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau kelompok yang berbeda.
Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang
dikonsumsi oleh konsumen. Kelompok status mencerminkan suatu harapan
komunitas akan gaya hidup di kalangan masing – masing kelas dan juga
estimasi sosial yang positif atau negatif mengenai kehormatan yang diberikan
kepada masing – masing kelas (Setiadi, 2008 : 299).
2. Faktor Sosial.
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial. Dalam
faktor sosial, kelompok referensi, keluarga, peran sosial dan status
14
mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi (reference group)
adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka)
atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Menurut
Assel (dalam Sutisna, 2002 :176) kelompok rujukan atau kelompok referensi
adalah kelompok yang berfungsi sebagai poin rujukan bagi individu dalam
membentuk kepercayaan, sikap dan perilakunya.
3. Faktor Pribadi.
adalah pola ciri – ciri seseorang yang menjadi determinan (faktor penentu)
dalam perilaku responnya. Kepribadian adalah respon yang konsisten
terhadap stimulus lingkungan (Engel, 1994 : 367).
Menurut Sumarwan
(2002 : 56) gaya hidup menggambarkan pola dan perilaku seseorang, yaitu
bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang
dimilikinya.
4. Faktor Psikologis.
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama
yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. Pilihan
pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.
TEORI MOTIVASI BELANJA
Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu
yang memaksa mereka untuk bertindak (Schiffman dan Kanuk, 2008:72). Tenaga
pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat
15
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individ
u secara sadar maupun tidak sadar
berjuang untuk mengurangi ketegangan tersebut melalui perilaku yang mereka
harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan
membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan tertentu yang
mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan
tersebut merupakan hasil pemikiran dan proses belanjar inidividu (Schiffman dan
Kanuk, 2008:72).
GAMBAR 6
MODEL PROSES MOTIVASI
Sumber : Shifman dan Kanuk, 2008
Gambar di atas menggambarkan bahwa motivasi sebagai keadaan tertekan
karena dorongan kebutuhan yang “membuat” individu melakukan perilaku yang
menurut anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan dengan demikian akan
mengurangi ketegangan. Tujuan khusus yang ingin dicapai konsumen dan
rangkaian tindakan yang mereka ambil untuk pencapaian suatu tujuan, dipilih atas
dasar proses berpikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya. Banyak faktor
yang memotivasi konsumen untuk pergi berbelanja. Motivasi konsumen dalam
16
berbelanja memberikan kontribusi positif terhadap konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk atau jasa.
TEORI NILAI MEREK
1. Merek (Brand)
American Marketing Association menyatakan bahwa brand adalah sebuah
nama, desain, simbol ataupun fitur yang lain yang mengidentifikasi barang
atau jasa dari satu penjual yang membedakannya dari penjual yang lain
(Maurya & Mishra, 2012: 123). Brand mempunyai tiga definisi yang
menyatu (Landa, 2006:4), yaitu:
a. Semua karakteristik dari sebuah produk, jasa atau organisasi, termasuk fitur
fisik, asset emosional, budaya dan asosiasi emosional;
b. Identitas brand yang teraplikasi pada setiap produk atau jasa dan ekstensi dari
produk, jasa atau organisasi;
c. Persepsi audiens terhadap brand. Berbeda dengan yang lain, Neumeier
menyatakan bahwa brand adalahperasaan seseorang terhadap sebuah produk,
jasa atau perusahaan. Brand adalah perasaan karena semua manusia bersifat
emosional dan merupakan makhluk intuisi, seberapapun kerasnya kita
mencoba untuk menjadi rasional.
Brand adalah perasaan seseorang karena pada akhirnya brand ditentukan
oleh perseorangan, bukan perusahaan, pasar, maupun publik. Setiap orang
menciptakan versi brandnya masing-masing (Neumeier, 2006:2). Kapferer
menyatakan bahwa brand adalah omni present, atau dengan kata lain
brand ada dimana-mana. Dapat disimpulkan bahwa brand adalah wajah
17
perusahaan, apa yang pertama kali diperhatikan individual mengenai suatu
produk. Brand bisa berwujud suatu emosi yang ditimbulkan oleh brand
tersebut. Brand bisa berupa banyak hal, dan meski tidak kita sadari, brand
mempengaruhi segala aspek kehidupan kita.
. Merek dapat memiliki enam level pengertian (Surachman, 2009):
a. Atribut. Atribut berarti bahwa merek mengingatkan pada atibut-atribut
tertentu
b. Manfaat. Manfaat berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi
manfaat fungsional dan emosional
c. Nilai. Nilai berarti bahwa merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai
produsen.
d. Budaya. Budaya berarti bahwa merek juga mewakili budaya tertentu.
e. Kepribadian. Kepribadian berarti bahwa merek juga mencerminkan
kepribadian tertentu.
f.
Pemakai. Pemakai berarti bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan merek tersebut.
2. Manfaat Merek
Menurut Keller (2008), merek memiliki manfaat bagi konsumen
dan produsen. Bagi produsen, merek memiliki pentingnya:
a. Sebuah alat untuk memudahkan mengidentifikasi proses penanganan atau
identifikasi produk untuk perusahaan, khususnya bagi pengorganisasian
persediaan dan akuntansi proses.
b. Suatu bentuk perlindungan hukum terhadap fitur produk yang unik atau
aspek. Merek bisa mendapatkan perlindungan kekayaan intelektual.
18
c. Sebuah sinyal dari tingkat kualitas bagi konsumen puas sehingga mereka
dapat dengan mudah memilih dan membeli kembali waktu lain. Hasil
loyalitas merek seperti permintaan prediktabilitas dan keamanan bagi
perusahaan dan menciptakan penghalang masuk bagi perusahaan lain.
d. Sebuah platform untuk membuat asosiasi dan makna unik yang membedakan
produk dari pesaing lainnya.
e. Sebuah sumber keunggulan kompetitif terutama dalam perlindungan hukum,
loyalitas konsumen dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
f.
Suatu bentuk pengembalian keuangan terutama dalam kaitannya dengan
pendapatan masa depan.
TABEL 2
MANFAAT MEREK BAGI KONSUMEN
No.
FUNGSI
1.
Identification
2.
Practicality
3.
Guarantee
4.
Optimization
5.
Characterization
6.
Continuity
7.
Hedonistic
8.
Ethical Kepuasan
MANFAAT BAGI KONSUMEN
Kemudahan visibilitas, makna produk, kemudahan
pencarian produk.
Memfasilitasi waktu dan penghemanatn energy melalui
pembelian kembali produk/jasa yang sama dan
loyalitas.
Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka
bisa mendapatkan kualitas yang sama meskipun waktu
pembelian yang berbeda dan tempat.
Memberikan jaminan bahwa konsumen dapat membeli
alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan
pilihan terbaik untuk tujuan tertentu
Mendapatkan konfirmasi dari citra diri konsumen atau
gambar yang akan ditampilkan kepada orang lain.
Kepuasan yang diperoleh melalui keakraban dan
keintiman dengan merek yang digunakan atau
dikonsumsi oleh konsumen selama bertahuntahun.
Kepuasan yang berhubungan dengan merek, logo dan
daya tarik komunikasi.
terkait dengan sikap bertanggung jawab dari merek
berkaitan dengan hubungannya dengan massa.
Sumber : TJjiptono (2005)
19
3. Loyalitas Merek
Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek
merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai
perilaku konsumen. Ada banyak definisi loyalitas merek ditinjau dari
berbagai macam sudut pandang. Definisi yang umum dipakai adalah
penjelasan bahwa loyalitas merek merupakan suatu preferensi konsumen
secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada
produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu.
Loudon & Della Bitta (1993) menyatakan bahwa loyalitas merek
(brand loyalty) adalah pola membeli berulang karena ada komitmen
terhadap suatu merek tertentu. Mereka juga mendefinisikan loyalitas
merek sebagai sesuatu yang tidak bisa diduga, menghasilkan respon
perilaku pembelian, dapat diekspresikan sepanjang waktu dengan proses
pengambilan keputusan untuk membeli produk yang berkenaan dengan
satu atau lebih pilihan merek diluar merek-merek yang pernah dipakai dan
merupakan suatu fungsi proses psikologis dalam diri konsumen itu sendiri.
Loyalitas merek juga merupakan suatu ukuran keterkaitan
pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan
gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek
yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan,
baik yang menyangkut harga ataupun atribut. Pelanggan yang loyal pada
umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut meski dihadapkan
20
pada banyak alternatif merek pesaing yang menawarkan karakteristik
produk yang lebih unggul. Sebaliknya, pelanggan yang tidak loyal pada
suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut,
pada umumnya tidak didasarkan karena keterikatan mereka pada mereknya
tetapi lebih didasarkan pada karakteristik produk, harga dan kenyamanan
pemakaiannya serta berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh merek lain
(Durianto, 2001).
Pengukuran loyalitas merek terdiri atas pengukuran sikap dan
pengukuran perilaku konsumen terhadap suatu merek. Pengukuran sikap
konsumen terhadap suatu merek menyangkut seluruh perasaan konsumen
mengenai produk dan merek serta kecenderungan mereka untuk membeli
produk dan merek tersebut. Pengukuran perilaku bergantung pada respon
perilaku konsumen terhadap sebuah stimulus yang bertujuan untuk
mempromosikan produk dan merek tertentu. Oleh karena itu, pengukuran
ini akan melibatkan ketiga komponen sikap yaitu komponen kognitif,
afektif, dan konatif; serta ditambah dengan komponen aksi (Schiffman dan
Kanuk, 2004).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pengertian loyalitas merek
dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Schiffman dan Kanuk (2004)
dimana loyalitas merek merupakan bentuk preferensi konsumen secara
konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk
yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu sehingga pengukuran
loyalitas merek akan mencakup pengukuran sikap (melibatkan aspek
21
kognitif, afektif, dan konatif konsumen terhadap merek) dan pengukuran
perilaku. Aspek-Aspek Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004)
menerangkan bahwa komponen-komponen loyalitas merek terdiri atas
empat macam, yaitu:
a. Kognitif (cognitive)
Representasi dari apa yang dipercayai oleh konsumen. Komponen
kognitif ini berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype seorang
konsumen mengenai suatu merek. Loyalitas berarti bahwa konsumen
akan setia terhadap semua informasi yang menyangkut harga, segi
keistimewaan merek dan atribut-atribut penting lainnya. Konsumen
yang loyal dari segi kognitif akan mudah dipengaruhi oleh strategi
persaingan dari merek-merek lain yang disampaikan lewat media
komunikasi khususnya iklan maupun pengalaman orang lain yang
dikenalnya serta pengalaman pribadinya.
b. Afektif (affective)
Komponen yang didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen
terhadap suatu merek. Konsumen memiliki kedekatan emosi terhadap
merek tersebut. Loyalitas afektif ini merupakan fungsi dari perasaan
(affect) dan sikap konsumen terhadap sebuah merek seperti rasa suka,
senang, gemar dan kepuasan pada merek tersebut. Konsumen yang loyal
secara afektif dapat bertambah suka dengan merek-merek pesaing
apabila merek-merek pesaing tersebut mampu menyampaikan pesan
22
melalui asosiasi dan bayangan konsumen yang dapat mengarahkan
mereka kepada rasa tidak puas terhadap merek yang sebelumnya.
c. Konatif (conative),
Batas antara dimensi loyalitas sikap dan loyalitas perilaku yang
direpresentasikan melalui kecenderungan perilaku konsumen untuk
menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang. Selain
itu, komponen ini juga berkenaan dengan kecenderungan konsumen
untuk membeli merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri
mereka untuk tetap mengkonsumsi merek yang sama. Bahaya-bahaya
yang mungkin muncul adalah jika para pemasar merek pesaing berusaha
membujuk konsumen melalui pesan yang menantang keyakinan mereka
akan merek yang telah mereka gunakan sebelumnya. Umumnya pesan
yang dimaksud dapat berupa pembagian kupon berhadiah maupun
promosi yang ditujukan untuk membuat konsumen langsung membeli.
d. Tindakan (action),
Tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen
dalam
kategori
produk
tertentu
dan
merekomendasikan
atau
mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Konsumen yang
loyal secara tindakan akan mudah beralih kepada merek lain jika merek
yang selama ini ia konsumsi tidak tersedia di pasaran. Loyal secara
tindakan mengarah kepada tingkah laku membeli ulang sebuah merek
oleh
seorang
konsumen
dalam
kategori
produk
tertentu
dan
23
merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang
lain.
Sedangkan menurut Durianto (2001), loyalitas merek terbagi menjadi lima
tingkatan, yaitu:
a. Switcher
Switcher disebut pula dengan pembeli yang berpindah-pindah, yaitu merupakan
tingkatan loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen
berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka
tidak setia, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang
peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam
kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain
membeli merek tersebut karena harganya murah.
b. Habitual Buyer
Habitual buyer atau pembeli yang bersifat kebiasaan adalah pembeli yang tidak
mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak
ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah
merek, terutama juka peralihan itu membutuhkan usaga, biaya atau
pengorbanan lain. Jadi, konsumen membeli suatu merek karena alasan
kebiasaan.
c. Satisfied Buyer
Satisfied buyer atau pembeli yang puas dengan biaya peralihan adalah kategori
pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat
saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan),
24
seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek
tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi
biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai
manfaat sebagai kompensasi.
d. Liking of The Merek
Liking of the merek atau menyukai merek adalah pembeli yang sungguhsungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang
berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu
sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi.
e. Committed Buyer
Commited buyer atau pembeli yang berkomitmen adalah kategori pembeli yang
setia. Mereka mempunyai kebanggan dalam menggunakan suatu merek. Merek
tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai
ekspresi siapa sebenarnya pelanggannya. Ciri yang tampak pada kategori ini
adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan atau mempromosikan
merek yang digunakan kepada orang lain. Dengan pengelolaan dan
pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat memberikan suatu keuntungan
bagi perusahaan. Beberapa potensi yang dapat diberikan oleh loyalitas merek
kepada perusahaan menurut Durianto dkk (2001) antara lain, mengurangi biaya
pemasaran, dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah
mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan
pelanggan baru. Jadi biaya pemasaran akan lebih mengecil jika loyalitas merek
meningkat.
25
4. Brand Beliefs
American Marketing Association mengatakan bahwa belief (keyakinan)
ialah suatu kognisi atau organisasi kognitif tentang beberapa aspek dari
individu. Tidak seperti sikap, keyakinan selalu emosional atau motivasi
netral. Krench dan Crutchfield (1948) menentukan keyakinan sebagai
istilah umum yang mencakup pengetahuan, pendapat, dan keyakinan
organisasi atas persepsi dan kognisi tentang beberapa aspek dari individu.
Keyakinan identik dengan pengetahuan atau makna bahwa semua
mengacu pada interpretasi konsumen terhadap konsep-konsep penting.
Brand beliefs adalah karakteristik merek yang dianggap penting oleh
konsumen. Dalam riset pasar, pemasar mengembangkan atribut dan
keuntungan dari sebuah merek. Berikut gambar kerangka teori dapat
dilihat pada gambar 7
26
GAMBAR 7
KERANGKA TEORI
Fenomena
Hypebeast
Peluncuran Iphone
XI
Informasi
Produk Iphone
XI
Perilaku
Nilai
Konsumen
Merek
Penjelasan
Fenomena
Peluncura
n Iphone
XI
Sumber : Hasil olahan penulis, 2019
Berikut penjelasan gambar kerangka teori di atas, dari hasil pengamatan
sementara fenomena peluncuran iPhone XI yang terjadi baru – baru ini pada
tanggal 20 September 2019 di outlet Apple, Orchard Road, Singapura terjadi
karena rasa penasaran dan ingin menjadi pemilik pertama dari barang tersebut
kemudian untuk menjelaskan fenomena tersebut dapat diidentifikasi dengan teori
perilaku konsumen dan nilai merek bagi konsumennya, juga harus diketahui
27
spesifikasi dari barang tersebut barulah kemudian dapat dijelaskan dan ditentukan
fokus penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
28
PARADIGMA BERPIKIR
INFORMASI SPESIFIKASI PRODUK : APPLE IPHONE XI
IPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max merupakan penerus dari iPhone XS
dan XS Max yang dirilis tahun lalu. Sementara iPhone 11 merupakan penerus
iPhone XR. Ketiganya dibanderol dengan harga termurah 699 dollar AS (Rp 9,8
juta) untuk iPhone 11, 999 dollar AS (Rp 14 juta) untuk iPhone 11 Pro, dan 1.099
dollar AS (Rp 15,4 juta) untuk iPhone 11 Pro Max.
Dari segi desain, iPhone 11 hadir dengan enam pilihan warna yakni ungu, kuning,
hijau, hitam, putih dan merah. Perangkat tersebut tampil dengan layar LCD 6,1
inci liquid Retina Display dengan membawa fitur tap to wake. iPhone 11 dibekali
dua sensor kamera yaitu 12MP Wide dan 12MP Ultra Wide yang dipasang
vertikal dalam kotak berisi lampu flash. Sensor 12MP wide camera memiliki
bukaan f/1.8 dan telah dilengkapi kemampuan optical image stabilization dengan
enam elemen lensa. Sementara, sensor 12MP ultra wide camera memiliki bukaan
f/2.4 dengan sudut pandang 120 derajat dan dilengkapi 5 elemen lensa. Perangkat
lunak pada kamera memungkinkan pengguna untuk beralih dari angle wide ke
ultra wide dengan menggeser opsi menu.
Kamera iPhone 11 juga dibekali fitur potrait mode untuk hasil foto bokeh
yang dilengkapi fitur Depth Control untuk mengatur tingkat bokeh, serta fitur
night mode yang dapat meningkatkan intensitas cahaya dan mengurangi noise saat
29
mengambil foto dalam keadaan minim cahaya. Video pada iPhone 11 juga dapat
diambil menggunakan kamera wide dan ultra wide dengan resolusi 4K 60 fps.
Ada pula fitur Slo-mo, time-lapse dan cinematic video stabilization. Untuk
kamera depan, iPhone 11 dibekali 12MP TrueDepth camera.
Apple menghadirkan fitur Slo-fies untuk pertama kalinya, yang
memungkinkan pengguna untuk merekam slow-motion video di kamera depan.
Dari segi performa, iPhone 11 dibekali chipset A13 Bionic, merupakan
peningkatan dari pendahulunya A12 yang tertanam di iPhone Xr. Ponsel tersebut
juga diklaim memiliki daya baterai 1 jam lebih lama dibanding iPhone Xr, dan
telah mengantongi sertifikat IP68 yang tahan dalam air hingga 2 meter selama 30
menit. Harga iPhone 11 iPhone 11 dibanderol mulai dari 699 dolar AS atau sekitar
Rp9,8 juta dan akan mulai tersedia di Apple Store pada 20 September mendatang.
Spesifikasi iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max Selain iPhone 11, Apple
juga meluncurkan dua smartphone yang lebih "kuat" yakni iPhone 11 Pro dan
iPhone 11 Pro Max dengan tiga sensor kamera. Informasi dari Senior Vice
President of Worldwide Marketing Apple, Philip W. Schiller, dalam presentasinya
mengatakan bahwa produk Ini merupakan produk pertama ponsel kami yang kami
sebut Pro. iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max memiliki ukuran yang berbeda.
iPhone 11 Pro tampil dengan layar OLED 5,8 inci, sementara iPhone 11 Pro Max
berukuran lebih besar yaitu 6,5 inci. Namun, kedua perangkat tersebut hadir
dengan varian warna midnight green, space grey, silver white dan gold. Kedua
smartphone tersebut juga dipersenjatai chipset A13 Bionic yang fokus pada
Machine Learning.
30
Chipset tersebut memiliki empat inti efisiensi CPU yang disebut mampu
membuat perangkat 20 persen lebih cepat dan 40 persen lebih hemat daya, serta
dua inti performa CPU yang diklaim 20 persen lebih cepat dan 30 persen lebih
hemat daya. Untuk grafis, chipset tersebut dibekali empat inti yang disebut
mampu membuat perangkat 20 persen lebih cepat dan 40 persen lebih hemat daya.
Chipset tersebut juga dibekali Neural Engine dengan delapan inti. iPhone 11 Pro
diklaim tahan empat jam lebih lama dibanding iPhone Xs. Sementara, iPhone 11
Pro Max diklaim tahan lima jam lebih lama dibanding iPhone Xs Max. Dari segi
kamera, iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max dibekali tiga sensor, yakni 12MP
wide camera (f/1.8), 12MP telephoto camera (f/2.0) dan 12MP ultra wide camera
(f/2.4). Kedua ponsel tersebut juga dibekali fitur kamera yang sama dengan
iPhone 11, termasuk night mode serta video 4K hingga 60 fps. Saat mengambil
video, pengguna dapat menggunakan tiga kamera bersamaan, dan mampu mengedit video langsung tanpa menggunakan aplikasi lain, untuk mengatur tingkat
kecerahan, hingga memotong atau memperbesar. Harga iPhone 11 dan 11 Pro
Max iPhone 11 Pro dibanderol mulai 999 dolar AS atau sekitar Rp14 juta,
sementara iPhone 11 Pro Max dibanderol 1.099 dolar AS atau sekitar Rp15,4 juta.
PERILAKU KONSUMEN IPHONE XI
Jika diliat dari model perilaku konsumen yang dipaparkan oleh Kotler
maka rangsangan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan Apple terhadap
produknya adalah keunggulan produk yang dimiliki oleh barang tersebut, dari
keunggulan tersebut
ditambah dengan citra produk yang telah tertanam
31
sebelumnya maka semakin menguatkan image produk tersebut. Rangsangan lain
adalah datang dari sasaran pembeli yang bisa dibilang ekonomi menengah ke atas
karena semua fitur yang dimiliki dapat memudahkan penggunanya mengakses
segala keperluan dari satu barang elektronik kemudian juga perusahaan Apple
sangat peka terhadap perkembangan teknologi saat ini yang serba cepat dan
praktis dan itu diimplementasikan kepada produk yang dikeluarkan yang intinya
adalah memudahkan aktivitas penggunanya.
Faktor politik juga berpengaruh karena ini berkaitan dengan pengampu
kebijakan, beda pemimpin tentu juga beda cara memimpinnya, dan ini berdampak
pada regulasi penyebaran informasi khususnya pemasaran produknya, namun hal
ini tidak terlalu mempengaruhi karena sampai saat ini tidak ada batasan mengenai
teknik marketing yang haru diterapkan yang datangnya dari keputusan yang
dipengaruhi oleh aspek politik. Kemudian faktor budaya, di Indonesia khsusnya
masih banyak yang memegang budaya penampilan di atas segala – galanya, dan
kebiasaan tersebut memicu para calon pembeli untuk dapat mendapatkan apapun
yang mereka inginkan dengan bekerja keras meskipun kadang – kadang cara yang
diambil itu salah, seperti mungkin remaja yang belum memiliki penghasilan tetap
namun karena lingkungannya dimana semua teman- temannya menggunakan
merek tertentu dalam hal ini Apple maka dengan keegoisannya remaja tersebut
memutuskan untuk mengikuti lingkungannya bagaimanapun caranya.
Dari faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut maka
akan muncul keinginan untuk dapat memiliki sesuatu, namun karena kuatnya
keinginan dari calon pembeli, maka banyak dari pengambilan keputusan
32
pembelian yang tidak dipertimbangkan seperti, kebutuhan sebenanrnya calon
pembeli dari barang tersebut apa, kemudian karena sudah menentukan pilihan jadi
proses mencari informasi mengenai barang tersebut dilewatkan dengan asumsi
bahwa kalau banyak peminatnya sudah otomatis bagus. Setelah barang tersebut
menjadi milik seseorang, pemilik tersebut akan merasakan kegunaan dari barang
yang ia beli, tapi sekali lagi itu dapat tertutupi oleh rasa bangga yang sangat besar
ketika memiliki barang yang menurut dia tidak semua orang mampu memilikinya
tanpa mengetahui fungsi – fungsi yang dimiliki barang tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya jika nilai kebanggaan akan
bertambah jika memiliki barang tertentu, karena nilai tersebut calon pembeli akan
berusaha dengan sekuat tenaga untuk memiliki barang tersebut, walaupun belum
diputuskan kapan akan membelinya, calon pembeli tersebut akan berusaha
menunggu sampai kondisi keuangannya cukup untuk memiliki barang tersebut.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa perilaku konsumen
sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia
dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat
atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat,
sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam
tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli produk Iphone XI terdiri dari:
1. Faktor Kebudayaan.
Budaya adalah penentu keingian dan perilaku yang paling mendasar. Budaya
juga merupakan kumpulan nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah
33
laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluaraga dan
lembaga penting lainnya. Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan
pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat. Budaya
merupakan karakter yang penting dari suatu sosial yang membedakan dari
kelompok kultur lainnya. Jika dilihat dari aspek budaya, maka jelas bahwa
budaya memiliki barang mahal telah mempengaruhi pembeli iphone karena
patokan mereka adalah rasa bangga ketika memiliki barang merek eksklusif
yang tidak semua orang bisa memilikinya.
2. Faktor Sosial.
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial. Dalam
faktor sosial, yang paling berpengaruh adalah lingkungan sekitar khususnya
teman – teman pemilik barang tersebut. Alasan utamanya adalah karena
seseorang merasa tergabung dalam satu kelompok yang sama sehingga
anggota kelompok tersebut merasa wajib memiliki apa yang dimiliki anggota
kelompok yang lain.
3. Faktor Pribadi.
Faktor pribadi
yang dimaksud adalah bagaimana seseorang dapat
menentukan arah kemana ia akan mnggunakan uangnya, apakah digunakan
dengan baik atau sebaliknya, dalam hal ini pribadi seseorang yang terbentuk
dari sejak ia kecil akan berpengaruh pada karakter yang dibawa ketika sudah
dewasa. Dalam hal produk iphone ini, faktor pribadi yang menentukan
keinginan menggunakan uang kemudian apakah penggunaannya sudah tepat
34
sesuai kebutuhan atau tidak, dalam analisis ini karena sekali lagi karena
pengguna Iphone ini masih didominasi oleh remaja jadi dapat dianalisis
bahwa konsumen tersebut belum bisa memprioritaskan dan membedakan
antara kebutuhan dan keinginan, yang pada akhirnya membuat para orang tua
sebagai penyandang dana harus memberi pemahaman ekstra mengenai
keadaan ekonomi keluarganya.
4. Faktor Psikologis.
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama
yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian namun
menurut penulis hal paling dominan mempengaruhi adalah motivasi untuk
terlihat mampu secara ekonomi di depan banyak orang dan lingkungannya,
kemudian keyakinan akan sebuah produk bahwa dengan memiliki produk
tersebut dirinya akan dianggap bukan orang sembarangan.
Berdasarkan fenomena utama yang terjadi maka masalah yang
sebenarnya didentifikasi Faktor sosial dan psikologis memberikan
kontribusi terhadap perilaku konsumen terdiri dari kelompok acuan,
keluarga, status sosial, gaya hidup, motivasi, persepsi, pembelajaran, serta
keyakinan, pendirian, kepribadian dan konsep diri. Seseorang mengubah
barang dan jasa yang mereka beli selama hidup mereka. Selera terhadap
makanan, pakaian, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan psikologis.
Pekerjaan seseorang akan mengarahkan pada kebutuhan dan keinginan
seseorang dalam mengkonsumsi barang amaupun jasa yang diinginkan.
Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi. Para pemasar berusaha
35
untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat lebih
diatas rata- rata produk dan jasa yang mereka hasilkan.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis ditemukan bahwa rata – rata
pemilik Iphone adalah berasal dari kalangan remaja dan sebagian besar mereka
belum memiliki penghasilan yang tetap. Meskipun hanya mampu meraup total
penjualan sebanyak 45 persen di pasar Amerika Serikat, iPhone tampaknya masih
menjadi smartphone favorit di kalangan pengguna remaja. Sebuah survei terbaru
yang dilakukan oleh Piper Jaffray mengungkapkan jika generasi milenial dengan
umur rata-rata 16 tahun lebih memilih menggunakan perangkat iPhone daripada
smartphone Android. Jumlah presentase perbedaannya pun cukup besar, tak
tanggung-tanggung lebih dari 80 persen kaum remaja cenderung memilih iPhone
sementara sebanyak 11 persen memilih Android.
Piper Jaffray sendiri merupakan salah satu perusahaan investasi dan
manajemen aset yang sejak beberapa tahun terakhir secara rutin mengamati
segmen pasar ini. Sebagai pihak surveyor mereka mengaku mendapatkan data
riset tersebut dari 6.000 responden remaja Amerika Serikat yang diambil dari 40
negara bagian. Survei yang dikemas sebagai "Taking Stock With Teens" itu
dilakukan setiap satu tahun sekali.
Berdasarkan laporan dari survei tersebut ditemukan fakta bahwa 82 persen
kaum remaja di Amerika Serikat saat ini sudah memiliki iPhone. Sementara itu
sebanyak 84 persen responden remaja mengaku berencana untuk membeli
perangkat iPhone sebagai smartphone terbaru mereka. Angka tersebut cenderung
meningkat dari survei sebelumnya.
36
GAMBAR 8
CHART KEPEMILIKAN DAN HARAPAN KEPEMILIKAN IPHONE XI
Sumber : Piper jaffray, 2018
Menanggapi hasil survei tersebut, beberapa sumber mengatakan jika hal
ini salah satunya disebabkan karena para remaja mayoritas mendapatkan
"warisan" iPhone bekas dari orang tuanya, sehingga mereka lebih terbiasa dengan
perangkat iPhone daripada Android. Di Amerika maupun di negara lain hal ini
biasa terjadi karena dianggap lebih hemat dari pada membelikan ponsel baru.
Selain itu generasi milenial juga menganggap iPhone sebagai salah satu simbol
yang bisa mengangkat derajat status sosial. Sementara pihak Apple sendiri sampai
sekarang masih belum banyak berkomentar terkait hasil survei tersebut.
Sebagai informasi, tahun ini vendor smartphone yang dipimpin oleh Tim
Cook itu dirumorkan akan merilis penerus iPhone X. Perangkat edisi spesial
sebagai penanda sepuluh tahun kiprah Apple di lini ponsel pintar tersebut
nantinya juga akan hadir bersamaan dengan dua tipe lain, yakni iPhone X Plus
37
dan iPhone X versi ekonomis. Berdasarkan dari bocoran informasi sebelumnya,
iPhone X versi terjangkau tersebut akan hadir dengan bandrol harga di kisaran
USD 700 atau sekitar Rp9,5 jutaan. Sementara untuk iPhone X Plus nantinya akan
dihargai sekitar USD 999 atau Rp13,6 juta.
Segmentasi pasar Iphone XI, sebenarnya segmentasi pasar Iphone lebih
diarahkan ke masyarakat ekonomi menengah ke atas karena melihat dari harga
yang diberikan pada produknya namun harus diakui perangkat iPhone memang
terlihat cukup populer di kalangan anak muda, kendati demikian secara
keseluruhan Apple hanya mampu meraih pangsa pasar sekitar 45 persen dari total
penjualan smartphone di Amerika Serikat. Sisanya tentu masih didominasi oleh
perangkat Android dan BlackBerry yang tidak perlahan tapi pasti menggerus
dominasi iOS.
MOTIVASI BELANJA KONSUMEN IPHONE XI
Berdasarkan teori motivasi yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
diidentifikasi alasan utama konsumen menggunakan Iphone adalah value yang
didapatkan ketika
menggunakan Iphone. Para pengguna Iphone masih
menganggap dengan memiliki barang tersebut maka akan membangun citra diri
mereka sebagai orang menengah ke atas. Dengan memiliki barang tersebut
mereka dapat merasa tidak dianggap remeh oleh orang lain, dan rasa inilah yang
sangat ingin dimiliki oleh para pengguna Iphone khususnya di usia remaja. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
38
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anakanak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula
orang dewasa yang telah matang. Pengertian Remaja Hal senada diungkapkan
oleh Santrock (2003:26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
Tidak hanya sekedar core benefit nya saja, namun juga pride yang muncul
ketika menggunakan Iphone. Selain itu, brand loyalty dari para pengguna Iphone
juga sangat tinggi. Dengan harga Iphone yang cukup mahal jika dibandingkan
dengan brand-brand handphone lainnya, konsumen tetap memilih untuk
menggunakan Iphone. Ini membuktikan bahwa kesetiaan dari konsumen adalah
kekuatan utama dari Iphone.
User-friendly adalah alasan lain yang membuat brand Iphone selalu
diminati. Walaupun Iphone secara terus-menerus mengembangkan kecanggihan
produknya, terbukti bahwa Iphone masih diminati karena kemudahan dalam
penggunaannya.
Hal
ini
membuat
konsumen
semakin
nyaman
dalam
menggunakan iphone. Namun, seperti yang kita tahu, Iphone baru saja merilis
39
Iphone XI dengan perbedaan yang mencolok dengan Iphone-iphone yang
sebelumnya, yaitu dengan menghilangkan headphone jack. Dengan mengambil
contoh tersebut, inovasi-inovasi seperti ini yang perlu dipertimbangkan oleh
Iphone, sebab mayoritas konsumen menilai bahwa hilangnya headphone jack
akan mempersulit. Oleh karena itu, Iphone diharapkan dapat terus membuat
inovasi teknologi tanpa mengurangi kemudahan dalam penggunaannya, agar
kepercayaan dan kenyaman konsumen dapat selalu diutamakan.
NILAI MEREK IPHONE XI BAGI KONSUMEN
1. Merek (Brand)
Brand atau merek adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak
hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen
atau kontrak kepercayaan dari produsen kepada konsumen dengan menjamin
konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang
diharapkan konsumen dari sebuah produk.
Faktanya adalah pembeli Iphone lebih mengutamakan prestige sebuah
merek daripada fungsi dan fitur yang dimiliki handphone walaupun hadir dengan
harga yang sangat mahal, iPhone tidak pernah kehilangan pasaran padahal jika
dibandingkan dengan pesaingnya yakni Android, iPhone jelas memiliki aplikasi
yang lebih sedikit daripada Android, selain itu pengguna iPhone juga lebih
terbatas dalam segala hal jika dibandingkan dengan pengguna Android.
Nilai merek Iphone yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sejalan
dengan teori brand /merek yakni bahwa brand adalah sebuah nama, desain,
40
simbol ataupun fitur yang lain yang mengidentifikasi barang atau jasa dari satu
penjual yang membedakannya dari penjual yang lain (Maurya & Mishra, 2012:
123) dari pengertian tersebut mengidikasikan adalah mereklah yang menjadi
faktor konsumen dapat mengidentifikasi dan membedakan juga membandingkan
antara 1 produk dengan produk yang lain.
2. Manfaat Merek
Jika dikaitkkan dengan teori maka manfaat konsumen juga produsen
terhadap merek Iphone adalah :
a. Sebuah alat untuk memudahkan mengidentifikasi proses penanganan atau
identifikasi produk untuk perusahaan, khususnya bagi pengorganisasian persediaan
dan akuntansi proses. Maksud dari teori di atas jika dikaitkan dengan produk Apple
Iphone adalah berkaitan dengan spesifikasi produk dimana Apple selalu
meluncurkan satu seri tapi dengan sekaligus 3 tipe dan keunggulan yang berbeda
juga harganyapun berbeda, semakin cangguh dan memorynya besar maka harganya
juga semakin mahal namun waloupun mahal, para konsumen masih saja
membelinya.
b. Bagi produsen atau penemu merek Apple Iphone adalah suatu bentuk perlindungan
hukum atas ide mengenai merek tersebut atau biasa disebut hak atas kekayaan
intelektual. Nama – nama merek dapat dilindungi melalui merek dagang terdaftar,
proses manufaktur dapat dilindungi melalui merek dagang dipatenkan dan kemasan
dapat dilindungi melalui hak cipta dan desain. Hak kekayaan intelektual ini
berfungsi sebagai dan jaminan bagi perusahaan untuk berinvestasi dengan aman di
merek dikembangkan dan bisa mendapatkan keuntungan dari aset yang berharga.
41
c. Sebuah sinyal dari tingkat kualitas bagi konsumen puas sehingga mereka dapat
dengan mudah memilih dan membeli kembali waktu lain maksudnya adalah merek
barang Iphone dapat dijadikan patokan oleh konsumen sebagai pertimbangan
apabila konsumen ingin konsisten menggunkan semua produk Apple.
d. Sebuah platform untuk membuat asosiasi dan makna unik yang membedakan
produk dari pesaing lainnya maksundya adalah, karena semua merek dibuat pasti
berdasarkan karakteristik dari perusahaannya dan diharapkan akan menjadi
pembeda dengan perusahaan yang lain dan ini betul terjadi dimana merek Apple
sangat dianggap berbeda oleh para penggunanya, selain karena logonya yang unik
juga citra kualitas yang tersirat dari merek tersebutlah yang menjadi kekuatan atau
magnet tersendiri bagi para konsumennya
e. Sebuah sumber keunggulan kompetitif terutama dalam perlindungan hukum,
loyalitas konsumen dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. Produk
merek Apple adalah salah satu hasil karya yang sangat digemari, terbukti sejak
kemunculannya di Indonesia pada tahun 2007, merek ini sudah lama membentuk
identitasnya di Amerika dimana negara tersebut adalah Negara maju yang menjadi
patokan bagi seluruh negara berkembang karena keunggulan tersebut jadi Apple
tidak terlalu kesulitan dalam memasarkan produknya karena namanya sudah
terkenal jauh sebelum produk Iphonnya diluncurkan di Indonesia untuk pertama
kalinya.
f.
Suatu bentuk pengembalian keuangan terutama dalam kaitannya dengan
pendapatan masa depan maksudnya adalah bagi pemilik produk Iphone apabila
ingin menjual kembali produk yang telah digunakan sebelumnya, harga jualnya
tetap turun namun tidak terlalu signifikan alasannya adalah dikarenakan Apple
tidak akan meluncurkan produknya lebih dari 1 kali dalam setahun dengan kata
42
lain dalam jangka waktu satu tahun hanya meluncurkan 1 rangkaian produk baru
berbeda dengan pesaingnya yakni Samsung dan lain – lain yang dalam satu tahun
bisa meluncurkan lebih dari 1 produk dan rentang waktunyapun sangat berdekatan.
Selain itu Apple lebih memilih untuk menunggu sampai produk terbarunya betul –
betul sempurna barulah perusahaan tersebut meluncurkannya. Penyebab –
penyebab tersebutlah yang membuat harga jual Apple Iphone kembali tidak terlalu
turun secara signifikan.
Adapun manfaat merek bagi konsumen khususnya pemilik Apple Iphone
adalah lebih ke pembentukan identitas sosial seseorang dalam pandangan orang
lain melalui tampilan visual, dengan kata lain manfaatnya adalah dengan memiliki
produk tersebut akan membentuk sifat ekslusif dalam diri penggunanya, dan ada
kepuasan tersendiri jika masyarakat di sekitarnya melihat kemudian mengakui
strata sosial walaupun hanya melalui pengamatan sementara hal ini sejalan dengan
teori Kotler : 2008 mengenai manfaat konsumen yang menyatakan bahwa salah
satu manfaatnya adalah characterization yakni berarti mendapatkan konfirmasi
dari citra diri konsumen atau gambar yang akan ditampilkan kepada orang lain.
3. Loyalitas Merek
Harga mahal pada iPhone adalah hal yang wajar, mengingat spesifikasinya
yang memang kelas atas. kita akan menemukan pengguna iPhone dari berbagai
kalangan, dari tua hingga muda sekarang juga banyak yang lebih tertarik
menggunakan iPhone dibandingkan dengan Android hal ini sejalan dengan teori
Berdasarkan artikel https://www.hitekno.com/gadget/2018/05/15/181346/karena-
43
gengsi-atau-kebutuhan-alasan-millenial-pakai-iphone alasan generasi milenial
lebih memilih menggunakan Iphone adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Kamera yang Keren
Bagi anak muda yang kekinian, penampilan di depan umum maupun di
dunia maya adalah hal penting dan utama. Momen-momen penting sangat sayang
jika dilewatkan begitu saja tanpa mengabadikan lewat foto atau video dan
membagikannya ke sosial media. iPhone mampu memberikan jawaban untuk
keperluan kamu tersebut. iPhone dilengkapi dengan resolusi kamera yang tidak
terlalu heboh, namun menghasilkan foto yang natural dan tidak norak.
Keunggulannya ada pada sensor fotodioda yang digunakan untuk menangkap
cahaya lebih banyak agar hasil foto lebih jernih dan minim noise.
2. Keamanan Tinggi
IPhone dirancang dengan keamanan privasi yang tinggi. Akan sangat
mustahil untuk dibobol oleh hacker. Selain itu, iPhone punya fitur iCloud yang
bisa digunakan untuk memback-up seluruh data secara online. Jika smartphone
dicuri, pengguna bisa dengan langsung mengunci perangkat sehingga data akan
tetap aman dan tidak bisa dibobol dengan mudah.
3. Cara Penggunaan yang Mudah
Sistem operasi iOS milik iPhone terbukti sangat ramah dan mudah
digunakan untuk semua kalangan khususnya untuk Millenial yang meninginkan
kemudahan dalam penggunaannya. Kemudahan ini didukung oleh fitur
44
"Spotlight" yang dapat diakses dengan cara swipe dari atas ke bawah pada
tampilan homescreen.
4. Sistem Operasi yang Lebih Efisien
Android memiliki berbagai program yang membuat smartphone menjadi
berat, bahkan RAM 3 GB milik Android akan selalu kurang karena manajemen
sistem operasi Android yang belum sama efisien seperti sistem operasi yang
digunakan iPhone. iPhone hanya membutuhkan besaran RAM kecil, namun
bekerja dengan sangat smooth tanpa hambatan.
5. Meningkatkan Gengsi
Selain karena kualitas yang super bagus, Apple juga konsisten dalam
membranding produknya sebagai produk eksklusif yang mewah dan langka.
Desain produk Apple juga unik sehingga saat menggunakan produk ini, gengsipun akan secara otomatis meningkat. Alasan terakhir ini menjadi salah satu alasan
mengapa banyak Millenial lebih memilih menggunakan iPhone dibanding
Android.
Walau banyak yang bilang terlalu mahal, namun tak dipungkiri setiap seri
iPhone selalu laris, seperti halnya yang terjadi di Vietnam. Namun di sana ada
sebagian pembeli yang membeli karena gengsi, bukan kecanggihannya. Pengguna
iPhone di Vietnam diklaim tumbuh pesat. Bahkan di kuartal pertama 2014
jumlahnya sudah naik dua kali lipat, lebih cepat tumbuh dibanding India yang
sejatinya punya pasar yang lebih besar. dan anehnya, pangsa pasar Apple di
45
Vietnam tumbuh saat perkembangan ekonomi di negara tersebut melambat.
Sekadar catatan, menurut IMF pendapatan per kapita di sana masih di bawah USD
1.900, jauh di bawah Indonesia yang konon sudah lebih dari USD 4.000.
Kondisi tersebut tidak membuat para penggemar gadget Apple di Vietnam
patah semangat. Mereka tetap mengidolakan iPhone meski harganya di luar batas
kantong. Walopun harga Iphone memang lebih dari dua kali gaji mereka tapi
dengan memiliki Iphone pemiliknya akan jadi lebih pede saat bertemu teman atau
kolega Kondisi ekonomi yang kurang baik, serta kredit macet yang semakin tinggi
membuat sejumlah pengusaha di Vietnam gulung tikar. Tapi hal itu tidak terlihat
di kalangan penjualan smartphone.
Di 'Negeri Flappy Bird' itu menenteng ponsel pintar berharga mahal
seakan menjadi simbol kemakmuran. Tak heran jika kemudian iPhone dan
tiruannya yang dijual tak lebih dari Rp 1 juta sangat diburu. Sebenarnya tak
banyak dari pemiliknya yang sanggup beli iPhone, tapi mereka tetap ingin terlihat
kaya. Itulah kenapa toko smart phone khususnya yang menjual Iphone bisa
bertahan.
4. Brand Beliefs/Keyakinan
Keyakinan yang baik dari penggunanya adalah salah satu pengaruh positif
yang dimiliki oleh Iphone. Konsumen setia menggunakan Iphone karena
keyakinan dari pengalaman yang mereka rasakan. Mayoritas dari mereka
menggunakan Iphone seri terbaru adalah karena telah menggunakan seri Iphone
yang sebelumnya. Selain itu, decision making konsumen untuk membeli Iphone
46
adalah karena rekomendasi dari kerabat, ataupun social media seperti Youtube.
Maka, dengan membentuk pembentukan keyakinan merek yang baik bagi
penggunanya, orang-orang yang belum menjadi pengguna Iphone bisa beralih
menjadi pengguna Iphone. Tentunya, hal ini akan memperbesar market share dari
Iphone. Hal yang telah dikemukakan sebelumnya sejalan dengan teori American
Marketing Association mengatakan bahwa belief (keyakinan) ialah suatu kognisi
atau organisasi kognitif tentang beberapa aspek dari individu Oleh karena itu
Iphone perlu menjaga kepercayaan akan kualitasnya dari pengguna, sebab dengan
begitu, konsumen akan secara kontinyu menggunakan Iphone.
Untuk itu, sangat disarankan jika Iphone secara konsisten membuat brand
building yang bagus agar konsumen tetap setia menggunakan Iphone, baik
melalui eksklusivitas produknya hingga inovasi-inovasi teknologi yang selalu
ditingkatkan. Dengan mempertahankan kepercayaan konsumen, kami berpendapat
bahwa brand value Iphone akan terus terjaga.
47
ALTERNATIF JUDUL YANG DAPAT
DIAJUKAN
Berdasarkan fenomena, identfikasi masalah, kerangka teori serta
paradigma berpikir, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini dapat
dilanjutkan dengan metode penelitian kuantitatif juga kualitatif
dengan
penjelasan singkat sebagai berikut :
METODE KUALITATIF :
Judul Penelitian :
“ANALISIS PERILAKU KONSUMEN USIA REMAJA PENGGUNA
APPLE IPHONE”
Penjelasan Singkat :
Penelitian tersebut berfokus meneliti bagaimana perilaku konsumen iPhone, juga
kenapa mereka lebih tertarik pada barang yang belum tentu bisa mereka
manfaatkan dengan maksimal dan harganya mahal khususnya pada usia remaja
yang belum memiliki penghasilan tetap. Penelitian tersebut dilaksanakan di lokus
yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
48
METODE KUANTITATIF :
Judul Penelitian :
“PENGARUH PERILAKU KONSUMEN, MOTIVASI BELANJA DAN
CITRA
MEREK
APPLE
IPHONE
TERHADAP
KEPUTUSAN
PEMBELIAN KONSUMEN REMAJA”
Penelitian tersebut untuk mengukur seberapa besar pengaruh perilaku, motivasi
belanja serta nilai atau citra merek terhadap keputusan pembelian produk Apple
Iphone XI pada kalangan usia di lokus yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
49
PENUTUP
“Demikian Karya Tulis analisis fenomena peluncuran iphone xi ini,
semoga bisa menjadi referensi tambahan bagi siapapun yang membacanya,
Terima kasih”
--- Muhammad Ersyad Nasir ---
50
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unpas.ac.id/38593/4/BAB%20I.pdf.
September 2019.
Diakses
tanggal
22
https://www.liputan6.com/tekno/read/4066628/penjualan-iphone-11-mulai-besokantrean-di-apple-orchard-sudah-mengular.
diakses
tanggal
22
September 2019.
Husic M., & Cicic M. Luxury Consumption Fcators. Journal of School Economic
and Business University of Sarajevo, Vol. 13 NO. 2, (2008), ),
Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited.
www.emeraldinsight.com 231 – 245
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2001. Prinsip- Prinsip Pemasaran, Jakarta:
Erlangga.
Patsiaouras G. & Fitchett J. The Evolution of Conspicuous Consumption. Journal
of School of Management University of Leicester UK, Vol 4 No. 1
(2012), Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited.
www.emeraldinsight.com/1755-750X.htm,154 – 176 .
Schiffman dan Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen Ed. 7. Jakarta: Prentice Hall
Schiffman, Leon, L. Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa :
Zoelkifli Kasip. Jakarta : PT. INDEKS.
Youn C. K. K. L. Y., & Kim K. Pleasure and Guilt : How do They Interplay in
Luxury Consumption. Europan Journal Of Marketing, Vol. 51 lss4
pp(2017), Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited.
www.emeraldinsight.com , 1 – 46.
51
Download