Uploaded by User53567

Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli Online

advertisement
TELAAH
BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE
MAKALAH
Ditulis Sebagai Syarat Lulus
Ma’had Al-Islam Surakarta
Tingkat ‘Aliyah
Oleh:
Miftahul Firdaus bin Dwi Jaka Siswanta
NM:28078
MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA
1436 H / 2015 M
PENGESAHAN
Makalah dengan judul TELAAH BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE ini
disetujui dan disahkan oleh Dewan Pembimbing PenulisanMakalahMa’had AlIslam Surakarta, pada tanggal:
1436 H.
2015 M.
PEMBIMBING UTAMA
(Al-Fadlil Al-Ustadz K.H. Mudzakir)
PEMBIMBING
PENAHKIK
(Al-Ustadz Erwan Raihan)
(Al-Ustadzah Fashihah Asy-Syahiroh, Al.)
II
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli Online
Miftahul Firdaus 28078
KATA PENGANTAR
‫ع َلى‬
َ ‫ َو‬، ‫سل ْي َن‬
َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫ َو ال‬، ‫ا ْل َح ْمدُِلل َرب اْل َعال َمِ ْي َن‬
َ ‫سيد اْل ُم ْر‬
َ ‫ع َلى‬
َّ ‫صالَةُ َو ال‬
: ‫ َو بَ ْع ُد‬، ‫لى يَ ْوم الد ْي َن‬
َ ْ‫ َو َم ْن تَب َعهُ بإح‬، ‫آلـه َو صَحْ به أَجْ َمع ْي َن‬
ٍ ‫س‬
َ ‫ان إ‬
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini dapat terselesaikan bukan semata-mata usaha penulis,
melainkan berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan jazakumullahu khairan katsiran kepada:
1. Al-Ustadz Al-Mukarram K.H. Mudzakir, selaku pengasuh Ma’had Al-Islam
Surakarta,yang telah membimbing dan mendidik penulis, serta menyediakan
berbagai fasilitas dalampenulisan makalah ini.
2. Al-Ustadz Erwan Raihan, selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan saran dalam penulisanmakalah ini.
3. Al-Ustadzah Fashihah Asy-Syahiroh, Al., selaku penahkik yang telah meneliti
kebenaran data dalam makalah ini.
4. Al-Ustadz Drs. Supardi, Al-Ustadz Ahmad Yusya’ Burhanuddin, Al., AlUstadzah Eticha Fauziyah, Al., Al-Ustadzah Siti Ruqayyah, Al., dan AlUstadzah Fathimah, Mt., selaku penguji yang telah mengkritik dan
memberikan saran untuk perbaikan makalah ini.
5. Asatidz dan Ustadzat Ma’had Al-Islam Surakarta yang telah mendidik dan
membekali banyak ilmu, yang salah satunya penulis gunakan untuk
menyelesaikan makalah ini.
6. Ibunda dan Ayahanda
serta Adik-adik penulis tercinta yang senantiasa
mendoakan, mencurahkan kasih sayang, menasihati, dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
7. Teman-teman penulis di Ma’had Al-Islam Surakarta, yang telah membantu
penulis dalam penulisan Makalah ini.
Semoga Allah Ta’ala menerima amal shalih mereka, melipatgandakan
pahala mereka, dan memasukkan mereka ke dalam jannah-Nya.
‫الرح ْي ُم‬
َ ‫ َو ت ُ ْب‬،‫سم ْي ُع اْلعَل ْي ُم‬
َّ ‫َربَّنَا تَقَبَّ ْل منَّا إنَّكَ أ َ ْنتَ ال‬
َّ ُ‫علَ ْينَا إنَّكَ أ َ ْنتَ الت َّ َّواب‬
.
III
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli Online
Miftahul Firdaus 28078
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. I
PENGESAHAN .................................................................................................. II
KATA PENGANTAR ......................................................................................... III
DAFTAR ISI ......................................................................................................IV
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1. Latar Belakang Penulisan ................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1
4. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 1
5. Metodologi Penelitian ...................................................................... 2
6. Sistematika Penulisan ..................................................................... 3
BAB II PENGERTIAN DAN MEKANISME JUAL BELI ON LINE .................... 5
BAB III DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN BOLEH TIDAKNYA
JUAL BELI ON LINE ........................................................................... 7
1. Surat Al-Baqarah (2):275 ................................................................ 7
2. Surat An-Nisa` (4): 29 ..................................................................... 7
3. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual
Beli yang Mengandung Tipuan ........................................................ 8
4. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual
Beli Mulamasah ............................................................................... 8
5. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib dengan Khiyar
bagi Pembeli .................................................................................... 9
6. Hadits Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan
Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual Beli As-Salaf ............... 9
BAB IV PENDAPAT ULAMA TENTANG BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI
ON LINE ............................................................................................. 11
1. Boleh ............................................................................................. 11
2. Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan ......... 11
3. Tidak Boleh secara Mutlak ............................................................. 11
IV
BAB V ANALISIS ........................................................................................... 13
1. Analisis
Dalil-Dalil
yang
Berkaitan
dengan
Boleh
Tidaknya Jual Beli On Line ........................................................ 13
1.1 Surat Al-Baqarah (2): 275 ....................................................... 13
1.2 Surat An-Nisa` (4): 29 ............................................................. 14
1.3 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang
Larangan Jual Beli yang Mengandung Tipuan ........................ 16
1.4 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang
Larangan Jual Beli Mulamasah ................................................ 17
1.5 Analisis Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib
dengan Khiyar bagi Pembeli .................................................... 17
1.6 Analisis Hadits Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma tentang
Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual Beli
As-Salaf ................................................................................... 19
2. Analisis Pendapat Ulama tentang Boleh Tidaknya Jual Beli On
Line ................................................................................................ 20
2.1 Boleh ....................................................................................... 20
2.2 Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan ... 20
2.3 Tidak Boleh secara Mutlak ....................................................... 21
BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 23
1. Simpulan ....................................................................................... 23
2. Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24
LAMPIRAN DERAJAT HADITS ....................................................................... 28
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan
Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komputer serta
informasi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan
ini sangat membantu berbagai aktivitas manusia.
Sebagai bukti kemajuan di bidang komputer serta informasi adalah
terciptanya jaringan internet
1
. Salah satu pemanfaatan internet dalam
bidang usaha berbasis internet adalah jual beli online.
Jual beli online sangat erat kaitannya dengan jual beli barang ghaib 2,
padahal hukum jual beli barang ghaib diperselisihkan oleh para ulama.
Sebagaian ulama menyatakan bahwa jual beli barang ghaib itu sah, sedang
sebagian lain menyatakan tidak sah. 3
Permasalahan di atas mendorong penulis untuk menelaah lebih lanjut
tentang sah tidaknya jual beli online dan menyajikan hasilnya dalam bentuk
tulisan ilmiah yang berjudul TELAAH BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bolehkah jual beli online
menurut syariat Islam?
3. Tujuan Penilitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui boleh tidaknya jual beli
online menurut syariat Islam.
4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
4.1
Menambah wawasan dalam keilmuan Islam, khususnya dalam bidang fiqih.
4.2
Menambah khazanah kepustakaan Islami.
1Internet
adalah suatu jaringan informasi di seluruh dunia yang memungkinkan diakses melalui
komputer (lihat Mu’jamu Lughatil ‘Arabiyyatil Mu’ashirah susunan Ahmad Mukhtar ‘Umar, jld. 1,
hlm. 127).
2Barang
gaib adalah barang yang sebenarnya sudah ada dan dimiliki oleh penjual, tetapi pembeli belum
melihatnya (lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld.4, hlm. 231).
3Lihat Fat-hul Bari susunan Ibnu Hajar, jld. 5, hlm. 96.
1
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
4.3
Miftahul Firdaus 280782
Sebagai rujukan bagi muslimin yang ingin meneliti lebih lanjut tentang
boleh tidaknya jual beli online menurut syariat Islam.
5. Metodologi Penelitian
5.1 Metode Pengumpulan Data
Data-data dalam makalah ini penulis peroleh dengan membaca,
menelaah, dan mencatat hal-hal yang berkenaan dengan jual beli on line
dan jual beli barang ghaib.
5.2 SumberData
Data-data dalam makalah ini penulis perolehdari kitab-kitab, antara
lain kitab tafsir, hadits, syarh, dan fiqh.
5.3 Jenis Data
Jenis data dalam makalah ini berupadata primer dan data
sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya; diamati dan dicatat untuk pertama kalinya,
sedangkan data sekunder adalah data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. 4
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan data primer adalah
data yang diperoleh dari kitab asal, bukan nukilan seseorang yang dimuat
dalam kitabnya. Contoh data primer dalam makalah ini adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi yang penulis nukil dari kitab beliau,
As-Sunanul Kubra.
Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari kitab
asal, tetapi dari nukilan seseorang yang dimuat dalam kitabnya. Contoh
data sekunder dalam makalah ini adalah pendapat Asy-Syafi’iyyah yang
penulis nukil dari kitab Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah
Az-Zuhaili.
Data primer dan data sekunder hampir sama dengan hadits
bersanad ‘ali dan hadits bersanad nazil dalam ilmu Mushthalah Hadits.
Sanad ‘ali adalah rangkaian rawi yang lebih pendek daripada rangkaian
rawi lain pada hadits yang sama, sedangkan sanad nazil adalah
rangkaian rawi yang lebih panjang daripada rangkaian rawi lain pada
hadits yang sama5.
4Marzuki,
5Lihat
Metodologi Riset, hlm. 55-56.
Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 149.
Miftahul Firdaus 280783
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Jalan penukilan data primer lebih pendek daripada jalan penukilan
data sekunder, sebagaimana jalan periwayatan dalam hadits bersanad ‘ali
lebih pendek daripada jalan periwayatan dalam hadits bersanad nazil.
5.4 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deduktif
dan induktif.
Deduktif ialah cara berfikir yang bersandarkan pada yang
umum, dan dari yang umum itu menetapkan yang istimewa,
sedangkan induktif ialah aliran pikiran yang mengambil
dasar sesuatu dari yang istimewa dan yang istimewa ini
menentukan yang umum. 6
Contoh
metode
deduktif
pada
makalah
ini
adalah
dalam
menetapkan keshahihan suatu hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari,
penulis menggunakan kaidah umum dalam ilmu Mushthalah Hadits
bahwa semua hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari berderajat shahih.
Adapun contoh metode induktif
adalah dalam
menentukan
kedudukan rawi suatu hadits, penulis mendasarkanpada data khusus
yang berupa pernyataan para ahli Jarh wat Ta’dil.
Sebagai perbandingan, dalam ilmu Ushul Fiqih, terdapat pemahaman
idkhalul khashsh ilal ‘amm dan idkhalul ‘amm ilal khashsh. Idkhalul khashsh
ilal
‘amm
adalah
umum.Pemahaman
memahami
idkhalul
lafal
khashsh
ilal
khusus
‘amm
berdasarkan
sebanding
lafal
dengan
pengambilan simpulan dalam metode deduktif. Adapun idkhalul ‘amm ilal
khash adalah memahami lafal umum berdasarkan lafal khusus. Pemahaman
idkhalul ‘amm ilal khashsh sebanding dengan pengambilan simpulan dalam
metode induktif.
6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami alur pembahasan
pada makalah ini, penulis menyusun sistematika sebagai berikut:
Bagian awal, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman
kata pengantar, dan daftar isi.
Bagian tengah, terdiri dari enam bab. Bab pertama adalah pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
6Marzuki,
Metodologi Riset, hlm. 21.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 280784
penulisan. Bab kedua adalah pengertian serta mekanisme jual beli online.
Bab ketiga adalah dalil-dalil yang berkaitan dengan boleh tidaknya jual beli on
line. Bab keempat adalah pendapat ulama tentang boleh tidaknya jual beli on
line. Bab kelima adalah analisis dalil-dalil dan pendapat ulama tentang boleh
tidaknya jual beli on line. Bab keenam berisi simpulan dan saran.
Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB II
PENGERTIANDAN MEKANISME JUAL BELI ONLINE
1. Pengertian Jual Beli On Line
1.1 Pengertian Jual Beli
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa jual beli
adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang
menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga
barang yang dijual.7
Adapun menurut syariat, jual beli adalah:
8
.‫ص‬
َ ‫ُمبَا َدلَةُ الس ْلعَة بالنَّ ْقد‬
ٍ ‫ص ْو‬
ُ ‫علَى َوجْ ٍه َم ْخ‬
Artinya:
Pertukaran barang dengan uangatas dasar cara tertentu.
1.2 Pengertian On Line
Secara istilah, on line adalah:
9
َ ‫ص ْو ُل إلَ ْيه ب َواس‬
.‫ب‬
َ ‫طة‬
ُ ‫يُ ْمك ُن ا ْل ُو‬
ٍ ‫س ْو‬
ُ ‫ش ْبكَة َحا‬
Artinya:
Hubungan yang terjadi padanya (seseorang) dengan perantara
jaringan komputer.
Walaupun saat ini jual beli on line dapat juga diakses melalui smartphone
maupun tablet, namun pada prinsipnya jual beli on line diakses menggunakan
suatu piranti yang terhubung ke jaringan internet.10
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli on line adalah
transaksi pertukaran barang dengan uangmelaluijaringan internet.
2. Mekanisme Jual Beli On Line
2.1 Penjualan
Dengan menggunakan internet, penjual memasang iklan untuk
menawarkan produknya.Dalam iklan tersebut, penjual menyebutkan
deskripsi barang dagangannya secara spesifik, dan kadang-kadang
disertakan foto sampel barang yang dijual.
11
2.2 Pembelian
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 589.
Lihat Kitabul Fiqhi ‘ala Madzahibil Arba’ah susunan Al-Jaziri, jld. 2, hlm. 135.
9Al-Lajnatul ‘Alamiyyah, Qamusu Athlasil Mausu’i, hlm. 874.
10Lihat Step by Step Membangun Hypermarket Online dengan Prestashop susunan Imam Suryono
JavaCreativity, hlm. 2.
11 Lihat Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 29-30.
8
5
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 280786
Pembeli menghubungi penjual melaui SMS, telepon, atau email,
untuk mengadakan transaksi jual beli.12
2.3 Pembayaran
Pembayaran dapat dilakukan dengan cara langsung kepada penjual
atau melalui rekening bank, paypal (pengiriman uang lewat online), kartu
kredit, wesel, maupun cara pembayaran lainnya.13
2.4 Pengiriman Barang
Barang dagangan yang dibeli bisa dikirim langsung dengan
menggunakan jasa kurir atau penjual datang sendiri ke alamat pembeli.
Bahkan untuk barang-barang elektronis, pengiriman barang dapat melalui
internet. Biaya pengiriman barang akan ditanggung oleh pembeli maupun
penjual menurut kesepakatan. Dalam pengiriman barang biasanya
penjual meberi garansi serta penanganan keluhan.
12Lihat
13Lihat
Panduan Cerdas Jual Beli Online susunan Dedik Kurniawan, hlm. 19.
Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 92-94.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB III
DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGANBOLEH
TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE
1. Surat Al-Baqarah(2): 275
1.1
Lafal Ayat dan Artinya
َ ‫ش ْي‬
ُ َّ‫الَّذينَ َيأ ْ ُكلُ ْو َنالر َبالَ َيقُ ْو ُم ْونَإلَّ َك َما َيقُ ْو ُمالَّذ ْي َيت َ َخب‬
‫طانُمنَا ْل َمس‬
َّ ‫ط ُهال‬
‫اوأ َ َح َّاللل ُها ْلبَ ْيعَ َو َح َّر َمالربَافَ َم ْن‬
َ َ‫ذلكَبأَنَّ ُه ْم َقالُ ْواإنَّ َماا ْلبَ ْيعُمثْ ُاللرب‬
َ ‫سلَفَ َوأ َ ْم ُر ُهإلَىالله َو َم ْنعَا َدفَأُولَئ َكأ‬
َ ‫َجا َء ُه َم ْوع‬
َ ‫ظةٌم ْن َربهفَا ْنت َ َهىفَلَ ُه َما‬
.‫ص َحابُالنَّار ُه ْمف ْي َها َخالد ُْو َن‬
ْ
.275 :)2(ُ‫ا ْلبَقَ َرة‬
Artinya:
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang
syaitan
merasukinyadengan penyakit gila. Yang demikian itu
disebabkan mereka mengatakan sesungguhnya tiada lain
jual beli itu semisal riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa yang telah
sampai kepadanya peringatan dari Pemeliharanya, lalu dia
berhenti, maka baginya apa yang telah lewat, dan urusannya
kepada Allah.Dan barangsiapa yang mengulangi, maka
mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.Al-Baqarah(2): 275.
1.2
Maksud Ayat
Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah
menghalalkan jual belidan mengharamkan riba.
2. Surat An-Nisa` (4): 29
2.1
Lafal Ayat dan Artinya
َ ‫ع ْنت‬
َ ً‫ارة‬
َ ‫يَاأَيُّ َهاالَّذ ْينَآ َمنُ ْوالَتَأ ْ ُكلُ ْواأَ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطللَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج‬
.29:)4( ‫سا ُء‬
َ ‫الن‬.‫سك ُْمإنَّالل َهكَانَبك ُْم َرح ْي ًما‬
َ ُ‫اضم ْنك ُْم َولَت َ ْقتُلُ ْواأ َ ْنف‬
ٍ ‫َر‬
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
memakan harta sesama kalian dengan cara yang batil,
melainkanbahwasanya ada perniagaan dengan saling ridla di
antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian,
sesungguhnya Allah adalah Dia Maha Penyayang kepada
kalian. An-Nisa`(4): 29.
2.2
Maksud Ayat
Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah
melarang orang beriman memperoleh harta dengan cara yang batil,
melainkandengan perniagaan atas dasar saling ridla.
7
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 280788
3. Hadits Abu HurairahRadliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli yang
Mengandung Tipuan
3.1
Lafal Hadits dan Artinya
‫سلَّ َم‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬
َ ‫علَ ْيه َو‬
ُ ‫ َن َهى َر‬:‫ َقا َل‬،َ‫ع َْن أَب ْي ُه َر ْي َرة‬
.‫سل ٌم‬
َ ‫ع َْن بَ ْيع ا ْل َح‬
ْ ‫ َر َواهُ ُم‬14 . ‫ َوع َْن َب ْيع ا ْلغَ َرر‬،‫صاة‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dia berkata:Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melarang jual belidengan (lemparan)kerikilserta
jual beli dengan tipuan.Muslim telah meriwayatkannya.
3.2
Maksud Hadits
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalahbahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli yang
mengandung tipuan.
4. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli
Mulamasah
4.1
Lafal Hadits dan Artinya
‫سلَّ َمنَ َهى َعنا ْل‬
َ
َ ‫س ْو َللله‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْيه َو‬
ُ ‫ع ْنأَبي ُه َر ْي َرةَ َرض َيالل ُه َع ْن ُهأَنَّ َر‬
15
‫ي‬
َ ‫ُمالَ َم‬
ُّ ‫ َر َواهُ ا ْلبُ َخار‬.‫سة َوا ْل ُمنَابَذَة‬
Artinya:
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli
17
mulamasah16dan
munabadzah
.Al-Bukharitelah
meriwayatkannya.
Hadits ini juga dikeluarkan oleh Muslim.18
4.2
Maksud Hadits
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli mulamasah.
14MusaSyahin
Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 333, k. 21, Al-Buyu’,
b. 2, Buthlanu Bai’il Hashati wal Bai’illadzi fihi Gharar, h. 4(1513).
15As-Sindi,
Matnu Masykulil Bukhari, jz. 2, hlm. 21, k. 34, Al-Buyu’, b. 63, Bai’il
Munabadzah,h.2146.
16Mulamasah (jual beli dengan sentuhan tangan), misalnya salah seorang pelaku transaksi
menyentuh barang dagangan tanpa mengetahui kondisinya, dan dengan sentuhan itu jual beli
harus terjadi (lihat Fiqhus Sunnah susunan As-Sayyid Sabiq, jld. 4, hlm. 45).
17Munabadzah (jual beli dengan lemparan), misalnya kedua pelaku transaksi saling melempar
barang, dan dengan itu jual beli harus terjadi, tanpa ada rasa saling rela (lihat Fiqhus Sunnah
susunan As-Sayyid Sabiq, jld. 4, hlm. 45).
18MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 331, k. 21 Al-Buyu’,
b. 1, Ibthali Bai’il Mulamasati wal Munabadzah, h. 1(1511).
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 280789
5. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib dengan Khiyar
19
bagi
Pembeli
5.1
Lafal Hadits dan Artinya
:‫قَا َل‬،‫سلَّ َم‬
َ
َ ‫ع ْن َم ْك ُح ْول ٍَرفَ َعا ْل َحد ْيثَإلَىالنَّبي‬
َ ‫صلَّىالل ُه َعلَ ْيه َو‬
ْ ‫َمنا‬
.ُ‫ َوإ ْنشَا َءت َ َر َكه‬،ُ‫ارآ ُهإ ْنشَا َءأ َ َخذَه‬
َ ‫شت َ َرى‬
َ َ‫ش ْيئ ًالَ ْميَ َر ُهفَ ُه َوبا ْلخيَارإذ‬
. ‫ َر َواهُ ا ْل َب ْي َهق ُّي‬20
Artinya:
Dari Mak-hul, dia memarfu’kan hadits ini kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa
membeli sesuatu yang dia belum melihatnya, maka dia
adahak pilihapabila dia telah melihatnya.Jika dia
berkehendak, dia mengambilnya, dan jika dia berkehendak,
dia meninggalkannya.” Al-Baihaqi telah meriwayatkannya.
Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ad-Daraquthni. 21
5.2
Maksud Hadits
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
barangsiapa membeli sesuatu yang belum dilihat, maka dia memiliki
hak pilih ketika dia sudah melihatnya.
6. Hadits Ibnu ‘AbbasRadliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan Takaran,
Timbangan, dan Waktu pada Jual BeliAs-Salaf
6.1
Lafal Hadits dan Artinya
،‫سلَّ َم ا ْل َمد ْينَ َة‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫عَن ا ْبن‬
َ ‫ قَد َم النَّب ُّي‬:‫اس قَا َل‬
ٍ َّ‫عب‬
َ ‫علَ ْيه َو‬
‫ف‬
ْ َ ‫ َم ْن أ‬:‫ فَقَا َل‬،‫سنَت َ ْين‬
ْ ُ‫َو ُه ْم ي‬
َّ ‫سنَ َة َوال‬
َّ ‫سلفُ ْو َن في الث َمار ال‬
َ َ‫سل‬
َ
‫ إلَى أ َج ٍل‬،‫ َو َو ْز ٍن َم ْعلُ ْو ٍم‬،‫ف في َك ْي ٍل َم ْعلُ ْو ٍم‬
ْ ُ‫في ت َ ْم ٍرفَ ْلي‬
ْ ‫سل‬
22
. ‫َم ْعلُ ْو ٍم‬
.‫سل ٌم‬
ْ ‫َر َواهُ ُم‬
Artinya:
Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang ke kota Madinah, sedangkan mereka (para
shahabat) melakukan jual beli as-salaf 23padabuahbuahandalam tempo satu tahun atau dua tahun. Maka beliau
bersabda,“Barangsiapa yangmelakukan jual beli as-salaf
19Khiyar
adalah hak bagi kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli untuk meneruskan
transaksi itu atau membatalkannya (lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah AzZuhaili, jld. 4, hlm. 288).
20 Muhammad ‘Abdul Qadir ‘Atha, As-Sunanul Kubra, jld.5, k. Al-Buyu’,b.6,Man Qala Yajuzu Bai’ul
‘AinilGha`ibah,hlm.439,h.10425.
21Ad-Daraquthni, Sunanud Daraquthni, jld.2, jz. 3, k. Al-Buyu’, hlm. 4, h. 2777.
22MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 415-416, k. 22, AlMusaqah, b. 25, As-Salam, h. 127 (1604).
23Jual beli As-Salaf atau As-Salam adalah jual beli barang tertentu yang pembayarannya di muka
sedang barangnyaditempokan (lihat Fiqhus Sunnah susunan As-Sayyid Sabiq, jld.4, hlm. 69)
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 2807810
pada kurma, hendaklah dia berjual beli as-salaf dengan
takaran tertentu, dengan timbangan tertentu, sampai batas
waktu tertentu.”
Muslim telah meriwayatkannya.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari.24
6.2
Maksud Hadits
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
barangsiapa berjual beli as-salaf hendaklah ditentukan takaran,
timbangan, dan waktunya.
24As-Sindi,
Matnu Masykulil Bukhari, jz. 2, k. 35, As-Salam, b. 1, As-Salamu fi Kailin Ma’lum, hlm. 36.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB IV
PENDAPAT ULAMA TENTANG BOLEH TIDAKNYA JUAL
BELI ON LINE
Dalam makalah ini, penulis menukilkan pendapat para ulama tentang
hukum jual beli barang ghaib, karena jual beli on line ini belum dibahas oleh
ulama salaf, sedangkan jual beli on line itu ada kesamaan dengan jual beli
barang ghaib.
1. Boleh
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh
adalah Al-Hanafiyyah, sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah Az-Zuhaili
berikut ini:
25.‫ؤيةولَوصف‬
ْ ‫يجو ُزبيعا ْلعينا ْلغَائبةم ْن َغيرر‬
ٍ ْ َ ٍََ ُ ْ
َ
َْ ُ َْ ْ ُ َ
ِArtinya:
Jual beli barang ghaib tanpa melihat dengan mata dan tanpa
menjelaskan sifatnyaituboleh.
2. Boleh, jikaPenjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh,jika
penjual
menyebutkan
ciri-ciri
barang
daganganadalah
Imam
Malik,
sebagaimana pernyataan Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berikut:
26
.َ‫صفَهُ َوإلَّ فَال‬
َ ‫َوع َْن َمال ٍكيَص ُّحإ ْن َو‬
Artinya:
Dan dari Malik (berpendapat) bahwa dia (jual beli barang ghaib) itu
sah jika dia (penjual ) menyifatkannya (barang ghaib) tersebut, dan
jika tidak (menyifatkannya) maka tidak (sah).
Ulama lain yang berpendapat demikian adalah Al-Hanabilah menurut
pendapat yang paling kuat.27
3. Tidak Boleh secara Mutlak
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu tidak boleh
secara mutlak adalah Asy-Syafi’iyyah, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Wahbah Az-Zuhaili berikut ini:
25
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islamiyyuwa Adillatuh, jld. 4, hlm.232.
Ibnu Hajar, Fat-hul Bari, jld.5, hlm. 96.
27Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jz. 4, hlm. 233.
26Al-Hafidh
11
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
‫و‬،
َ
‫أ َ ْوأ َ َح ُد ُه َما‬،
Miftahul Firdaus 2807812
‫ُه َو َما َل ْميَ َر ُها ْل ُمت َ َعاقدَان‬
‫لَيَص ُّح ُم ْطلَقًابَ ْيعُا ْلغَائب َو‬
28
. ‫ل َماف ْيهمنَا ْلغَ َرر‬، ‫إ ْنكَانَا ْل َمب ْيعُ َحاض ًرا‬
Artinya:
Jual beli barang ghaib itu tidak sah secara mutlak. Dan dia (jual
beli barang ghaib) itu (jual beli) barang yang kedua pelaku
transaksi jual beli atau salah satu dari keduanya belum
melihatnya, meskipun barang dagangan tersebut ada, karena
didalamnya ada unsur tipuan.
28Lihat
Al-Fiqhul Islamiyyuwa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld.4, hlm.233.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB V
ANALISIS
1.
Analisis Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan BolehTidaknya Jual Beli On Line
1.1 Surat Al-Baqarah (2): 275 (hlm. 7)
Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Lafal ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah
ُ‫َو أ َ َحل َّل هللا‬
‫( ا ْلبَ ْي َع َو َح َّلر َم الربَلا‬dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba).
Menurut Ath-Thabari, makna lafal
‫َوأ َ َح ل َّل هللاُ ا ْلبَ ْي ل َع َو َحل َّلر َم الربَللا‬
adalah Allah menghalalkan laba pada jual beli dan mengharamkan riba. 29
Ibnul ‘Arabi menjelaskan bahwa berdasarkan ayat ini, jual beli
yang dihalalkan itu adalah jual beli dengantujuan dan cara yang benar,
sedangkan jual beli dengan cara
yangbathil, seperti jual beli yang
mengandung riba itu hukumnya haram. 30
‫ َو أ َ َحل َّل هللاُ ا ْلبَ ْيل َع‬ini bersifat
lafal‫لر َم الربَلا‬
َّ ‫ َو َح‬atau ayat-ayat lain yang
Al-Qurthubi menjelaskan bahwa lafal
umum dan ditakhsish dengan
melarang jual beli berunsur riba danhadits-hadits yang melarangjual beli
khamar, bangkai, janin hewan yang masih dalam kandungan, dan lainlainnya. 31
Dengan demikian maksud ayat ini adalahAllah menghalalkan jual
beli dengan tujuan dan cara yang benar, tidak mengandung riba, dan
bukan barang haram.
Berkaitan dengan makalah ini, pada jual beli on line, pembeli dan
penjual bertransaksi melalui on line sehingga pembeli tidak melihat
barang secara langsung,namun pembeli dapat menanyakan kepada
penjual tentang kondisi barang yang akan dia beli.32Hal ini dapat
memungkinkan pembeli untuk mengetahui apakah barang tersebut
termasuk barang haram ataukah tidak.
29Lihat
Jami’ul Bayani fi Tafsiril Qur`an susunan Ath-Thabari, jld. 3, hlm. 69.
Ahkamul Qur`an susunan Ibnul ‘Arabi, jld.1, hlm. 321.
31 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an susunan Al-Qurthubi, jld. 3, hlm. 356.
32Lihat Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm 28.
30Lihat
13
Miftahul Firdaus 2807814
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Dalam jual beli on line, penjual sudah menentukan harga dan ciriciri barang dagangannya33sehingga pembeli mengetahui harga yang
harus dibayar.Oleh karena itu,jual beli on line ini tidak termasuk jual beli
yang mengandung riba.
Dengan
demikian,
jual
beli
on
line
ini
termasuk
yang
dihalalkandalam ayat ini.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ayat ini dapat
dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, wallahu a’lam.
1.2 Surat An-Nisa` (4): 29 (hlm. 7-8)
Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah
melarang orang beriman memperoleh harta dengan cara yang batil,
melainkandengan perniagaan atas dasar saling ridla.
Lafal
ayat
yang
berkaitan
dengan
makalah
ini
adalah
‫اضلللللللللم ْن ُك ْم‬
َ ً‫ارة‬
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
َ ‫يَاأَيُّ َهاالَّذ ْينَآ َمنُ ْوالَتَأ ْ ُكلُ ْواأ َ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطللَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج‬
(Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta
sesama kalian dengan cara yang bathil, tetapi bahwasanya ada
perniagaan dengan saling ridla di antara kalian).
Al-Qasimi
menjelaskan
bahwa
makna
lafal‫كلُ ْواأ َ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطلللل‬
ُ ْ ‫ لَتَأ‬adalah janganlah sebagian kalian
memakan harta sebagian lain dengan cara bathil, yaitu dengan cara
yang tidak diperbolehkan syariat, seperti riba, judi, suap, ghasab, dan
khianat. 34
Al-Qurthubi memahami bahwa berdasarkan ayat ini,jual beli yang
mengandung unsur tipuan, jahalah35, riba, serta jual beli barang fasid
seperti khamar, babi, dan sebagainya itu termasuk cara yang bathil
sehingga dilarang.36
Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Allah
melarang orang beriman melakukan jual beli yang mengandung unsur
tipuan, jahalah, riba,danfasid.
33Lihat
Panduan Cerdas Jual Beli Online susunan Dedik Kurniawan, hlm. 18 .
Mahasinut Ta’wil susunanAl-Qasimi, TahqiqMuhammad Fuad ‘Abdul Baqi, jld.2, hlm. 275.
35Jahalah adalah sesuatu yang tidak diketahui (lihat Mu’jamu Lughatil Fuqaha` susunan Muhammad
Rawas Qal’ahji, hlm.147).
36Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an susunan Al-Qurthubi, jld. 5, hlm. 152.
34Lihat
Miftahul Firdaus 2807815
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Adapun
tentang
lafal
‫اضلللم ْن ُك ْم‬
َ ً‫ارة‬
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
َ ‫إلَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج‬,Al-Khazin
menyatakan bahwa istitsna` (pengecualian) pada lafal tersebut adalah
istitsna`munqathi’ (pengecualian terputus) karena perniagaan dengan
saling ridla itu tidak termasuk memakan harta orang lain dengan cara
yang bathil, sehingga makna lafal ini adalah memakan harta di antara
kalian melalui perniagaan dengan saling ridla itu halal. 37
Menurut Al-Maturidi, lafal
‫اضلم ْن ُك ْم‬
َ
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
itu menunjukkan bahwa
jual beli itu sudah dianggap selesai dengan adanya rasa saling ridla di
antara kedua pelaku jual beli, sehinggapendapat yang menyatakan
bahwa jualbeli itu belum dianggap selesai jika penjual dan pembeli
belum berpisah tempat walau dengan rasa saling ridla itu tidak benar,
karena mereka mengabaikan makna dhahir ayat ini. 38
Al-Qasimi menyatakan bahwa
‫اضلم ْن ُك ْم‬
َ (rasa saling
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
ridla)itu
sebagai penentu kehalalan jual beli, maka ia harus diwujudkan dengan
ucapan, isyarat, maupun tulisan. 39
Ibnul ‘Arabi mengatakan bahwa‫ك ْم‬
ُ ‫اضلم ْن‬
َ (rasa saling ridla)itu
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
bisa terjadi dengan adanya akad dan ijab kabul. 40
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa makna
‫اضللم ْن ُك ْم‬
َ ً‫ارة‬
ٍ ‫ع ْنت َ َر‬
َ ‫إلَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج‬adalah
lafal
jual beli itu dianggap sah
dengan adanya rasa saling ridla yang harus dinyatakan dengan ijab
kabul, baik berupa ucapan, isyarat, maupun tulisan.
Dari penjelasan diatas,ayat ini menunjukkan bahwa Allah melarang
orang beriman melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan,
jahalah, riba, dan fasid, akan tetapi Allah membolehkan jual beliyang
tidak mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, dan fasid, selagi saling
ridla.
Berkaitan dengan jual beli on line ini, pembeli tidak bertemu dengan
penjual, sehingga pembeli tidak mengetahui secara langsung barang
yang akan dibeli.Namun demikian, penjual menyebutkan ciri-ciri barang
Lubabut Ta`wili fi Ma’anit Tanzil susunan Al-Khazin, jld. 2, hlm. 53.
Lihat Ta`wilatu Ahlis Sunnah susunan Al-Maturidi, jld. 3, hlm. 139-140.
39Lihat Mahasinut Ta`wil susunan Al-Qasimi, jld.2, hlm. 276.
40 Lihat Ahkamul Qur`an susunan Ibnul ‘Arabi, jld. 1, hlm. 523.
37Lihat
38
Miftahul Firdaus 2807816
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
dagangan
41
, sehingga pembeli dapat mengetahui apakah barang yang
akan dia beli mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, fasid, atau tidak.
Pada jual beli ini, pembeli dapat berkomunikasi dengan penjual untuk
menanyakan hal-hal yang belum disebutkan pada ciri-ciri barang
dagangan42, sehingga penjual dan pembeli dapat saling ridla. Dengan
demikian jual beli on line itu tidak dilarang, jika tidak mengandung unsur
tipuan, jahalah, riba, atau fasid, selagi saling ridla.
Walhasil, ayat ini dapat dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, jika
tidak mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, atau fasid, selagi saling
ridla, wallahu a’lam.
1.3 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhutentang Larangan
Jual Beli yang Mengandung Tipuan (hlm. 8)
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli yang
mengandung tipuan.
Hadits Abu Hurairah ini berderajat shahih,43 sehingga dapat
dijadikan sebagai hujah.44
Al-Ubay menyatakan bahwa jual beli yang mengandung unsur tipuan
adalah
jual
beli
barang
daganganyang
kebagusan
atau
45
kerusakannyabelum pasti, sehingga pembeli dirugikan
Al-Qadli ‘Iyadl menyatakan bahwa jual beli yang mengandung unsur
tipuan itu dilarang karena kebagusan atau kerusakan barang dagangan
belum pasti, sehingga pembeli dirugikan. 46
Berkaitan dengan makalah ini, jual beli on line mengandung unsur
tipuan, yaitu ketidakpastian kondisi barang dagangan, sebagaimana
dinyatakan oleh Adhi Prasetio.47Namun demikian, unsur tipuan dalam jual
beli on line dapat dihilangkan dengan adanya garansi, misalnya penjual
membantu pembeli untuk komplain ke jasa kurir jika barang hilang saat
41Lihat
Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetyo, hlm. 27.
Lihat Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 28.
43Lihat lampiran, hlm. 28.
44Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan, hlm. 31.
45Lihat Ikmalu Ikmalil Mu’allim susunan Al-Ubay, jld.5, hlm. 318.
46Lihat Ikmalul Mu’limi bi Fawa`idi Muslim susunan Al-Qadli ‘Iyadl, jld. 5, hlm. 133.
47Lihat Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 33.
42
Miftahul Firdaus 2807817
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
pengiriman dan penjual mengganti barang yang rusak atau cacat.
48
Jadi
unsur tipuan dalam jual beli on line dapat dihilangkan.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini tidak
dapat dijadikan hujahdilarangnya jual beli on line, wallahu a’lam.
1.4 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan
Jual Beli Mulamasah (hlm. 8-9)
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli mulamasah.
Hadits Abu Hurairah ini berderajat shahih,
49
sehingga dapat
dijadikan sebagai hujah.
Al-Hanafiyyahmemahamibahwa
hadits
tersebut
menunjukkan
dilarang jual beli mulamasah, karena pembeli belum mengetahui kondisi
barang yang akan dia beli serta belum mengetahui ciri-cirinya, dan
semua jenis jual beli yang tidak disertai penyebutan ciri-ciri barang
dagangan sedangkan pembeli belum melihatnya maka jual beli itu
dihukumi sebagaimana hukum jual beli mulamasah.50
Berkaitan dengan makalah ini, dalam jual beli on line tidak
termasuk jual beli mulamasah, sebab pembeli dapat melihat kondisi
barang yang akan dibeli, walaupun lewat gambar, bahkan penjual
menyebutkan ciri-cirinya. Dengan demikian jual beli on line tidak
termasuk dalam jual beli mulamasah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits
ini tidak dapat dijadikan sebagai hujahdilarangnya jual beli on line,
wallahu a’lam.
1.5 Analisis Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaibdengan
Khiyar bagi Pembeli(hlm. 9)
Hadits Mak-hul ini adalah hadits mursal, 51 hadits mursal termasuk
hadits dla’if.52Hadits dla’if tidak dapat dijadikan hujah.53
48Lihat
Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 34.
lampiran, hlm. 28.
50Lihat Syarhubni Baththal susunan Ibnu Baththal, jld. 6, hlm. 235.
51 Lihat lampiran, hlm. 28-29.
52 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 133.
53 Lihat Taujihul Qari susunan Az-Zahidi, hlm. 167.
49Lihat
Miftahul Firdaus 2807818
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
barangsiapa membeli sesuatu yang belum dilihat, maka dia memiliki
hak pilih ketika dia sudah melihatnya.
Dalam hadits ini, yang dimaksud hak pilih (khiyar) dalam jual beli
barang ghaib adalah hak pilih yang diberikan kepada pembeli untuk
mengambil atau menolak barang ghaib setelah dia melihatnya.54
Al-Hanafiyyah memahami bahwa lafalُ‫ارآه‬
َ َ‫(فَ ُه َوبا ْلخ َيارإذ‬maka dia
ada hak pilih apabila dia telah melihatnya) dalam hadits ini menunjukkan
bahwa hak pilih itu ada setelah pembeli melihat barang dagangan,55baik
barang dagangan tersebut sesuai dengan ciri yang telah disebutkan
oleh penjual ataupun tidak. 56
Walaupun sanad hadits ini berderajat dla’if, akan tetapi
maknanya sesuai dengan ijmak shahabat tentang disyariatkannya hak
pilih dalam jual beli barang ghaib
57
,sedangkan ijmak shahabat bisa
dijadikan hujah. 58Dengan demikian, makna hadits ini bisa diterima.
Berkaitan dengan jual beli on line, pembeli tidak melihat barang
dagangan secara langsung, maka jual beli on line termasuk dalam jual
beli barang ghaib. Dengan demikian, hak pilih dalam jual beli on line itu
ada setelah pembeli melihat barang dagangan, baik barang dagangan
tersebut sesuai dengan ciri yang telah disebutkan oleh penjual ataupun
tidak, sehingga jual beli on line itu boleh.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini dapat
dijadikan hujah bolehnya jual beli on line dengan adanya hak pilih bagi
pembeli, wallahu a’lam.
Al-Mausu’atul Fiqhiyyah susunan Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, jld. 4, hlm. 248.
Lihat Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil Jadid susunan Mahmud Thahmaz, jld. 4, hlm. 122.
56 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 340.
57 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jz. 4, hlm. 340.
58 Lihat Al-Bahrul Muhithu fi Ushulil Fiqh susunan Az-Zarkasyi, jld. 3, hlm. 527.
54Lihat
55
Miftahul Firdaus 2807819
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
1.6 Analisis
Hadits
Ibnu
‘Abbas
Radliyallahu
‘anhuma
tentang
Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual BeliAsSalaf(hlm. 9-10)
Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah
barangsiapa
berjual
beli
as-salaf
hendaklah
ditentukan
takaran,
timbangan, dan waktunya.
Hadits Ibnu Abbas ini berderajat shahih,
59
hadits shahih dapat
digunakan sebagai hujah.
An-Nawawi menyatakan bahwa hadits ini menunjukkan bolehnya
jual beli as-salam (as-salaf) dengan syarat adanya penentuan takaran,
timbangan, atau waktunya. 60
Al-‘Aini menyatakan bahwa jual beli as-salam (as-salaf) tidak hanya
berlaku pada barang-barang yang ditakar atau ditimbang, akan tetapi
berlaku juga pada semua barang yang dapat ditentukan sifat atau ciricirinya. 61
Menurut Al-‘Utsaimin, barang yang diperjualbelikan secara as-salam
(as-salaf) pada hadits ini dapat diketahui hanya dengan penyebutan ciricirinya, karena barang tersebut belum ada. 62
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa barang dagangan pada
jual beli as-salam (as-salaf) belum bisa dilihat oleh pembeli, karena
barang tersebut belum ada.
Namun demikian, unsur jahalah dalam jual beli as-salam (as-salaf)
ini telah hilang dengan sebab penjual telah menyebutkan ciri-ciri barang
dagangan,meskipun barang tersebut belum ada.
Berkaitan dengan makalah ini, pada jual beli on line, pembeli tidak
bisa melihat barang yang akan dibeli secara langsung, namun unsur
jahalah pada jual beli on line telah hilang, karena penjual telah
menyebutkan ciri barang tersebut.
Jual beli barang yang belum dilihat oleh pembeli dengan
penyebutan ciri-cirinya itu dapat dikiaskan hukumnya dengan jual beli as-
59Lihat
lampiran, hlm. 29.
Shahihu Muslimin bi Syarhin Nawawi susunan An-Nawawi, jld.6, jz. 11, hlm. 41.
61Lihat ‘Umdatul Qari susunan Al-‘Aini, jld. 6, jz. 12, hlm. 62.
62Lihat Asy-Syarhul Mumti’ susunan Al-‘Utsaimin, jld. 8, hlm. 149-150.
60Lihat
Miftahul Firdaus 2807820
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
salam (as-salaf).63Oleh karena itu, jual beli on line dapat dikiaskan
dengan jual beli as-salam (as-salaf).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini dapat
dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, wallahu a’lam.
Berdasarkan analisis dalil-dalil yang berkaitan dengan boleh tidaknya
jual beli on line di atas, dapat disimpulkan bahwa jual beli on line itu boleh.
2.
Analisis Pendapat Ulama tentangBolehTidaknya Jual Beli On Line
2.1 Boleh (hlm. 11)
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh
adalah Al-Hanafiyyah.
Mereka berhujah dengan hadits mursal dari Mak-hul. 64
Penulis tidak setuju dengan hujah mereka, karenahadits mursal
tidak dapat digunakan sebagai hujah, sebagaimana dinyatakan oleh AlHafidh Ibnu Hajar.65
Namun
demikian,
hadits
mursal
dari
Mak-hul
tersebut
maknanyasesuai dengan ijmak shahabat tentang disyariatkannya hak
pilih dalam jual beli barang ghaib, sedangkan ijmak shahabat bisa
dijadikan hujah(lihat analisis hadits Mak-hul, hlm. 18-19). Oleh karena
itu, makna hadits ini bisa diterima.
Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa jual beli
barang ghaib itu boleh, dapat diterima, wallahu a’lam.
2.2 Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan (hlm. 11)
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu
boleh,jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang daganganadalah Imam
Malik dan Al-Hanabilah.
Al-Hanabilahmembolehkan jual beli barang ghaib dengan syarat
penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan,sebagaimana dalam jual
beli as-salam.66
63Lihat
Taisiru Masa`ilil Fiqhi susunan An-Namlah, jld.3, hlm. 28.
Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil Jadid susunan Mahmud Thahmaz, jld. 4, hlm. 122.
65Lihat Syarhu Nuzhatin Nadhar susunan Al-‘Utsaimin, hlm. 147.
66 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 233.
64Lihat
Miftahul Firdaus 2807821
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Penulis setuju dengan pendapat Al-Hanabilah, karena jual beli
barang gaib mempunyai kesamaan dengan jual beli as-salam, yaitu
barang dagangan belum bisa dilihat oleh pembeli dan penjual harus
menyebutkan ciri-ciri barang dagangan. Dengan demikian jual beli
barang gaib itu bisa disamakan dengan jual beli as-salam.
Adapun Imam Malik, beliau berpendapat bahwa jual beli barang gaib
itu sah, dengan syarat penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan
karenapenyebutan ciri-ciri barang dagangan itusebagai gantimelihat barang
tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.67
Penulis setuju dengan pendapat Imam Malik, karena mengetahui
barang dagangan melalui penyebutan ciri-ciri itusepertimelihat barang
dagangan dengan penglihatan mata, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu
Baththal.
68
Selain itu, dalam hadits shahih tersebut, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menjadikan penyebutan ciri-ciri sesuatu itu menduduki
kedudukan penglihatan dengan mata.69Dengan demikian, penyebutan
ciri-ciri barang dagangan dalam jual beli barang ghaib itu dapat sebagai
pengganti melihatbarang dagangan dengan mata.
Dari uraian di atas, pendapat yang menyatakan bahwa jual beli
barang ghaib itu boleh, jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang
dagangan tersebutdapat diterima, wallahu a’lam.
2.3 Tidak Bolehsecara Mutlak (hlm. 11-12)
Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu tidak
boleh secara mutlak adalah Asy-Syafi’iyyah. Mereka beranggapan
bahwa jual beli barang ghaib itu mengandung unsur tipuan. 70
Penulis tidak setuju dengan pendapat ini, karena unsur tipuan
dalam
jual
beli
barang
ghaib
itu
dapatditiadakan
dengan
71
adanyapenyebutan ciri-ciri barang dagangan dalam jual beli dandengan
adanya hak pilih (khiyar) setelah melihat barangnya72.
Lihat Al-‘Uddatu ‘ala Ihkamil Ahkam susunan Al-Amir Ash-Shan’ani, jld. 3, hlm. 456-457.
Lihat Syarhubni Baththal susunan Ibnu Baththal, jld. 6, hlm. 235.
69Lihat At-Tamhid susunan Ibnu ‘Abdil Barr, jld.2, hlm. 268.
70 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm.233.
71Lihat Taisiru Masa`ilil Fiqh susunan An-Namlah, jld. 3, hlm. 28.
72Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 232.
67
68
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 2807822
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa pendapat yang
menyatakan bahwa jual beli barang ghaib tidak boleh secara mutlak itu
tidak dapat diterima, wallahu a’lam.
Berdasarkan analisis pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli
on line itu boleh dengan syarat:
1. Penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan.
2. Pembeli memiliki hak pilih(khiyar).
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
BAB VI
PENUTUP
1. Simpulan
Jual beli on line itu boleh, jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang
dagangan dan pembeli memiliki hak pilih.
2.
Saran
Muslimin yang mengadakan transaksi jual beli on line, hendaknya
melakukannya sesuai syariat.
23
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur`anul Karim
2. Ad-Daraquthni, ‘Ali bin ‘Umar, Al-Imam, Sunanud Daraquthni, Darul
Fikr, Beirut, Tanpa Nomor Cetakan, 1414H/1994M.
3. Ahmad
Mukhtar
‘Umar,Al-Ustadz,
Ad-Duktur,
Mu’jamul
Lughatil
‘Arabiyyatil Mu’ashirah, ‘Alamul Kutub, Kairo, Cetakan I, 1429 H / 2008 M.
4. Al-‘Aini, Abu Muhammad, Mahmud bin Ahmad, Asy-Syaikh, Al-Imam, Al‘Allamah, Badruddin,‘Umdatul Qari Syarhu Shahihil Bukhari, Daru
Ihya`it Turatsil ‘Arabi, Beirut, Lebanon, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa
Tahun.
5. Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Fadlilatusy Syaikh, Al-‘Allamah,
Asy-Syarhul Mumti’u ‘ala Zadil Mustaqni’, Darubnil Jauzi, Arab Saudi,
Cetakan I, 1423 H.
6. Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Fadlilatusy Syaikh, Syarhu
Nuzhatin Nadhar, Darul ‘Aqidah, Iskandariyyah, Tanpa Nomor Cetakan,
1428 H / 2007 H.
7. Muhammad ‘Abdul Qadir ‘Atha, As-Sunanul Kubra, Darul Kutubil
‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan lII, 1424 H / 2003 M.
8. As-Sindi, Matnu Masykulil Bukhari,Darul Fikr, Beirut, Lebanon, Cetakan I,
1426-1427 H /2006 M.
9. Al-Jaziri, ‘Abdurrahman, Asy-Syaikh, Kitabul Fiqhi ‘ala Madzahibil Arba’ah,
Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan III, 1429 H / 2008 M.
10. Al-Khazin, ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi, ‘Ala`uddin,
Tafsirul Khazini Al-Musamma Lubabut Ta`wili fi Ma’anit Tanzil, Darul
Kutubil ’Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1415 H / 1995 M.
11. Al-Maturidi, Abu Manshur, Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, AlImam, Ta`wilatu Ahlis Sunnah, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,
Cetakan I, 1426 H / 2005 M.
12. Al-Mizzi,Abul Hajjaj, Jamaluddin bin Yusuf bin ‘Abdurrahman, Al-Imam, AlHafidh, Tahdzibul Kamali fi Asma`ir Rijal, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut,
Lebanon, Cetakan I, 2004 M / 1425 H.
24
Miftahul Firdaus 2807825
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
13. Al-Qadli ‘Iyadl, Abul Fadlel, ‘Iyadl bin Musa bin ‘Iyadl, Al-Imam, Al-Hafidh,
Ikmalul Mu’limi bi Fawa`idi Muslim, Darul Wafa`, Tanpa Nama Kota,
Cetakan I, 1998 M / 1419 H.
14. Al-Qasimi,Muhammad Jamaluddin, Al-‘Allamah, Asy-Syaikh, Qawa’idut
Tahditsi min Fununi Mushthalahil Hadits, Darul ‘Aqidah, Iskandariyyah,
Kairo, Cetakan I, 1425 H / 2004 M.
15. Al-Qasimi,
Muhammad
Jamaluddin,Tafsirul
Qasimi
Al-Musamma
Mahasinut Ta`wil,Tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi,Daru Ihya`it
Turatsil ’Arabi, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1994 M / 1415 H.
16. Al-Qurthubi,Abu ‘Abdillah, Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, Al-Jami’u
li Ahkamil Qur`an,Darul Katibil ‘Arabi, Tanpa Nama Kota, Cetakan III,
1387 H / 1967 M.
17. Al-Ubay, Muhammad bin Khalifah, Al-Wasytani, Al-Imam, Ikmalu Ikmalil
Mu’allim, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 2008 M /
1429 H.
18. An-Namlah,‘Abdul Karim bin ‘Ali bin Muhammad,Asy-Syaikh, Al-Ustadz, AdDuktur,Taisiru Masa’ilil Fiqhi Syarhur Raudlil Murbi’,Maktabatur Rusyd,
Riyadl, Cetakan III, 1430H / 2009M.
19. An-Nawawi, Shahihu Muslimin bi Syarhin Nawawi, Darul Fikr, Tanpa
Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, 1401H / 1981 M.
20. An-Nawawi, Abu Zakariyya, Yahya bin Syaraf, Muhyiddin, Al-Majmu’u
Syarhul Muhadzdzab, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I,
1428 H / 2007 M.
21. Ash-Shan’ani,Al-Amir, Muhammad bin Isma’il, Al-‘Allamah, As-Sayyid, Al‘Uddatu ‘ala Ihkamil Ahkam,Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,
Cetakan I, 1419 H /1999 M.
22. As-Suyuthi, Jamaluddin, Al-Hafidh, Tadribur Rawiyyi fi Syarhi Taqribin
Nawawi, Darul Hadits, Kairo, Tanpa Nomor Cetakan, 1431 H / 2010 M.
23. Ath-Thabari, Abu Ja’far, Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayani fi Tafsiril
Qur`an, Darul Baz, Makkah Al-Mukarramah, Cetakan III, 1398 H / 1978 M.
24. Az-Zahidi, Hafidh Tsanallah, Taujihul Qari, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota,
Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.
Miftahul Firdaus 2807826
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
25. Az-Zarkasyi, Muhammad bin Bahadir bin ‘Abdullah, Al-Imam, Badruddin,
Al-Bahrul Muhithu fi Ushulil Fiqh, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut,
Lebanon, Cetakan II, 1428 H / 2007 M.
26. Wahbah Az-Zuhaili,Al-Ustadz, Ad-Duktur, Al-Fiqhul Islamiyyu wa
Adillatuh, Darul Fikr, Damaskus, Cetakan VI, 2008 M / 1429 H.
27. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cetakan VII, Edisi IV, 2013 M.
28. Ibnu ‘Abdil Barr, Yusuf bin ‘Abdullah bin Muhammad, Al-Qurthubi, AlImam, Al-Hafidh, At-Tamhidu lima fil Muwaththa`i minal Ma’ani wal
Masanid, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1419 H /
1999 M.
29. Ibnu Baththal, Abul Hasan, ‘Ali bin Khalaf bin ‘Abdul Malik Al-Bakri AlQurthubi Al-Balansi, Asy-Syaikhul ‘Allamah, Syarhubni Baththal‘ala
Shahihil Bukhari, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I,
2003 M / 1424 H.
30. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar, Al-‘Asqalani, Al-Hafidh, Fat-hul Bari
bi Syarhi Shahihil Bukhari, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor
Cetakan, Tanpa Tahun.
31. Ibnul ‘Arabi, Abu Bakr, Muhammad bin ‘Abdillah, Ahkamul Qur`an, Darul
Kutubil ’Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, 2008 M / 1429 H.
32. Imam Suryono dan Java Creativity, Step by Step Membangun
Hypermarket Online dengan Prestashop,PT Elex Media Komputindo,
Jakarta, Cetakan I, 2013 M.
33. Kurniawan, Dedik, Panduan Cerdas Jual Beli Online, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, Tanpa Nomor Cetakan, 2012.
34. Mahmud Ath-Thahhan, Taisiru Mushthalahil Hadits, Darul Fikr, Tanpa
Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.
35. Marzuki, Drs., Metodologi Riset, BPFE – UII, Yogyakarta, Cetakan VII,
2000 M.
36. Muslim,Abul Husain, Ibnul Hajjaj, Al-Qusyairi, An-Naisaburi, Shahihu
Muslim,Tahqiq
MusaSyahin
Lasyin
dan
Ahmad
‘Umar
Hasyim,Mu`assasatu ‘Izziddin, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1407 H / 1987
M.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 2807827
37. Prasetio, Adhi, Smart Guide Jualan Online, Media Kita, Jakarta,
CetakanI, 2012 M.
38. Qal‘ahji, Muhammad Rawas, Mu‘jamu Lughatil Fuqaha`, Darun Nafa`is,
Beirut, Lebanon, Cetakan II, 1427 H / 2006 M.
39. Sabiq, As-Sayyid, Fiqhus Sunnah,Darul Fat-hi lil I’lamil ‘Arabi, Kairo,
Mesir, Cetakan III, 1428H/2008M.
40. Thahmaz , Abdul Hamid Mahmud, Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil
Jadid, Darul Qalam, Damaskus, Cetakan I, 1422 H / 2001 M.
41. Al-Lajnatul ‘Alamiyyah, Qamusu Athlasil Mausu’i, Daru Athlas, Kairo,
Cetakan IV, 1431 H / 2010 M.
42. Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah,
Kuwait, Cetakan IV, 1414 H / 1993 M.
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 28078
LAMPIRAN
DERAJAT HADITS
1. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli
yang Mengandung Unsur Tipuan (hlm. 8)
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya. Hadits
yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya merupakanhadits
shahih peringkat ketiga.73 Dengan demikian, hadits Abu Hurairah ini
berderajat shahih.
2. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli
Mulamasah (hlm. 8-9)
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab
shahih keduanya. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
dalam kitab shahih keduanya merupakan hadits shahih peringkat
pertama.
74
Dengan demikian, hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ini
berderajat shahih.
3. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Ghaib dengan Khiyar bagi
Pembeli (hlm. 9)
Hadits Mak-hul tentang jual beli barang ghaib dengan khiyar bagi
pembeli ini dikeluarkan oleh Ad-Daraquthni dan Al-Baihaqi.
Berikutini rangkaian sanad Ad-Daraquthni:
1. Da’laj bin Ahmad
2. Muhammad bin ‘Ali bin Zaid
3. Sa’id bin Manshur
4. Isma’il bin ‘Ayyasy
5. Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam
6. Mak-hul
Adapun rangkaian sanad Al-Baihaqi adalah:
1. Abu Hazim ‘Umar bin Ahmad Al-‘Abdawi
2. Abul Fadlel Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad
3. Ahmad bin Najdah
73
Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 37.
Taisiru Mushthalahil Haditssusunan Ath-Thahhan, hlm. 36.
74Lihat
28
Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line
Miftahul Firdaus 2807829
4. Sa’id bin Manshur
5. Isma’il bin ‘Ayyasy
6. Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam
7. Mak-hul
Pada sanad Ad-Daraquthni dan sanad Al-Baihaqi di atas, terdapat
rawi yang diperbincangkan di kalangan ulama, yaitu Abu Bakr bin
‘Abdullah bin Abu Maryam.
Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam, dinyatakan oleh Ahmad bin
Hanbal, Yahya bin Ma’in, dan An-Nasa`i bahwa dia termasuk rawi dla’if.
‫( ُم ْنك َُر ا ْل َحد ْيث‬diingkari haditsnya).Abu
َ (lemah haditsnya).Ibrahim
Hatim mengatakan bahwa dia‫حد ْيث‬
َ ‫ف ا ْل‬
ُ ‫ضع ْي‬
bin Ya’qub mengatakan bahwa dia‫س با ْل َقوِي‬
َ ‫(لَ ْي‬tidak kuat).75Dengan
Abu Zur’ah mengatakan bahwa dia
demikian, Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam ini merupakan seorang
rawi dla’if.
Selain itu, hadits ini diriwayatkan oleh Mak-hul dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sedangkan Mak-hul adalah seorang tabi’i
76
.Dalam ilmu
Mushthalah Hadits disebutkan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh
seorang tabi’i yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
disebut hadits mursal.77 Dengan demikian, hadits yang diriwayatkan Makhul ini termasuk hadits mursal. Hadits mursal termasuk hadits dla’if. 78
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hadits Mak-hul ini
berderajat dla’if.
4. Hadits Ibnu ‘Abbas tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan
Waktu pada Jual BeliAs-Salaf (hlm. 9-10)
Hadits Ibnu ‘Abbas ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam
kitab shahih keduanya. Hadits-hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim merupakan hadits shahih tingkat pertama. 79
Dengan demikian, hadits Ibnu Abbas ini berderajat shahih.
75Lihat
Tahdzibul Kamal susunan Al-Mizzi, jld. 11, hlm. 256-257.
Al-Majmu’u Syarhul Muhadzdzab susunan An-Nawawi, jld. 10, hlm. 336.
77Lihat Tadribur Rawi susunan As-Suyuthi, hlm. 159.
78 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 133.
79Lihat Taisiru Mushthalahil Haditssusunan Ath-Thahhan, hlm. 36.
76Lihat
Download