Uploaded by User57500

alurinsidenkecelakaan

advertisement
Manajemen Keperawatan
KEEP CALM AND IKHLAS
MENU
IDENTIFIKASI INCIDEN KESELAMATAN PASIEN DAN SISTEM PELAPORANJanuary 30,
2017UncategorizedComments: 0
A. Pendahuluan
Program Keselamatan Pasien di rumah sakit Rumah sakit merupakan tempat yang paling kompleks,
terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar belakang
sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus menerus
(Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan menjamin
keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko tinggi terhadap terjadinya incident
keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling
sering disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal keselamatan, dan hal ini
disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (Reason, 2009).
B. Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden keselamatan pasien/ patient safety
incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai
berikut :
Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis.Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang
tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu 11 tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:“keberuntungan”
(misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat).“pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan dosis lethal,
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).“peringanan” (misalnya
pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).
Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety management sebagai
suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien yang berpotensi atau mengakibatkan efek
diakhir pelayanan, yang dapat dicegah sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden,
2004). KNC juga diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan cedera atau kesalahan,
yang dapat dicegah karena tindakan segera atau karena kebetulanm dimana hasil akhir pasien tidak
cedera (Medical Human Reseources, 2008).
KNC lebih sering terjadi dibandingkan dengan kejadian tidak diharapkan, frekuensi kejadian ini tujuh
sampai seratus kali lebih sering terjadi. Data KNC harus dianalisis agar pencegahan dana pembentukan
sistem dapat dibuat sehingga cedera aktual tidak terjadi. Sebagian besar kasus KNC memberi dampak
pada pada penyebab insiden atau proses hingga kejadian nyaris cedera itu terjadi (Mustikawati, 2011).
Terciptanya keselamatan pasien sangat didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali inisiden
terjadi. Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit didapatkan jika tidak didukung oleh dokumentasi
yang baik (sistem pelaporan). Hal ini dapat mengakibatkan langkah pencegahan dan implementasi untuk
perbaikan sulit dilakukan (Cahyono,2008)
Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit Standar Keselamatan pasien berdasarkan “Buku Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang diterbitkan pada tahun 2006. Menguraikan tentang
Standar Keselamatan Pasien, yang dimana standar tersebut terdiri dari tujuh standar, yaitu : 1. Hak
pasien, 2. Mendidik pasien dan keluarga, 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, 4.
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien, 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, 6. Mendidik staf
13 tentang keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
C. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit
Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan
sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki efek yang terjadi. Upaya untuk
mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas
yang melakukan kesalahan) atau yang berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan terjadinya
suatu kesalahan berupa kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang menyebabkan
kematian atau cedera serius (sentinel). Berhenti sampai tahap melaporkan saja tentu tidak akan
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, yang lebih penting adalah bagaimana melakukan suatu 20
pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak
terulang kembali (Iskandar, 2014). Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu
layanan, yang merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari
kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada.
Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan
secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan
keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan
dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit
kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
D. Jenis dan Metode Pelaporan
Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak
diharpakan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan kejadian sentinel, berdasarkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008). Pelaporan insiden dapat dilakukan dengan dua cara ,seperti
secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan
keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan
dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit
kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan 21 kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit.
Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien. Sehingga, dapat
dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan
bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden
sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai
berikut:
Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu
sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan
prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.Insiden yang dilaporkan adalah
kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.Pelapor adalah siapa saja atau
semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.Karyawan
diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan,
alur pelaporan, bagaimana cara mengisi 22 formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan,
pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.
Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di RSUP Sanglah Denpasar pada
masing-masing ruang rawat inap tidak seragam. Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang
spesifik sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori dari
Mark (2001), bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi pelaporan kejadian
keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame
free culture), sehingga untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit
harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif.
E. Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian,
Penyebab (petugas), Faktor Pemicu. Menurut Buku “Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien” (2008),
Untuk mengisi Tipe insiden di dalam suatu laporan, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih
dahulu. Insiden terdiri dari :
Tipe Insiden dan Subtipe insiden
Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden Medication error; merupakan salah satu penyebab error yang
signifikan di Rumah Sakit. Kejadian medication error terkait dengan praktisi, produk obat, prosedur,
lingkungan atau sistem yang melibatkan prescribing, dispensing, dan administration. (Rusmi, dkk,2012).
Medication error sering sekali tidak terungkap dan hampir tidak ada upaya untuk mencegah. Untuk
mencegah terjadinya medication 23 error diperlukan kerjasama antar Pelaksana Program pencegahan
medication error (PIP) oleh tim multidisiplin (Muladi, 2015).
Menurut Departement Kesehatan RI (2008), analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan
kefarmasian seperti kesalahan penulisan resep (perscreption error), kejadian obat yang merugikan
(adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan
(adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang
memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian
antara ”kesalahan merupakan hal yang manusiawi” (to err is human). Menurut Buku Pedoman
Pelaporan Keselamatan Pasien pada tahun 2008.
Tipe Insiden dibedakan menjadi 15 Kelompok yang disetiap 1 kelompok tersebut mempunyai sub tipe
insiden.
Tipe insiden pertama adalah administrasi klinik, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua
yaituproses (serah terima, perjanjian, daftar tunggu/antrian, rujukan/konsultasi, admisi, keluar/pulang
dari ranap/RS, pindah perawatan,identifikasi pasien,consent, pembagian tugas,dan respon terhadap
kegawatdaruratan)masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia,
salah pasien dan salah proses/salah pelayanan)Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang
dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaituproses (skrining/pencegahan/medical check up,
Diagnosis/assesment, prosedur/pengobatan, general care, test/investigasi, spesimen/hasil, belum
dipulangkan) danmasalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia,
salah pasien, salah proses/pengobatan/prosedur dan salah bagian tubuh/sisi).Tipe insiden ketiga adalah
dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitudokumen yang terkait (order
/peminatan, chart/rekam medik/konsultasi, checklist, form/sertifikat, instruksi /informasi /kebijakan
/SOP, label /identitas /kartu, surat/email/rekaman komunikasi, laporan/hasil/photo)
danmasalah (dokumen hilang/tidak tersedia, terlambat mengakses dokumen, salah dokumen/salah
orang, tidak jelas/membingungkan dan informasi dalam dokumen tidak lengkap).Tipe insiden
keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated infection), yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi dua yaitutipe organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, ricketisia, prion/partikl
protein yang infeksius, organisme tidak teridentifikasi) dantipe/bagian infeksi(bloodstream, bagian yang
dioperasi, abses, pneumonia, kanul IV, protesis infeksi, drain/tube urin, dan jaringan lunak).Tipe insiden
kelima adalah medikasi/cairan infus, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga
yaitumedikasi/cairan infus yang terkait (daftar medikasi dan daftar cairan infus),proses penggunaan
medikasi/cairan infus (peresapan, persiapan/dispensing, pemaketan, pemberian, supply/pesan,
penyimpanan, monitoring) danmasalah (salah pasien, salah obat, salah dosis/kekuatan/frekuensi, salah
formulasi/presentasi, salah rute pemberian, salah jumlah/kuantitas, salah dispensing label/intruksi,
kontraindikasi, salah penyimpanan, ommited medicine or dose, obat kadaluarsa, dan adverse drug
reaction (reaksi efek samping obat).Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang
dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitutransfusi darah/produk darah terkait (produk
selular, faktor pembekuan, albumin/plasma protein dan imunoglobin),proses transfusi darah/produk
darah terkait (test pre transfusi, peresepan, persiapan, pengantaran, pemberian, penyimpanan,
monitoring, presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , danmasalah (salah pasien, salah darah/produk
darah, salah dosis /frekuensi, salah jumlah form, salah dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah
penyimpanan, obat atau dosis yang diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect).Tipe
insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitunutrisi yang
terkait (diet umum dan diet khusus),proses nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan /manucfatur
/proses memasak supply/order, presentation, dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan
penyimpanan), danmasalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi,
dan salah penyimpanan.Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya
dibagi menjadi tiga yaituoksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait),proses penggunaan oksigen/gas
(label cilinder/warna kode, peresepan, pemberian, pengantaran, supply/order dan penyimpanan)
danmasalah (salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah mode pengantaran,
kontraindikasi, salah penyimpanan, gagal pemberian dan kontaminasi.Tipe insiden kesembilan adalah
alat medis/alat kesehatan, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitutipe alat medis/alat
kesehatan (daftar 26 alat medis/alat kesehatan/equipment property) danmasalah (presentation /
pemaketan tidak baik, ketidak tersediaan, inappropiate for task, tidak bersih/tidak steril,
kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error.Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien,
yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaituperilaku pasien (tidak kooperatif, tidak
pantas/sikap bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya,masalah dengan penggunaan
substansi/abuse, mengganggu, diskriminasitif/berprasangka, berkeliaran, melarikan diri, sengaja
mencederai diri, bunuh diri) dan agresion/assault (agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasa seksual,
kekerasan terhadap mayat, dan ancaman nyawa).Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub
tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitutipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan)
danketerlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan terapi, tangga dan
dibawa/dibantu oleh orang lain.Tipe insiden kedua belas adalah kecelakaan yang dimana sub tipe
insidennya dibagi menjadi sembilan yaitubenturan tumpul (kontak dengan benda/binatang, kontak
dengan orang, hancur remuk dan gesekan kasar),serangan tajam/tusukan (cakaran/sayatan, tusukan,
gigitan/sengatan, serangan tajam dan lainnya),kejadian mekanik lain (benturan akibat ledakan bom,
kontak dengan mesin), peristiwa mekanik lain,mekanisme panas (panas yang belebihan dan dingin yang
berlebihan),ancaman pada pernafasan (ancaman mekanik pernafasan, tenggelam/hampir tenggelam,
pembatasan oksigen kekurangan tempat, confinement to oxygen-deficient place),paparan bahan 27
kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau substansi lain dan bahan kimia
korosif) ,mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera (paparan listrik/radiasi,paparan
suara/getaran, paparan tekanan udara,danpaparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena
dampak cuaca/bencana alam.Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain yang
terpasang tetap yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaituketerlibatan
struktur/bangunan (daftar struktur, daftar bangunan dan daftar furniture) danmasalah (inadekuat dan
damaged / faulty / worm).Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi yang
dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitubeban kerja manajemen yang
berlebihan,ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan,sumber daya manusia,ketersediaan
staff,organisasi,kebijakan/ SOP, danTipe insiden kelimabelas adalah laboratorium/patologi yang dimana
sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitupengambilan/pick up,trasnport,sorting,data
entry,procesing,verifikasi/validasi danhasil
Pelapor
Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden keselamatan pasien. Perawat
memiliki kewajiban membuat laporan mengenai insiden keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan
berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
(Adib, 2009) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) pelapor
dikategorikan sebagai berikut :
KaryawanDokterPerawatPetugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)PasienPendamping
pasienPengunjung
Potensi Korban
Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan pasien. Berdasarkan buku
pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) potensi korban dikategorikan sebagai berikut :
KaryawanDokterPerawatPetugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)PasienPendamping
pasienPengunjung
Divisi Kejadian
Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori spesialisasi Ilmu
Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) divisi/
spesialisasi insiden jika melibatkan pasien adalah dikategorikan sebagai berikut :
Penyakit Dalam dan SubspesialisasinyaAnak dan SubspesialisasinyaBedah dan SubspesialisasinyaObstetri
Gynekologi dan SubspesialisasinyaTHT dan SubspesialisasinyaMata dan SubspesialisasinyaSaraf dan
SubspesialisasinyaAnastesi dan SubspesialisasinyaKulit & Kelamin dan SubspesialisasinyaJantung dan
SubspesialisasinyaParu dan SubspesialisasinyaJiwa dan SubspesialisasinyaOrthopedi,Traumatologi dan
SubspesialisnyaBedah Syaraf dan SubspesialisnyaUrologi dan SubspesialisnyaPatologi Klinik dan
SubspesialisnyaMikrobiologi Klinik dan SubspesialisnyaRadiologi dan SubspesialisnyaPatologi Anatomi
dan SubspesialisnyaRadiologi dan SubspesialisnyaNeurologi dan SubspesialisnyaGizi dan
SubspesialisnyaGigi dan Subspesialisnya
Penyebab (petugas)
Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden. Faktor individu atau petugas
sangat berpengaruh terhadap budaya keselamatan pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat
kelelahan, perasaan takut disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus, et.al,
2011) Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi
petugas dapat dikategorikan sebagai berikut :
DokterPerawatPetugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)
Faktor Pemicu
Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden . Berdasarkan buku pedoman
Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab
masalah dapat menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu :
Faktor Eksternal / di luar RSFaktor Organisasi dan ManajemenFaktor Lingkungan kerjaFaktor TimFaktor
Petugas / StafFaktor TugasFaktor PasienFaktor komunikasi
Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk lebih memperbaiki
proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang
sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
berdasarkan hakhaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Adanya program keselamatan pasien rumah
sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi
kegiatan pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko,
implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris
cedera, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian,
serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Dengan adanya program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap rumah sakit, diharapkan dapat
mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang dimana dapat berpedoman pada 7 Standar
Keselamatan pasien yang berdasarkan pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
yang diterbitkan pada tahun 2006.
Leave a Reply
Your email address will not be published.Required fields are marked *
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.
Manajemen Keperawatan © 2019
Theme by
➤
WP Puzzle
Download