Uploaded by User64022

contoh anat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Anatomi Fisiologi Columna Vertebralis Cervicalis
Columna vertebralis terdiri dari 32-34 ruas yang terbagi atas 7
ruas vertebra cervicalis, 12 ruas vertebra thoracalis, 5 ruas vertebra
lumbalis, 5 ruas vertebra sacralis, dan 3-5 ruas vertebra coccygeus.
Columna vertebralis berfungsi sebagai penyangga berat tubuh untuk
dapat berdiri tegak dan sebagai pelindung medulla spinalis. Medulla
spinalis adalah bagian dari system syaraf pusat yang bermula pada
medulla oblongata menjulur kearah caudal melalui foramen magnum
dan berakhir diantara vertebra lumbalis satu dan vertebra lumbalis
dua, kemudian meruncing sebagai conus medulari. Medulla spinalis
berfungsi untuk mengadakan interaksi antara otak dan seluruh tubuh,
sebagai pusat gerak pada otot seluruh tubuh, mengantarkan rangsangan
dari otot dan sendi ke cerebral, dan pusat reflex spinal.
Struktur columna vertebralis memiliki badan atau sentrum
menyangga sebagian besar berat tubuh, lengkung saraf (vertebra) yang
terbentuk dari dua pedikel dan lamina membungkus rongga saraf dan
menjadi lintasan medulla spinalis. Sebuah processus spinosus
menonjol dari lamina ke arah posterior, dan inferior untuk tempat
8
9
perlekatan otot. Processus transversus menjorok ke arah lateral. (Ethel
sioane, 2003)
Gambar 2.1. Columna Vertebra (Netter,2000 )
Keterangan gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Apofisis transversas
Promontorio
Cervicales
Toracicas
Lumbares
Sacro
Coccix
Promontorio
9. Orificios sacros
10. Vertebra prominente
11. Apofisis espinosas
12. Discos intervertebrales
13. Orificios intervertebrales
14. Cresta sacra
15. Coccix
Vertebra cervicalis secara umum memiliki bentuk tulang yang
kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada
belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang
procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya
dari C1-C7 (C dari cervicalis), namun beberapa memiliki sebutan
khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Vertebra cervicalis ke 1,
10
ke 2, dan ke 7 merupakan vertebra cervicalis dengan modifikasi,
sedangkan yang lain merupakan vertebra yang khas. Korpus-korpus
suatu vertebra cervikalis yang khas dan berbentuk oval dengan
diameter transversal yang lebih panjang. Permukaan atas mempunyai
bibir lateral yang meninggi sehingga permukaan tersebut menjadi
cekung. Permukaan inferior berbentuk pelana yang cembung pada
arah transversal dan cekung pada arah anteroposterior dengan
demikian pinggir-pinggir lateral melandai tetapi pinggir anterior
mempunyai sebuah penebalan yang menojol ke bawah. Adanya ciriciri yang berlawanan dari dua permukaan membuat persendian di
antara vertebara yang berdekatan menjadi lebih kuat. Hubungan
persendian yang sedikit terdapat di antara bagian-bagian lateral dari
korpus vertebra.
Keterangan gambar :
1. Dens of axis
2. Groove for vertebral artery
and first cervical nerve
3. C1 (atlas)
4. C2 (axis)
5. C3
6. C4
7. C5
8. C6
9. C7 (vertebra promnens)
Gambar 2.2 vertebrae cervikalis (Netter,2000)
11
Foramen vertebra luas dan berbentuk segitiga karena adanya
pedikel-pedikel yang kecil dan berbentuk selinder yang arahnya
menuju posterolateralis serta adanya lamina-lamina yang panjang
dan sempit.
Prosesus spinosus kecil dan menjorok
ke belakang.
Ujungnya terbelah dua yang puncaknya menjadi dua tuberkulum,
ligamentum nukhae diletakan pada ujung-ujungnya ini.
Prosesus artikularis superior mempunyai fasies artikularis
menjorok ke atas dan ke belakang berlawanan dengan fasies
artikularis inferior yang fasies artikularisnya menjorok ke bawah
dan ke muka. Pada persendian kolumna vertebra prosesus
artikularis semua vertebra cervicalis membentuk sebuah tiang
pancang tulang yang bersambung yang tak ditemukan pada
bagian kolumna vertebra, dan menjadi tempat lekat dari muskuli
multifidus dan longisimus kapitis.
Prosesus transversus pendek, ramping, menjorok ke lateral
dan sedikit ke muka serta kebelakang. Masing-masing prosesus
transversus muncul dari dua radiks, yaitu radiks anterior di
letakkan pada persambungan pedikel dan lamina. Kedua radiksradiks tersebut melengkapi lingkaran foramen transversarium di
antaranya. Di sebelah lateralis, kedua radiks-radiks tersebut
12
berakhir sebagai tuberkulum-tuberkulum anterior dan posterior
yang di persatukan oleh sebuah batang tulang yang di sebut
batang kostransversarium yang mengikat foramen transversium
pada sisi lateral. Hanya bagian medialis radiks posterior yang
sesuai
dengan
prosesus
transversus
kostotranversarium
menggambarkan elemen kosta yang dipersatukan
prosesus
transversus. Foramina tranversaria
dengan
dari vertebra
cervikalis keenam ke atas di lewati oleh ateri dan vena vertebralis,
sedangkan vertebra cervicalis ketujuh hanya dilewati vena
vertebralis asesorius. Di sebelah medialis dari tuberkulun,
permukaan superior dari batang kostotranversarium mempunyai
alur utuk ramus vertebra primer nervus posterior, alur tersebut
berjalan disebelah posterior foramen tranversarium.
Tuberkulum anterior (pada vertebra cervikalis ke 3 sampai ke
6) menjadi tempat lekat muskulus skalenus anterior, muskulus
longus kapitis dan pars oblikum muskulus longus sevisis.
Tuberkulum posterior merupakan origo dari muskulus skalenus
medius (di semua vertebra cervicalis), muskulus skalenus
posterior dan muskulus levator skapula (vertebra cervicalis ke 1
sampai ke 4).
Tuberkulum anterior dari vertebra cervicalis ke 6 lebih lebar,
terletak tepat posterior dari arteri karotis komunis, dengan
demikian ateri tersebut dapat ditekan pada tuberkulum anterior
13
vertebra cervikalis ke 6 ini, maka tuberkulum ini disebut
tuberkulum karotikum.
Vertebra cervicalis pertama dinamakan atlas disamakan
dengan dewa yunani yang menahan beban tiang-tiang panjang
surga. karena vertebra cervicalis ke 1 menahan berat kepala.
Bentuknya seperti cincin yang berbeda dengan vertebra cervicalis
yang lain karena tidak mempunyai korpus dan hanya mempunyai
sebuah
prosesus
spinosus
yang
rudimenter.
Porosnya
dipersatukan dengan poros eksis (vertebra cervicalis ke 2) untuk
membentuk
prosesus
odontoid,selain itu atlas
kehilangan
korpusnya.
vertebra cervicalis kedua dinamakan aksis (berarti sebuah
poros) karena prosesus odontoid bekerja sebagai poros dimana
tengkorak berotasi mengelili atlas. Identifikasi dan posisi
anatomis : mudah di kenal, untuk meletakannya dalam posisi
anatomis maka dens atau prosesus odontoid menjorok vertikal ke
atas dari bagian anterior korpus. Prosesus adontoid kecil,
tingginya lebih dari 1 cm. Apeknya diletakkan ligamentum
aplikasi yang merupakan sisa-sisa dari notochord. Di bawahnya
terdapat dua buah tuberkulum lateralis yang menjadi tempat letak
dari ligamentum alaris. Di sebelah anterior terdapat sebuah fasies
yang berbentuk oval untuk bersendi dengan dengan arkus anterior
atlas. Di sebelah posterior terdapat sebuah lekukkan dengan
14
permukaan yang licin untuk bergesaran
dengan ligamentum
transversum atlas.
Gambar 2.3 vertebrae cervikalis 1 dan 2 (Netter, 2000)
Keterangan gambar :
1. Transverse
process
2. Transverse
foramen
3. Interior articular
surface of lateral
mass for axis
4. Anterior arch
5. Anterior tuberde
6. Articular facet for
dens
7. Vertebral foramen
8. Posterior arch
9. Posterior tuberde
10. Interior articular
process
11. spinous process
12. Transverse process
13. Posterior articular facel
14. Dens
15. Interarticular part
16. Superior articular facet for
atlas
17. Superior articular surface
for occipital condyle
18. Posterior articular facel
19. Dens
20. Atlas (C1)
21. Axis (C2)
22. C3
23. C4
Vertebra cervicalis ketujuh disebut vertebra prominens
karena ia mempunyai prosesus spinonosus yang paling panjang di
15
antara vertebra cervicalis yang lainnya, dan vertebra ini yang
paling pertama kali terabah dengan jelas pada lekuk nukhae dari
punggung leher. meskipun prosesus spinosus vertebra thorakalis
yang dibawahnya lebih menonjol tetapi vertebra cervicalis
ketujuh yang paling pertama dapat di palpasi. tidak seperi
prosesus spinosus cervikalis yang di atasnya ,vertebra cervicalis
ini mempunyai sebuah tuberkulum tunggal pada ujungnya yang
tidak terbelah dua. Keliatannya sangat mirip dengan vertebra
thorakalis pertama tetapi dapat dibedahkan dengan adanya
foramina transversaria pada prosesus transversusnya dan tidak
ditemukannya fasies kostalis di korpusnya.
2.
Patologi Trauma Vertebra Cervicalis
a.
Fraktur
Fraktur cervikalis sering disebabkan oleh benturan kuat atau
trauma pukulan kepala. Oleh karena tulang leher merupakan
bagian dari tulang belakang, tempat pusat susunan syaraf pusat
dari otak keseluruh tulang belakang lewat, maka kecelakaan
fraktur atau patah tulang leher termasuk kecelakaan berat.
Tandanya jika terjadi fraktur tulang leher ini leher akan tengadah,
sementara tangan seluruhnya tidak dapat digerakkan, karena
syaraf yang menggerakannya cedera.
16
Gambar 2.4 Fraktur cervicalis (Fikri, 2013)
b.
Cervicalis Syndrome
Cervicalis syndrome adalah syndrome atau keadaan yang
ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi pada radiks syaraf
cervicalis yang yang ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher
(tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan
radiks yang terkena. Rasa nyeri yang dijalarkan ini disebut nyeri
radikuler, artinya bahwa rasa nyeri tersebut berpangkal pada
tempat perangsangan, dan menjalar ke daerah persyarafan radiks
yang terkena, dimana daerah ini sesuai dengan kawasan
dermatom. Manifestasi nyeri tengkuk dapat berlokasi di daerah
tengkuk sendiri atau menyebar ke tempat lain, daerah sebaran
yang terbanyak adalah anggota gerak atas dan kepala.
17
Gambar 2.5. Cervicali syndrome (Bernard, 2001)
Keterangan gambar :
c.
1. Spinal cord
2. Vertebral facet
3. Vertebral facet
Spondilosis cervicalis
Spondilosis
4. Ligament tear
5. Herniated disc
cervicalis
merupakan
suatu
penyakit
yang
menyerang usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan
tulang
belakang
di
leher
mengalami
kemunduran
(degenerasi).Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri
cervicalis, nyeri tengkuk atau cervicalis syndrome merupakan
keluhan yang sering di jumpai di praktek klinik. Tiap tahun
16,6% populasi dewasa mengeluh rasa tidak enak di leher, bahkan
0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat. Incidence nyeri
leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering
mengenai
pria
dari
pada
Wanita
dengan
perbandingan
1,67:1. Meskipun dapat sebagai akibat adanya proses patologis
pada jaringan lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang
18
berhubungan dengan cervicalis spine. Sumber nyeri leher yang
berhubungan dengan cervicalis spine antara lain cervicalis
spondylosis, radiculapathy atau kompresi pada radix saraf,
myelopathy atau kompresi pada medulla spinalis cervicalis,
cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal. Spondilosis cervicalis
disebabkan
karena
proses
penuaan.
Perubahan
radiologis
ditemukan pada 75% pasien diatas 50 tahun yang tidak
mempunyai keluhan spontan yang berkaitan dengan leher. Karena
perubahan tampaknya lebih dini pada pria, diperkirakan sebagian
berhuhungan dengan cedera kerja, namun jarang ditemukan
adanya kejadian yang berhubungan langsung. Namun cedera jelas
merupakan faktor yang mempresipitasi gejala pada pasien
penderita spondilosis.
Gambar 2.6.Cervikalis spondilosis (Mujiburrahim, 2012)
19
3.
Teknik pemeriksaan radiografi vertebra cervicalis
a.
Proyeksi AP Axial
1) Posisi pasien : supaine atau erect
2) Posisi obyak : Atur pertengahan Mid Sagital Plane tubuh
pada pertengahan bucky stand atau meja pemeriksaan.
Ekstensikan dagu pasien sehingga Occlusal Plane tegak lurus
terhadap bucky stand atau meja pemeriksaan.
3) Central Ray : 15o-20o cephalad
4) Central Point : Cervicalis ke-4
5) FFD
: 100 cm
Gambar 2.7.Proyeksi AP axial (Balinger, 2003)
20
6) Hasil radiograf
Gambar 2.8 Hasil Radiograf AP Axial (Balinger, 2003)
7) Kriteria Radiografi :
a) Area terlihat dari Cervical III sampai Thoracal II dan
tampak soft tissue di sekitarnya.
b) Bayangan mandibula dan occiput superposisi di atas atlas
dan sebagian besar dari axis.
c) Diskus Intervertebralisnya terbuka
d) arah prosesus spinosus sama jauhnya dari kedua pedikel
dan berada pada pertengahan korpus cervicalis
e) Jarak angulus mandibula dan prosesus mastoid sama
jauhnya dari vertebra
21
b.
Proyeksi Lateral
1) Posisi pasien : erect
2) Posisi Obyek : Atur pertengahan Mid Coronal Plane tubuh
pada pertengahan bucky stand. Atur kedua tangan pasien di
belakang tubuh dan ditarik kebawah agar kedua bahu dalam
satu garis horizontal. Elevasikan dagu agar ramus mandibula
dan tulang cervicalis tidak superposisi.
3) Central Ray
: Horizontal
4) Central Point : Cervicalis ke-4 (Cartilage Tyroid)
5)
FFD
: 100cm
Gambar 2.9. Proyeksi Lateral (Balinger, 2003)
22
6) Hasil radiograf
Gambar.2. 10. Hasil Radiograf lateral (Balinger, 2003)
7) Kriteria Radiograf :
a) Ketujuh vertebra cervicalis terlihat
b) Leher
ekstensi
sehingga
ramus
mandibula
tidak
overlapping dengan atlas atau axis
c) Tidak ada rotasi atau tilting dari vertebra cervicalis yang
mencakup terbukanya zygapophyseal joints dan diskus
intervertebralis
d) Tampak bentuk prosesus spinosus
e) Vertebra Cervicalis IV berada di pertengahan kaset
f)
Terlihat tulang dan soft tissue secara detail
23
c.
Proyeksi RPO dan LPO
1) Posisi pasien : Tempatkan pasien dalam posisi terlentang atau
tegak menghadap tabung x-ray. Posisi tegak (berdiri atau
duduk)
lebih
baik
untuk
kenyamanan
pasien
dan
memudahkan untuk memposisikan pasien.
2) Posisi objek : Posisikan tubuh pasien dengan sudut 45o, dan
pusatkan cervicalis di tengah kaset. Atur pusat kaset pada
cervicalis ke tiga (1 inch atau 2,5 cm) superior ke titik yang
paling menonjol dari kartilago tiroid) untuk mengimbangi
angulasi cephalic dari pusat sinar.
Gambar 2. 11 Proyesi LPO (Baliger, 2003)
24
Gambar 2.12 Proyeksi RPO(Balinger, 2003)
3) Hasil radiograf
Gambar 2.13 Hasil Radiograf RPO (Balinger, 2003)
25
Gambar 2.14 Hasil Radigraf LPO (Balinger, 2003)
4) Kriteria Radiograf:
Berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas :
a) Foramina intervertebralis membuka pada gambaran dari
Cervicalis ke 2,Cervicalis ke 3,Cervicalis ke 7,dan
Thorakal 1
b) Terbuka diskus intervertebralis space
c) Ukuran dan kontur foramina sama
d) Dengan mengangkat dagu sehingga tidak menyababkan
overlaping pada atlas dan axis
e) Tulang oksipital tidak tumpang tindih aksis
f)
Tampak keseluruhan vertebra Cervicalis ke 1 sampai
Cervicalis ke 7 dan Thorakal ke 1
26
d.
Proyeksi RAO
1) Posisi Pasien : Mintalah pasien duduk atau berdiri lurus dan
rileks. Kemudian sandarkan bahu yang berdekatan dengan
grid vertikal bertujuan untuk dukungan. Pastikan bahwa
rotasi tubuh adalah 45o. Pasien diminta melihat lurus ke
depan, dan jika diperlukan angkat dan julurkan dagu sehingga
mandibula tidak tumpang tindih tulang belakang. Hindari
rotasi
dagu
untuk
mencegah
superposisi
dengan
cervicalis.Posisi Semisupine : Putar kepala pasien dan tubuh
sekitar 45o. Kemudian pusatkan cervicalis spine pada garis
tengah grid. Berikan pengganjal di bawah dada dan pinggul
ditinggikan. Selain itu beri pengganjal di bawah kepala
pasien, dan sesuaikan sehingga kolumna cervicalis mendatar.
Periksa kembali dan sesuaikan rotasi tubuh 45o. Tinggikan
dagu pasien dan julurkan rahang seperti untuk posisi berdiri.
Hindari rotasi dagu untuk mencegah superposisi dengan
cervicalis.
2) Posisi objek : Posisikan tubuh pasien dengan sudut 45o, dan
pusatkan cervicalis di tengah kaset. Atur pusat kaset pada
cervicalis tiga (1 inch atau 2,5 cm superior ke titik yang
paling menonjol dari kartilago tiroid) untuk mengimbangi
angulasi cephalic dari pusat sinar.
27
3) Central ray : Sinar diarahkan ke C4 pada sudut 15o-20o
cephalad sehingga sinar pusat bertepatan dengan sudut
foramina
Gambar 2.15 Proyeksi LAO (Balinger, 2003)
Gambar 2.16. Proyeksi RAO (Baliger, 2003)
28
4) Radiograf
Gambar 2.17 Hasil Radiograf RAO( Balinger, 2003)
Gambar 2.18 Hasil radiograf LAO( Balinger, 2003)
29
5) Kriteria Radiografi
a) Foramina
intervertebralis
membuka,
dari
vertebra
cervicalis pertama dan kedua sampai vertebra cervicalis
ketujuh dan thoracal pertama
b) Diskus space intervertebralis terbuka
c) Mengangkat dagu dan rahang menyebabkan mandibula
tidak overlap dengan vertebra cervicalis pertama dan
kedua
d) Tulang oksipital tidak superposisi aksis
e) Tampak ketujuh cervicalis dan vertebra thoracal pertama
B.
Pertanyaan Penelitian
Beberapa pertanyaan yang diajukan untuk penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan
vertebra cervicalis di Instalasi Radiologi Tugurejo Semarang ?
2.
Bagaimana proyeksi pemoteretan dalam pemeriksaan vertebra
cervicalis di Instalasi Radiologi Tugurejo Semarang ?
3.
Mengapa
pemeriksaan
vertebra
cervicalis
pada
proyeksi
anteroposterior menggunakan sinar vertikal tegak lurus kaset
sedangkan dalam teori untuk pemeriksaan vertebra cervicalis pada
proyeksi anteroposterior dilakukkan penyudutan arah sumbu sinar
sebesar 15o sampai dengan 20o?
30
4.
Bagaimana informasi anatomis pada pemeriksaan vertebra cervicalis
di Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang?
Download