Uploaded by User56997

Pemanfaatan Zeolit

advertisement
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Kajian : Pemanfaatan Zeolit Lokal Gunungkidul – Yogyakarta Untuk
Optimasi Sistem Biogas
Satriyo Krido Wahono
Staff Peneliti UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia – LIPI
Desa Gading Kecamatan Playen Kab. Gunungkidul – Yogyakarta
Telp/Fax : (0274) 392570
E-mail : [email protected], [email protected]
Abstrak
Biogas mengandung metana yang merupakan sumber energi dan gas pengotor lainnya dengan
kemurnian berkisar 40 – 75 %. Konsentrasi metana yang belum optimal menghasilkan nilai
energi yang tidak optimal, khususnya dalam aplikasinya sebagai bahan bakar yang dapat
dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan co-generator atau fuel cell. Sistem pemurnian
metana dari biogas dapat dirancang dengan mengggunakan beberapa metode, salah satunya
adalah adsorber padat berupa zeolit. Kabupaten Gunungkidul – Yogyakarta memiliki potensi
lokal berupa zeolit yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorber umum gas pengotor biogas. Zeolit
alam yang telah diaktivasi memiliki potensi untuk menyerap uap air, CO2 dan H2S yang
merupakan gas pengotor utama dalam biogas, sedangkan metana tidak terserap. Oleh karena itu,
zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta merupakan adsorber potensial dalam upaya optimasi
sistem biogas khususnya untuk meningkatkan kemurnian metananya melalui sifatnya yang multiadsorpsi.
kata kunci : biogas, pemurnian metana, adsorber, zeolit lokal Gunungkidul, multi-adsorpsi
Abstract
Biogas contain 40 – 75 % methane as energy resourches and another gas impurities. Methane
concentration have relation with biogas energy value, especially in aplication as fuel for
electricity convertion using co-generator or fuell cell. Methane purification system can designed
by using some methodes, one of them is zeolite as solid adsorber. Gunungkidul – Yogyakarta have
zeolite as local resourches that can be used general adsorber for gas impurities in biogas.
Activated natural zeolite can be used for adsorp main gas impurities in biogas, they are moisture,
CO2 and H2S, but methane was released by zeolite. Local zeolite of Gunungkidul – Yogyakarta
was potential adsorber for biogas system optimization especially to purify methane by multiadsorption character of zeolite .
keywords : biogas, methane purification, adsorber, local zeolit of Gunungkidul, multi-adsorption
1.
Pendahuluan
Krisis energi yang dipicu naiknya harga minyak dunia turut menghimpit kehidupan masyarakat berbagai
lapisan di Indonesia, karena tingkat kebutuhan akan BBM yang terus meningkat. Buruknya pengaruh
pembakaran BBM ke lingkungan juga menjadi faktor pendorong pencarian dan pengembangan energi alternatif
non BBM. Langkah awal yang dapat diterapkan adalah dengan penghematan energi untuk mengatasi
permasalahan konsumsi energi dalam jangka pendek, kemudian perlu dilakukan kebijakan lanjutan berupa
diversifikasi sumber energi untuk mengejar ketertinggalan produksi energi yang tersedia (Wahono, 2008).
Indonesia memiliki potensi sumber daya peternakan yang dipergunakan selain untuk pemenuhan
kebutuhan pangan, juga berpotensi sebagai sumber energi dengan menggunakan teknologi biogas. Biogas dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan panas dan listrik, bahan bakar kendaraan bermotor, injeksi ke dalam sistem
perpipaan gas dan dikonversi menjadi bahan kimia yang lain (Kangmin dan Wan Ho, 2006). Teknologi biogas
telah dikembangkan di berbagai negara, Denmark sejak tahun 1970-an serta Cina dan India sejak tahun 1980-an
(Raven dkk, 2005; Setyo, 2005). Biogas termasuk teknologi energi yang multifungsi karena residu proses biogas
juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk berkualitas tinggi. Selain itu pemanfaatan metana dalam biogas
merupakan tindakan ramah lingkungan karena tanpa dimanfaatkan metana hasil penguraian limbah secara
natural akan terlepas dan mencemari atmosfer sebagai salah satu gas rumah kaca.
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Kemurnian biogas yang dihasilkan dari biodigester belum optimal, dengan komposisi gas utama berupa
metana. Salah satu adsorber padat yang berpotensi untuk memurnikan metana tersebut adalah zeolit. Di
Indonesia, deposit zeolit alam cukup besar dan kemurniannya cukup tinggi dengan konsentrasi kandungan silika
sekitar 60%. Daerah tambang zeolit diantaranya adalah daerah Lampung Selatan, Bayah, Cikembar, Cipatujah,
Jawa Barat Nangapada, Kabupaten Ende NTT, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Gunung Kidul (Widayat
2008). Kabupaten Gunungkidul – Yogyakarta selain memiliki potensi zeolit alam, juga memiliki potensi sumber
daya peternakan cukup besar dengan jumlah sapi 114.670 ekor (sekaligus potensi biogas) yang merupakan
jumlah sapi terbesar di propinsi D. I. Yogyakarta (www.gunungkidulkab.go.id).
Kajian ini bertujuan untuk mempelajari potensi pemanfaatan zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta
untuk optimasi sistem biogas sebagai adsorber untuk pemurnian metana dalam biogas, sehingga dengan
konsentrasi metana lebih tinggi diharapkan dapat menghasilkan pemanfaatan energi biogas yang lebih luas.
2.
Metodologi
Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara studi pustaka melalui buku, laporan
penelitian, jurnal, dan internet. Penulis juga dilakukan observasi langsung terhadap penggunaan dan pemanfaatan
instalasi biogas dan usaha penambangan zeolit di Kabupaten Gunungkidul. Data dan informasi tersebut diolah
menjadi kajian tentang pemanfaatan zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta untuk optimasi sistem biogas.
3.
Hasil dan Diskusi
Proses Pembentukan Biogas
Biogas adalah bahan bakar gas yang dihasilkan oleh proses fermentasi anaerobik dari bahan organik
berupa pupuk, lumpur kotoran ternak, limbah padat sampah kota, limbah terbiodegradasi atau bahan
terbiodegradasi lainnya dalam kondisi anaerob (wikipedia.org). Proses pembentukan biogas melalui fermentasi
anaerob yang terdiri dari tiga tahap yaitu hidrolisis, asidogenik dan metanogenesis seperti pada gambar 1.
Berdasarkan tahapan proses pembentukan biogas dapat diketahui bahwa dihasilkan berbagai macam gas selain
metana. Gas pengotor yang ada dalam biogas adalah CO2, H2S dan beberapa gas lain dalam jumlah kecil serta
pengotor lain berupa uap air dan partikulat. Komposisi kandungan gas dalam biogas seperti pada tabel 1.
Gambar 1. Tahapan Pembuatan Biogas (Arifin, 2008)
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Tabel 1. Komposisi kandungan gas dalam biogas
Komposisi
No
Jenis Gas
Satuan
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
1 Metana (CH4)
%
54 – 70 55 – 65
55 – 75
50 – 75 55 – 70 40 – 70 50 – 60
2 Karbon Dioksida (CO2)
%
27 – 45 35 – 45
25 – 45
25 – 40 30 – 45 30 – 60 40 – 60
3 Hidrogen Sulfida (H2S)
ppm
Sedikit
0–1
0–3
<2
< 500
0–3
< 100
4 Nitrogen (N2)
%
0,5 – 3
0–3
0 – 0,3
<2
0–2
5 Hidrogen (H2)
%
0–1
1–5
<1
0–1
6 Oksigen (O2)
ppm
0,1
0,1 – 0,5
<2
Keterangan : (a) Harahap dkk, 1980; (b) Arifin dkk, 2008; (c). www.kolumbus.fi; (d) Hambali dkk, 2007;
(e) Monnet, 2003; (f) Muryanto dkk, 2006; (g) Pellerin dan walker, 1988
Teknologi Pemurnian Biogas
Komposisi biogas yang mengandung berbagai pengotor menyebabkan diperlukannya proses pemurnian
metana dalam biogas agar energi yang diperoleh dapat optimal. Pada umumnya, proses pemurnian biogas
digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu (1) Absorpsi menggunakan larutan penyerap; (2) Adsorpsi meggunakan
padatan; (3) Permeasi melalui membran; (4) Konversi kimia menjadi senyawa lain; maupun (5) Kondensasi
(Kohl dan Neilsen, 1997). Prosedur pemurnian bisa terdiri dari dari dehidrasi sederhana sampai pemisahan
secara sempurna kandungan H2O, H2S, CO2, dan CH4. Pemisahan menggunakan bahan penyerap padat dan cair
bisa dilakukan baik secara kimia maupun fisika (Sarkar dan Bose, 1997).
Kandungan uap air di dalam biogas biasanya bervariasi antara 5 hingga 100 % (jenuh dengan uap air)
yang dapat dipisahkan antara lain dengan pemisahan secara gravitasi menggunakan in-line gravity outflow,
penyaringan, triethylene glycol system (TEG), molecular sieves, pemanasan, pendinginan udara, pendinginan
refrigerasi (Budiyono, 2008). Kandungan uap air berlebihan dalam pipa akan menyebabkan terganggunya
distribusi biogas dan terjadi korosi. Selain itu juga dapat menggunakan silika gel yang memiliki kemampuan
untuk mengeringkan udara dengan cara menyerap cairan dari udara yang melewatinya (wikipedia.org).
Teknologi pemisahan gas karbon dioksida dari suatu aliran gas telah banyak berkembang. Berbagai
teknologi yang dikembangkan bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah CO2 yang terkandung di dalamnya
sebagaimana tersaji pada gambar 2. Metode pemisahan CO2 yang telah dipergunakan di pabrik amonia adalah
absorbsi dimana CO2 terlarut dalam larutan penyerap seperti NaOH, KOH dan K2CO3 disertai dengan reaksi
kimia. Metode absorbsi CO2 dalam biogas menggunakan NaOH dapat menyerap gas dengan derajat penyerapan
hingga 64,27% atau kemurnian CH4 sebesar 74,13% (Hargono, 2008).
Gambar 2. Klasifikasi teknologi pemisahan CO2 (Noverri, 2007)
Proses pemisahan H2S dalam gas (termasuk biogas) dapat dilakukan secara fisika, biologi dan kimia
(Zicari, 2003). Secara fisika dilakukan dengan penyerapan air, membrane atau adsorbsi dengan karbon aktif,
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Impregnated Activated Carbon, zeolit, oksida besi, oksida seng. Pemurnian biogas dari kandungan H2S juga bisa
dilakukan secara biologi menggunakan bakteri yang menguraikannya menjadi sulfat. Kedua metode di atas
masih jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal, sedangkan yang sering dilakukan adalah secara kimiawi
oleh larutan absorben (Kwartiningsih dan Jumari, 2007). Absorben yang banyak digunakan di industri adalah
MEA (Methyl Ethanol Amine), sedangkan yang lain adalah larutan nitrit, garam alkali, slurry besi oksida atau
seng oksida dan Iron Chelated Solution (Zicari, 2003). Pemurnian H2S dari biogas menggunakan Iron Chelated
Solution (Fe-EDTA) memberikan banyak kelebihan yaitu absorben bisa diregenerasi dan sulfur yang terpisah
berupa sulfur padat, efektifitas tinggi dan residunya lebih ramah lingkungan (Kwartiningsih dan Jumari, 2007).
Selain uap air, CO2 dan H2S sebagai pengotor utama, biogas mengandung beberapa gas impuritas lain
dalam jumlah rendah seperti NH3, H2, N2 dan O2. Impuritas tersebut dapat diabaikan karena gas tersebut bersifat
inert atau memiliki nilai kalor atau sudah terpisah melalui proses pemisahan gas pengotor utama biogas.
Potensi Zeolit Lokal Gunungkidul - Yogyakarta
Zeolit merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat bermanfaat bagi industri kimia di Indonesia.
Zeolit pertama kali ditemukan oleh Baron Axel Frederick C pada tahun 1756 di alam untuk jenis kristal dengan
struktur yang berongga. Mineral zeolit terbentuk di berbagai tempat bumi, termasuk juga di dasar laut (Anggoro,
2005). Zeolit sebenarnya merupakan polimer anorganik, yang tersusun dari unit berulang terkecil berupa
tetrahedral SiO4 dan AlO4 (Widayat, 2008). Zeolit merupakan kristal alumino silikat dari unsur-unsur golongan
IA dan IIA seperti Na, K, Mg dan Ca. Secara umum dapat dinyatakan dengan rumus empiris M2/n.Al2O3.y
(SiO2). wH2O dengan y~2 atau lebih besar, n adalah valensi kation M dan w sama dengan jumlah molekul air
yang terkandung pada pori-pori zeolit (Kirk dan Othmer,1979).
Zeolit merupakan adsorber yang paling baik digunakan dalam proses adsorbsi (Perry dan Green, 1997).
Penggunaan zeolit adsorber dikarenakan strukturnya yang porous, molecular sieve dan mampu menyerap
molekul kecil seperti air yang mampu masuk kedalam zeolit (Bussmann, 2000). Pada saat ini dikenal sekitar 40
jenis zeolit alam, meskipun yang mempunyai nilai komersial ada sekitar 12 jenis, diantaranya klinoptilolit,
mordernit, filipsit, kabasit dan erionit (Widayat, 2008).
Salah satu zeolit alam di Indonesia yang memiliki deposit cukup besar dan konsentrasi kandungan silika
sekitar 60 % adalah zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta dengan jumlah deposit sebesar 55.000.000 m3.
Bahan galian ini banyak dijumpai di wilayan perbukitan Baturagung, yaitu Kecamatan Gedangsari (Desa
Hargomulyo, Watugajah, Mertelu, dan Tegalrejo) dan
Kecamatan Ngawen (Desa Tancep)
(www.gunungkidulkab.go.id). Beberapa penelitian dan analisa telah dilakukan terhadap zeolit lokal
Gunungkidul –Yogyakarta seperti yang tersaji dalam tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta
Hasil Analisa
No
Komponen
(Widayat, 2008)
(Anonim – BPPT, 2007)
1
SiO2
74,07
73,20
2
Al2O3
0,21
12,85
3
Fe2O3
4
FeO
2,40
5
CaO
2,59
3,96
6
MgO
12,05
0,73
7
Na2O
0,37
1,35
8
K2O
0,55
0,76
Pemanfaatan Zeolit dalam Optimasi Sistem Biogas Melalui Sifat Multi-Adsorpsi
Gas utama dalam biogas yang merupakan sumber energi adalah metana, sedangkan gas lain merupakan
pengotor yang menyebakan performa biogas tidak optimal. Salah satu metode untuk meningkatkan performa
biogas dapat dilakukan melalui proses adsorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa dimana terjadi kontak antara padatan
dengan suatu campuran fluida, sehingga sebagian zat terlarut dalam fluida tersebut atau teradsorpsi yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi fluida tersebut. (Brown, 1950). Bahan yang digunakan sebagai
adsorben umumnya bahan yang berpori terutama pada letak tertentu dalam partikel (Hardjono, 1989)
Zeolit alam, khususnya zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta mempunyai potensi untuk dipergunakan
sebagai salah satu adsorben untuk mengoptimalkan performa biogas melalui pemurnian. Zeolit alam memiliki
struktur rangka, mengandung ruang kosong yang ditempati oleh kation dan molekul air yang bebas sehingga
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
memungkinkan pertukaran ion dan penyerapan senyawa kimia (Anggoro, 2005). Oleh karena itu, untuk lebih
mengoptimalkan kinerja zeolit alam tersebut, perlu dilakukan tahap aktivasi sebelum dipergunakan sebagai
adsorben. Zeolit alam dapat diaktivasi dengan pemanasan (kalsinasi) yang bertujuan untuk menguapkan air yang
terperangkap dalam pori – pori kristal zeolit, sehingga luas permukaan pori-pori bertambah (Sutarti dan
Rachmawati, 1994). Zeolit juga dapat diaktivasi melalui proses dealuminasi dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan zeolit alam Wonosari (Gunungkidul) yang ternyata mampu meningkatkan luas
permukaan dan volume pori, mengurangi rerata jejari pori, meningkatkan rasio Si/Al dan keasaman zeolit alam
(Windarti, 2002). Setelah dilakukan dealuminasi dan kalsinasi, zeolit alam Gunungkidul lebih bagus
dibandingkan dengan proses sebelumnya dengan perbandingan SiO2/Al2O3 yang lebih tinggi mendekati yang
diharapkan (Widayat, 2008).
Zeolit alam yang telah diaktivasi dapat dipergunakan sebagai adsorben bagi biogas. Zeolit alam lebih
mempunyai daya adsorbsi air dari udara dari pada silika gel (Anggoro, 2005), sehingga uap air dalam biogas
dapat terserap. Struktur zeolit juga dapat melakukan adsorpsi dan absorbsi terhadap senyawa H2O, CO2, SO2,
H2S (Weitkamp dan Puppe, 1999), dengan kemampuan penyerapan zeolit terhadap gas – gas tersebut sampai 25
% (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Zeolit dapat mengontrol gas – gas penyebab utama efek rumah kaca yaitu
CO2 dan N2O, kecuali CH4 yang tidak terserap (Delahay dan Coq, 2002). Dengan potensi penyerapan gas yang
bersifat multi-adsorpsi, zeolit memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemurnian biogas karena mampu
menyerap semua gas pengotor utama yaitu uap air, CO2 dan H2S, namun tidak menyerap gas utama yang ingin
dimurnikan yaitu CH4.
Pemanfaatan Biogas Hasil Optimasi/Pemurnian
Optimasi sistem biogas menggunakan zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta bertujuan untuk
mempermudah aplikasi biogas dalam konverter listrik yaitu co-generator atau fuel cell. Proses konversi energi
biogas menjadi energi listrik dilakukan karena metana sebagai komponen utama biogas merupakan gas yang
tidak dapat dimampatkan dalam bentuk cair pada suhu ruangan ke dalam tangki (Wahono dan Pudjiono, 2007),
sehingga energi biogas lebih mudah didistribusikan dan dimanfaatkan apabila telah dikonversi menjadi listrik.
Rancangan rangkaian alat untuk mengkonversikan energi yang dihasilkan biogas menjadi energi listrik
dengan menggunakan co-generator atau fuel cell seperti dalam gambar 3 dengan efisiensi total untuk sistem cogenerator sebesar 25 – 40 % (www.electrigaz.com), sedangkan efisiensi energi dari teknologi fuel cell bahkan
lebih besar dibanding menggunakan co-generator, yaitu sebesar 54 – 61 % (Cooper, 2001).
SUMBER
BIOGAS
PEMURNIAN
METHANA
COGENERATOR
FUEL
CELL
ACCU / BATERAI
Gambar 3. Rancangan rangkaian alat penyimpanan energi biogas sebagai energi listrik
menggunakan co-generator dan fuel cell (Wahono, 2007)
4.
Kesimpulan
Zeolit lokal Gunungkidul – Yogyakarta merupakan adsorber potensial dalam upaya optimasi sistem
biogas khususnya untuk meningkatkan kemurnian metananya melalui sifat zeolit yang multi-adsorpsi, sehingga
biogas hasil optimasi dapat diaplikasikan ke co-generator dan fuel cell untuk mengkonversikan energi dalam
biogas menjadi energi listrik yang lebih mudah untuk didistribusikan dan dimanfaatkan dalam kehidupan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penulisan ini, khususnya kepada Tim Pengembangan Energi Alternatif UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Anggoro, Didi Dwi dkk, 2005, “Pemanfaatan Zeolit Alam dalam Proses Pengeringan Daun Tembakau”,
Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2005 ISSN : 1410 – 5667, Teknik
Kimia Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya
Anonim, 2007, Laporan Tahunan Kegiatan Penelitian, BPPT Jakarta
Anonim, “Biogas”, www.wikipedia.org
Anonim, “Biogas”, www.electrigaz.com
Anonim, “Basic Information on Biogas”, www.kolumbus.fi
Anonim, “Potensi Daerah”, www.gunungkidulkab.go.id
Anonim, “Silica Gel”, www.wikipedia.org
Arifin, R., F.F.P.Perdana dan S.R.Juliastuti, 2008, “Pengaruh Enzim α-Amilase dan EM-4 terhadap
Pembentukan Biogas dari Limbah Padat Tapioka”, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan
Proses 2008 ISSN : 1411 – 4216, Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang
Brown, G.G., 1950, “Unit Operation”, Modern Asia ed., John Wiley & Son, Inc., New York.
Budiyono, 2008, “Perkembangan Teknologi Pemisahan untuk Pemurnian Biogas”, Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2008 ISSN : 1411 – 4216, Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Semarang
Bussmann, 2000, “Drying of Food and Food ingredients with zeolite”, TNO Environment,Energy and
Process Inovation.
Cooper, John, 2001, “Turning Carbon Directly into Electricity”, Science and Technology Review,
Lawrence Livermore National Laboratory, US Department of Energy
Delahay, G. dan B. Coq, 2002, “Pollution Abatement Using Zeolites : State of The Art and Further
Needs”, Catalytic Science Series – Vol. 3, Zeolites for Cleaner Technologies, Chapter 16, Imperial
College Press, London
Hambali, E., dkk, 2007, “Teknologi Bioenergi”, Agro Media Pustaka
Harahap, F., dkk, 1980, “Teknologi Gas Bio”, ITB Press, Bandung
Hardjono, 1989, “Operasi Teknik Kimia II”, edisi pertama, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hargono, 2008, “Pembuatan Biogas serta Pemurniannya Melalui Absorbsi Gas Karbondioksida (CO2)
dengan Menggunakan Larutan NaOH (Suatu Upaya Sosialisasi Pembuatan dan Penggunaan Biogas
Kepada Kelompok Peternak Sapi)”, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2008
ISSN : 1411 – 4216, Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang
Kangmin, Li dan Mae-Wan Ho, 2006, “Biogas China”, Institute of Science in Society Press Release
02/10/06, www.i-sis.org.uk
Kirk,R.E dan Othmer,D.F, 1979, “Encyclopedia Of Chemical Technology”, 2nd ed vol 5. Mc Graw Hill,
USA.
Kohl, A. dan R. Neilsen, 1997, “Gas Purification”, Golf Publishing Company, Houston, Texas
Kwartiningsih, Endang dan Arif Jumari, 2007, “Pemurnian Biogas dari Kandungan H2S dengan
Menggunakan Larutan Absorben Fe-EDTA, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses
2007 ISSN : 1411 – 4216, Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang
Monnet, F., 2003, “An Introduction to anaerobic digestion of organic waste”, Remade Scotland
Muryanto, J. Pramono, dkk, 2006, “Biogas, Energi Alternatif Ramah Lingkungan”, Cetakan 1, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Ungaran
Noverri, Prayudi, 2007, “Aplikasi Membran Kontaktor untuk Pemisahan CO2”,
www.majarikanayakan.com
Pellerin, R. A dan L. P. Walker, 1988, “Operation and Performance of Biogas Fueled Cogeneration
Systems”, Energy in Agriculture
Perry, Robert H dan Don Green, 1997, “Perry’s Chemichal Engineer’s Hand Book 6th edition”, Mc
Graw Hill Book Company Inc, New York.
Raven, et.al, 2005, “Biogas plants in Denmark: successes and setbacks”, Eindhoven University of
Technology, The Netherlands
Sarkar, S.C. dan A. Bose, 1997, “Role of Activated Carbon Pellets in Carbon Dioxide Removal”,
Energy Convers. Manage. 38 (Suppl. 1)
Setyo I., Yuli, 2005, “Reaktor Biogas Skala Kecil/Menengah (Bagian Pertama)”, ISTECS, Japan,
www.beritaiptek.com
Sutarti, M, dan Rachmawati, M. 1994, “Zeolit Tinjauan Literatur”, Pusat Dokumentasi dan Informasi
Ilmiah.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2008
Surabaya, 5 November 2008
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
31. Wahono, Satriyo Krido, 2008, “Biodiesel Sebagai Sumber Energi Alternatif Potensial”, Materi
Pelatihan Teknologi Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak di UPT BPPTK LIPI, Yogyakarta
32. Wahono, Satriyo Krido dan P. I. Pudjiono, 2007, “Bioenergi dan Industri Manufaktur”, Makalah
Pembicara Utama dalam Seminar Nasional Bidang Teknologi – HMJ Teknik Mesin Politeknik Negeri
Semarang
33. Wahono, Satriyo Krido, 2007, “Kajian : Alternatif Optimasi dan Penyimpanan Energi Secara Aman
pada Sistem Instalasi Biogas”, Proceeding Call For Paper – Kontribusi Insinyur Muda untuk Indonesia,
ISBN – 979-25-8870-1, Temu Insinyur Jogja 2007, Yogyakarta
34. Weitkamp, J. dan L. Puppe, 1999, “Catalysis and Zeolites Fundamentals and Applications”, SpringerVerlag Berlin Heidelberg, Jerman
35. Widayat, dkk, 2008, “Pengaruh Konsentrasi HCl dan Jenis Reaktan dalam Pembuatan Katalis Zeolit
untuk Proses Dehidrasi dari Zeolit Alam”, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses
2008 ISSN : 1411 – 4216, Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang
36. Windarti, T., 2002, “Profil keefektivan katalis zeolit alam asam dalam proses pirolisis polietilena dari
sampah plastik menjadi olefin akibat perubahan temperatur”, Laporan penelitian DIK Rutin UNDIP,
Semarang.
37. Zicari, S. Mc Kinzey, 2003, “Removal of Hyudrogen Sulphyde using Cow Manure Compost”, A
Master Thesis, Cornel
Download