Uploaded by dharmajizhuo

implementasi nilai Karakter Buddhis di SMB

advertisement
PROPOSAL
Implementasi Pendidikan Karakter Buddhis di Sekolah Minggu Buddha
Mandala Maitreya Pekanbaru
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu :
Y.A. Dr. Sulaiman Girivirya. M.Pd.
Disusun Oleh :
Dharmaji Chowmas
SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA SMARATUNGGA PASCA SARJANA
AMPEL, BOYOLALI
JAWA TENGAH
KATA PENGANTAR
Sujud kami kepada Yang tercerahkan; Yang tanpa banding, dan juga kepada Ajaran
yang telah sempurna dibabarkan Sang Buddha, serta Persamuan Suci yang telah berprilaku
patut. Atas selesainya dengan baik proposal ini.
Proposal ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
matakuliah Metodologi Penelitian, asuhan Y.A. Dr. Sulaiman Girivirya. M.Pd. Sekolah Tinggi
Ilmu Agama Buddha Smaratungga. Pasca Sarjana. Ampel, Boyolali. Jawa Tengah.
Terima kasih kepada Suhu Girivirya, yang telah membimbing kami melalui pemberian
tugas ini. Sehingga kami dapat belajar membuat proposal yang sebenarnya. Proposal ini kami
kerjakan dengan sungguh-sungguh seperti layaknya sebuah proposal, Tentu saja dengan
keterbatasan waktu dan ruang yang diberikan, juga kesibukan serta keterbatasan pengetahuan
dan kebijaksanaan yang kami miliki, proposal ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, bimbingan
dan saran sangat kami tunggu dan harapkan untuk perbaikan kami ke depannya nanti.
Semoga karya ini dapat diterima sebagai tugas Uas mata kuliah Metodologi Penelitian,
Akhir kata kami sampaikan Anumodana kepada suhu. Semoga semua makhluk berbahagia, tanpa
terkecuali. Sadhu…sadhu…sadhu.
Pekanbaru, 23 Desember 2019
Hormat Kami
Dharmaji Chowmas, S.Si.,S.Ag.
i
Profil Peneliti
Nama
:
Dharmaji Chowmas.
Latar belakang Pendidikan
:
- Sarjana Sains (1993) UNRI fakutas MIPA jurusan Kimia
- Sarjana Agama (2002) IBDI Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan Dharma Acarya.
Riwayat pekerjaan:
- 1986 - 1988
: Guru SMB Vihara Dharma loka
- 1987 – sekarang : Guru SMB Mandala Maitreya
- 1990-1995
: GATT di SMK N – 1 Pekanbaru;
- 1991 – 1996
: Manager Mutu di Tirtasari Floragrata.
- 1994 – sekarang : Dosen Luar biasa mata kuliah pengembangan kepribadian Agama
Buddha di berbagai Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri
di Pekanbaru.
- 1995 – 1998
: GATT SMK Nurul Fallah Pekanbaru.
- 2002 – sekarang : Dosen Luar biasa Agama Buddha PCR Pekanbaru.
- 2013 – 2015
: Guru agama Buddha di SMP Metta Maitreya Pekanbaru;
- 2013 – sekarang : Guru agama Buddha di SMB Tridharma dewi sakti;
- 2018 – sekarang : Dosen di STAB Maitreyawira.
Pengalaman organisasi.
1. Sekretaris Walubi propinsi Riau (1992-1996).
2. Wakil ketua Walubi propinsi Riau (1996-2000).
3. Ketua Walubi kota (2004-2009) dan (2009-2014),
4. Ketua Walubi Riau (2013 – 2018)
5. Bid. Sutra dan budaya DPP MAPANBUMI (2000-2005).
6. Bidang Sutra dan kitab suci DPD MAPANBUMI (2005-2010).
7. Wkl ketua dan Ketua KVMI Pekanbaru (1998-2002),
8. Ketua KVMI Pekanbaru (2002-2006)
9. Staf ahli IVS Pekanbaru sejak 2010
10. Wkl ketua GemaBudhi (1995-1999),
11. Pengurus LPSB kitab suci Tripitaka propinsi Riau (1991-1996),
12. ketua Bidang Pendidikan PGAMR sejak 1998.
13. pembina Permadhis PCR sejak 2003;
14. Humas PSMTI sejak 2003-2009,
15. Dewan kehormatan PSMTI Riau (2009-2018),
16. Pengawas yayasan Prajnamitra Maitreya 2004- sekarang dan
ii
17. Pengawas yayasan IVS 2006-2010.
18. Ketua kelompok kerja bidang pendirian dan mutasi rumah ibadah di Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kota Pekanbaru sejak tahun 2007 sampai
sekarang,
19. pengurus Faksedu kota Pekanbaru dan provinsi Riau
20. Dewan kehormatan Walubi Riau (2019-2014).
21. Wakil ketua LPTG Riau (2019 – 2024)
22. Ketua harian PSMTI Riau (2019-2024)
23. Ketua IVS Propinsi Riau sejak 2010 – sekarang
Pengalaman junalistik:
1. Pengasuh rubrik Buddha Dharma di majalah Maitreyawira Yokyakarta (1999-2005).
2. Pengasuh rubrik Buddha Dharma di majalah Maitreya Yokyakarta (2005-2011).
3. Pengasuh rubrik tanya jawab Buddha Dharma di majalah Suara KCBI (1988-1993).
4. Redaktur pelaksana majalah suara KCBI (1990-1993).
5. Redaksi di majalah suara Dharma Maitreya(SDM) (1993-1996).
6. Redaksi di majalah Teguh Medan (1995-2000).
7. Pengarah penyunting majalah Maitreyawira (1995-2005).
8. Staf ahli di majalah Maitreya (2008-2011).
9. Pimpinan redaksi majalah Suara Dharma Maitreya (1996-2000);
10. Dewan editor majalah suara Dharma Maitreya sejak tahun 2000;
11. pengasuh rubrik majalah SDM sejak tahun 2000
12. Pimpinan umum majalah SDM (tahun 2000-2010).
Buku tulisan peneliti yang pernah diterbitkan oleh STAB Maitreyawira:
1. Pokok Dasar Mahayana, ISBN 978-602-53430-6-3. Tahun 2018
2. Pluralitas Agama Buddha Indonesia, ISBN 978-602-53430-5-6. Tahun 2018
3. Vegetarian, ISBN 9-786025-343070. Tahun 2019
Alasan pemilihan Judul:
Ada satu fenomena yang menarik dalam vihara Maitreya secara umumnya, khususnya SMB
Mandala Maitreya, dalam mengimplementasi pendidikan karakter. Dari hasil pengamatan dan
riset singkat dilakukan peneliti di SMB Mandala Maitreya didapatkan:
Implementasi Pendidik Karakter Buddhis di SMB Mandala Maitreya Pekanbaru masih bersifat
individual guru SMB masing-masing. Belum ada program khusus atau karakter yang di
utamakan baik dari pihak SMB maupun vihara atau majelis yang menaunginya. Semua program
dilakukan secara lisan tidak ada dokumen tertulis, tidak ada karakter khusus yang di prioritas,
semua dilakukan dengan pendekatan dari pribadi ke pribadi, yang diistilahkan dari hati ke hati.
Dan dilakukan dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan, tanpa sanksi dan tanpa prioritas, ia
mengalir sebagaimana adanya dan seharus adanya. Hal ini menarik menurut Peneliti, karena
karakter yang diharapkan bisa terimplementasi dengan baik. Hal ini dapat diamati dari tingkah
iii
laku dan sikap Siswa SMB Mandala Maitreya selama di Vihara. Rata-rata mereka ceria, ramah
tapi sopan, mereka tidak ribut dan sangat menghargai gurunya. Fenomena ini perlu dilakukan
penelitian yang mendalam. Sehingga didapatkan hasil yang menyeluruh, untuk mengungkapkan
jawaban untuk kasus ini, maka peneliti memilih judul ini.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Profil Peneliti ............................................................................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................... v
A. Judul Penelitian ....................................................................................... 1
B. Latar Belakang ........................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
D. Pembatasan Masalah ............................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
F. Kajian Riset Sebelumnya ......................................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
H. Landasan Teori ........................................................................................ 6
I. Metode Penelitian .................................................................................... 17
J. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 17
K. Data dan Sumber Data ............................................................................ 17
L. Populasi dan Sampel................................................................................ 17
M. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 18
N. Instrumen Penelitian ............................................................................... 18
O.Teknik Analisa data ................................................................................. 18
P. Sumber Bacaan/Referensi ........................................................................ 19
Q. Lampiran-Lampiran
v
A. Judul Penelitian
Implementasi Pendidikan Karakter Buddhis di Sekolah Minggu Buddha Mandala Maitreya
Pekanbaru
B. Latar Belakang
Pendidikan karakter menempati posisi penting dalam dunia pendidikan sehingga, mampu
menghasilkan karakter bangsa yang sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Menerapkan
pendidikan karakter bangsa pada peserta didik di butuhkan usaha yang berkelanjutan. Peserta
didik merupakan generasi penerus bangsa yang secara akademis, manusia yang kritis, pendidikan
karakter juga unik karena yang dibahas adalah manusia (Ismoyo, 2016:1). Menurut KBBI manusia
adalah makhluk yang berakal budi. Manusia memiliki pikiran, manusia juga didefinisikan
sebagai makhluk hidup yang dilengkapi dengan pikiran, yang bisa menggunakan dan
memberdayakan pikiran. Karena sistem kepercayaan, nilai, aturan atau sifat yang ada pada diri
manusia, yang terbentuk berdasarkan pengalaman dan kebiasaan. Setiap manusia telah memiliki
pengalaman dan kebiasaan yang bermacam-macam, sehingga membentuk karakter yang
beragam.
Karakter setiap individu dapat diketahui melalui perilaku sehari-hari. Seseorang yang selalu
berperilaku baik, berarti memiliki kepribadian yang baik.
Sebaliknya
seseorang yang
berkarakter buruk akan dominan melakukan hal-hal yang buruk. Dengan demikian, karakter
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, karakter
yang baik harus ditanamkan sejak dini kepada generasi penerus bangsa. Hal tersebut bertujuan
untuk mencegah berkembangnya perilaku buruk pada generasi muda.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menginternalisasi dan mengembangkan karakter
baik sejak dini pada generasi muda. Melalui pendidikan formal yang di sekolah, peserta didik
dapat memperoleh teladan dari guru. Namun pada kenyataannya masih sering dijumpai perilaku
buruk yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.
1
Masih banyak dijumpai peserta didik yang sering mengejek peserta didik lainnya. Selain itu
beberapa peserta didik juga kurang sopan saat berbicara dengan guru.Contoh-contoh tersebut
menunjukkan bahwa masih terdapat karakter buruk pada beberapa peserta didik.
Jika hal
tersebut dibiarkan maka hal tersebut akan membahayakan masa depan peserta didik dan
berimbas pada degradasi moral bangsa pada masa mendatang.
Upaya Mengatasi Krisis Karakter
Manusia mengalami krisis karakter seperti orang terjangkit penyakit menular yang tidak
seharusnya disingkirkan atau dihindari, tetapi harus diobati. Cara mengatasi krisis karakter
melalui pendekatan khusus karena berhubungan dengan emosional, watak, dan mentalitas
manusia (Sulani, 2014:23)
Krisis karakter yang dialami bangsa Indonesia sulit untuk diatasi dalam waktu singkat karena
telah mendarah daging namun harus dikurangi dan dicegah agar tidak menjadi contoh bagi
generasi muda (Sulani, 2014:24)
Pembangunan karakter saat ini termuat dalam kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa
tahun 2010-2025. Ruang lingkup sasarannya meliputi ringkup keluarga, satuan Pendidikan,
pemerintahan, masyaakat sipil, Masyarakat politik, usaha dan industri, serta ringkup media masa.
Pembangunan karakter dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi, Pendidikan dan
pembelaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama dengan seluruh komponen bangsa dan
Negara (pemerintah, 2010).
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan benar dan salah tetapi juga menanamkan
kebiasaan hal yang baik sehingga peserta didik paham (kognitif) tentang baik dan salah, mampu
merasakan (afetik) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor) (kemekdiknas 2010)
Nilai-nilai karakter berbasis agama
Nilai-nilai karakter berbasis agama dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang baik.
Ajaran agama Buddha mengandung banyak nilai luhur yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada bidang pendidikan nilai-nilai karakter Buddhis dapat memberikan sumbangsih
terhadap upaya pembentukan karakter bagi peserta didik khususnya pendidikan yang
diselenggarakan oleh sekolah Minggu Buddha.
Dalam The essensi of Buddha Abhidhamma nilai-nilai tersebut antara lain keyakinan (saddhā),
cinta kasih (mettā), malu berbuat jahat (hiri), takut akan akibat berbuat jahat (ottapa),
keperdulian (sati), ketenangan jiwa ( Citta-passaddhi), ucapan jujur (sammā-vācā), tindakan yang
benar (sammā kammanta), belas kasihan (karuṇā), dan bijaksana (paññā) (Mon, 2018:108-21)
2
Peranan SMB
Menurut PP No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan bahwa
Sekolah Minggu Buddha (SMB) merupakan kegiatan belajar mengajar nonformal yang
dilaksanakan di Vihāra atau Cetya setiap hari Minggu secara rutin, yang mana kurikulum
pendidikan agama dilaksanakan sesuai Standar Nasional Pendidikan (Rusidi, 2009:179).
Sekolah Minggu Buddha (SMB) merupakan pelengkap atau bagian dari pendidikan agama pada
satuan pendidikan formal. Pendidikan non formal diselenggarakan dengan berbagai maksud dan
tujuan diantaranya memberikan tambahan pelajaran di sekolah formal; melengkapi pelajaran di
sekolah formal; mengganti pelajaran karena tidak mendapat pendidikan sekolah formal
(Marzuki, 2012: 141).
Sekolah Minggu Buddha bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai yang menyerasikan penguasaannya dalam
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Salah satu nilai yang ditanamkan yaitu; keyakinan
(Saddhā) dan bhakti peserta didik dalam rangka meningkatnya keimanan umat Buddha secara
berkesinambungan. Keyakinan (Saddhā) menjadi faktor yang sangat penting dalam menuntun
individu menjadi lebih baik. Ketika individu memiliki keyakinan, maka keyakinan tersebut
menjadi dasar yang mendorong individu untuk melakukan tindakan.
Keterbatasan seorang guru SMB
Terlepas dari telah didukung dengan kurikulum serta materi ajar yang telah mumpuni, metode
pembelajaran, fasilitas, waktu, tempat, dan perangkat informasi yang sangat baik untuk
mendukung proses belajar mengajar, namun para pendidik (Guru) yang mengajar di Sekolah
Minggu Buddha (SMB) ini pada umumnya berasal dari berbagai latar belakang pendidikan.
Pendidik di Sekolah Minggu Buddha (SMB) ini tidak semuanya berlatar pendidikan S1
pendidikan Agama Buddha. Mereka berasal dari berbagai latar belakang keahlian, dengan
profesi yang beragam.
Para pendidik tidak mendapatkan pendidikan keguruan, kemampuan mengajar mereka peroleh
dari latihan di kelas ceramah, dalam pengamatan peneliti selama ini, pada masa ini sebelum
seorang guru memegang kelas, ia akan dididik dulu melalui asistensi guru. Ini adalah usaha yang
luar biasa dari pihak Vihara dalam mendukung keberadaan sekolah minggu. Tapi apakah usaha
ini sudah cukup untuk implementasi karakter Buddhis ? Dibutuhkan sebuah penelitian lapangan
yang mendalam.
Menurut Prof. Dr. Emzir, M.Pd. dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif &
Kualitatif, Penelitian Etnografi adalah bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi
melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Prinsip-prinsip metodologis
penelitian etnografi adalah naturalisme, pemahaman, dan penemuan ( Emzir, 2015: 143).
Penelitian etnografi itu sendiri dilakukan guna mengetahui makna sosiologi dengan prinsip
3
naturalisme, pemahaman, dan penemuan sehingga penelitian etnografi tersebut dapat dilakukan
didalam pendidikan secara baik dan bertahap dalam hal ini adalah penerapan nilai berkarakter
Buddhis.
Dan semua pendidik di SMB ini adalah Guru Agama Buddha Tidak Tetap, bukan frofesional
sebagai pendidik. Mereka diangkat oleh Pembimmas Buddha Provinsi Riau tanpa di beri imbalan
gaji. Diantara puluhan guru, bantuan transportasi hanya diberikan pada beberapa guru . Alih-alih
bantuan ini digunakan untuk kebutuhan guru, umumnya mereka menyumbangkan sepenuhnya
bantuan tersebut untuk operasional SMB. Mereka adalah relaan yang terpanggil untuk membantu
memberikan pendidikan agama Buddha untuk mengganti pelajaran agama Buddha karena tidak
mendapat pendidikan agama Buddha di sekolah formal. Dengan kondisi guru SMB yang seperti
itu, mungkinkah nilai-nilai berkarakter di terapkan pada peserta didik?
Untuk peningkatan mutu penelitian secara kualitatif perlu dilakukan, Emzir ( 2015) mengutip
Denzin dan Lincoln (1994: 2) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:
“Penelitian kualitatif adalah multi metode dalam fokus, melibatkan pendekatan interpratif, dan
naturalistic pada materi subjeknya.
Ini berarti peneliti kualitatif melakukan penelitian dalam latar alamiah, berusaha memahami atau
menafsirkan fenomena dalam istilah-istilah makna yang diberikan orang terhadapnya.
Penelitian kualitatif melibatkan studi menggunakan dan mengumpulkan variasi materi empiris –
studi kasus, pengalaman pribadi, introspektif, cerita kehidupan, teks wawancara, obersevasi,
sejarah, interaksional, dan teks visual – yang mendeskripsikan momen rutin danproblematik serta
makna dalam kehidupan individual”.
Jika nilai-nilai karakter agama Buddha tersebut dapat dikembangkan sejak dini kepada peserta
didik, maka krisis karakter yang terjadi pada generasi muda, khususnya peserta didik di sekolah
bercirikan Buddhis, dapat dicegah. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Penerapan pendidikan karakter berbasis nilai nilai buddhis pada SMB
Mandala Maitreya pekanbaru.
Peneliti memilih salah satu Sekolah Minggu Buddha, yaitu SMB Mandala Maitreya Pekanbaru
sebagai objek penelitian karena peneliti juga menjadi bagian dari sekolah minggu tersebut.
A. Rumusan Masalah
Fokus penelitian ini adalah upaya Sekolah Minggu Buddha Mandala Maitreya Pekanbaru dalam
Implementasi Pendidikan karakter.
4
Sub Fokus penelitian adalah
A.
B.
C.
D.
Peran SMB dalam Implementasi Pendidikan Karakter Buddhis.
Karakter yang sudah di terapkan
Metoda yang digunakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.
Peran guru dalam menyelesaikan masalah Implementasi pendidikan karakter.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian Implementasi Pendidikan karakter Buddhis ini dibatasi hanya dilakukan di
Sekolah Minggu Buddha Mandala Maitreya Pekanbaru.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam
penelitian Implementasi Pendidikan karakter
Buddhis di
Sekolah Minggu Buddha Mandala Maitreya Pekanbaru ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan
informasi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran dalam penelitian
sejenis.
2. Manfaat bagi pengambil kebijakan, penelitian ini bisa menjadi bahan informasi,
masukan dan evaluasi peran tenaga pendidik di dalam penerapan metode
pembelajaran terhadap peserta didik terutama di dalam implementasi pendidikan
karakter Buddhis sehingga tercapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
3. Manfaat bagi kepala SMB sebagai bahan evaluasi dan pedoman dalam penyusun
panduan, program semester dan program tahunan untuk memaksimalkan penerapan
Nilai-nilai karakter.
4. Manfaat
bagi
guru
SMB, sebagai
bahan
mengimplementasikan pendidikan karakter
evaluasi
dan pedoman dalam
Buddhis dalam pembelajaran agama
Buddha.
D. Kajian Riset sebelumnya
1. Abu Hasan Agus R melakukan penelitian dengan judul Penanaman Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam Pada Anak Usia Dini melalui Metoda Bercerita di Taman Kanak-kanak
Bina Ana Prasa Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Tesis, Program studi studi Pendidik
Anak Usia Dini, Program Pasca Sarjana, Yogyakarta, 2011.
Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti nilai-nilai karakter , sama-sama
menggunakan metoda kualitatif. Perbedaannya tempat penelitian berbeda, agama yang
diteliti berbeda.
5
2. Ayu mustika Sari, melakukan penelitian dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Karakter
Buddhis di SD Dharma Putra Tangerang. Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri
Sriwijaya, Banten.
Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti nilai-nilai karakter Buddhis, sama-sama
menggunakan metoda kualitatif. Perbedaannya tempat penelitian berbeda.
3. Siti Naila Fauzia melakukan penelitian dengan judul Perilaku keagamaan Islam anak
usia dini di Taman Kanak-kanak Permata Sunnah Banda Aceh (Penelitian Kualitatif di
Kelompok B TK Permata Sunnah, Banda Aceh Tahun 2015). JURNAL PENDIDIKAN
USIA DINI Volume 9 Edisi 2, November 2015
Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti prilaku, sama-sama menggunakan
metoda kualitatif. Perbedaannya tempat penelitian berbeda, agama yang diteliti beda.
4. Rida Jelita, S.H.,M.H. melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Pendidikan
Agama Buddha di TK Metta Maitreya Pekanbaru.
Persamaan penelitian adalah sama-sama menggunakan metoda kualitatif dengan metoda
field research atau penelitian lapangan. Perbedaannya tempat penelitian berbeda, fokus
yang diteliti berbeda.
E.
Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika penulisan penelitian ini disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, pembatasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta kajian riset sebelumnya.
BAB II Telaah Pustaka
Bab ini berisi tentang Telaah pustaka membahas tentang (1) Karakter, (2) Nilai karakter
yang meliputi (a) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan; (b) Nilai karakter
dalam hubungannya dengan diri sendiri; (c) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
sesame; (d) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan (e) Nilai kebangsaan
dan (3) . Karakter dalam Agama Buddha.
6
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian,
tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisa data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi gambaran umum dan sejarah singkat Sekolah Minggu Mandala Maitreya,
hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan Sekolah Minggu Mandala
Maitreya.
F. Landasan Teori
1. KARAKTER
Karakter berasal dari bahasa latin ’’yaitu kharakter’’, “kharassein,” dan “kharak” yang
bermakna” “tools for marking,”, “to engrave” dan “pointed stake”. Kata karakter mulai
digunakan dalam bahasa prancis sebagai “caractere” pada abad ke-14. Diserap dalam bahasa
inggris menjadi “character”. Berbeda dengan pengunaan dalam bahasa Indonesia menjadi
karakter. Menurut American Dictionary of the English Language seperti yang di kutip Lickona:
karakter merupakan istilah yang merujuk kepada aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Karakter menurut Michael Novak merupakan campuran kompatibel
dari seluruh kebaikan yang di identifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan
kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah (Lickona, 2013:81).
Karakter adalah tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan ahlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lainya (Wibowo, 2013:34). Menurut Ditjen Mandikdasmen Kementerian
Pendidikan Nasional, Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
7
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang di buat.
Manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, sebagaimana memiliki roman muka yang
berbeda-beda. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan.
Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik. Kapasitas intlektual
seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional
yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi, dan komitmen
untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu.
Karakter diartikan sebagai gambaran tentang tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah,
baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit (Alwisol, 2008:8). Karakter berwujud dari
tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Karakter berkenaan dengan kepribadian,
seseorang bisa disebut orang berkarakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan yang digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak (Iswahyuningtyas, 2011:6). Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,
dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Karakter terbentuk karena adanya kebiasaan seseorang dalam berpikir, bersikap maupun berucap
sehingga akan menjadi watak yang merupakan ciri khas karakteristik seseorang.
Karakteristik mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang
secara teratur sehingga tingkah laku mejadi konsisten dan mudah diperhatikan. Karakter
seseorang adalah hasil dari perkembangan fisik maupun psikis baik secara bawaan atau
bentukan. Berdasarkan psikologi perkembangan dijelaskan bahwa perkembangan moral atau
karakter seseorang dibagi menjadi tiga, yaitu id, ego dan superego. Id adalah struktur
kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasioanl dan tidak disadari. Ego adalah struktur
kepribadian yang terdiri dari aspek psikologis yaitu subsistem rasional dan disadari, namun tidak
memiliki moralitas. Sedangkan superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek
sosial yang berisikan sistem nilai dan moral (Desmita, 2006: 149).
8
Mampu mengembangkan karakter positif adalah salah satu wujud kecerdasan. Diamana
seseorang mampu mengarahakan dirinya menjadi insan yang berkepribadian. Karakter positif
dalam diri merupakan potensi yang perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat menjadi watak.
Segala faktor internal maupun eksternal akan membantu pembentukan karakter, seperti halnya
lingkungan yang terdiri dari kesempatan, sarana dan prasarana, dukungan orang lain, tepat
tinggal, status sosial-ekonomi dan pendidikan. Setiap orang umumnya berpendapat bahwa
karakter dibentuk karena mengikuti pendidikan formal, pendidikan yang membuat seseorang
memiliki karakter. Dalam pembentukan karakter yang dinamakan pendidiakn bukan hanya
melalui pendidikan formal saja melainkan pembelajaran dari pengalaman seseorang setiap
harinya adalah sarana pendidikan yang lebih kuat. Kekuatan dari pengalaman akan membuat
seseorang menjadi mengerti secara lebih dewasa. Dengan demikian akan terjadi pembentukan
kepribadian yang natural.
Pembentukan moral dan karakter seseorang tidak hanya hasil dari sekolah (Larry dan Narvaes,
2014:7). Pengalaman pembelajaran informal melalui media, dan model belajar lainnya diluar
kelas dapat mempengaruhi perkembangan moral dan karakter. Dalam pengalan manusia di
zaman perkembangan seperti saat ini, banyak yang belajar dari pengalaman yang ditelitinya
sendiri. Sebagai contoh dengan kecanggihan teknologi memanfaatkan untuk mencari informasi
secara sendiri tanpa mengikuti jalur pendidikan formal. Banyak generasi muda yang
menghabiskan waktu dengan televisi, komputer, ponsel atau perangkat elektronik lainnya.
Pendidikan sangat memegang peran penting dalam pembentukan karakter seseorang, baik
pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal sebenarnya berperan sebagai komponen
yang membantu melihat dan menemukan karakter yang ada dalam diri seseorang sehingga akan
ada pembentukan karakter yang sudah ada didalam diri seseorang yang dilakukan secara
bertahap. Melalui pendidikan formal, potensi-potensi karakter akan dikembangkan sehingga
seseorang akan menjadi insan yang cerdas dan berkarakter. Berkarakter diartikan sebagai
seseorang yang memiliki karakter, berkepribadian, bertabiat dan memiliki sifat, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Walaupun memiliki kesamaan dalam
sifat-sifat umum, setiap manusia memiliki sifat-sifat khas yang berbeda. Tidak ada manusia yang
persis di dunia ini, sekalipun memiliki saudara kembar (Ismoyo, 2016:4)
9
2. NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
Nilai-nilai pendidikan karakter manusia bersumber dari nilai moral universal yang bersumber
dari agama disebut The Golden Rule. Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti, apabila
berpedoman dari nilai-nilai karakter dasar. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma
sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butirbutir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, antar manusia, dan lingkungan
serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan.
Pikiran, ucapan, dan perbuatan seseorang yang dianut selalu berdasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan dan ajaran agama masing-masing.
2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam ucapan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri dan
pihak lain. Bertanggung jawab merupakan sikap dan tingkah laku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya di lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Bergaya
hidup sehat segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam mewujudkan hidup yang
sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Disiplin kegiatan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kerja keras
merupakan perilaku yang menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan dan masalah untuk menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
Percaya diri merupakan sikap yakin dan percaya diri, akan kemampuan diriPercaya diri
merupakan sikap yakin dan percaya diri, akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Berjiwa wirausaha merupakan sikap yang mandiri
dan pandai atau berbakat mengenali produk baru dan peluang yang ada, menentukan cara
produksi baru, menyusun rencana untuk pengadaan produk baru, mempromosikannya, serta
mengatur biyaya pemasaran serta operasinya. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
10
melakukan sesuatu secara realistis atau logika untuk menghasilkan ide atau hasil. Mandiri
merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang
selalu berusaha untuk mengetahui lebih mendalam dan terperinci dari yang dipelajari, dilihat,
dan didengar. Cinta ilmu merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap pengetahuan.
3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, merupakan sikap tahu dan memahami serta
melaksanakan apa yang menjadi hak diri sendiri dan orang lain serta kewajiban diri sendiri serta
orang lain. Patuh pada aturan-aturan sosial, merupakan sikap patuh dan taat terhadap aturanaturan berhubungan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Menghargai karya dan prestasi
orang lain, merupakan sikap dan tindakan yang memotivasi diri untuk menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat, serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Santun
merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang, tata ucapan maupun tata perilaku.
Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang memandang sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Peduli sosial dan lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berusaha mencegah
pencemaran lingkungan alam. Mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki pencemaran
alam yang sudah terjadi dan selalu memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
5) Nilai kebangsaan
Nasionalis merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik. Menghargai keberagaman merupakan sikap memberikan kepedulian atau penghormatan
terhadap berbagai macam pristiwa yang baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
agama yang berlandaskan falsafah Pancasila.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima
sila Pancasila secara komprehensif meliputi: 1) bangsa yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, 2)
bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) bangsa yang mengedepankan
11
persatuan dan kesatuan, 4) bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi
manusia, dan 5) bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan.
Oleh Kemendiknas, telah diidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta
didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Kedelapan belas nilai tersebut adalah: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras,
6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta
tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16)
peduli lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggungjawab. Meskipun telah dirumuskan ada 18
nilai pembentuk karakter bangsa, disetiap satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya. Pemilihan nilai-nilai tersebut berpijak dari kepentingan dan kondisi satuan
pendidikan masing-masing. Hal ini dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam
implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan.
Implementasi nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang
esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan.
Adapun nilai-nilai 9 pilar karakter dinyatakan Megawangi (2009: 3) adalah sebagai berikut: 1)
cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian,
3) kejujuran, 4) hormat dan santun, 5) kasih kayang, kepedulian, dan kerjasama, 6) percaya diri,
kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah
hati, dan 9) toleransi, cinta damai, dan persatuan
2.3. Karakter dalam Agama Buddha
Dalam The essensi of Buddha Abhidhamma terdapat nilai-nilai yang indah antara lain keyakinan
(saddhā), cinta kasih (mettā), malu berbuat jahat (hiri), takut akan akibat berbuat jahat (ottapa),
keperdulian (sati), ketenangan jiwa ( Citta-passaddhi), ucapan jujur (sammā-vācā), tindakan
yang benar (sammā kammanta), belas kasihan (karuṇā), rasa simpati (muditā) dan bijaksana
(paññā) (Mon, 2018:108-21)
1.
Saddhā (Keyakinan),
Keyakinan dalam hal ini adalah keyakinan pada apa yang harus dipercayai, seperti pada hukum
karma dankhususnya pada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Saddhā membuat hati seseorang
tenang danjernih (bersih) dari rintangan, serta terbebas dari keraguan; bagaikan permata
penjernih air milikraja dunia yang dapat menjernihkan air keruh. Contohnya, karena saddhā
12
seseorang dapatmelaksanakan dana, sila, dan meditasi. Dalam lima kemampuan pengendali
spiritual (pañcaindriya) dan lima kekuatan spiritual (pañca bala), saddhā adalah faktor pertama
yang menjadilandasan bagi empat faktor lainnya. Tanpa saddhā faktor yang lain tidak akan
pernah bergerak,dalam hal ini saddhā adalah berfungsi sebagai pembuka jalan, pelopor.
Contohnya, tanpa keyakinan, seseorang tidak akan bergerak melakukan sesuatu; karena tanpa
keyakinan tidak akanada semangat (viriya, faktor kedua) untuk melakukannya. Setelah viriya
bergerak, faktor berikutnya(perhatian murni, konsentrasi, dan kebijaksanaan) baru bisa mulai
bergerak.
2.
Perhatian murni (sati)
Sati adalah Penuh Perhatian pada Sesuatu yang terjadi. Karakteristik Utamanya ialah “Tidak
mengalir berlalu”, ialah tidak membiarkan Sesuatu terjadi tanpa di amati. Ketika Seorang tidak
cukup Perhatian, ia tidak ingat Apa yang di lihat atau di dengar, ia bagaikan Pot kosong dan
bagai Labu mengalir berlalu dalam Arus Air.
3.
Rasa malu (Hiri).
Hiri membuat Satu Orang mundur dengan Rasa Malu Bermoral dari melakukan Perbuatan2
Tidak Bermoral. Satu Orang yang mempunyai hiri, mundur dari Kejahatan persis bagai sehelai
Bulu Ayam menyusut di depan Api. “Merasa malu pada Apa yang harus di malukan, merasa
malu untuk melakukan Kejahatan dan Hal2 tidak Bermanfaat, Ini di sebut Rasa Malu Bermoral”
(Puggala-pannatti, para. 79).
Hiri lawan Ahirika yang mau melakukan Kejahatan Apa saja tanpa sedikitpun Penyesalan.
4.
Takut Berbuat Kejahatan Ottappa.
Ottapa adalah Takut Moral atau takut berbuat Kejahatan, sebab ia menyadari ber-macam2
Akibat2 Kejahatan. Sebagaimana Hiri berbeda dengan Rasa Malu yang biasa, Ottapa berbeda
dari Rasa Takut yang biasa dari Seorang Individu. Seorang Buddhist tidak di harapkan takut
pada Individu Apa-pun, malah pada Satu Dewa, karena Buddhisme tidak di Dasarkan pada Rasa
Takut pada Sesuatu yang tidak di ketahui. “Jadi takut pada Apa yang semustinya di takuti, jadi
takut dari melakukan Kejahatan dan Hal2 yang tidak Bermanfaat, ini di sebut takut pada Moral”
Ottapa lawan Anottapa dan dapat mengusir yang belakangan. Hiri timbul dengan Rasa Hormat
pada Diri Sendiri sedangkan Ottapa timbul dengan Rasa Hormat pada yang lain. Seandainya ada
13
Satu Batang Besi, Ujung yang satu di panasi sampai merah membara dan yang lain di lumuri
dengan Kotoran. Ujung yang kotor Orang tidak mau menyentuh karena merasa jijik, dan Ujung
yang merah membara tidak mau di sentuh karena Rasa Takut. Hiri di bandingkan pada Contoh
yang duluan dan Ottapa pada Contoh yang belakangan. Hiri dan Ottapa membedakan Manusia
dari Binatang Buas, tidak menuruti sekehendak hati dalam Kelakuan Tidak Bermoral seperti
Hubungan Kelamin antara Ibu dan Anak Lelaki dan Ayah dengan Anak Perempuan walau pada
Waktu ketika Kebudayaan masih sangat rendah sekalipun. Demikianlah Hiri dan Ottapa di
ketahui sebagai Lokapala Dhamma, ialah Penjaga Dunia.
4. Cinta Kasih (Metta)
Metta ialah Keinginan yang tulus bagi Kebaikan dan Keselamatan semua Mahluk. Ia membuang
Keinginan Jahat yaitu Musuh Langsungnya. Musuh Tidak langsungnya ialah Kesayangan
(Pema). Sikap yang penuh Kebajikan ialah Karakteristiknya yang Utama.
Metta adalah lawan dari Dosa dan ia dapat mengatasi Dosa. Ia bukan semata tidak adanya
Kebencian atau Ketidaksukaan, tapi ia adalah Satu Kebajikan yang Positip. Dosa mempunyai
Karakteristik Kekasaran dan Kekejaman sedangkan Kelembutan dan Pemaafan adalah
Karakteristik Utama dari Metta.
Dosa bagaikan Seorang Musuh sedangkan Metta seperti Seorang Kawan yang baik yang
Sepemahaman. Adosa juga mencerminkan sebagai Keinginan Baik karena Alamiah dari
Kebaikannya dan Bantuan-nya.
Bila Metta mengubah Perhatiannya pada Mahluk Hidup mengharapkan mereka berbahagia, ia di
kenal sebagai Metta, yakni Cinta Kebaikan. Metta adalah juga salah Satu dari Akar2 Baik.
5.
Ucapan Benar (Samma – vaca)
Pembicaraan Benar ada Empat Bagian, ialah, Berpantang dari; 1.Musavada - Berdusta.
2.Pisunavaca - Memfitnah.
3.Pharusavaca - Bicara kasar.
4.Samphappalapa - Omong kosong.
14
Ketika Seorang berhadapan muka dengan Situasi untuk melakukan Salah satu dari Empat
Pembicaraan salah di atas, dan ia menjauhkan Diri untuk mengatakannya, maka ia mendapat
Samma-vaca pada waktu ia melakukan Pantangan itu.
6.
Perbuatan benar (Samma-kammanta).
Perbuatan Benar di sini artinya Perbuatan Badaniah Yaitu Berpantang dari ;
1.Panatipata - Membunuh.
2.Adinnadana - Mencuri.
3.Kamesu-micchacara - Hubungan Sex yang tidak senonoh. Lagi ketika Seorang dalam Situasi
untuk melakukan Salah satu dari Perbuatan Tidak Bermoral di atas, dan ia menjauhkan Diri
untuk melakukannya, maka ia mendapat Samma-kammanta pada saat ia melakukan Pantangan
itu.
7.
Rasa Kasihan/welas asih (Karuna).
Welas asih adalah perasaan yang muncul saat melihat makhluk lain menderita, jadi sifatnya
adalah ingin membebaskan, membantu, atau menolong seorang makhluk keluar dari penderitaan.
Jadi saat seseorang ingin mengembangkan kualitas welas asihnya, dia dapat memusatkan
pikirannya dan mengulang kata-kata, misalnya, “Semoga kamu terbebas dari penderitaan.”
Terkadang saat melihat seseorang yang sedang kesusahan timbul perasaan welas asih dan ingin
menolongnya, tetapi karena tidak dapat membantunya, timbul kesedihan atau kemarahan pada
orang yang menyebabkan kesusahan tersebut. Bila hal ini terjadi, itu sudah bukan termasuk atau
bagian dari welas asih (karuṇā), tetapi sudah masuk ke akusala cetasika yaitu dosa cetasika.
Untuk menghindari hal ini, seseorang harus mengembangkan upekkhā dengan berpikir bahwa
semua makhluk adalah pemilik dan pewaris karmanya sendiri. Para Buddha muncul karena
kekuatan welas asih yang begitu besar untuk membantu semua makhluk keluar dari penderitaan
(kelahiran, umur tua, sakit, dan kematian). Mereka melepaskan kesempatannya untuk menjadi
Arahat dan segera terbebas dari penderitaan. Mereka rela mengalami penderitaan yang begitu
panjang selama mengarungi kehidupan yang berulang-ulang guna memenuhi kualitas
15
kesempurnaan (pāramī) untuk menjadi seorang Buddha. Waktu tersingkat untuk memenuhi
pāramī adalah empat asaṅkheyyan ditambah seratus ribu mahākappa, dan waktu terlama adalah
enam belas asaṅkheyya ditambah seratus ribu mahā kappa.
8.
Turut Bergembira (Mudita) .
Muditā adalah kemampuan turut berbahagia atas kebahagiaan, kesuksesan, pencapaian,atau
kemakmuran orang lain. Dengan sifat dasar ini, muditā adalah lawan dari kebencian (dosa) dan
khususnya kecemburuan (issā). Saat melihat atau mendengar kesuksesan orang lain seseorang
bisa memancarkan atau mengembangkan Muditā dengan memusatkan pikirannya dan
mengatakan atau melafalkan “Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya” dengan
sepenuh hati atau sungguh-sungguh. Biasanya tidaklah terlalu sulit untuk merasa bahagia pada
kebahagiaan yang diperoleh oleh orang yang dikasihi, saudara, ataupun teman; tetapi untuk
orang lain yang tidak dikenal, biasanya seseorang akan kesulitan untuk melakukannya. Hal ini
bisa dijadikan ukuran oleh seseorang untuk mengetahui seberapa baik dirinya.
9. Kebijaksanaan(paññā)
Panna ialah Kebijaksanaan atau Pengertian, dan indriya adalah Pengaturan Kemampuan.
Pannindriya mengontrol atas Pengertian dari Sesuatu sebagaimana mereka adanya, ialah dalam
Cahaya Anicca (Tidak kekal), Dukkha (Penderitaan) dan Anatta (Tanpa Diri). Sebab ia dapat
mengatasi Kebodohan Batin, ia di sebut Amoha (Tiada Khayalan atau Kebijaksanaan). Sebab ia
dapat menyingkirkan Selubung Moha dari Awan Mental Mata Orang dan membuang Kegelapan
yang di buat oleh Moha (Avijja), ia di sebut Vijja (Pengetahuan lebih tinggi). Pannindriya
biasanya di sebut “Panna Cetasika”. Dalam abhidhamma, panna, nana, dan amoha adalah sama.
Amoha adalah salah Satu dari Tiga Akar Moralitas. Sebagai Satu dari Empat Alat untuk
melengkapi
Akhir
dari Se-seorang (iddhipada),
panna
mengambil
Nama
Vimamsa
(Kebijaksanaan menganalisa). Bila di murnikan dan di giatkan oleh Samadhi, panna merupakan
Kekuatan peran dari abhinna (Pengetahuan Supernormal). Bila di kembangkan dengan
sungguh2, panna menjadi Satu Faktor dari Pencerahan (bojjhanga) di bawah Nama sebagai
dhamma-vicaya (Penyelidikan Kebenaran), dan juga Satu Bagian dari Jalan Utama Berunsur
Delapan dengan Nama Samma-ditthi (Pandangan Benar). Pencapaian tertinggi dari panna adalah
Buddha yang Maha tahu.
16
I. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini secara khusus ditujukan untuk memperoleh data dan fakta tentang
(1) Implementasi nilai nilai buddhis dalam pendidikan karakter pada SMB Mandala Maitreya
pekanbaru; (2) Nilai-nilai karakter yang dibudayakan dalam pendidikan agama Buddha di SMB
Mandala Maitreya pekanbaru; dan (3) kebijaksanan yang diterapkan pihak sekolah Minggu
dalam menamankan karakter berbasis nilai-nilai Buddhis.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda field research
atau penelitian lapangan.
Menurut Creswell (Herdiyansyah, 2012: 8), penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih
dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial. Pemahaman
masalah dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang
disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari sumber informasi, serta dilakukan dalam setting
yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dukomuntasi.
Penelitian yang bersifat kualitatif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari lapangan
(field research) untuk membantu peneliti mengungkap makna suatu peristiwa. Dalam hal ini
peneliti berusaha mengungkap Implementasi Pendidikan karakter Buddhis di Sekolah Minggu
Buddha Mandala Maitreya Pekanbaru.
Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study) karena berfokus pada
satu unit kelompok tertentu.
J.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Minggu Mandala Maitreya, Vihara Mandala Maitreya jl.
Khadijah Ali No. 31-33, kelurahan kampung dalam Senapelan Pekanbaru.
Penelitian dilakukan mulai tanggal (belum di tetapkan).
K. Data dan Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah Data Primer dan data sekunder.
Menurut
Sugiyono (2017: 137) mendefenisikan sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.
Pengumpuran data primer dalam penelitian ini
17
dengan melakukan
wawancara langsung dengan pihak pihak yang berhubungan langsung
dengan penelitian ini yaitu kepala SMB dan guru.
Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data
primer seperti buku-buku, literature dan bacaan yang berkaitan dan menunjang penelitian.
(Sugiyono, 2017: 137). Dalam hal ini data sekunder yang digunakan adalah dokumentasi, hasil
publikasi tentang SMB Mandala Maitrea dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
L.Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono (2017: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh guru atau tenaga pendidik yang mengajar di Sekolah Minggu Buddha Mandala
Maitreya.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2017: 81). Dalam penelitian ini, untuk sampelnya yang diambil adalah 4
orang pendidik yang dipilih secara acak.
M.Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan cara-cara yang akan dilakukan untuk memperoleh
data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Sugiyono 2017: 137). Teknik
pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam membuat penelitian
ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi yaitu Penulis mengamati pendidik yang sedang melakukan kegiatan,
berpartisipasi dalam aktivitas Sekolah Minggu Buddha yang diteliti. Penulis ikut terlibat
dengan kegiatan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
18
penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2. Wawancara yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada 4 orang pendidik
dan 1 orang kepala SMB secara lisan, untuk mendapatkan informasi mengenai usaha
implementasi pendidikan karakter yang dimiliki oleh pendidik. Wawancara dilaksanakan
secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang
sama, dan peneliti mengumpulkan data dengan mencatatnya.
3. Dokumentasi, dokumen yang mungkin tersedia mencakup: budget, iklan, deskripsi kerja,
laporan tahunan, memo, arsip sekolah [minggu], korespondensi, brosur informasi, materi
pengajaran, laporan berkala dll (Emzir, 2015:172).
N.Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 102) yang dimaksud dengan instrument penelitian yaitu suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Untuk penelitian
kualitatif Intrumen utama yang digunakan adalah diri sendiri yang dibantu dengan daftar
pertanyaan wawancara kepada tenaga pendidik / Guru dan kepala SMB.
Alasan peneliti mengandalkan diri sendiri sebagai instrument utama, karena peneliti ingin
memahami proses Implementasi Pendidikan Karakter Buddhis di Sekolah Minggu Buddha
Mandala Maitreya Pekanbaru secara utuh melalui observasi dan wawancara lansung dengan para
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini.
O.Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penganalisaan terhadap kenyataan
– kenyataan yang ditemui di lapangan, kemudian menghubungkannya dengan teori-teori yang
telah penulis dapatkan, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yan merupakan pemecahan
19
masalah yang dihadapi. Metode penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah dengan
menggambarkan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya,
kemudian dianalisis dan diinterprestasikan (Surahman, 2016: 02).
P. Sumber Bacaan/Referensi
Agus, Abu Hasan R. 2011. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia
Dini melalui Metoda Bercerita di Taman Kanak-kanak Bina Ana Prasa Nurul Jadid
Paiton Probolinggo. Tesis, Program studi studi Pendidik Anak Usia Dini, Program
Pasca Sarjana. Yogyakarta.
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Karya.
Fauzia, Siti Naila. 2015. Perilaku keagamaan Islam anak usia dini di Taman Kanak-kanak
Permata Sunnah Banda Aceh (Penelitian Kualitatif di Kelompok B TK Permata
Sunnah, Banda Aceh: JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 2,
November.
Herdiansyah. Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Iswahyuningtyas, Farida. 2011. Jurnal Penelitian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Materi
Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Sd Terbitan Tiga Serangkai. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.
Ismoyo, Tejo. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Agama Buddha in
Prosiding
Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam
Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Lampung: STIAB
Jinarakkhita
Jelita, Rida, S.H.,M.H. 2019. Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha di TK Metta Maitreya
Pekanbaru. Pekanbaru: Stab Maitreya.
Larry dan Narvaes, Darcia. 2014. Handbook Pendidikan Moral dan Karakter. Bandung: Nusa
Media.
20
Lickona, Thomas. 2013. Educating For Character: How Our School Can Teach Respet and
Responsibility. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan
dan Andagogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Megawangi, R. 2009. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Mon, Mehm Tin, Dr. 2018. The essensi of Buddha Abhidhamma. Third Revised Edistion. Medan:
Yayasan Catusaccasammāditthi.
Sari, ayu mustika. 2016. Internalisasi Nilai-nilai Karakter Buddhis di SD Dharma Putra
Tangerang. Banten: Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surahman. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yokyakarta : Pustaka Pelajar.
21
Q. Lampiran -lampiran
TRANSKIP WAWANACA
HARI/TANGGAL
TEMPAT
RESPONDEN
JABATAN
:
:
:
:
1. PENELITI : Jelaskan latar belakang berdirinya SMB Mandala Maitreya ?
RESPONDEN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
2. PENELITI : Karakter Buddhis apa yang selama ini diterapkan di SMB Mandala Maitreya ?
RESPONDEN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
3. PENELITI : Bagaimana upaya Sekolah Minggu implementasi karakter Buddhis pada SMB
Mandala Maitreya ?
RESPONDEN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
4. PENELITI : Apa saja perencanaan pembelajaran implementasi karakter Buddhis yang
telah dibuat oleh SMB Mandala Maitreya ?
RESPONDEN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
5. PENELITI : Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan rencana pembelajaran implementasi
karakter Buddhis tersebut ?
RESPONDEN :
22
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
6. PENELITI : Apa saja yang menjadikan pertimbangan dalam menentukan karakter Buddhis
yang akan di kembangkan ?
RESPONDEN :
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
Pekanbaru, ……………………..
Responden
(
)
Kepala SMB Mandala Maitreya
23
Lampiran ii
TRANSKIP WAWANCARA
HARI/TANGGAL
TEMPAT
RESPONDEN
JABATAN
:
:
:
:
1. PENELITI : Apa latar belakang anda sebagai guru SMB?
RESPONDEN :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. PENELITI : Karakter Buddhis apa yang telah ditanamkan kepada peserta didik?
RESPONDEN :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3. PENELITI : Metode apa yang telah digunakan dalam proses implementasi karakter
Buddhis kepada peserta didik?
RESPONDEN :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. PENELITI : Kendala apa saja yang anda hadapi dalam implementasi karakter
Buddhis kepada peserta didik?
RESPONDEN :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
24
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. PENELITI : Upaya apa saja yang telah dilakukan dalam menghadapi kendala (no. 4)
tersebut?
RESPONDEN :
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
Pekanbaru, ………………………..
Responden
(………………………………........)
Guru SMB Mandala Maitreya
25
Download