Uploaded by User58469

MUKIM DAN MEUNASAH nanda1

advertisement
Nama : Nanda Supiani
Nim
: 150701123
MUKIM DAN MEUNASAH
Oleh : Badruzzaman Ismail
Dilandasi dengan pemikiran awal dalam mencoba membuka ruang muatan spirit Beudoh
Gampong dengan tujuan besar yang mengacu pada symbol-simbol/titik-titik pilar (ikon idial/
geist) kreasi budaya adat aceh yang sangat monumental, yaitu Meunasah. Meunasah adalah
monument ke acehan yang sarat makna dengan nilai-nilai filosofis, historis, agamis, sosiologis,
politis, ekonomis, edukatif, herois yang menjadi sumber fungsi meunasah sebagai wadah
pembelajaran yang bernilai asset masa lulu, masa kini, dan masa depan.maka untuk mencerahkan
Peran dan Fungsi Meunasah dan Mukin,adalah merupakan lanjutan yang sangat kaya/ luas
pembahasannya untuk Tulisan/ kajian-kajian berikutnya.
IKON BUDAYA
Meunasah merupakan triangle in one idea (tiga segi, satu perpaduan idea, cita-cita) yang
melekat pada spirit masyarakat dalam membangun kehidupan. Meunasah mengandung fungsi
utama sebagai sentra titik-titik energy untuk membina kebersamaan, mengolah alam, melindungi
diri untuk mewujudkan kesejahteraan. Meunasah telah menjadi symbol/logo kehidupan
masyarakat Aceh dan memiliki fungsi dan peran otoritas otonomi luas yang dinamik untuk dapat
menggerakkan dan menentukan denyut kehidupan masyarakat.
Sebelum Indonesia merdeka, kekuasaan dan kekuatan koordinasi pembinaan tatanan
masyarakat gampong di Aceh,berada pada lembaga Meunasah sebagai pusat kekuatan
pemerintahan. Segala aspirasi kebutuhan masyarakat terakomodasi pada fungsi meunasah
menjadi tumpuan potensi ketahanan untuk melindungi gampongnya dalam mewujudkan
kesejahteraan. Secara fisik gampong dpimpin oleh keuchik, sedangkan meunasah dipimpin oleh
tengku meunasah.Sebagai panutan masyarakat, maka seorang keuchik, pemangku adat dan
tengku meunasah harus bersifat benar yaitu benar dalam perkataan, benar dalam berbuat,
berbicara benarberpihak kepada yang benar, karena Allah selalu berada dipihak yang benar.
Setelah indonesia merdeka pada awal kemerdekaan Negara republic Indonesia tahun
1945,Aceh turut bergabung bersama republic (perubahan dengan segala konsekuensinya).
Namun fungsi meunasah berlanjut, keuchik,tengku dan prangkat gampong lainnya dipilih oleh
rakyat tanpa SK, langsung berdaulat.Pada tahun 1961 dan seterusnyapemerintah ikut serta dalam
system pemerintahan gampong dan mukim,dimana system pemilihan keuchik dan mukim dari
system tradisional, disesuaikan dengan peraturan pemerintahan R.I oleh pemerintah Daerah Aceh
sendiri, sehinggap pilar-pilar utama budaya adat mulai terkontaminasi.
Hal terpenting lainnya sebagai elemen fungsi meunasah adalah tuha peut gampong atau
unsur pemerintahan gampong yang berfungsi sebagai badan permusyawaratan gampong (Qanun
Aceh, no.10 Tahun 2008, pasal1).Tuha peut adalah susunan pemerintahan demokratis bangsa
Aceh yang sangat gemar bermupakat dan mempunyai saham yang sangat penting dalam
pemerintahan kenegrian.Dalam kontek fungsi meunasah, hal yang sangat menarik adalah fungsi,
peran dan kewenangan yang melekat pada keuchi, yaitu Mono Trias Function (tiga fungsi
kekuasaan dalam ketunggalan).tiga fungsi yaitu hak dan kewenangan; Eksekutor,Yudikator, dan
Legislator.Fungsi utama yang melekat pada meunasah antara lain tempat ibadah/shalat
berjamaah, pengajian, pendidikan, dakwah dan diskusi, musyawarah/mupakat, penyelesaian
sengketa/damai, pengembangan seni, pembinaan/pengembangan generasi muda,
MEMBANGUN PERADABAN DARI MESJID
Masjid adalah tempat yang sangat mulia, dimana setiap untaian doa dalam ibadah kita panjatkan
kepada Allah SWT. Bagi kaum muslimin, terutama di Aceh keberadaan masjid menjadi sarana
pendidikan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian umat.
Pemerintah kota (pemko) Banda Aceh melalui Dinas Syariat Islam (DSI) selalu ingin
menjadikan masjid sebagai basis untuk membangun peradaban islam. Masjid bukan hanya
menjadi sebagai tempat ibadah semata, tapi kehadirannya dapat dioptimalkan untuk mendorong
kegiatan masyarakat, Untuk mewujudkan umat islam yang sejahtera, kokoh, mandiri, disegala
bidang, rumah Allah menjadi tempat yang sangat strategis untuk memikirkan umat hingga
terwujudnya peradaban masyarakat islam yang gemilang. Keberadaaan masjid juga tidak hanya
diukur dari kemegahan dan kemewahan bangunan serta fasilitasnya, tapi dari kemakmurannya.
Memakmurkan masjid bukan dari segi fisik nya saja akan tetapi juga dari segi non fisik.
Masjid Rahmatan Lil Alamin
Sesuai dengan spirit kawasan daarut tauhidd, Masjid ini dirancang dengan memerhatikan
prinsip-prinsip ekosisitem dan ekologi, cahaya matahari yang berlimpah dimamfaatkan dengan
mengunakan solar panel yang kemudian akan diubah menjadi energi listrik untuk pencahayaan
dimalam hari, sedangkan pada siang hari menggunakan skylight pada atap masjid sebagai
pencahayaan pada siang hari, air hujan dimamfaatkan dengan cara menyimpan dalam
groundwater tank yang kemudian digunakan sebagai air wudhu, menyiram tanaman, bahkan
untuk flushing toilet. Overflow air hujan yang tidak ditampung dalam groundwater tank
dibiarkan tumpah kedalam sumur resapan. Bentuk atap limas yang terpangkas dipuncaknya
dipilih karena tampilannnya yang sederhana. Pada atap inilah, solar sel dan skylight terpasang
pada sisi timur dan barat mengikuti jalur perjalanan matahari. Bentuk bujur sangkar pada atap
dibuat transparan dengan ornament kaligrafi bertuliskan Allah yang pada siang hari berfungsi
sebagai skylight dan pada malam hari dapat memancarkan cahaya sebagai orientasi kawasan
Atap limas hanya digunakan pada bangunan utama masjis,sedangkan atap-atap bangunan
pendukung lainnya seperti bangunan yayasan dan bangunan wudhu digunakan atap datar dengan
penutup grassroof (atap berumput), begitu pula extension lantai masjid kearah selatan dan utara
menggunakan grassrof dengan pola shat untuk sholat. Hal ini dilakukan sehingga extension atap
ini tidak terlampau panas pada siang hari dan menghasilkan suasan yang sejuk.Seluruh struktur
utama bangunan menggunakan material baj,sedangkan lantai atap datar menggunakan material
beton, berbambu (bukan beton bertulang), dengan pertimbangan bahwa bambu dalam sama
dengan baja yaitu kuat.
Terhadap gaya tarik, dan material ini mudah didapatkan dari sekitar kawasan. Sebagian
kayu-kayu Eucalyptus yang cukup berlimpah dalam kawsan ini juga dimanfaatkan pada gerbang
masuk dan landscape furniture seperti bangku taman, penyangga lampu tangan dan lain
sebagainya. Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan diatas, diharapkan Masjid ini dapat
memberikan sedikit kontribusi pada ekosistem khususnya iklim mikro kawasan, dan dalam kadar
tertentu dapat memanifestasikan sebagian ajaran islam yang bertujuan menjadi rahmat bagi
semesta alam, yang oleh karenanya Masjid inipun diberi nama : Masjid Rahmatan Lil’Alamin.
Download