Laporan Pendahuluan Nama : Apriadi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit A. Definisi Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi dan organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses penyembuhan penyakit. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan, jumlah itu tergantung usia, jenis kelamin dan kandungan lemak (Tarwoto, dkk. 2015). Cairan tubuh terdisi atas dua kompartemen utama yang dipisahkan oleh membrane semipermeabel. Kedua kompartemen tersebut adalah kompartemen intraseluler dan esktraseluler. Sekitar 65% cairan tubuh berada didalam sel, atau intraseluler. Sisanya 35% cairan tubuh berada di luar sel, atau ekstraseluler (Vaughans, 2013 ). Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hamper 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh (Hidayat & Hidayat, AA. 2008). B. Distribusi Cairan dalam Tubuh Menurut Saputra (2013), cairan tubuh terdiri atas dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. a. Cairan Intraseluler (CIS) Cis merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kimia sel berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water atau TBW). Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubh atau 2/3 dari TBW. b. Cairan Ekstraseluler (CES) CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dn menyusun 30% dari TBW. CES terdiri atas cairan cairan intravaskuler, cairan interstisial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler atau plasma darah merupakan 5% dari berat badan total, sedangkan cairan interstisial merupakan cairan antar sel dan disekitar pembuluh darah 10-15% berat badan total. C. Pengeluaran Cairan Pengeluaran cairan terjadi melalui beberapa proses atau organ menurut Haswita.dkk (2017), yaitu: 1. Urine (Ginjal) Proses pembentukan urine oleh ginjal dan eksresi melalui traktur urinarius merupakan proses keluaran cairan tubuh yang utama. Jumlah urine yang diproduksi dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, yang mana hormon ini mempengaruhi eksresi air dan natrium serta distimulasi oleh perubahan volume darah. 2. Feses (gastrointestinal) Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). 3. Insensible Water Loss (IWL) a. Insensible water loss terjadi melalui paru-paru dan kulit. Kehilangan air melalui paru-paru tidak dapat dirasakan oleh individu, dalam sehari rata-rata kehilangan air mencapai 400 ml. b. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh sistem saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat. Stimulasi kelenjar kringat dapat dihasilkan dari olahraga otot, peningkatan suhu lingkungan dan peningkatan aktivitas metabolik. Rata-rata kehilangan air mencapai 15-20 ml/hari. Perhitungan IWL dewasa menggunakan rumus: IWL= 15 𝑐𝑐 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎n D. Fisiologi Sistem Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Menurut Hidayat (2009), pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru dan gastrointestinal. a. Ginjal Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengukur kebutuhan cairan dan elektrolit. Dapat dilihat dari fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengaturan konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerolus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerolus. 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urin yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam. b. Kulit Kulit merupakan bagian penting pengatur cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik gengan kemampuan mengendalikan anteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. c. Paru-paru Paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas. d. Gastrointestinal Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat celcius (Tarwoto & Wartonah, 2011). Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem hormonal (anti diuretik hormone-ADH), aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid dan mekanisme rasa haus. E. Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit Menurut Heriana (2014), beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya usia, temperatur lingkungan, diet, stress dan sakit. a. Usia Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit. Pada bayi atau nak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu asupan cairan yang besar yang diimbangi dengan haluaran yang besar, metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak lagi mampu mengatur konsentrasi urine (Ambarwati, 2014). b. Temperatur lingkungan Temperatur yang tinggi akan menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 gram/hari. c. Diet Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi edema. d. Stress Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatan produksi ADH dan penurunan produksi air. e. Sakit Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan. F. Macam-macam gangguan pada kebutuhan cairan dan elektrolit Menurut Saputra (2013) gangguan keseimbangan cairan terdiri dari ketidakseimbangan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. a. Ketidakseimbangan cairan Gangguan volume cairan dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu kekurangan cairan (hipovolume atau dehidrasi) dan kelebihan cairan (hipervolume). b. Ketidakseimbangan elektrolit Ketidakseimbangan elektrolit dapat dibedakan menjadi 12 jenis yaitu sebagai berkut: - Hiponatremia - Hipomagnesia - Hypernatremia - Hipermagnesia - Hipokalemia - Hipokloremia - Hiperkalemia - Hiperklaremia - Hipokkalasemia - Hipofosfatemia - Hiperfosfatemia - Hiperkalasemia - Hipomagnesia RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian keperawatan a. Riwayat keperawatan a) Keluhan Utama Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum) dan gatal pada kulit. b) Riwayat ksehatan sekarang Kesehatan yang dialami klien pada saat dirawat dirumah sakit c) Riwayat kesehatan terdahulu Kaji adanya riwayat penyakit terdahulu yang saat itu pernah dialami oleh klain, dan kaji riwayat penggunaan obat yang di konsumsi oleh klien b. Pemeriksaan fisik Menurut Brunner & Suddarth (2013), hasil pemeriksaan fisik yang biasa ditemukan terkait pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit adalah: a) Keadaan umum Keadaan umum klien lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Tingkat kesadaran klien menurun dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. b) Tanda-tanda vital Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan regular, dan suhu bisa terjadi hipotermi atau hipertermi. c) Antropometri Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebian cairan. d) Kepala e) f) g) h) i) j) k) Kaji bila ada keluhan Mata Kaji konjungtiva pada bagian mata Mulut dan bibir Membrane muka keing atau lembab, bibir kering atau pecah-pecah, lidar kotoratau tidak Hidung Perikasa adakah sianosis, bernapas menggunakan cuping hidung, terdapat kotoran hidung atau tidak Telinga Ada sianosis atau tidak, lihat kesimetrisan daun telinga, telinga kotor atau tidak Leher Periksa adanya peningkatan kelenjar tiroid atau tidak Thoraks I : terjadi retraksi dinding dada, pergerakan simetris kiri kanan P : bagian dada simetris atau tidak, getaran pada dadakarema udara pernapasan P : bunyi perkusi resonan, hiperresonan, dullness A : terdengar nafas normal atau tidak Jantung I : dilihat ada atau tidak kesimetrisan pada dada, adanya jaringan parot P : nadi dirasakan cepat atau lambat P : terdengar bunyi jantung pekak, batas jantung mengalami pergeseran A : bunyi jantung irregular dan cepat l) Abdomen I : perhatikan adanya edema, perubahan warna kulit P : adanya distensi abdomen, terdapat hepatomegaly dan splenomegali P : bunyi pekak karena adanya asite A : terdengar bising usus dalam batas normal m) Genital Pasien dengan gangguan kebutuhan cairan biasanya akan mengalami masalah proses eliminasi BAK maupun BAB n) Ektremitas Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, cek crt normal jika kurang dari 3 detik, akral dingin/hangat, clubbing finger o) Kulit Kaji turgor kulit, adanya edema, warna kulit, bersisik atau tidak, terjadi pericarditis c. Pemeriksaan penunjang laboraturium - Kadar elektroli serum - Pemeriksaan darah lengkap - Kadar kreatinin darah Pemeriksaan berat jenis urine dan pH Analisa gas darah arteri d. Diagnosa keperawatan 1. Resiko ketidakseimbangan cairan Batasan karakteristik : - Penurunan tekanan darah - Penurunan haluaran urin - Penurunan turgor kulit - Peningkatan frekuensi nadi - Ansietas - Perubahan berat jenis urine Factor yang berhubungan - Prosedur pembedahan mayor - Penyakit ginjal dan kelenjar - Perdarahan - Luka bakar 2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit Factor yang berhubungan - Gagal ginjal - Anoreksia nervosa - Dibetes militus luka bakar penyakit chron 3. Diare Batasan karakteristik - Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam - Feses lembek - Urgensi - Nyeri abdomen - Bising usus hiperaktif Factor yang berhubungan - Kanker kolon - Diverticulitis - Iritasi usus - Gastritis - Demam typhoid - Hepatitis PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Resiko ketidakseimbangan setelah dilakukan asuhan cairan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan teratasi Definisi : beresiko dengan kriteria hasil : mengalami penurunan, - Kelebihan volume cairan peningkatan atau dapat dikurangi percepatan perpindahan - keseimbangan asupan dan cairan dari intravaskuler, haluaran dalam 24jam interstisial, intraseluler - bb stabil - berat jenis urine dalam batas normal - memiliki konsentrasi urine dalam batas normal - hb dan ht dalam batas normal - memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang normal - menampilkan hidrasi yang baik - Resiko ketidakseimbangan setelah dilakukan asuhan elektrolit keperawatan diharapkan kebutuhan elektrolit teratasi Definisi : beresiko dengan kriteria hasil : mengalami perubahan - pasien tidak mengalami kadar serum elektrolit ketidakseimbangan elektrolit - denyut dn irama jantung normal - noniritabilitas neurovaskuler normal - elektrolit serym dalam batas normal - tidak mengalami distritmia intervensi manajemen cairan - Monitor status hidrasi - Monitor bb harian - Monitor bb sebelum dan sesudah dialysis - Monitor hasil pemeriksaan laboraturium - Monitor status hemodinamik - Berikan asupan cairancatat intake output dan balance cairan 24jam - Berikan cairan intravena, jika perlu - Kolaborasi pemeberian diuretic, jika perlu Pemantauan cairan - monitor tekanan darah - monitor waktu pengisian kapiler - monitor elastisitas, turgor kulit - monitor kadar albumin - monitor hasil pemeriksaan serum - identifikasi tanda-tanda hypovolemia - identifiksi tanda-tanda hypervolemia - identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan Pemantauan elektrolit - identifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit - monitor kadar elektrolit serum - monitor tanda gejala hipokalemia - monitor tanda gejala hiperkalemia manajemen elektrolit - identifikasi kehilangan elektrolit - berikan cairan, jika perlu - berikan diet yang tepat - asupan dan haluaran caira akan seimbang - tidak mengalami kehilangan turgor kulit Diare setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Definisi : pengeluaran diare teratasi dengan kriteria feses yang sering, lunak hasil : dan tidak berbentuk - diare dapat dihilangkan dan dikendalikan - tidak ada gangguan pola eliminasi - tidak ada pengendalian defekasi - tidak ada darah dan lender pada fese - terhidrasi dengan baik - mempertahankan asam basa dengan normal - anjurkan pasien dan keluarga untuk modifikasi diet - kolaborasi pemberian suplemen elektrolit Manajemen diare - identifikasi penyebab diare - identifikasi riwayat pemberian mkanan monitor warna, volume, frekuensi tinja - anjurkan menhindari makanan yang mengandung gas - kolaborasi pemberian obat pengeras feses Manajemen eliminasi fekal - identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar - monitor buang air besar - monitor tanda gejala diare, konstipasi, inspaksi - sediakan makanan tinggi serat - anjurkan meningktkan aktifitas fisik - kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu Pemantauan cairan - monitor tekanan darah - monitor waktu pengisian kapiler - monitor elastisitas, turgor kulit - monitor kadar albumin - monitor hasil pemeriksaan serum - identifikasi tanda-tanda hypovolemia - identifiksi tanda-tanda hypervolemia - identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan DAFTAR PUSTAKA Tarwoto, dkk. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan ke-3. Jakarta: TIM Vaughans, Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Edisi 1. Yogyakarta: Rapha Publishing. Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan: Binapura Aksara Publisher. Heriana ,Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Kalimantan Barat: Binapura Askara Publisher. Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volum 2. Jakarta: EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id