Uploaded by User69602

artikel

advertisement
ARTIKEL ILMIAH
JURUSAN ILMU TANAH
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS PERTANIAN
Nama
: Viktorianus Neki
NIM
: C1051141052
Program Studi
: Ilmu Tanah
Judul
: Identifikasi Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Lama Perladangan
Berpindah di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten
Sekadau
Dosen Pembimbing : 1. Ir. H. Joni Gunawan M.Sc
2. Rinto Manurung, SP.,MP
Dosen Penguji
: 1. Dr. Rossie Wiedya N, SP., M.Si
2. Rini Hazriani, SP., M.Si
IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA TANAH BERDASARKAN LAMA
PERLADANGAN BERPINDAH DI DESA BOTI KECAMATAN
SEKADAU HULU KABUPATEN SEKADAU
Viktorianus Neki(1), Joni Gunawan(2), dan Rinto Manurung(2)
(1)
Mahasiswa dan(2)Staf Pengajar
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi sifat kimia tanah
berdasarkan lama perladangan berpindah pada tiga lokasi yang berbeda yaitu hutan
karat, lahan ladang, dan bekas ladang yang telah di tingalkan. Penggambilan sampel
penelitian dilaksanakan di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau.
Parameter pengamatan dalam penelitian adalah warna tanah, struktur tanah, reaksi
tanah (pH), KTK, N-Total, P-Total, K-Total, kejenuhan basa (KB), C-Organik, K-dd,
kejenuhan Al, kalsium (Ca) dan magnesiun (Mg). Hasil analisis pada beberapa
penggunaan lahan adalah ; reaksi tanah (pH) berkisar 4,31-5,46 dengan kriteria
sangat masam dan sedang, KTK tanah berkisar 9,44 cmol(+)kg-1 - 12,26 cmol(+)kg-1
dengan kriteria rendah, kejenuhan basa (KB) berkisar 23,33% - 37,38% dendan
kriteria rendah dan sedang, C-Organik berkisar 1,96% - 2,37% dengan kriteria
sedang dan rendah, Nitrogen (N-Total) berkisar 0,26% - 0,33% dengan kriteria
sedang, P-Tersedia dan P-Total berkisar 4,64 ppm - 48,88 ppm dan 48,6 mg/100g –
56,5 mg/100g dengan kriteria tinggi, K-Total dan K-dd berkisar 11,25 mg/100g 24,42 mg/100g dan 0,10 cmol(+)kg-1 - 0,17 cmol(+)kg-1 dengan kriteria rendah dan
sedang, kejenuhan Al berkisar 1,16-6,03 cmol kg-1 dengan kriteria rendah, Ca dan
Mg berkisar 1,63 cmol(+)kg-1 - 2,97 cmol(+)kg-1 dan 0,70cmol(+)kg-1 - 0,83
cmol(+)kg-1 dengan kriteria sangat rendah dan rendah, Bobot Isi Tanah berkisar 0,73
gram/cm3 - 0,89 gram/cm3 dendan kriteria rendah dan status kesuburan tanah
masing-masing lahan penelitian memiliki kriteria rendah.
Kata kunci : Sifat kimia tanah, perladangan berpindah, Sekadau Hulu
IDENTIFICATION OF SOIL CHEMICAL PROPERTIES BASED ON THE
PERIOD OF SHIFTING CULTIVATION IN BOTI VILLAGE
SEKADAU HULU SUBDISTRICT SEKADAU DISTRICT
Viktorianus Neki(1), Joni Gunawan(2), dan Rinto manurung(2)
(1)
University student and(2)Lecturer
Study Program of Soil science Faculty of Agriculture Tanjungpura University
ABSTRACT
The purpose of the research is to identify the soil chemical properties based on
the period of shifting cultivation on three different locations namely the forest rust,
the field of land, and the former fields that have been in the level. The research
sample was conducted in Boti village, Sekadau, Hulu Sekadau District. The
observation parameters in the study are soil color, soil structure, soil reaction (pH),
CEC, Total N, Total P, Total K, Base Saturation (BS), Organic-C, Exch-K, Al
saturation, Exch -Ca and Exch mg. The results of analysis on some land use are;
Ground reactions (pH) range 4.31-5.46 very acid criteria and with medium, soil CEC
ranged 9,44 cmol(+)kg-1 - 12,26 cmol(+)kg-1 with low criteria, base saturation (BS)
ranged 23,33% - 37,38% low criteria, organic-C ranged 1.96% - 2.37% with medium
and low criteria, Nitrogen ( Total N) ranges from 0.26% to 0.33% with medium
criteria, Available-P and Total P range of 4,64 ppm - 48,88 ppm and 48,6 mg/100g –
56,5 Mg/100g with low criteria, Total K and Exch K range in 11,25 mg/100g - 24,42
Mg/100g and 0.10 cmol(+)kg-1 - 0.17 cmol(+)kg-1 with low and medium criteria, Al
saturation ranged from 1.16-6,03 cmol kg-1 With low criteria, Ca and Exch Mg of
1.63 cmol(+)kg-1 - 2.97 cmol(+)kg-1 and 0,70 cmol(+)kg-1 - 0.83 cmol(+)kg-1 with
very low and low criteria, Soil Fil Weinght range 0,76 gram/cm3 - 0,89 gram/cm3
low criteria and soil fertility status of each research land has low criteria.
Keywords : Soil chemical properties, Shifting Cultivation, Sekadau Hulu
PENDAHULUAN
Perladangan
berpindah
merupakan sistim bercocok tanam
tradisional yang biasa dilakukan
masyarakat adat. Teknik ladang
berpindah dilakukan dengan proses
pembukaan lahan dalam luas tertentu,
menebang dan membakar hutan,
kemudian ditanami dengan berbagai
tanaman pangan seperti padi, jagung,
ataupun singkong (Descola, 1993).
Lahan yang digunakan menjadi
ladang, dalam waktu 2 hingga 3 tahun
akan ditinggalkan, karena lahan sudah
tidak produktif. Ketika lahan pertama
yang telah ditinggalkan kembali subur,
lahan kembali dibuka menjadi ladang,
dan lahan kedua akan ditinggalkan.
Proses tersebut terjadi terus menerus
(Sulistinah,
2014).
Peladangan
berpindah dengan sistem bakar
merupakan kegiatan pertanian yang
umumnya dilakukan para petani di
lahan
kering
(Descola,
1998).
Pembukaan lahan dengan sistem bakar
dalam jangka waktu yang singkat
memberikan dampak positif seperti
ketersediaan unsur N, P, K, Ca, Mg.
Namun jangka waktu yang lama
kegiatan membakar menimbulkan
dampak negatif yaitu perubahan pada
sifat fisika dan kimia tanah serta
perubahan dominansi vegetasi pada
ladang. Prinsip pengolahan lahan
harus diperhatikan terutama pada
kesuburan tanah aluvial untuk
meningkatkan produktivitas tanaman.
Apabila lahan yang di manfaatkan
tidak
diberikan
input
secara
berkesinambungan
agar
dapat
memperbaiki sifat kimia tanah, maka
dapat mengakibatkan kerusakankerusakan
pada
tanah
seperti
menurunnya kesuburan tanah dan
kehilangan unsur hara. (Arsyad, 1982).
Hal ini dapat terjadi karena kualitas
tanah yang terganggu, dapat merusak
kualitas tanah itu sendiri.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan
pada 3 lokasi lahan berdasarkan lama
perladangan berpindah yang berbeda
yaitu lahan hutan karet, lahan ladang,
dan lahan bekas ladang di Desa Boti
Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten
Sekadau. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bor tanah
mineral, ring sampel, kertas label,
pisau, munshel, kantong plastik,
cangkul, GPS (Global Positioning
System), Parang, camera untuk
dokumentasi, serta seperangkat alat
tulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peta yang
berhubungan dengan lokasi penelitian,
sampel tanah komposit, sampel tanah
utuh untuk bobot isi, aquades, dan
bahan kimia untuk analisis kimia
tanah. Penelitian ini dilakukan dengan
menentukan lokasi penelitian melalui
metode survey lapangan, penelusuran
lokasi tempat penelitian, yang
dilanjutkan dengan analisis
di
laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah. Adapun tahapan penelitian
terdiri dari: Persiapan Penelitian,
Pengambilan Sampel Tanah, analisis
sampel tanah di laboratorium,
penyajian hasil, warna tanah , struktur
tanah, reaksi tanah (PH), KTK, NTotal, P-Total, K-Total, kejenuhan
basa
(KB),
C-Organik,
K-dd,
kejenuhan Al, Ca dan Mg, bobot isi
dan tekstur tanah.
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Lahan
Penelitian
1.
Jenis Tanah
di
B.
1.
Sifat Fisika Tanah
Batas Lapisan Tanah
Batas lapisan tanah ditentukan
dengan memberi pembatas pada profil
tanah berdasarkan warna tanah.
Berdasarkan pengamatan pada tiap
profil tanah, lokasi penelitian memiliki
beberapa
batas
lapisan
tanah.
Berdasarkan pengamatan profil tanah,
pada lahan karet memiliki 5 lapisan
tanah dengan kedalaman 0-20 cm, 2034 cm, 34-52 cm, 52-91 cm dan 91150 cm. Pada lahan ladang memiliki 6
lapisan dengan kedalaman 0-3 cm, 321 cm, 21-46 cm, 46-60 cm, 60-82 cm
dan 82-150 . Pada lahan bekas ladang
memiliki 6 lapisan tanah dengan
kedalaman 0-8 cm, 8-28 cm, 28-31
cm, 31-50 cm, 50-84 cm, 84-150 cm.
Lokasi
Lokasi penelitian terbagi atas tiga
tempat yaitu hutan karet, ladang dan
bekas ladang. Berdasarkan data hasil dari
pengamatan morfologi tanah dan hasil
analisis di lapangan diketahui bahwa
tanah pada lokasi penelitian tergolong
kedalam
ordo
inceptisol.
Tanah
inceptisol merupakan tanah mineral
yang tergolong kedalam jenis tanah
muda. Tanah inceptisol termasuk
dalam kategori tanah aluvial dengan
profil lebih berkembang.
2.
Topografi
Relief adalah perbedaan tinggi
atau bentuk wilayah suatu daerah
termasuk di dalamnya perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng.
Berdasarkan pengamatan di lapangan
pada lokasi penggunaan lahan hutan
karet dan bekas ladang memiliki
topografi datar dengan kemiringan 03%. Sedangkan penggunaan lahan
ladang pada lokasi penelitian memiliki
topografi
datar hingga bergelombang
dengan kemiringan 0-3% dan 3-8%.
2.
Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat
dari suatu tanah yang lebih banyak
digunakan dalam mendiskripsikan
karakteristik dari tanah, berdasarkan
hasil dari pengamatan warna tanah
pada tiap penggunaan lahan memiliki
warna tanah berbeda pada tiap lapisan
tanahnya. Pada hutan karet lapisan 020 berwarna merah kekunungan, 2034 berwarna coklat kekuningan, 34-52
berwarna kuning kemerahan, 52-91
berwarna coklat, 91-150 berwarna
kuning kecoklatan, lahan ladang
lapisan 0-3 berwarna coklat tua, 3-21
berwarna coklat kekuningan, 21-46
berwarna kuning kecoklatan, 46-60
berwarna coklat, 60-82 berwarna
berwarna coklat kekunungan, 82-150
berwarna coklat, bekas ladang pada
lapisan
0-8
berwarna
coklat
kekuningan gelap, 8-28 berwarna
kuning kecoklatan, 28-31 berwarna
coklat gelap, 31-50 berwarna kuning
kecoklatan, 50-84 berwarna coklat
muda,
84-150
bewarna
gelap.
Perbedaan pada tiap warna tanah ini
disebabkan oleh kandungan bahan
3.
Profil Tanah
Pengamatan
profil
tanah
dilakukan pada 3 lokasi lahan yang
berbeda berdasarkan lama perladangan
berpindah yaitu hutan karet, lahan
ladang dan lahan bekas ladang.
Pengamatan profil tanah dilakukan
dengan mengamati setiap lapisan
tanah yang berada pada profil tanah.
Pengamatan yang dilakukan meliputi
batas lapisan tanah, warna tanah,
struktur tanah, tekstur tanah.
2
organik, dan sistem pengolahan lahan
setiap lahan memiliki perbedaan
jumlah bahan organik pada setiap
lapisan tanahnya serta berpengaruh
terhadap pencirian dan drainase tanah.
perkembangan
akar
(Harjowigeno, 2003).
4.
Struktur Tanah
Struktur
tanah
merupakan
gumpalan-gumpalan kecil alami dari
tanah akibat melekatnya butir-butir
primer tanah satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida
besi dan lainnya. Struktur dibedakan
menurut
bentuk,
tingkat
perkembangan
dan
ukuran
(Hardjowigeno, 2003). Berdasarkan
pengamatan struktur tanah pada tiap
profil tanah, pada tiap lokasi
penggunaan lahan memiliki strukstur
granular pada setiap lapisan atas,
kubus pada lapisan tengah hingga pada
lapisan paling bawah sedangkan lahan
bekas ladang memiliki struktur tanah
gumpal pada lapisan bawahnya.
3.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan
relatif tiga fraksi tanah (pasir, debu,
dan liat) dalam suatu massa tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan tekstur
tanah di lapangan dan laboratorium
menunjukkan bahwa pada ketiga
lokasi penelitian memiliki kelas
tekstur yang beragam. Pada hutan
karet memiliki kelas tekstur lempung
berliat, pada ladang memiliki tekstur
lempung liat berdebu dan pada bekas
ladang memiliki
tekstur tanah
lempung berdebu. Menurut Mahida
(1984)
tanah
liat
merupakan
pencampuran partikel-partikel pasir
dan debu dengan bagian-bagian tanah
lempung yang memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu dan lainnya.
Tekstur
berpengaruh
terhadap
kemampuan
tanah
dalam
permeabilitas, kemudahan pengolahan,
daya menahan air dan hara serta
berpengaruh
pula
terhadap
5.
Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan
berat kering tanah dengan satuan
volume tanah termasuk volume poripori tanah, umumnya dinyatakan
dalam gram/cm3 (Hanafiah, 2010).
Hasil analisis Bobot Isi (BI) pada
lokasi penelitian disajikan pada
gambar 1.
0.89
Bobot isi (gram/cm3)
0.9
0.83
0.85
0.8
0.76
0.75
0.7
0.65
Lahan Hutan Karet
tanaman
Lahan Ladang
Lahan Bekas Ladang
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Nilai Bobot Isi Tanah kedalaman 0-30 cm.
3
Gambar 1 menunjukan bahwa
nilai bobot isi tanah kedalaman 0-30
cm memiliki bobot isi dengan kriteria
rendah
0,76-0,89
gram/cm3.
Rendahnya bobot isi pada lokasi
penelitian disebabkan C-organik pada
lokasi berkriteria rendah hingga sangat
rendah. Bahan organik juga dapat
memperkecil kerapatan isi berat tanah.
Menurut
Herdiansyah
(2011)
menyatakan bahan organik tanah dapat
meningkatkan jumlah ruang pori tanah
dan membentuk struktur tanah yang
remah sehingga akan menurunkan
berat isi tanah.
C.
Sifat KimiaTanah
Sifat kimia tanah yang dianalisis
adalah reaksi tanah (pH), KTK tanah,
Kejenuhan Basa, C-Organik dan bahan
organik tanah, N-Total, P-tersedia dan
P-Total, K-Total, K-dd, Ca-dd dan
Mg.
1.
Reaksi Tanah (pH)
Reaksi tanah (pH) menunjukkan sifat
keasaman atau alkalis pada tanah.
Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di
dalam tanah, semakin masam tanah
tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Tabel 1. pH Tanah Pada Tiga Lokasi Penelitian
Lahan
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
Kedalaman (cm)
0-30
0-30
0-30
pH Tanah
4,31
5,09
5,46
Kriteria
Sangat Masam
Sedang
Sedang
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah 2019
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki pH tanah dengan
kriteria sangat masam dan sedang.
berkisar antara 4,31-5,46. Masamnya
tanah pada hutan karat disebabkan
rendahnya unsur hara Kalsium (Ca)
dan Magnesium (Mg) karna terjadinya
curah hujan yang tinggi mencapai
3005,4 mm/tahun dengan rata-rata
250,45 mm/bulan. Menurut Yadianto
(2003) curah hujan tinggi dapat
menyebabkan terjadinya pencucian
basa pada kompleks jerapan sehingga
tanah menjadi masam.
Menurut foth (1994) rendahnya
pH tanah disebabkan bahan organik
yang terus terdekomposisi oleh
mikroorganisme kedalam bentuk
asam-asam organik, karbondioksida,
dan air senyawa pembentuk asam
karbonat selanjutnya asam karbonat
bereaksi dengan Ca dan Mg karbonat
di dalam tanah untuk membentuk
biokarbonat yang lebil larut yang bisa
tercuci sehingga tanah menjadi
masam.
Pada lahan ladang dan bekas
ladang pH tanah berkriteria sedang
dipengaruhi Al pada lokasi penelitian
berkriteria rendah menurut Hakim dkk
(1986) bahwa pada tanah bereaksi
masam, Al menjadi sangat larut dan
merupakan penyebab kemasaman atau
penyumbang ion H+. Ion H+ yang
dibebaskan tersebut menyebabkan pH
tanah menjadi rendah dan sebaliknya.
Bedasarkan penggunaan lahan
pada
ketiga
lokasi
penelitian
menunjukkan bahwa lahan yang telah
dibuka dan ditinggalkan dalam waktu
tertentu memiliki nilai pH yang
berbeda. Hutan karet 4,31 kriteria
sangat masam disebabkan adanya
senyawa pembentuk asam karbonat
selanjutnya asam karbonat bereaksi
dengan Ca dan Mg karbonat di dalam
tanah untuk membentuk biokarbonat
4
yang lebil larut yang bisa tercuci
sehingga tanah menjadi masam. Pada
lahan ladang dan bekas ladang dengan
nilai pH 5,09 dan 5,46 berkeriteria
sedang dipengaruhi Al pada lokasi
penelitian beriteria rendah. Reaksi
tanah (pH) pada setiap lokasi
penelitian memiliki perbedaan kriteria
pH tanah, hal ini menunjukan adanya
perbedaan penggunaan lahan dan lama
perladangan berpindah terhadap reaksi
tanah (pH).
2.
KTK Tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
merupakan koloid tanah dalam
menjerap dan mempertukarkan kationkation
dan
dinyatakan
dalam
milikuivalen per 100 g tanah
(me/100g) (Tan, 1995).
Tabel 2. Hasil Analisis KTK Tanah
Lahan
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
Kedalaman (cm)
0-30
0-30
0-30
KTK (cmol(+)kg-1)
Kriteria
12,26
11,45
9,44
Rendah
Rendah
Rendah
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah 2019
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki KTK tanah yang
rendah berkisar antara 9,44 mol(+)kg-1
- 12,26 cmol(+)kg-1. Rendahnya KTK
tanah
pada
lokasi
penelitian
disebabkan rendahnya bahan organik
pada lokasi penelitian. sesuai dengan
pernyataan Mukhlis (2007). Besarnya
KTK
tanah
tergantung
pada
kandungan bahan organik. Semakin
tinggi kadar liat atau tekstur semakin
halus maka KTK tanah akan semakin
besar. Demikian pula pada kandungan
bahan organik tanah, semakin tinggi
bahan organik tanah maka KTK tanah
akan semakin tinggi.
Bedasarkan penggunaan lahan
pada
ketiga
lokasi
penelitian
menunjukkan nilai KTK tertinggi
terdapat pada hutan karet yaitu sebesar
12,26 cmol(+)kg-1. Tingginya nilai
KTK pada hutan karet disebabkan
karena banyaknya biomasa yang
dihasilkan oleh vegetasi tanaman yang
ada pada hutan karet seperti ranting,
daun, dan humus. Pada lokasi bekas
ladang dengan nilai KTK 9,44
cmol(+)kg-1. Rendahnya KTK pada
lahan bekas ladang disebabkan adanya
pencucian yang terjadi pada lokasi
penelitian (Susanto 2005). Lahan
bekas ladang berada pada tepi sungai
sehingga dipengaruhi oleh banjir yang
menyebabkan
hilangnya
bahan
organik terbawa oleh air.
3.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan
basa
menunjukkan
perbandingan antara jumlah kationkation basa dengan jumlah semua
kation (kation basa dan kation asam)
yang terdapat dalam kompleks jerapan
tanah (Hardjowigeno, 1987).
Tabel 3. Hasil Analisis Kejenuhan Basa
Lahan
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
Kedalaman (cm)
0-30
0-30
0-30
Kejenuhan Basa%
23,33
37,38
29,66
Kriteria
Rendah
Sedang
Rendah
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
5
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki kejenuhan basa
tanah yang rendah berkisar antara
23,33%-37,38%.
Rendahnya
kejenuhan basa diduga disebabkan
oleh pH tanah yang rendah (bersifat
masam), dimana pH tanah pada lokasi
penelitian berkriteria masam hingga
sedang. Menurut Susanto (2005)
menyatakan tanah dengan pH rendah
umumnya mempunyai kejenuhan basa
yang rendah nilai kejenuhan basa
adalah presentase dari total KTK yang
ditempati oleh kation-kation basa,
seperti K, Ca, Mg, dan Na nilai KB
sangat berhubungan erat dengan pH
dan tingkat kesuburan tanah.
Bedasarkan penggunaan lahan
pada
ketiga
lokasi
penelitian
menunjukkan nilai KB tertinggi
terdapat pada Ladang yaitu sebesar
37,38%. Tingginya nilai KB pada
ladang disebabkan oleh adanya abu
yang dihasil dari pembakaran ladang
sehingga partikel organik yang semula
dipengaruhi oleh H+ digantikan Ca+.
Pada lokasi hutan karet dengan nilai
KB 23,33%. Rendahnya KB pada
hutan karet disebabkan banyaknya
partikel-partikel
organik
yang
ditempati oleh ion H+.
4.
C-Organik Tanah dan Bahan
Organik Tanah
Bahan organik merupakan bahan
yang
sangat
penting
dalam
mempengaruhi kesuburan tanah, baik
secara fisik, kimia maupun biologi.
Kandungan C-organik dalam tanah
menunjukkan besarnya bahan organik
tanah tersebut yang berperan sebagai
sumber hara tanaman dan juga sebagai
sumber energi bagi sebagian besar
organisme tanah (Hakim et al., 1986).
Tabel 4. Hasil Analisis C-Organik Tanah dan Bahan Organik
Lahan
Kedalaman C-Organik%
Kriteria
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
0-30 cm
0-30 cm
0-30 cm
2,37
1,96
1,98
Sedang
Rendah
Rendah
BO Tanah(%)
4,08
3,37
3,41
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki C-organik dengan
kriteria sedang hingga rendah berkisar
antara 2,37%-1,96%. Rendah dan
sedangnya kriteria C-organik tanah
disebabkan adanya kandungan bahan
organik pada lokasi penelitian. Pada
penggunaan lahan hutan karet, Corganik tanah tergolong dalam kriteria
sedang, hal ini disebabkan karna
tersedianya biomasa yang dihasilkan
dari daun lebih tinggi dibandingkan
lahan ladang dan bekas ladang.
Sedangkan rendahnya C-organik pada
lahan ladang dan bekas ladang
disebabkan kandungan bahan organik
pada lokasi penelitian rendah hal ini
disebabkan karna proses pengolahan
lahan dengan cara dibakar sehingga
bahan organik yang terdapat pada
lahan menjadi rendah. Sesuai dengan
pernyataan Hardjowigeno (1993)
bahwa semakin tinggi kandungan
bahan organik maka kandungan Corganik
juga
semakin
tinggi.
Berdasarkan penggunaan lahan pada
ketiga lokasi penelitian menunjukkan
bahwa lahan yang telah dibuka dan
ditinggalkan dalam waktu tertentu
menunjukkan perbedaan pada sifat corganik tanah. C-organik pada
penggunaan lahan hutan karet
memiliki kriteria sedang. hal ini
6
disebabkan oleh adanya biomassa
yang di hasilkan oleh tanaman karet
dibandingkan dengan lahan ladang dan
bekas ladang, hal ini menunjukkan
adanya pengaruh dari penggunaan
lahan terhadap c-organik tanah pada
lokasi peneliti
5.
pembentukan protein. N dalam tanah
berasal dari bahan organik tanah,
pengikatan oleh mikro organisme dari
N udara, pupuk dan air hujan. di dalam
tanah N terdapat dalam berbagai
bentuk, yaitu protein (bahan organik),
Nitrogen (N-Total) Tanah
senyawa-senyawa amino, amonium
Nitrogen (N) merupakan unsur
(NH4+) dan nitrat (NO3-), dan hanya
hara makro yang sangat penting bagi
dapat diserap tanaman dalam bentuk
pertumbuhan tanaman yang berfungsi
untuk
vegetatif
memperbaiki
tanaman
amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-)
pertumbuhan
dan
(Hardjowigeno, 1987).
sebagai
Tabel 5. Hasil Analisis N-Total Tanah
Lahan
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
Kedalaman (cm)
0-30
0-30
0-30
N-Total (%)
0,33
0,28
0,26
Kriteria
Sedang
Sedang
Sedang
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium nilai persentase N-total
berkisar antara 0,26% sampai 0,33%
sehingga termasuk dalam kriteria
sedang. Sedangnya nilai N-total pada
hutan
karet
disebabkan
oleh
kandungan C-organik pada lokasi
hutan karet yang berkriteria sedang.
Kandungan N-total tertinggi terdapat
pada hutan karet hal ini disebabkan
adanya bahan organik pada hutan karet
yang juga tinggi peningkatan N-total
tanah ini berasal dari mineralisasi
bahan organik yang dihasilkan dari
pelapukan bahan organik yang berupa
ranting, ataupun daun tanaman.
Hardjowigeno (2003) menjelaskan
bahwa proses hilangnya N yang ada di
dalam tanah dapat disebabkan karna
diserap oleh tanaman dan digunakan
oleh mikroorganisme. Kandungan N di
lokasi penelitian pada lahan ladang
dan bekas ladang tergolong sedang,
disebabkan curah hujan yang tinggi.
Sesuai dengan data curah hujan dari
badan meteorologi klimatologi dan
geofisika kalimantan barat yang
menyatakan tingkat curah hujan di
kabupaten sekadau mencapai 3005,4
mm/tahun dengan rata-rata 250,45
mm/bulan. Menurut Hakim dkk,
(1986) menyatakan nitrogen dapat
masuk masuk melalui air hujan dalam
bentuk nitrat. Jumlah ini sangat
tergantung pada tempat dan iklim.
Bedasarkan penggunaan lahan
pada
ketiga
lokasi
penelitian
menunjukkan bahwa lahan yang telah
dibuka dan ditinggalkan dalam waktu
tertentu menunjukkan sifat N-total
yang sama. N-total pada setiap
penggunaan lahan memiliki kriteria
sedang, pada hutan karet memiliki Ntotal yang tinggi, Hal ini disebabkan
adanya pelapukan dari bahan organik
yang dihasilkan dari daun ataupun
7
ranting oleh tanaman karet. Sedangkan
pada lahan ladang dan bekas ladang
juga memiliki kriteria sedang yang
dihasilkan melalui air hujan hal ini
menunjukkan adanya pengaruh dari
penggunaan lahan terhadap N-total
tanah pada setiap lokasi penelitian.
Sumber-sumber N dapat dihasilkan
melalui air hujan, bahan organik tanah,
pupuk,
penggikatan
oleh
mikroorganisme dan N di udara.
6.
Posfor (P-Tersedia dan P-Total)
Tanah
Unsur P merupakan unsur yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan tanaman yang baik dan
normal. Ketersediaan unsur P sangat
ditentukan oleh sifat dan jenis tanah
tersebut. Kekurangan unsur P di dalam
tanah disebabkan oleh jumlah P di
dalam tanah sedikit, sebagian besar
terdapat dalam bentuk yang tidak
dapat di serap oleh tanaman dan
terjadi pengikatan oleh Al pada tanah
masam dan Ca pada tanah alkalis
(Hardjowigeno, 1987).
Tabel 6. Hasil Analisis P-Tersedia dan P-Total Tanah
Lahan
Kedalaman P-Tersedia Kriteria
(ppm)
Hutan Karet
Ladang
BekasLadang
0-30 cm
0-30 cm
0-30 cm
48,88
47,52
4,64
Tinggi
Tinggi
Rendah
P-total
(ppm)
Kriteria
55,7
56,5
48,6
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki P-Total tanah
dengan kriteria tinggi berkisar antara
4,86 ppm - 5,57 ppm. tingginya P-total
disebabkan adanya mineral alami
pembentuk
P
tanah
sehingga
tersedianya P-total tanah. Berdasar
hasil analisis menunjukan P-tersedia
pada lokasi penelitian berkriteria
tinggi dan rendah. Menurut Munawar
(2011) menyatakan tanah pada pH
rendah dimana kelarutan unsur Fe, Al
yang tinggi dan mengikat P menjadi
senyawa Al-P dan Fe-P yang
bentuknya tidak tersedia. Berdasarkan
hasil penelitian pada ketiga lokasi
penelitian bahwa lahan yang telah
dibuka dan ditinggalkan dalam waktu
tertentu memiliki nilai P yang berbeda.
Hasil penelitian P-tersedia dan P-total
pada hutan karet dengan kriteria tinggi
48,88 ppm dan 55,7ppm tingginya
nilai P pada hutan karet disebabkan
adanya bahan organik penyumbang
unsur hara P berasal dari daun dan
ranting yang cukup tinggi sehingga
unsur hara P juga tinggi, pada lahan
ladang P-tersedia dan P-totan juga
berkriteria tinggi yaitu 47,52 ppm dan
56,5 ppm tingginya nilai P pada
ladang disebabkan adanya miniral
batuan pembentuk P sehingga
tersedianya unsur hara P pada tanah,
pada lahan bekas ladang memiliki nilai
P-tersedia dan P-total dengan kriteria
tinggi dan rendah 4,64 dan 48,6
rendahnya kriteria P-tersedia pada
bekas ladang disebabkan adanya
terjadi pencucian oleh limpasan air
sehingga rendahnya ketersediaan P,
dan tingginya kriteria P-total pada
bekas ladang disebabkan adanya
miniral batuan pembentuk P sehingga
tersedianya P-total pada tanah dapat
dilihat dari tabel tingi nilai kriteria P
namun tidak tersedia.
8
7.
Kalium (K-Total dan K-dd)
Tanah
Kalium sangat penting dalam
proses metabolisme dan mempunyai
pengaruh khusus dalam absorsi hara,
pengaturan pernapasan, transpirasi,
kerja enzim dan berfungsi untuk
meningkatkan
resistensi
tanah
terhadap serangan hama dan penyakit
(Hakim et al., 1986).
Tabel 7. Hasil analisis K-Total dan K-dd
Lahan
Kedalaman
K-Total
(mg/100g)
Kriteria
K-dd
Kriteria
(cmol(+)kg-1)
Hutan Karet
0-30 cm
20,88
Rendah
0,17
Rendah
Ladang
Bekas Ladang
0-30 cm
0-30 cm
24,42
11,25
Sedang
Rendah
0,17
0,10
Rendah
Rendah
Sumber : Hasil analisis laboratorium kimia dan kesuburan tanah, 2019
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki K-total tanah
dengan kriteria rendah hingga sedang
berkisar antara 11,25 mg/100g - 24,42
mg/100g, sedangkan untuk K-dd tanah
memiliki kriteria rendah berkisar
antara 0,10 cmol(+)kg-1 - 0,17 cmol(+)
kg-1. Nilai K-total dan K-dd yang
sedang maupun rendah dikarenakan
batuan/mineral penyusun tanah pada
lokasi
penelitian
miskin
akan
kandungan kation-kation basa karena
dapat dilihat pada hasil penelitian,
bahwa nilai kriteria KB rendah dan.
Selain itu dapat juga hilang melalui
erosi, pencucian, diangkut oleh
tanaman. Kehilangan kalium lebih
besar di sebabkan oleh erosi dan
pencucian (Hakim, dkk 1986). Pada
daerah tropis, hara kalium mudah
tercuci karena curah hujan yang tinggi
sehingga menyebabkan unsur K
banyak yang hilang. Ketersedian K
didalam tanah dipengaruhi oleh pH
tanah dan kandungan bahan organik
(Poerwidodo, 1992).
Bedasarkan hasil analisis pada
ketiga lokasi penelitian menunjukkan
bahwa lahan yang telah dibuka dan
ditinggalkan dalam waktu tertentu
menunjukkan adanya perbedaan pada
sifat K-total dan K-dd tanah. K-total
dan K-dd pada hutan karet dan bekas
ladang berkriteria rendah, hutan karet
20,88 mg/100g dan 0,17 cmol(+)kg-1,
bekas ladang 11,25 mg/100g dan 0,10
cmol(+)kg-1 rendahnya unsur hara K
disebabkan adanya pencucian oleh air
hujan dan banjir serta rendahnya
kandungan kation-katian pembentuk K
yang berasal dari minirar batuan
sehingga unsur hara K pada tanah
menjadi rendah (Hakim, dkk 1986).
K-total dan K-dd pada ladang
memiliki kriteria sedang dan rendah
24,42 mg/100g dan 0,17 cmol(+)kg-1.
Sedangnya nilai unsur hara K pada
ladang dipengaruhi oleh nilai KB pada
lokasi penelitian yang berkriteria
sedang sehingga tersedianya unsur
hara K-total pada lahan ladang,
sedangkan K-dd tanah pada ladang
berkriteria rendah disebabkan adanya
pencucian air hujan dan banjir serta
rendahnya kandungan kation-katian
pembentuk K yang berasal dari
minirar batuan sehingga unsur hara K
pada tanah menjadi rendah.
9
8.
Kejenuhan Al
Tabel 16. Hasil Analisis Al dapat dipertukarkan
Lahan
Kedalaman
Kejenuhan Al
Kriteria
𝑨𝒍 − 𝒅𝒅
𝒙𝟏𝟎𝟎
𝑲𝑻𝑲
Hutan Karet
Ladang
Bekas Ladang
0-30 cm
0-30 cm
0-30 cm
Rendah
Rendah
Rendah
6,03
4,54
1,16
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki kejenuhan Al
dengan kriteria rendah berkisar antara
1,16-6,03. Rendahnya kriteria Al
disebabkan pH tanah pada lahan
ladang dan bekas ladang yang
berkriteria sedang sesuai dengan
pernyataan
Sanchez,
(1992)
menjelaskan bahwa kelarutan Al
sangat erat hubungannya dengan pH
tanah, Peningkatan pH tanah dapat
menurunkan konsentrasi Al di dalam
larutan tanah makin tinggi pH tanah
(alkalin) maka Al akan mengendap
dan sebaliknya makin rendah pH tanah
(masam) maka Al makin larut atau
aktif, pada hutan karet Al dengan
kriteria rendah disebabkan C-organik
pada hutan karen dengan kriteria
sedang, seperti dalam penelitian
Candra (1996) yang menunjukkan
adanya
penurunan
Al
akibat
tersedianya bahan organik sehingga
dapat menurunkan/menetralkan
yang merugikan tanaman.
Al-dd adalah kadar aluminium
dalam tanah Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat
pada tanah-tanah yang bersifat masam
pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif
karena berbentuk Al3+, dan sangat
merugikan karena dapat meracuni
tanaman dan mengikat fosfor.
Disamping aluminium yang dapat
dipertukarkan
pengaruh
jelek
aluminium diukur dengan derajat
kejenuhan Al. Bila kejenuhan Al >
60%, tanah tersebut bisa dikatakan
tidak layak untuk tanah pertanian
sebelum reklamasi atau ameliorasi
terlebih dulu. (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).
9.
Kalsium (Ca-dd) Tanah dan Mgdd
Tabel 9. Hasil Analisis Ca-dd Tanah dan Mg-dd Tanah
Lahan
Kedalaman
Ca-dd
Kriteria
)
0-30 cm
1,63
Ladang
BekasLadang
0-30 cm
0-30 cm
2,97
1,84
Mg-dd
Kriteria
(cmol(+)kg-1)
(cmol(+)Kg-1
Hutan Karet
Al
Sangat
rendah
Rendah
Sangat
rendah
0,79
Rendah
0,85
0,70
Rendah
Rendah
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki Ca-dd tanah
dengan kriteria sangat rendah hingga
rendah
dengan
kisaran
1,63
cmol(+)kg-1 - 2,97 cmol(+)kg-1.
10
Menurut Hakim et al., (1986)
keberadaan Ca selalu terkait dengan
kemasaman tanah. Kalsium, selain
berasal dari bahan kapur dan pupuk
yang ditambahkan juga berasal dari
batuan dan mineral pembentukkan
tanah.
Berdasarkan
hasil
analisis
laboratorium, pada setiap lokasi
penelitian memiliki Magnesium-dapat
dipertukarkan dengan kriteria rendah
berkisar antara 0,79-0,85 cmol/kg-1.
Rendahnya unsur hara magnesium di
lokasi penelitian disebabkan oleh
pengangkutan saat panen, selain itu
petani juga jarang menambahkan
unsur hara magnesium pada lahan
pertaniannya. Unsur hara magnesium
di dalam tanah juga dapat hilang
melalui pencucian karena hujan.
Selain terangkut panen dan
pencucian, tanah yang bereaksi masam
akan melepaskan ion H+ yang dapat
dipertukarkan sehingga menyebabkan
gangguan penyediaan unsur hara bagi
tanaman yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kemampuan tanah
dalam menyediakan unsur hara bagi
tanaman, sehingga unsur hara makro
dan mikro tersedia dalam jumlah
sedikit dan jika tanah bereaksi masam
ketersediaan Mg rendah (Buckman
dan Brady, 1982).
Bedasarkan penggunaan lahan
pada
ketiga
lokasi
penelitian
menunjukkan bahwa lahan yang telah
dibuka dan ditinggalkan dalam waktu
tertentu menunjukkan perbedaan pada
sifat Ca-dd dan Mg-dd. Pada
penggunaan lahan hutan karet dan
bekas ladang memiliki kriteria Mg-dd
sangat rendah, Hal ini disebabkan oleh
sifat tanah yang bereaksi masam, hal
ini menunjukkan tidak adanya
pengaruh dari penggunaan lahan dan
lama perladangan terhadap ca-dd dan
mg-dd tanah pada lokasi penelitian.
D.
Status Kesuburan Tanah
Status kesuburan sifat kimia
tanah mengacu kepada status KTK
tanah,
nilai
kejenuhan
basa,
kandungan bahan organik, K tersedia
dan P tersedia.
Tabel 10. Status Kesuburan Tanah
Lahan
KTK
KB
COrganik
Hutan Karet Rendah Rendah Sedang
Ladang
Rendah Sedang Rendah
Bekas
Rendah Rendah Rendah
Ladang
Sumber : Hasil Intepretasi Data 2019
Berdasarkan hasil intepretasi
data lokasi penelitian pada tiga
penggunaan lahan yaitu hutan karet,
ladang dan bekas ladang memiliki
kriteria status kesuburan tanah yang
rendah. Pada tabel diatas menunjukkan
bahwa hasil analisis kejenuhan basa
pada dua lokasi penelitian tergolong
rendah, dan pada lahan ladang
tergolong baik. Nilai kejenuhan basa
berhubungan erat dengan pH dan
P2O5
K2O
Status
Kesuburan
Tinggi
Tinggi
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
tingkat
kesuburan
tanah.
Jika
kemasaman tanah meningkat maka
kesuburan tanah menurun dan
sebaliknya jika kemasaman menurun
maka kesuburan tanah akan meningkat
dengan meningkatnya kejenuhan basa.
Kejenuhan basa tanah berkisar 50% 80% tergolong mempunyai kesuburan
sedang dan dikatakan tidak subur jika
kurang dari 50% (Tan, 1995). Usaha
yang
perlu
dilakukan
untuk
11
memperbaiki kesuburan tanah pada
ketiga lokasi penelitian adalah dengan
pemberian pupuk guna memenuhi
kebutuhan unsur hara bagi tanaman
serta penambahan kapur untuk
menaikan tingkat pH tanah pada lokasi
penelitian.
penelitian pada semua lahan
tergolong dalam kriteria rendah.
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 1982. Konservasi Tanah
dan Air. IPB Press: Bogor.
Buckman dan Brady, 1982. Ilmu
Tanah.
Diterjemahkan
Soegiman.
Bharata
Aksara : Jakarta.
Candra, I. 1996. Pemberian Pupuk
Kandang Sapi untuk
Mengurangi Kelarutan
Aluminium pada Tanah Masam
dan Pengaruhnya Terhadap
Tanaman Kedelai. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada tiga
penggunaan lahan yaitu hutan karet,
ladang dan bekas ladang terhadap
identifikasi sifat kimia tanah dan
kesuburan tanah berdasarkan lama
perladangan berpindah serta kesuburan
tanah di Desa Boti Kecamatan
Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Hasil penelitian menunjukkan
tanah pada ketiga lokasi
penelitian tersebut memiliki
reaksi tanah (pH) yang masam
dan sedang, KTK tergolong
rendah,
kejenuhan
basa
tergolong rendah, sedang dan COrganik yang tergolong sedang
hingga
rendah,
kandungan
Nitrogen-Total
pada
setiap
lokasi tergolong sedang pada,
andungan Posfor-Total pada
ketiga
lokasi
penelitian
tergolong dalam kriteria tinggi,
kandungan Kalium-total dan
Kalium-dapat
dipertukarkan
pada ketiga lokasi penelitian
tergolong
rendah
pada
penggunaan lahan hutan karet
dan bekas ladang sedangkan
pada lahan ladang kandungan
kalium tergolong kriteria sedang,
dan kandungan kalsium dan
magnesium dapat dipertukarkan
pada lokasi penelitian tergolong
sangat rendah hingga rendah.
2.
Setatus
kesuburan
tanah
menunjukan
pada
lokasi
Descola, P. 1993. In the Society of
Nature. Cambridge University
Press.
Hardjowigeno, S. H. Subagyo, dan M.
Lutfi Rayes. 2003. Morfologi
dan klasifikasi tanah. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat, Badan
Litbang Pertanian.
. 1987. Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
.
1993. Klasifikasi
Tanah
Dan
Pedogenesis.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Hanafiah. 2009. Biologi dan Ekologi
Tanah. Medan: Universitas
Sumatera Utara Press.
. 2010. Ilmu Tanah. PT.Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Hakim, N. M. Nyakpa, A.M. Lubis,
S.G. Nugroho, Saul, N.A. Diha,
Go Ban Hong dan H.H. Bailey.
1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung Press,
Lampung.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Dan
Tanaman. USU press, Medan.
12
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah
dan Nutrisi Tanaman. IPB press.
Bogor.
Mahida, U. N., 1984, Pencemaran Air
dan
Pemanfaatan
Limbah
Industri, Rajawali, Jakarta.
Notohadiprawiro. 1998. Selidik Cepat
Ciri Tanah di Lapangan. Ghalia
Indonesia.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono.
2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius, Yogyakarta.
Susanto R.2005. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Sulistinah.
2014.
Dampak
Perladangan Berpindah Pada
Ekosistem dan Lingkungan
Hidup.
J.Geografi.
Vol.12.(2):143-157
Tan, Kim. H. 1995. Dasar-Dasar
Kimia
Tanah.Gajah
Mada
University Perss: Yogyakarta.
Poerwidodo, 1992. Telaah Kesuburan
Tanah. Penerbit Angkasa
Persada.
13
Download