Uploaded by User67100

perhitungan harga pokok berbasis volume

advertisement
BAB 05
PERHITUNGAN HARGA
POKOK PRODUK
BERBASIS VOLUME
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menjelaskan pembebanan biaya produksi ke produk
Menjelaskan perlunya alokasi biaya
Menjelaskan pembebanan biaya overhead pabrik ke produk
Menjelaskan konsep kapasitas pabrik
Membagi pabrik menjadi departemen produksi dan deparrtemen jasa
(departementalisasi)
Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk
berbasis volume
Menjelaskan langkah-langkah pada akhir periode sehubungan dengan
biaya overhead sesungguhnya
Menjelaskan akuntansi biaya overhead pabrik departemen
Menjelaskan pengaruh otomasi pada perhitungan tarif overhead
berbasis volume.
Tujuan 1: Pembebanan Biaya Produksi
ke Produk
Perhitungan harga pokok produk tradisional
(traditional costing) disebut juga degan
Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis
Volume (Volume-Based Costing/VBC) atau
Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis
Unit (Unit-Based Costing) atau Perhitungan
Harga Pokok Produk Berbasis Fungsi
(Functional-Based Costing/FBC) atau
Perhitungan Harga pokok Produk Secara
Kasar (Peanut-Butter Costing)
Istilah “volume” atau “unit” adalah mengacu pada unit
produksi.
Ada lima driver berbasis unit (unit-based driver) yang
dapat digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke produk, yaitu:
1. Jam kerja langsung (JKL)
2. Jam mesin (JM)
3. Unit produksi
4. Biaya bahan baku langsung (BBBL)
5. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL).
Gambar 5-1
Korelasi Biaya Produksi Dengan Unit Dihasilkan
BBBL
Memicu
Memicu
Jumlah Unit
Dihasilkan
BTKL
Driver Berbasis Unit:
Jam Mesin
Memicu
Jam Kerja Langsung
BBBL
BTKL
Memicu
BOP
BBBL
BTKL
BOP
Pool Biaya:
Pabrik atau
Departemen Produksi
Produk
Gambar 5.2
Pembebanan Biaya Produksi Ke Produk
Tabel 5-1
Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika Pabrik Sebagai
Pool Biaya
BBBL
BTKL
BOP dibebankan*)
Total B. Produksi
Produk A
xxx
xxx
xxx
xxx
Produk B
xxx
xxx
xxx
xxx
Produk C
xxx
xxx
xxx
xxx
*) BOP dibebankan = kapasitas sesungguhnya x tarif BOP
Tabel 5.2
Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika
Departemen Produksi Sebagai Pool Biaya
BBBL
BTKL
BOP dibebankan*
Dept. Produksi I
Dept. Produksi II
Dept. Produksi III
Total B. Produksi
Produk A
xxx
xxx
Produk B
xxx
xxx
Produk C
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
*) BOP dibebankan = kapasitas sesungguhnya setiap
departemen produksi x tarif BOP
setiap departemen produksi
Tujuan 2: Alokasi Biaya
• Alokasi biaya diperlukan untuk
biaya tidak langsung.
• Misalnya, alokasi biaya
departemen jasa atau
pendukung ke departemen
produksi; alokasi biaya
administrasi fakultas ke masingmasing program studi (DIII, S1,
S2, dan S3).
Tujuan 3: Pembebanan BOP ke Produk
Biaya Overhead Pabrik
Pool Biaya:
Pabrik
Produk
Gambar 5-3
Proses Pembebanan Biaya Overhead Ke Produk
Dengan Tarif Pabrik
Biaya Overhead Pabrik
Pool Biaya:
Dept.
Produksi I
Dept.
Produksi II
Dept.
Produksi III
Produk
Gambar 5.4
Proses Pembebanan Biaya Overhead Ke Produk Dengan Tarif
Departemen
Tujuan 4:Konsep Kapasitas Pabrik
Terdapat 4 konsep kapasitas
• Kapasitas Teoritis
• Kapasitas Praktis
• Kapasitas Normal
• Kapasitas Sesungguhnya Diharapkan
Kapasitas Teoritis
•
•
Merupakan kapasitas ideal atau kapasitas
maksimum, yaitu kapasitas untuk operasi
100% tanpa ada hambatan
Dalam prakteknya, kapasitas ini tidak pernah
dipakai sebagai dasar perhitungan tarif
BOP karena sulit dicapai.
Kapasitas Praktis
•
•
Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan
hambatan-hambatan internal perusahaan, seperti
pekerja sakit, mesin rusak, pekerja unjuk rasa,
karyawan cuti, dan lain sebagainya.
Kapasitas ini jarang digunakan sebagai dasar
perhitungan tarif BOP karena juga masih sulit
untuk dicapai.
Kapasitas Normal
•
•
Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan
hambatan internal dan hambatan ekternal,
seperti hari libur nasional, masyarakat unjuk
rasa, turunnya permintaan produk karena
krisis ekonomi, dan lain sebagainya.
Kapasitas ini umumnya digunakan sebagai
dasar perhitungan tarif BOP
Kapasitas Sesungguhnya Diharapkan
•
•
Adalah kapasitas sesungguhnya
diharapkan untuk periode
mendatang, misalnya tahun depan
Kapasitas ini juga tidak digunakan
sebagai dasar perhitungan tarif BOP
karena bersifat jangka pendek
sehingga tarif BOP akan berfluktuasi
setiap periodenya.
Tujuan 5: Departemen Produksi dan
Departemen Jasa
Departemen produksi
adalah departemen
yang mengolah bahan
baku menjadi barang
jadi. Contohnya
departemen
pemotongan bahan,
departemen perakitan
komponen, dan
departemen
pengecatan.
Departemen jasa adalah
departemen yang tidak
mengolah bahan baku
menjadi barang jadi, tetapi
memberikan jasa ke
departemen produksi.
Contohnya pembangkit
tenaga listrik, bengkel, dan
kafetaria
Departemen
Penanganan BB
Departemen Kafe
Gambar 5–5
Hubungan Departemen Jasa
dengan Departemen Produksi
Departemen
Penyelesaian
Departemen
Perakitan
Departemen
Pemotongan
Tujuan 6: Langkah-Langkah Perhitungan Harga
Pokok Produk Berbasis Volume
1. Mengidentifikasi departemen produksi
dan departemen jasa serta cost driver
2. Mengidentifikasi sumber daya dan biaya
sumber daya yang digunakan oleh
setiap departemen serta cost driver
untuk biaya tidak langsung departemen
3. Mengumpulkan data kapasitas cost
driver pada awal tahun
4. Menyusun anggaran biaya
overhead pabrik untuk setiap
departemen
5. Mengalokasikan biaya departemen
jasa ke departemen produksi
6. Menghitung tarif biaya overhead
pabrik untuk setiap departemen
produksi
7. menghitung harga pokok produk
Langkah 1: Mengidentifikasi departemen,
sumber daya, dan Cost Driver
Cost Driver
Departemen Produksi:
• Pemotongan
• Perakitan
• Penyelesaian
Departemen Jasa:
• Penanganan Bahan Baku
• Kafetaria
JM
JKL
JM
Taksiran BBB
Jumlah Karyawan
Langkah 2: Mengidentifikasi Sumber Daya, Biaya
Sumber Daya Serta Cost Driver Untuk
Biaya Tidak Langsung Departemen
Biaya Tidak Langsung Dept.
• B. penyusutan gedung pabrik
• Biaya listrik
• Gaji mandor
Cost Driver
Luas Lantai
KWH
Jumlah Pekerja
Langkah 3: Mengumpulkan Data Kapasitas Cost Driver
Tabel 5.3
PT Perabot Jepara Cabang Pekan Baru
Data Kapasitas Cost Driver Pada Awal tahun 2016
KWH
Dept. Prod:
- Pemotongan
- Perakitan
- Penyelesaian
Dept. Jasa:
- Penanganan BB
- Kafé
Jmlh
Karyw
10,000
5.000
15.000
20
10
30
4.000
6.000
40.000
BBB
Diminta
(000)
Luas
Lantai
JKL
180.000
200.000
120.000
5,000 100.000
4.000 150.000
6.000 120.000
25
15
70.000
3.000 100.000
2.000
100
570.000
20.000
JM
300.000
500.000
200.000
470.000 1.000.000
Langkah 4: Penyusunan Anggaran BOP
1. Mengklasifikasikan BOP menjadi
menjadi biaya langsung
departemen dan biaya tidak
langsung departemn
2. Mengklasifikasikan BOP menjadi
biaya variabel dan biaya tetap
TABEL 5-4
PERABOT JEPARA CABANG PEKAN BARU
ANGGARAN BOP
TAHUN 2016 (in Rp 000)
V
Dept. Produksi
/ Pemoton Perakit Penyele
T
ganl
an
saian
Biaya langsung dept.
BTKTL……………………
Biaya penyusutan mesin……
Total biaya langsung dept.…….
B. Tdk langsg dept.:
B. Listrik (Rp 250 / KWH)..
B. Peny. Gedung Pabrik.(Rp 750/m2)
B. supervisor (Rp 80.000/karyawan)
Total b. tidak langsung dept.….
Total BOP
Dept. Jasa
Penangan
an BB
Kafetaria
Total
V
T
5.000
12.000
17.000
8.000
15.000
23.000
7.000
13.000
20.000
6.000
3.000
9.000
4.000
7.000
11.000
30.000
50.000
80.000
V
T
T
2.500
3.750
1.600
7.850
24.850
1.250
3.000
800
5.050
28.050
3.750
4.500
2.400
10.650
30.650
1.000
2.250
2.000
5.250
14.250
1.500
1.500
1.200
4.200
15.200
10.000
15.000
8.000
33.000
113.000
Total BV departemen
V
7.500
9.250
10.750
7.000
5.500
40.000
Total BT departemen
T
17.350
18.800
19.900
7.250
9.700
73.000
Langkah 5: Mengalokasikan Biaya Departemen
Jasa Ke Departemen Produksi
Tiga metode alokasi:
• Metode alokasi langsung
• Metode alokasi bertahap
• Metode aljabar
Metode Alokasi Langsung
(Direct Allocation Method)
Dalam metode ini, biaya
departemen jasa
dialokasikan langsung
ke departemen produksi.
Metode ini mengasumsikan
bahwa departemen jasa
tertentu tidak memberikan
jasa ke departemen jasa
lainnya, tetapi sematamata hanya memberikan
jasa ke departemen
produksi.
Biaya Dept.
Penanganan
Bahan Baku
Rp 14.250.000
Departemen
Pemotongan
Rp 24.850.000
Biaya Dept. Kafe
Rp 15.200.000
Departemen
Perakitan
Rp 28.050.000
Gambar 5-6
Alokasi Biaya Departemen Jasa
Dengan Metode Alokasi Langsung
Departemen
Penyelesaian
Rp 30.650.000
Gambar 5-5: Alokasi biaya departemen jasa dengan
metode langsung (dalam Rp 000)
Dept. Produksi
Dept. Jasa.
Pemotongan
Perakita
n
Penyelesaian
Penanga
nan BB
24.850
28.050
30.650
14.250
5.130
5.700
3.420
(14.250)
5.067
2.533
7.600
B. Tot. Alokasi B. dept. jasa
10.197
8.233
11.020
(14.250)
Total BOP setelah alokasi
dept. jasa: A + B
35.047
36.283
41.670
0
BOP Tetap (dari anggaran)
17.350
18.800
19.900
BOP Variabel (Total BOP stlh
alokasi – total BT)
17.607
17.483
21.770
A. Total BOP sebelum alokasi
biaya dept. jasa
Alokasi biaya dept. jasa:
-Penangan BB (2,85% dari
BBB)
-Kafe (Rp 253.333 /
karyawan)
Total
Kafe
15.200 113.000
(15.200)
(15.200)
0 113.000
Metode Alokasi Bertahap
(step allocation method)
Metode alokasi bertahap
disebut juga dengan
metode alokasi tidak
timbal balik (nonreciprocal allocation
method) atau metode
alokasi berurutan
(sequential allocation
method).
Metode ini mengasumsikan
bahwa departemen jasa tidak
hanya memberikan jasa ke
departemen produksi, tetapi
juga ke departemen jasa
lainnya secara tidak timbal
balik.
Biaya Dept.
Penanganan
Bahan Baku
Rp 14.250.000
Departemen
Pemotongan
Rp 24.850.000
Biaya Dept. Kafe
Rp 15.200.000
Departemen
Perakitan
Rp 28.050.000
Gambar 5.7
Alokasi Biaya Departemen Jasa
Dengan Metode Alokasi Bertahap
Departemen
Penyelesaian
Rp 30.650.000
Gambar 5.6: Alokasi biaya dept. jasa dengan
metode bertahap (Dalam Rp 000)
Dept. Produksi
Dept. Jasa
Pemotongan
Perakita
n
Penyelesaian
Penanga
nan BB
24.850
28.050
30.650
14.250
3.576
1.788
5.365
4.471
6.739
7.488
4.493
(18.721)
Tot. Alokasi b. dept. jasa
10.315
9.276
9.858
(14.251)
Total BOP setelah alokasi
biaya dept. jasa
35.165
37.326
40.508
0
BOP tetap
17.350
18.800
19.900
BOP Variabel
17.815
18.526
20.608
Total BOP sebelum alokasi
biaya dept. jasa.
Alokasi b. dept. jasa:
-Cafe (Rp 178.824 /
karyawan)
-Penanganan BB (3,74% dari
BBB)
Total
Kafe
15.200 113.000
(15.200)
(15.200)
0 113.000
Metode Aljabar
(algabraic method)
Metode ini disebut juga
dengan metode alokasi
timbal balik (reciprocal
allocation method).
Metode ini
mengasumsikan
bahwa selain
memberikan jasa ke
departemen produksi,
departemen jasa juga
memberikan jasa ke
departemen jasa
lainnya secara timbal
balik.
Biaya Dept.
Penanganan
Bahan Baku
Rp 14.250.000
Departemen
Pemotongan
Rp 24.850.000
Biaya Dept. Kafe
Rp 15.200.000
Departemen
Perakitan
Rp 28.050.000
Departemen
Penyelesaian
Rp 30.650.000
Gambar 5.8
Alokasi Biaya Departemen Jasa Dengan Metode Aljabar
Tabel 5.7
Perhitungan Persentase Jasa Yang Diberikan Oleh
Departemen Jasa
Jasa yang diberikan oleh:
Dept.
Penanganan
BB
%- Kafetaria
tase
Pemotongan
Perakitan
Penyelesaian
Penang. BB
Kafé
180.000.000
200.000.000
120.000.000
32 20 orang
35 10 orang
21 30 orang
25 orang
12
24
12
35
29
Total
570.000.000 100 85 orang
100
70.000.000
%tase
Persamaan Aljabar
K = 15.200.000 + 0.12P
P = 14.250.000 + 0.29K
Cat: P = penanganan BB, K = Kafe
K = 15.200.000 + 0.12 (14.250.000 + 0.29K)
K = 15.200.000 + 1.710.000 + 0,0348K
K – 0,0348C = 16.910.000
0,9652K = 16.910.000
K = 17.519.685
P = 14.250.000 + 0.29 (17.519.685)
P = 14.250.000 + 5.080.709
P = 19.330.709
Alokasi biaya Departemen Kafetaria sbb.:
• Departemen Pemotongan:
24% x Rp17.519.685
Rp 4.204.724
• Departemen Perakitan:
12% x Rp17.519.685
2.102.362
• Departemen Penyelesaian:
35% x Rp17.519.685
6.131.890
• Departemen Penanganan BB:
29% x Rp17.519.685
5.080.709
Total
Rp 17.519.685
• Alokasi biaya Departemen Penanganan BB sbb.:
Departemen Pemotongan:
32% x Rp19.330.709
Rp6.185.827
• Departemen Perakitan:
35% x Rp19.330.709
6.765.748
• Departemen Penyelesaian:
21% x Rp19.330.709
4.059.449
• Departemen Kafetaria
12% x Rp19.330.709
2.319.685
Total
Rp19.330.709
Tabel 5.8 Alokasi biaya dept. jasa – metode aljabar
(dalam Rp 000)
Dept. produksi
Pemotongan
Dept. jasa
Perakita
n
Penyelesaian
24.850
28.050
30.650
14.250
6.186
4.205
6.766
2.102
4.059
6.132
(19.331)
5.081
2.320
(17.520)
10.391
8.868
10.191
(14.250)
(15.200)
Total BOP setelah
alokasi b. dept. jasa: A
+B
35.241
36.918
40.841
0
BOP Tetap
17.350
18.800
19.900
BOP Variabel
17.891
18.118
20.941
A. Total BOP sebelum
alokasi biaya dept.
jasa
Alokasi b. dept. jasa:
-Penanganan BB
-Kafe
B. Tot. alokasi b. dept.
jasa
Penangana
n BB
Kafetaria
Total
15.200 113.000
0 113.000
Langkah 6: Penghitungan Tarif Overhead
Departemen
Biaya departemen
jasa setelah
dialokasikan ke
departemen produksi
akan bersaldo nol.
Setelah semua biaya
departemen jasa dialokasikan
ke departemen produksi, maka
langkah selanjutnya adalah
membebankan biaya
departemen produksi ke
produk dengan menggunakan
tarif biaya overhead berbasis
unit.
Biaya Dept.
Penanganan
Bahan Baku
Rp 0
Departemen
Pemotongan
Rp Rp 35.240.551
Biaya Dept. Kafé
Rp 0
Departemen
Perakitan
Rp 36.918.110
Departemen
Penyelesaian
Rp 40.841.339
Gambar 5-9 Pembebanan Biaya Departemen Produksi
Ke Produk Dengan Metode Aljabar
Anggaran BOP
dept. produksi
Setelah alokasi
biaya dept. jasa
Tarif Overhead Pabrik = -----------------------Kapasitas Normal
Unit Driver
Tabel 5.9
PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru
Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik
(Diasumsikan Metode Alokasi Aljabar Yang Digunakan)
Dept. Produksi
Pemotongan
BOP setelah alokasi
BOP tetap
BOP variabel
Perakitan
Penyelesaian
35.240.551
17.350.000
17.890.551
36.918.110
18.800.000
18.118.110
40.841.339
19.900.000
20.941.339
- Kap. Normal
300.000 JM
150.000 JKL
200.000 JM
Tarif BOP Total
Tarif BOP Tetap
Tarif BOP Variabel
117,47/JM
57,83/JM
59,64/JM
246,12/JKL
125,33/JKL
120,79/JKL
204,21/JM
99,50/JM
104,71/JM
Langkah 7: Perhitungan Harga Pokok
Produk
Produk A
BBBL
Rp20.000.000
BTKL
Rp18.000.000
Dept. Pemotongan
200.000 JM
Dept. Perakitan
70.000 JKL
Dept. penyelesaian 150.000 JM
Produksi
10.000 unit
Produk B
Rp15.000.000
Rp17.000.000
120.000 JM
50.000 JKL
100.000 JM
10.000 unit
Hitung biaya produksi per unit untuk produk A dan
produk B dengan menggunakan tarif BOP - Metode
Aljabar.
Jawab:
Biaya BBBL
BTKL
BOP:
Departemen Pemotongan:
200.000 JM x Rp 117,47
120.000 JM x Rp 117,47
Departemen Perakitan:
70.000 JKL x Rp 246,12
50.000 JKLx Rp 246,12
Departemen Penyelesaian:
150.000 JM x Rp 204,21
100.000 JM x Rp 204,21
Total
Produksi
Biaya produksi per unit
Produk A
Rp20.000.000
18.000.000
Produk B
Rp15.000.000
17.000.000
23.494.000
14.096.400
17.228.400
12.306.000
30.631.500
------------------Rp109.353.900
10.000 unit
Rp10.935
20.421.000
-----------------Rp78.823.400
10.000 unit
Rp7.882
Tujuan 7: Langkah-Langkah Perhitungan BOP
pada Akhir Periode
• Mengidentifikasi biaya langsung dan biaya
tidak langsung sesungguhnya untuk setiaap
departemen
• Mengumpulkan data konsumsi cost driver
sesungguhnya
• Mengalokasikan biaya tidak langsung
sesungguhnya ke masing-masing departemen
• Mengalokasikan biaya departemen jasa
sesungguhnya ke departemen produksi
dengan menggunakan metode yang sama
dengan perhitungan tarif BOP pada awal
periode
Tujuan 8: Akuntansi BOP Departemen
• Misalkan informasi yang diperoleh dari
PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru
sbb.:
BOP sesungguhnya Dept. Pemotongan
sebesar Rp 45 juta untuk 320.000 JM,
Dept. Perakitan sebesar Rp 30 juta untuk
120.000 JKL, dan Dept. Penyelesaian
sebesar Rp 50 juta untuk 250.000 JM.
(Tarif BOP dengan metode aljabar)
• Buat jurnal yang berkaitan dengan BOP
1.
Mencatat BOP dibebankan ke produk
Persediaan BDP – Pemotongan
(320.000 x Rp 117,47)
37.590.400
Persediaan BDP – Perakitan
(120.000 x Rp 246,12)
29.534.400
Persediaan BDP – Penyelesaian
(250.000 x Rp 204,21)
51.052.500
BOP – Pemotongan
37.590.400
BOP – Perakitan
29.534.400
BOP – Penyelesaian
51.052.500
BOP Dibebankan = kapasitas sesungguhnya x Tarif BOP
2. Mencatat BOP sesungguhnya:
BOP – Dept. Pemotongan 45.000.000
BOP – Dept. Perakitan
30.000.000
BOP – Dept. Penyelesaian 50.000.000
Berbagai rek. dikredit
125.000.000
3. Menutup rek. BOP dan mencatat selisih:
Selisih BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600
Selisih BOP – Dept. Perakitan
465.600
BOP – Dept. Penyelesaian
1.052.500
BOP – Dept. Pemotongan
7.409.600
BOP – Dept. Perakitan
465.600
Selisih BOP – Dept. Penyelesaian
1.052.500
Perhitungan:
BOP sesungguhnya
BOP dibebankan:
Selisih BOP
Dept.
Dept.
Dept.
Pemotongan Perakitan Penyelesaian
45.000.000
30.000.000 50.000.000
37.590.400 29.534.400 51.052.500
7.409.600R
465.600R 1.052.500L
4. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
BOP Sesungguhnya
BOP Tetap Dianggarkan:
300.000 x Rp 57.83
150.000 x Rp 125,33
200.000 x Rp 99,50
BOP Variabel Sesungguhnya
BOP Variabel Dianggarkan:
320.000 x Rp 59,64
120.000 x Rp 120,79
250.000 x Rp 104,71
Selisih Pengeluaran
Selisih Kapasitas:
( 300.000 – 320.000) x Rp 57,83
(150.000 – 120.000) x Rp 125,33
(200.000 – 250.000) x Rp 99,50
Total Selisih BOP
Pemotongan
45.000.000
Perakitan
30.000.000
Penyelesaian
50.000.000
(17.349.000)
(18.799.500)
---------------27.651.000
(19.900.000)
------------------------------11.200.500
30.100.000
(19.084.800)
(14.494.800)
(26.177.500)
----------------- ------------------ ----------------8.566.200 R
(3.294.300) L
3.922.500 R
------------------ ----------------- ----------------(1.156.600) L
3.759.900 R
(4.975.000) L
----------------- --------------- -----------------7.409.600 R
465.600 R
1.052.500 L
----------------- --------------- -------------------
5. Mencatat selisih overhead pabrik:
Selisih Pengeluaran – Dept. Pemotongan 8.566.200
Selisih Pengeluaran – Dept. Penyelesaian 3.922.500
Selisih Kapasitas – Dept. Perakitan.
3.759.900
Selisih BOP – Dept. Penyelesaian
1.052.500
Selisih Pengeluaran – Dept. Perakitan
3.294.300
Selisih Kapasitas – Dept. Pemotongan
1.156.600
Selisih Kapasitas – Dept. Penyelesaian
4.975.000
Selisih BOP – Dept. Pemotongan
7.409.600
Selisih BOP – Dept. Perakitan
465.600
•
6. Menutup Selisih Biaya Overhead Pabrik:
Harga Pokok Penjualan
Selisih Pengeluaran –
Dept. Perakitan
Selisih Kapasitas –
Dept. Pemotongan
Selisih Kapasitas –
Dept. Penyelesaian
Selisih Pengeluaran –
Dept. Pemotongan
Selisih Pengeluaran –
Dept. Penyelesaian
Selisih Kapasitas –
Dept. Perakitan
6.822.700
3.294.300
1.156.600
4.975.000
8.566.200
3.922.500
3.759.900
Tujuan 9: Pengaruh Otomasi Pada Tarif BOP
Berbasis Volume
Pada lingkungan operasi otomasi,
pembebanan BOP berdasarkan jam
kerja langsung (JKL) dapat memberikan
keputusan yang salah. Misalnya, untuk
mengurangi BOP, manajemen
mengurangi BTKL. Tapi kenyataannya
BOP malah bertambah karena
manajemen mengganti tenaga kerja
dengan mesin atau komputer.
Download