Uploaded by User57127

document

advertisement
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia
Oleh Tatang
(Dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FPBS UPI, Pembina Sekolah Islam Daarul Fikri Bandung,
e-mail: [email protected])
Disampaikan dalam “Seminar Nasional dan Workshop Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Karakter” di Bandung, 11 November 2012
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pendahuluan
Permasalahan pendidikan karakter bangsa dapat dipastikan merupakan permasalahan
semua bangsa. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang tidak memiliki permasalahan
dekadensi moral. Masalahnya, ada yang mengemuka dan ada yang tidak mengemuka.
Dalam makalah ini saya memberi contoh pendidikan moral di beberapa negara bukan
berarti negara tersebut tidak mempunyai masalah dengan karakter bangsanya. Saya sendiri
tidak sepenuhnya ingin mencontoh masalah pendidikan karakter di negara-negara tersebut.
Sebab, meski pada beberapa aspek terdapat nilai positif, tapi pada aspek yang lain ada yang
bernilai negatif. Di satu aspek patut ditiru, tapi pada aspek yang lain justru patut dihindari.
Sebagai contoh sederhana, ada beberapa nilai, karakter masyarakat Jepang yang patut ditiru
seperti kedisiplinan, kerja keras dan sebagainya, namun di sisi lain, seperti yang kita tahu,
budaya Jepang terkenal dengan harakiri/ seppuku-nya (bunuh diri) yang dalam ajaran dan
keyakinan saya tidak boleh dilakukan. Banyak produk-produk yang dibuat oleh ‘orang’
Jepang (saya tidak menyebutnya produk pemerintahnya) seperti film-film porno, komikkomik, dan game-game online yang menjerumuskan moral bangsa. Ramli (2008)
mengatakan bahwa Jepang saat ini sedang terjadi dekadensi moral di kalangan pelajar
Jepang. Angka bullying, truancy, violancy, dan suicide (intimidasi, pembolosan, kekerasan,
bunuh diri) di sekolah meningkat secara signifikan, terutama di tingkat SMP. Sekali lagi
saya ingin menegaskan, tidak sepatutnya kita mencontoh seutuhnya negara-negara yang
kita anggap ‘lebih baik’. Namun jika ada nilai positif, sesuai dengan norma dan budaya
kita, mengapa kita harus antipati.
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...1
Pendidikan Karakter di Jepang
Dilihat dari sisi budaya, masyarakat Jepang terkenal dengan masyarakat yang rapi, tertib
dan disiplin. Tidak hanya orang dewasa, anak kecilpun mau bersabar untuk mengantre
masuk ke kereta. Bagaimana kedisiplinan itu dibangun? Norma dalam masyarakat Jepang
sangat terkait dengan ajaran Shinto dan Budha, tetapi menariknya kedua agama ini tidak
diajarkan di sekolah dalam bentuk pelajaran wajib, seperti halnya pelajaran agama di
Indonesia. Namun nilai nilai agama itu diwujudkan dalam kehidupan sehari hari di sekolah.
Dalam bahasa Jepang, pendidikan moral disebut "doutokukyouiku". Doutoku berarti moral
dan kyouiku berarti pendidikan. Pendidikan moral di sekolah sekolah SD dan SMP di
Jepang tidak diajarkan sebagai sebuah mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan dalam
semua mata pelajaran. Yang bertanggung jawab secara langsung adalah wali kelas. Ia
bertanggungjawab untuk mendiskusikan aturan kelas, aturan bermain bersama, atau
hubungan kerja sama antaranggota. Pendidikan moral di Jepang diantaranya diajarkan
dalam pelajaran "seikatsuka" atau life skills atau pendidikan kehidupan sehari hari. Dalam
pelajaran itu siswa SD diajari tatacara menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak
saja berupa teori, tetapi guru juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan
mempraktikkannya. Wali kelas juga menyampaikan kasus pelanggaran dan mengajak siswa
untuk mendiskusikan pemecahannya. Pendidikan moral di SMA selanjutnya menjadi
pendidikan kewarganegaraan. Pembekalan prinsip dasar hidup yang kuat di masa
pendidikan dasar inilah yang membuat kedisiplinan dan keteraturan dalam masyarakat
Jepang (Ramli, 2008).
Kita kembali lagi kepada pendidikan moral di SD dan SMP di Jepang. Dalam pelajaran
IPA di sebuah SD di Jepang, siswa diarahkan tidak saja untuk memahami pohon secara
ilmiah, tetapi mereka diajak pula untuk menempatkan pohon sebagai bagian dari kehidupan
sehari hari. Dengan konsep ini, siswa akan peduli dengan kondisi pohon di sekitarnya.
Sebagai dampaknya, tidak ada penebangan liar di Jepang. Ketika mengajarkan dinamika
air, guru tidak saja mengajarkan konsep bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke
rendah, atau air mempunyai kekuatan yang bisa menghasilkan energi, tetapi empati siswa
untuk menjaga kebersihan sumber-sumber air dan ekosistemnya adalah bentuk
pembelajaran yang melengkapi inti pembelajaran sains. Pembelajaran dengan menyatukan
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...2
kesemua konsep akan menciptakan pemahaman yang mendalam. Ramli (2008)
menyarankan, “jika ingin mencontoh Jepang, pendidikan moral di Indonesia sudah saatnya
beralih dari pendidikan teori kepada pendidikan yang praktis dan terintegrasi”
Pendidikan karakter di Negara Jepang tidak hanya dilakukan di sekolah-sekolah tetapi juga
di dalam kehidupan masyarakat. Di setiap sudut di Negara Jepang, sarat dengan posterposter di yang memberikan pesan agar seluruh masyarakat harus bersikap sopan, saling
menghargai, disiplin dan sebagainya. Di kota Nagoya, Jepang terpampang sebuah poster
yang mengisyaratkan ketidaksopanan dalam berkereta. Seorang siswa SMA digambarkan
duduk dengan posisi kaki mengangkang, mengambil tempat yang lebar, dan tas besarnya
diletakkan di depan sehingga menghalangi orang untuk berdiri bebas. Gambar lain tentang
seorang gadis yang berbicara melalui telepon genggam dengan suara keras sehingga
mengganggu penumpang lain. Tidak hanya poster, kendaraan umum di Jepang sangat
terkenal dengan sarat peringatan dan ajakan untuk mematuhi norma-norma, misalnya
larangan untuk menelepon, berbicara keras, dan beberapa tindakan yang mengganggu.
Acara di TV swasta sekalipun, selalu berisikan program-program yang sarat nilai
pendidikan, di samping tidak melupakan unsur hiburan (Ramli, 2008).
Buku-buku pendidikan moral untuk anak SD terkesan sangat sederhana. Anak kelas 1 SD
hanya diajari perilaku sehari-hari yang ditemukan di lingkungannya, misalnya jika mereka
sedang bermain, tiba-tiba tanpa sengaja memecahkan kaca jendela tetangga, apa yang harus
mereka lakukan? Anak-anak diajarkan untuk segera minta maaf, dan tidak boleh lari dari
tanggung jawab. Isi buku secara garis besar berisi bagaimana berperilaku di jalan, di dalam
kendaraan umum. Apa saja permainan yang aman di dalam kelas ketika hari hujan.
Bagaimana mereka berangkat dan pulang sekolah dengan aman. Perbuatan apa yg tidak
boleh dilakukan di tempat umum yang akan mengganggu orang lain, dan sebagainya.
Materi-materi itu dikemas dalam bentuk bahan bacaan yang sangat sederhana, berupa
cerita-cerita singkat denagan beberapa tokohnya, serta dilengkapi dengan gambar yang
sangat menarik perhatian anak. Buku moral education yg dipakai sekarang adalah buku yg
disusun oleh monbukagakusho (Ministry of Education) sejak 10-20 tahun yang lalu. Judul
buku juga dibuat menarik. Di Jepang judul buku disesuaikan dengan isinya misalnya
"Bagaimana menjaga keselamatan diri" (Jibun no Ansin) (Ramli, 2006).
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...3
Pendidikan Karakter di Indonesia, Sebuah Harapan
Upaya pemerintah untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah, mulai
dari SD hingga perguruan tinggi dalam pandangan saya sangat relevan dengan situasi dan
kondisi bangsa Indonesia. Saat ini bangsa Indonesia, dalam pandangan umum, masih
dianggap bangsa yang cukup tinggi angka perilaku penyimpangan sosialnya seperti
korupsi, tawuran antar pelajar, bentrok antar kampong, aborsi, dan sejenisnya. Masalah
lain, bangsa Indonesia memiliki tingkat produktifitas yang masih rendah, namun di sisi lain
menjadi bangsa yang paling konsumtif. Inilah alasan utama mengapa para investor asing
berlomba-lomba membangun bisnis di Indonesia. Bahkan saking banyaknya invertos asing,
bangsa Indonesia hampir tak kebagian lahan bisnis di negaranya sendiri, sebuah ironi.
Salah satu contohnya dalam kasus HP. Banyak anak SD bahkan anak TK telah dibekali HP
oleh orang tuanya. Terkadang orang tuapun merasa bangga bahwa anaknya sudah pandai
mengoperasikan HP. HP yang awalnya sebagai alat komunikasi, kini fungsi HP semakin
banyak dan makin canggih. Hampir semua merek HP dapat berkoneksi dengan internet.
Internet, disamping banyak manfaatnya, tapi nilai negatifnya pun tak kalah banyak. Orang
tua kadang tidak menyadari dahsyatnya zaman digital. Informasi apapun, termasuk yang
tidak senonoh, ada dalam genggaman tangan dan bisa diperolehnya hanya dengan sentuhan
jari-jemari. Anak-anak SD tidak akan kesulitan untuk menonton tayangan-tayangan
fornografi, kekerasan yang berseliweran di dunia maya melalui HP nya. Melalui HP nya,
mereka tidak akan kesulitan memainkan game-game online yang tak senonoh, tak pantas
dimainkan oleh usia anak-anak, bahkan untuk orang tua sekalipun. Pada zaman sekarang
ini tak ada orang tua atau guru yang mampu mengontrol anaknya dari perilaku seperti itu.
Banyak kasus ditemukan. Anak yang senang menyendiri di kamar, bukan berarti ia anak
yang baik, tapi ia sedang memainkan HP nya, melihat tayangan-tayangan pornografi,
bermain game online, atau sedang curhat-curhatan dengan lawan jenisnya. Sekali lagi, sulit
bagi orang tua dan guru untuk mengawasi perilaku anaknya di zaman sekarang ini.
Bukan hanya internet saja yang sedang menggerus moral anak-anak kita, banyak jenis
hiburan lain yang menghancurkan perilaku anak kita. Bangsa ini sedang digempur habishabisan oleh hiburan-hiburan yang menghancurkan perilaku anak kita.
Kalau saya
ibaratkan, saat ini anak-anak kita sedang di BOM oleh hiburan-hiburan yang akan
menyoyak-koyak perilaku dan mental anak kita. Jika orang tua hanya melakukan
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...4
pembinaan yang biasa-biasa saja kepada anak-anaknya, niscaya mereka akan hancur, rusak,
dan tersesat. Mendidik anak saat ini memerlukan kerja keras yang lebih dari sekedar biasabiasa saja. Itulah sebabnya, saya katakana bahwa upaya pemerintah untuk mengembangkan
pendidikan karakter di sekolah-sekolah sangat relevan. Untuk menyikapi hal itu, Elly
Risman (2012) memberikan beberapa tip bagi orang tua dan guru, diantaranya; hendaknya
orang tua tidak memfasilitasi anak dengan HP yang berinternet; guru dan guru sangat
menguasai internet; jika anak berinternet, sesering mungkin cek riwayat koneksinya; ajak
anak bijak berinternet; lebih intensif membimbing anak dan jadilah ‘teman’ yang baik
bagi anak; control dan ikuti terus perkembangannya. Bagi orang tua atau guru yang
anaknya yang suka membaca komik, Risman pun menyarankan agar; tidak membeli komik
sembarangan, lihat dulu isi komik tersebut, periksa di tas, rak buku, di bawah tempat tidur,
atau tempat lainnya, ajarkan anak berbagai jenis bacaan.
Model Pendidikan yang bagaimana yang ditawarkan pemerintah? Tujuan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa menurut Puskur Kemendiknas (2010) adalah:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...5
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Puskur
Kemendiknas, 2010)
NILAI
DESKRIPSI
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat
Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai
Prestasi
13. Bersahabat/
Komuniktif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli
Lingkungan
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...6
17. Peduli Sosial
18. Tanggung-jawab
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa
Catatan: Sekolah dan guru dapat menambah atau pun mengurangi nilai-nilai tersebut
sesuai
Pendidikan budaya dan karakter bangsa hendaknya direncanakan bersama oleh guru,
kepala sekolah dan tenaga kependidikan di awal tahun/ semester dengan prinsip-prinsip
sbb.: 1) berkelanjutan, 2) melalui semua pelajaran, muatan lokal, kepribadian dan budaya
sekolah, 3) nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan, 3) dilakukan oleh peserta didik secara
aktif. Perencanaan itu harus tercermin dalam KTSP, silabus dan RPP, baik untuk kegiatan
di dalam sekolah maupun di luar sekolah (Puskur Kemendiknas, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Zuchdi (2010) bahwa model pendidikan karakter yang efektif
sepatutnya dilakukan di sekolah-sekolah adalah yang menggunakan pendekatan
komprehensif. Pembelajarannya tidak hanya melalui bidang studi tertentu, tetapi
diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Metode dan strategi yang digunakan
bervariasi yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi (lawan indoktrinasi), keteladanan,
fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills (antara lain berpikir kritis, kreatif,
berkomunikasi efektif, dan dapat mengatasi masalah). Semua warga sekolah (pimpinan
sekolah, semua guru, semua murid, pegawai administrasi, bahkan juga penjaga sekolah
serta pengelola warung sekolah) dan orang tua murid serta pemuka masyarakat perlu
bekerja secara kolaboratif dalam melaksanakan program pendidikan karakter. Tempat
pelaksanaan pendidikan karakter baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai
kegiatan, termasuk kegiatan di rumah dan dalam lingkungan masyarakat dengan
melibatkan partisipasi orang tua murid.
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...7
Referensi:
Puskur Kemendiknas, 2010, Pengembangan Budaya dan Pendidikan Karakter, Terdapat
pada http:// sertifikasiguru.unm.ac.id/ diunduh tanggal 9 November 2012.
Ramli, Murni, 2006, Pendidikan Moral di Jepang, http://murniramli.blogspot.com/,
diunduh 8 Nov 2012
Ramli, Murni, 2009, Pendidikan Moral Orang Jepang, Terdapat pada http://murniramli.
wordpress.com /2009/01/03/ pendidikan-moral-orang-jepang/, diunduh 8 Nov 2012.
Risman, Elly, 2012, Mendidik Anak Agar Tangguh di Era Digital, makalah seminar
Bandung, 10 November 2012.
Zuchdi, Darmiyati, dkk. 2010, Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi
dalam Pembelajaran Bidang Studi di Sekolah Dasar. Jurnal: Cakrawala Pendidikan,
Mei 2010, Th. XXIX
Pendidikan Karakter di Jepang dan Indonesia, oleh Tatang………...8
Download