Uploaded by Muhammad Rafsanjani

LAPSUS depresi

advertisement
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. M
No. RM
:
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 24 tahun
Alamat
:
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
:-
Tanggal Pemeriksaan
:
Tempat Pemeriksaan
: Jiwa RS Bhayangkara Makassar
1. Keluhan Utama
Lemas
2. Riwayat Gangguan Sekarang
-
Keluhan dan Gejala
Seorang perempuan datang ke Poli Jiwa di RS Bhayangkara
bersama ibunya dengan keluhan sering lemas dialami sejak 3 bulan yang
lalu dan memberat 2 minggu terakhir. Bila pasien merasa lemas, pasien
sulit untuk bergerak dan merasa seperti tidak bertenaga, sehingga pasien
hanya berdiam diri di kamar dan tidak berniat untuk melakukan apapun.
Pasien juga kadang merasakan keringat dingin, jantung berdebar-debar,
nyeri ulu hati, dan sulit untuk tidur. Pasien merasa tertekan dan tidak
nyaman apabila berada di rumah, dikarenakan pasien sering mendengar
kedua orang tuanya, yang dimana ibu kandung dan ayah tirinya selalu
bertengkar. Pasien juga selalu dibanding-bandingkan dengan kedua adik
tirinya, dan apapun yang dilakukan oleh pasien selalu salah dimata ayah
tirinya. Selain itu pasien mengaku dikekang oleh ayah tirinya dengan
dilarang keluar rumah bersama teman-temannya. Pasien hanya boleh
1
keluar rumah 2 jam, dan setelah itu pasien ditelfon terus-menerus. Pasien
pernah dibentak oleh ayah tirinya di depan teman-temannya saat minta
izin untuk keluar sebentar. sejak saat itu pasien tidak pernah bicara
dengan ayah tirinya lagi sampai saat ini.
Menurut pasien, awal mula timbul keluhan ini terjadi saat pasien
berhenti bekerja sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien menyukai pekerjaan
tersebut, namun pada suatu hari pasien lembur, sehingga pulang
terlambat dari tempat kerjanya. Hal tersebut, membuat ayah tiri pasien
marah dan melarangnya untuk bekerja. Akhirnya, pasien sakit dan merasa
lemas selama 1 minggu. Karena tidak merasa enak dengan bos di tempat
kerjanya, akhirnya pasien memutuskan untuk berhenti bekerja. Setelah
berhenti dari pekerjaannya, pasien hanya menganggur di rumah saja, dan
suasana di rumah membuat pasien menjadi semakin tertekan karena
ayah tiri pasien menyalahkan pasien yang berhenti bekerja dan
mengatakan pasien hanya membebankan kedua orang tuanya. Sejak saat
itu pasien merasa dirinya paling menderita di dunia ini, dan pernah berpikir
untuk bunuh diri namun hal tersebut langsung disadari oleh pasien.
Keluhan in belum pernah sebelumnya dirasakan oleh pasien.
Selama mengalami keluhan ini, pasien hanya berobat ke puskesmas dan
belum pernah berobat ke dokter ahli jiwa sebelumnya.
Hendaya/disfungsi

Hendaya dalam bidang sosial : Pasien lebih sering berdiam diri di
rumah, dan kurang bersosialisasi dengan tetangganya.

Hendaya dalam pekerjaan : Pasien izin dari pekerjaannya, karena
pasien mengeluh sering merasa gelisah, tidak dapat bekerja jika
perasaannya tidak enak, dan apabila gejala nyeri ulu hatinya
2
muncul

Hendaya dalam waktu senggang : Pasien tidak dapat menikmati
waktu senggangnya karena sering merasa cemas dan ketakutan
-
Faktor Stressor Psikososial
Masalah bisnis yang baru dirintis pasien mengalami kerugian yang
besar, sopir pasien meninggal, dan tak lama kemudian kakak
pasien meninggal.
3. Riwayat Gangguan sebelumnya
-
-
Riwayat Penyakit Dulu

Trauma
:
Tidak ada

Infeksi
:
Tidak ada

Kejang
:
Tidak ada
Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Riwayat merokok
: Tidak ada

Riwayat Alkohol
: Tidak ada

Riwayat NAPZA
: Tidak ada
4. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada
5. Riwayat Kehidupan Pribadi

Riwayat Prenatal dan Perinatal (Usia 0-1 tahun)
Pasien lahir normal di rumah sakit, kelahiran dibantu oleh
bidan. Lahir cukup bulan dan tidak ditemukan adanya cacat lahir
ataupun kelainan bawaan, berat badan lahir tidak diketahui.
Selama masa kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien
mendapat ASI cukup. Pasien tumbuh dan berkembang dengan
baik.

Riwayat masa kanak Awal (1-3 tahun)
3
Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya.
Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.

Riwayat Masa Kanak Awal dan Tengah (Usia 4-11 tahun)
Pasien menyelesaikan jenjang Sekolah Dasar (SD) selama 6
tahun. Pasien tinggal dengan orang tuanya. Selama sekolah pasien
mengaku termasuk anak yang rajin dan cukup berprestasi di
sekolah.

Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
Pasien
melanjutkan
sekolahnya
ke
jenjang
SMP
dan
menyelesaikannya selama 3 tahun, melanjutkan ke jenjang SMA
selama 3 tahun. Pasien mengaku tidak memiliki masalah dalam
pergaulan dengan teman serta pelajaran.

Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA
2. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai anggota POLRI
3. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan saat ini memiliki dua orang putri dan
satu orang putra
4. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya
dengan baik.
5. Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien dikenal sebagai seseorang yang baik, rajin beribadah dan
mempunyai cukup teman
6. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara
(♂,♂,♂,♂). Ibu pasien saat ini berusia 62 tahun dan ayah pasien saat ini
4
berusia 67 tahun. Hubungan dengan keluarga baik, riwayat keluhan yang
sama dalam keluarga tidak ada.
Genogram
Keterangan
Laki-laki:
Pasien:
Perempuan:
7.
Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien dapat beraktivitas
seperti biasanya dan kembali bekerja.
8.
Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien sekarang menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan
membutuhkan pengobatan.
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
1. Status Internus
a. Keadaan umum
: baik
b. Kesadaran
: compos mentis
c. Tanda vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
5
Nadi
: 88x/menit
Napas
: 20x/menit
Suhu
: 36,7°C
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, rhonki -/- wheezing -/- pada
pemeriksaan thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS
: E4M6V5
b. Rangsang meningeal
: tidak dilakukan pemeriksaan
c. Tanda ekstrapiramidal
Tremor tangan
: tidak ada
Cara berjalan
: normal
Keseimbangan
: baik
d. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
Kesan : normal
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a) Penampilan
Tampak seorang perempuan mengenakan baju lengan
panjang berwarna cokelat, celana kain panjang berwarna
jingga, dan jilbab motif bunga berwarna krem. Wajah sesuai
usia,
perawakan
tubuh
normal,
kulit
kuning
langsat,
berpakaian baik dan rapi, serta perawatan diri kesan cukup
baik.
b) Kesadaran
Kuantitatif : GCS 15 (compos mentis), Kualitatif : baik, tidak
berubah
c) Perilaku dan aktifitas psikomotor
6
Pasien tampak tenang, saat diwawancarai.
d) Pembicaraan
Spontan, artikulasi jelas, lancar, dan intonasi biasa.
e) Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood
: depresi
b. Afek
: depresi
c. Empati : dapat dirabarasakan
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan : sesuai taraf pendidikan
b. Daya konsentrasi : baik
c. Orientasi
Waktu
: baik
Tempat
: baik
Orang
: baik
d. Daya ingat
Jangka panjang
: baik
Jangka pendek
: baik
Jangka segera
: baik
e. Pikiran abstrak
: baik
f. Bakat kreatif
: tidak ada
g. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
4. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri
Halusinasi
1. Visual
: tidak ada
2. Auditorik
: tidak ada
Ilusi
: tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi
: tidak ada
5. Proses Berpikir
7
a. Arus Pikiran
Produktivitas
: cukup
Kontinuitas
: relevan, koheren
Hendaya berbahasa : tidak ada
b. Isi Pikiran
Preokupasi
: tidak ada
Gangguan isi pikiran
: tidak ada
6. Pengendalian Impuls : baik
7. Daya Nilai
a. Norma sosial
: tidak terganggu
b. Uji daya nilai
: tidak terganggu
c. Penilaian realitas
: tidak terganggu
Tilikan (Insight)
Derajat 6 (pasien sadar dirinya sakit dan memerlukan pengobatan)
Taraf Dapat Dipercaya
: secara keseluruhan pembicaraan pasien
dapat dipercaya
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Anamnesis
Seorang laki-laki datang ke Poli Jiwa di RS Bhayangkara setelah
diopname dengan keluhan utama jantung berdebar-debar dialami sejak 5
bulan yang lalu dan memberat 3 bulan terakhir. Pasien kadang tiba-tiba
merasa gelisah, sesak napas, nyawanya seperti akan dicabut, keringat
dingin, tangan dan kaki terasa dingin, disertai nyeri ulu hati saat terjadi
serangan. Pasien juga sulit memulai tidur, sering terbangun tengah
malam, kemudian sulit untuk tidur kembali. Pasien kadang tidur hanya 2
sampai 3 jam. Pasien sulit tidur karena memiliki banyak hal-hal yang ia
pikirkan, seperti hal-hal yang akan terjadi. Pasien selalu takut akan
kematian. Hal ini membuat pasien merasa cemas dan tidak berani keluar
rumah. Awalnya terjadi pada bulan April 2019, dimana bisnis yang baru
8
dirintis pasien mengalami kerugian yang besar. 2 minggu setelah kejadian
tersebut sopir pasien meninggal, dan tak lama kemudian kakak pasien
meninggal. Pasien telah berobat ke poli jantung dan poli penyakit dalam,
namun hasil pemeriksaan fisik dan rekam jantung dalam batas normal.
Pasien juga mengaku tidak fokus dan berkonsentrasi saat bekerja karena
selalu merasa cemas dengan keadaannya. Pasien terakhir kali kontrol di
poli Jiwa pada bulan Agustus dan diberi obat Nopres 20 mg, 0-0-1, dan
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 diminum secara teratur.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki
mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan celana panjang jeans,
wajah sesuai usia, perawakan tubuh normal, kulit sawo matang,
berpakaian baik dan rapi, serta perawatan diri kesan cukup baik perilaku
dan aktivitas psikomotor tenang,pembicaraan spontan dan lancar, intonasi
biasa,dan kooperatif, mood cemas, afek kesan cemas,empati dapat diraba
rasakan,
fungsi
intelektual
sesuai
dengan
taraf
pendidikan,daya
konsentrasi baik,pikiran abstrak baik,tidak ada gangguan persepsi dan isi
pikir, pengendalian impuls baik, daya nilai baik,tilikan derajat 6 dan secara
keseluruhan yang diutarakan pasien dapat dipercaya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik secara umum dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan.
EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala
klinis yang bermakna, berupa kecemasan yang berlebihan setiap hari,
gelisah, jantung berdebar-keringat dingin, nyeri ulu hati, dan konsentrasi
berkurang. Gejala timbul disaat keadaan apa saja, Keadaan ini
mengakibatkan diri merasa terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit
9
melakukan pekerjaan sehari-hari dengan benar, dan sulit mengisi waktu
luangnya (disability). Oleh karena itu, digolongkan sebagai gangguan
jiwa.
Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya tanda disfungsi otak
sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan mental non organik.
Dan pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat
dalam menilai realitas, sehingga digolongkan dalam gangguan jiwa non
psikotik.
Berdasarkan pemeriksaan status mental pada pasien ditemukan
adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu
bulan yaitu adanya jantung berdebar-debar, sesak napas, nyeri ulu hati,
keringat dingin sejak 5 bulan yang lalu, dan memberat 3 bulan terakhir.
Pada keadaan dimana secara objektif tidak ada bahaya ditandai dengan
pasien takut keluar rumah dan tidak dapat tidur dengan nyenyak karena
takut akan kematian padahal tidak ada situasi nyata yang mengancam.
Dari gejala diatas, pasien telah memenuhi gejala utama gangguan panik
sehingga dapat digolongkan ke dalam
Gangguan Panik (Anxietas
Paroxismal Episodik) F41.0
Aksis II :
Ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III :
Dispepsia
Aksis IV
Bisnis yang baru dirintis pasien mengalami kerugian yang besar, sopir
pasien meninggal, dan tak lama kemudian kakak pasien meninggal.
Aksis V :
10
GAF Scale 70-61 , beberapa gejala ringan & menetap ,disabilitas ringan
dalam fungsi secara umum masih baik.
DAFTAR MASALAH
Organobiologik
: Tidak ditemukan kelainan keadaan medis umum,
namun diduga ada ketidak seimbangan neurotransmitter sehingga
memerlukan farmako terapi
Psikologik
:
Ditemukan
ada
masalah
psikologi
sehingga
memerlukan psikoterapi supportif.
Sosiologik
: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan
sehingga pasien membutuhkan penanganan psikososial
RENCANA TERAPI
 Farmakoterapi
Fluoxetin 20 mg 1-0-0
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
 Psikoterapi
o Ventilasi
:
memberikan
kesempatan
kepada
pasien
untuk
menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien
merasa lega.
o Konseling: Membantu pasien untuk dapat merubah keyakinan
pasien yang negative, irrasional dan mengalami penyimpangan
(distorsi) menjadi positif dan rasional sehingga secara bertahap
mempunyai reaksi somatic dan perilaku yang lebih sehat dan
normal. Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar
tetap minum obat secara teratur
o Suportif : Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat
membantu pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya.
11
Memberi penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya,
manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien
supaya mau minum obat secara teratur.

Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien
mengenai bagaimana keadaan pasien saat ini. Sehingga dapat
menerima dan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung.
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien
sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan
dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.
PROGNOSIS
Dubia et Bonam
Faktor pendukung:
o Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan yang sama
o Adanya dukungan dari keluarga
Faktor penghambat: FOLLOW UP
Pasien rawat jalan. Perlu kontrol/ berobat jalan tanggal 11 Oktober 2019.
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit pasien,
serta efektifitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat
yang diberikan.
12
PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPGDJ–III untuk mendiagnosis pasien Gangguan Panik
(F41.0) :
1. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
2. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali
serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam
masa kira-kira satu bulan :
a. Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya;
b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situations);
c. Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas
pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun
demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”,
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi.
13
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis pada pasien ini,
ditemukan gejala-gejala diatas berupa serangan anxietas berat dalam
kira-kira satu bulan dan biasa muncul tanpa sebab yang jelas pada
situasi yang tidak membahayakan pasien, yang disertai ketegangan
motorik berupa sakit kepala serta adanya overaktivitas otonomik
berupa nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar dan keringat dingin.
Keadaan ini mengakibatkan diri merasa terganggu dan tidak nyaman
(distress), sulit melakukan pekerjaan sehari-hari dengan benar, dan
sulit mengisi waktu luangnya
(disability). Oleh karena itu,
digolongkan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan
sebagai gangguan mental non organik.
Berdasarkan status mental, diperoleh kesadaran kualitatif normal
dan kuantitatif GCS 15 (Compos mentis), mood cemas, afek cemas,
empati dapat dirabarasakan. Pikiran abstrak baik dan kemampuan
menolong diri baik. Tidak terdapat gangguan persepsi. Proses berpikir
produktivitas cukup, kontinuitas relevan, koheren, tidak ada preokupasi
maupun gangguan isi pikir. Pengendalian impuls tidak terganggu,
penilaiaan daya nilai tidak terganggu. Menurut wawancara psikiatrik
dan pemeriksaan status mental didapatkan afek cemas, mood cemas
dan susah tidur serta gejala-gejala anxietas lainnya seperti gejala
psikologis: khawatir dan sering berfikir hal yang membuatnya cemas,
gejala hiperaktivitas otonom: sakit ulu hati, dan ketegangan motorik:
gelisah. Gejala ini memberat dan kemudian terjadi serangan panic
dalam masa kira-kira satu bulan. Maka pasien digolongkan Gangguan
Panik.
Berdasarkan dari wawancara psikiatrik dan pemeriksaan status
mental, ditemukan tidak ada gejala yang sesuai diagnosis pasti
gangguan ansietas. Tilikan 6 pasien menyadari sepenuhnya tentang
14
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Maka
pasien digolongkan sebagai Gangguan Panik (F41.0).
Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi, psikoterapi dan
sosioterapi.
Farmakoterapi
pada
pasien
ini
menggunakan
benzodiazepin yaitu alprazolam. Benzodiazepin bekerja dengan
bereaksi terhadap reseptornya akan meningkatkan fungsi inhibisi
GABAergik dan menreinforce “the inhibitory action of GABAergik
neuron”
(GABA
reuptake
inhibitor)
sehingga
hiperaktivitas
neurotransmitter lain (dopamine, serotonin, dll) cepat mereda.
Golongan benzodiazepine sebagai obat anti-anxietas mempunyai ratio
terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas lebih rendah. Efek samping obat ini ialah sedasi dan
relaksasi otot. sehingga hiperaktifitas dari sistem limbik mereda.
Alprazolam memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 12-15 jam (cara
kerjanya cepat) namun efeknya juga cepat hilang atau efek sedasi
lebih pendek dibanding benzodiazepin lainnya, sehingga tidak akan
terlalu mengganggu aktifitas. Golongan benzodiazepine adalah drug of
choice dari semua obat yang mempunyai efek anti anxietas,
disebabkan spesifitas, potensi dan keamananya, namun juga bisa
menyebabkan ketergantungan sehingga pemberiannya harus di
tapering-off.
Selain itu juga digunakan antidepressant golongan SSRI (Serotonin
Selective Reuptake Inhibitor) yakni Fluoxetine (Nopres) yang memiliki
efek samping gastrointestinal paling kecil. Obat ini mempunyai profil
efek samping yang lebih baik dengan efek sedasi minimal, hipotensi,
dan
efek
antikolinergik.
meningkatkan
ambang
Selain
cemas,
itu,
obat
sehingga
SSRI
bisa
juga
mampu
menurunkan
kecendrungan serangan anxietas pada pasien.
Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi
suportif yakni ventilasi dan konseling. Psikoterapi suportif pada pasien
15
ini bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego atau memperkuat
mekanisme defans yang ada, memperluas mekanisme pengendalian
yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta perbaikan ke suatu
keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Sosioterapi untuk pasien ini ialah memberikan penjelasan kepada
pasien, keluarga pasien dan orang disekitarnya tentang gangguan
yang
dialami
pasien
sehingga
mereka
dapat
menerima
dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
pemulihan pasien.
16
Download