Uploaded by User53449

T20178006 (DERRIS MAULIDAH F) LAPRAK MIKROBIO

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA
Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,.
Disusun oleh:
Nama
: Derris Maulidah Fajriyah
NIM
: T20178006
Kelas
: Biologi 1
Kelompok
: 2 (Dua)
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
APRIL 2020
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANNYA
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Pengenalan Alat dan Penggunannya”
yaitu untuk mengetahui dan mengenal cara penggunaan alat.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya autoklaf, timbangan
analitik, cawan petri, pipet ukur, ose, jarum penanam, pinset, kompor elektrik, inkubator, dan
penjepit kayu.
C. Metode
Disiapkan alat-alat yang digunakan dalam
praktikum mikrobiologi
Diamati setiap alat yang digunakan selama
praktikum mikrobiologi
Dijelaskan prinsip kerja, cara penggunaan dan
fungsinya
Dituliskan dalam buku catatan
D. Hasil Pengamatan
No.
1.
Nama
Alat
Autoklaf
Prinsip Kerja
Cara Penggunaan
Fungsi
Mengubah
energi
listrik
menjadi energi panas. Energi
panas disalurkan ke air, air
menjadi
mendidih
dan
menghasilkan uap, uap air
Mengisi autoklaf dengan
air hingga batas yang
telah
ditentukan.
Masukkan
bahan
(medium) dan alat yang
Untuk sterilisasi
alat yang akan
digunakan
dalam
berkumpul dan meningkatkan
tekanan. Udara terdorong
keluar
dan
suhu
terus
meningkat dan dikontrol sesuai
kebutuhan. Panas dari uap air
yang mendidih dan tekanan
tinggi akan dikontrol pada
rentan waktu tertentu sehingga
bisa membunuh mikroba pada
suhu 100-134ºC.
akan disterilkan. Tutup praktikum.
autoklaf dengan rapat,
klep dibiarkan terbuka.
Lalu autoklaf dinyalakan.
Setelah mendidih klep
ditutup.
2.
Neraca
Analitik
Dengan memanfaatkan sumber
tegangan listrik stavolt dan
dilakukan peneraan terlebih
dahulu sebelum digunakan.
Setelah itu, benda yang akan
ditimbang diletakkan pada
neraca dan melihat angka yang
tertera pada layar. Angka
tersebut
merupakan
berat
benda.
Pastikan
timbangan
dalam kondisi setimbang,
dan menunjukkan angka
nol. Lalu menyalakan
timbangan digital dengan
menekan tombol ON di
bagian depan timbangan.
Ambil bahan yang akan
ditimbang, dan letakkan
di atas wadah. Setelah
itu, catat bobot benda
yang ditimbang.
Untuk
mengukur
bahan
yang
akan digunakan
dalam
praktikum.
3.
Cawan
Petri
Terbuat dari bahan gelas atau
kaca agar tahan terhadap
panas.
Untuk
kegiatan
mikrobiologi, cawan petri
harus disterilisasi terlebih
dahulu. Medium di tuangkan
pada bagian bawah baru
kemudian ditutup dengan
bagian atas yang memiliki
diameter lebih besar.
Medium diletakkan di
dalam
cawan
petri
kemudian ditutup dengan
menggunakan penutup
cawan.
Sebagai tempat
medium untuk
biakkan
mikroorganisme
.
4.
Pipet
Ukur
Pipet ukur hanya digunakan
bila dipasangkan dengan filler
untuk
menyedot
dan
memindahkan larutan sesuai
dengan volume.
Menekan bagian ujung
atas sampai larutan naik
hingga volume yang
diinginkan.
Kemudian
melepaskan bagian ujung
atas yang ditekan hingga
Digunakan
untuk mengukur
dan
memindahkan
larutan dengan
volume tertentu.
larutan keluar.
5.
OSE
Bagian pegangan terbuat dari
kaca, bagian lainnya terbuat
dari
kawat.
Untuk
memindahkan, inokuler OSE
harus dipanaskan terlebih
dahulu menggunakan bunsen
sehingga kawat membara.
OSE dipanaskan diatas
bunsen hingga berpijar.
Lalu ambil mikroba yang
diinginkan, kemudian di
taruh di media yang
sudah
disiapkan.
Selanjutnya,
OSE
dipanaskan kembali.
Untuk
memindahkan
inokulum dari
satu meida ke
media lain.
6.
Inkubator Suhu ruangan incubator diatur
secara
otomatis
sesuai
keinginan. Untuk menyimpan
medium,
incubator
diatur
dengan suhu 0ºC.
Diatur
suhu
yang
diinginkan,
lalu
dimasukkan media yang
sudah diberi mikroba /
medium saja. Kemudian
ditutup.
Untuk
menginkubasi
biakkan
organisme dan
digunakan
untuk
menyimpan
media
yang
belum di tanami
mikroba.
7.
Jarum
Penanam
Bagian pegangan terbuat dari
kaca. Bagian lainnya terbuat
dari
kawat.
Untuk
memindahkan
mikroorganisme,
harus
dipanaskan terlebih dahulu
menggunakan bunsen sehingga
kawat membara.
Jarum
penanam
dipanaskan diatas bunsen
hingga berpijar. Lalu
diambil mikroba yang
diinginkan.
Kemudian
diletakkan di media yang
sudah disiapkan. Setelah
itu,
jarum
penanam
dipanaskan kembali.
Untuk
memindahkan
mikroba
dari
satu media ke
media lain.
8.
Penjepit
Kayu
Berdasarkan pada pegas yang Menekan pada penekan
mampu menjepit tabung reaksi. penjepit yang berada di
samping
pegas.
Kemudian jepitkan pada
tabung reaksi.
Untuk menjepit
tabung
reaksi
dan
memindahkan
tabung reaksi
9.
Kompor
Listrik
Pengadukan dan pemanasan Colokkan kabel pada
dari energi listrik dan dapat listrik. Tekan tombol ON
diatur.
pada
bagian
depan
kompor. Lalu letakkan
Untuk
menghomogenk
an suatu larutan
dengan
beaker glass
kompor.
10.
Pinset
ke
atas pengadukan.
Dengan
menjepitkan Ditekan pada bagian atas Untuk
bendanya. Misalkan bendanya kemudian
mengambil mengambil
cakram anti biotik.
object lalu dipindahkan.
benda dengan
menjepit.
E. Pembahasan
Praktikum I pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Pengenalan Alat dan
Penggunannya” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Menurut Gunawan (2019:2) kata Laboratorium
berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat bekerja”. Dalam perkembangannya, kata
laboratorium mempertahankan arti aslinya, yaitu tempat bekerja khusus untuk keperluan
penelitian ilmiah. Laboratorium adalah suatu ruangan atau tempat melakukan kegiatan praktek
atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat serta adanya infrastruktur
laboratorium yang lengkap (ada fasilitas air, listrik, gas dan sebagainya). Selain itu,
Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang
ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur
Laboratorium yang lengkap.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengenal cara penggunaan alat. Hal
tersebut sangat penting dilakukan sebagai seorang praktikan agar mengenal dan mengetahui cara
penggunaan alat sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penggunaan
alat saat praktikum sedang berlangsung. Menurut setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai
buku petunjuk atau keterangan penggunaan untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium
(Raharjo, 2017 : 101). Terlebih lagi yang berhubungan dengan alat-alat pada praktikum
mikrobiologi.
Mikrobiologi berasal dari kata Yunani: mikros yang artinya kecil atau renik, bio yang
artinya hidup atau kehidupan, dan logos yang artinya ilmu atau pikiran. Jadi mikrobiologi berarti
ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup yang kecil atau jasad-jasad renik. Istilah lain yang
digunakan selain makhluk hidup yang kecil atau renik ialah: mikroorganisme, mikroba. Jasadjasad renik yang demikian kecilnya itu tidak dapat dilihat dengan mata kita sendiri. Kita baru
dapat melihatnya setelah kita mempergunakan alat untuk memperbesar benda yang kita lihat.
Alat tersebut dikenal dengan nama mikroskop (Adam, 1992:1). Mikrobiologi adalah ilmu yang
mempelajari semua makhluk mikorskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun aselular
seperti bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea (Fibriana. F, dan Amalia,
A.V., 2016 :1211).
Obyek yang diamati merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopis sehingga
alat-alat yang dipergunakan merupakan alat khusus yang perlu diketahui terlebih dahulu jenis
alatnya serta bagaimana penggunaannya. Alat-alat yang digunakan di mikrobiologi dapat
digolongkan menjadi beberapa kelompok yakni alat gelas dan alat non gelas. Alat gelas
diantaranya; erlenmeyer, gelas beker, cawan petri, kaca pengaduk, gelas ukur, pipet ukur, tabung
reaksi, kaca obyek dan kaca penutup, haemacytometer, labu ukur, bunsen, tabung durham, dan
lainnya. Adapun alat non gelas diantaranya autoklaf, incubator, neraca analitik, sentrifuse, oven,
laminar air flow, rotary shaker, hand tally counter, colony counter, spektrofotometer, mikroskop
dan lainnya. (Prasetya, :5-6)
Adapun langkah kerja pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan
semua alat dan bahan yang biasa digunakan dalam praktikum mikrobiologi. Alat-alat yang
dimaksud diantaranya: autoclave, cawan petri, timbangan analitik, pipet ukur, ose, jarum
penanam, pinset, kompor elektrik, inkubator, dan penjepit kayu. Sebelumnya, Praktikan diberi
pengarahan oleh Dosen dan Asssisten Praktikum. Selanjutnya, Assisten Praktikum mulai
memperkenalkan dan memberikan penjelasan satu persatu alat-alat praktikum yang telah
disiapkan. Penjelasan tersebut memuat nama alat, prinsip kerja alat, cara penggunaan alat, dan
fungsi alat.
Alat pertama yang diamati dan dijelaskan yaitu autoklaf. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja autoklaf yakni mengubah energi listrik menjadi energi
panas. Energi panas disalurkan ke air, air menjadi mendidih dan menghasilkan uap, uap air
berkumpul dan meningkatkan tekanan. Udara terdorong keluar dan suhu terus meningkat dan
dikontrol sesuai kebutuhan. Panas dari uap air yang mendidih dan tekanan tinggi akan dikontrol
pada rentan waktu tertentu sehingga bisa membunuh mikroba pada suhu 100-134ºC. Kemudian
cara kerja autoklaf yaitu mengisi autoklaf dengan air hingga batas yang telah ditentukan.
Masukkan bahan (medium) dan alat yang akan disterilkan. Tutup autoklaf dengan rapat, klep
dibiarkan terbuka. Lalu autoklaf dinyalakan. Setelah mendidih klep ditutup. Selanjutnya, fungsi
autoklaf yaitu untuk sterilisasi alat yang akan digunakan dalam praktikum.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa autoklaf adalah adalah alat
sterilisasi yang memanfaatkan uap air panas bertekanan tinggi dan biasanya digunakan untuk
mensterilisasi peralatan atau bahan kultur yang tahan panas dan tidak rusak oleh panas.
Pengaturan tekanan pada autoklaf ada yang otomatis dan manual dengan mengatur pemanasnya
yang bisa bersumber dari listrik maupun pemanas kompor gas. Sterilisasi menggunakan autoklaf
merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan
penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan
mikroba (Sumarsih, 2010: 30).
Autoklaf mempunyai cara kerja yang hampir sama dengan alat masak pressure cooker,
sebab alat ini merupakan sebuah bejana yang dapat diisi air dan ditutup rapat-rapat. Jika alat ini
dipanaskan, maka akan terjadi uap air yang tidak dapat keluar karena bejana tertutup rapat,
sehingga tekanan didalam autoklaf naik sampai melebihi tekanan normal. Kenaikan uap air ini
akan menyebabkan air mendidih diatas 100 ºC. apabila tekanan uap air tidak diatur, maka akan
semakin bertambah tinggi. Oleh karena itu, tekanan perlu diatur sampai mencapai 1.5kg/cm2.
Pada tekanan ini mikroba akan mati. Cara pengaturan tekanan uap air dalam alat ini adalah
dengan mengatur katup yang terdapat pada tutup autoklaf. Karena suhu akan naik sesuai dengan
tekanan uap yang dikehendaki, maka jika tekanan uap air melebihi batas yang dikehendaki katup
akan membuka karena desakan uap. Dengan demikian tekanan akan dapat dipertahankan sebab
sebagian uap air keluar. Untuk memantau tekanan uap dan suhu, autoklaf dilengkapi dengan
manometer dan thermometer (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :39).
Cara mengoperasikan autoklaf adalah sebagai berikut. isi tempat air dengan air sampai
dekat angsang (dasar tempat untuk meletakkan alat-alat yang akan disterilkan) di dalam bejana.
Bungkus terlebih dahulu peralatan ataupun bahan kultur yang akan disterilkan menggunakan
kertas sampul cokelat atau alumunium foil, kemudian masukkan ke dalam bejana tersebut.
Pasang tutup dan kencangkan sekrup penutup, lalu buka kran pengatur tempat keluar uap air.
Hidupkan pemanas dan biarkan hingga cukup banyak uap air yang keluar melalui kran pengatur
uap. Selanjutnya, tutup kran pengatur uap air sehingga tekanan uap di dalam autoklaf meningkat.
Lihat manometer dan thermometer hingga menunjuk tekanan 2 atm dengan suhu 121 ºC.
pertahankan suhu dan tekanan tersebut selama 30 menit (untuk peralatan) atau 15-20 menit
(untuk bahan kultur). Namun, waktu sterilisasi ini tergantung dari peralatan atau bahan yang
diterilkan. Bila autoklaf yang digunakan tidak otomatis maka untuk mempertahankan suhu dan
tekanan tertentu harus menggunakan tombol pengatur pemansan. Setelah waktu sterilisasi
selesai, jangan langsung membuka penutup autoklaf, tetapi matikan terlebih dahulu pemanasnya
dan biarkan hingga dingin atau tekanan pada manometer dan thermometer menurun sampai ke
angka nol, kemudian boleeh dibuka. Pembukaan pada tekanan tinggi disamping alat gelas pecah
dan media dapat tumpah, juga berbahaya karena uap air panas langsung menyembur keluar
dengan keras dan dapat terjadi ledakan. Peralatan dan bahan yang telah steril tetap dibiarkan
terbungkus untuk kemudian dikeringkan di dalam oven (Sumarsih, 2010: 31).
Alat kedua yang diamati dan dijelaskan yaitu neraca analitik. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja neraca analitik adalah dengan memanfaatkan sumber
tegangan listrik stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan. Setelah itu,
benda yang akan ditimbang diletakkan pada neraca dan melihat angka yang tertera pada layar.
Angka tersebut merupakan berat benda. Kemudian cara kerja neraca analitik yaitu pastikan
timbangan dalam kondisi setimbang, dan menunjukkan angka nol. Lalu menyalakan timbangan
digital dengan menekan tombol ON di bagian depan timbangan. Ambil bahan yang akan
ditimbang, dan letakkan di atas wadah. Setelah itu, catat bobot benda yang ditimbang. Adapun
fungsi neraca analitik adalah untuk mengukur bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa neraca analitik merupakan suatu alat yang sering
digunakan dalam laboratorium yang berfungsi menimbang bahan yang akan digunakan. Bahan
yang ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Neraca nalitik yang digunkan dalam
laboratorium merupakan instrument yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot
pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih 0,0001 gram. Cara kerjanya yaitu hubungkan
neraca digital dengan aliran listrik. Pastikan piringan neraca dalam keadaan bersih dan
menunjukkan angka 0. Letakkan alumunium foil pada piringan neraca. Baca skala yang tertera
pada display digital dalam skala satuan gram. (Day, dan Underwood, 2002). Jenis alat timbangan
laboratorium bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbangan yang dapat dipergunakan
untuk menimbang sampai satuan yang sangat kecil (milligram). Tetapi timbangan yang paling
praktis adalah neraca kimia yang biasa dipakai di laboratorium atau apotik. Apabilatidak ada
timbangan jenis ini, kita dapat juga menggunakan timbangan yang biasa dipakai oleh tukang
emas. Untuk penimbangan sampai dengan satuan mikrogram, perlu menggunakan timbangan
yang lebih halus dan lebih peka, yaitu timbangan analitik (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :40).
Alat ketiga yang diamati dan dijelaskan yaitu cawan petri. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja cawan petri adalah cawan petri terbuat dari bahan gelas
atau kaca agar tahan terhadap panas. Untuk kegiatan mikrobiologi, cawan petri harus disterilisasi
terlebih dahulu. Medium di tuangkan pada bagian bawah baru kemudian ditutup dengan bagian
atas yang memiliki diameter lebih besar. Adapun cara kerja cawan petri Medium diletakkan di
dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan penutup cawan. Fungsi cawan petri
yaitu sebagai tempat medium untuk biakkan mikroorganisme.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa cawan petri atau dikenal sebagai petri dish,
merupakan sepasang cawan yang terbuat dari kaca (Warisno, dan Dahana, 2011: 25). Petridish
adalah jenis gelas piala yang biasaya disterilisasi bersama dengan kertas saring di dalamnya.
Petridish perlu dicuci bersih kemudian dikeringkan, kemudian setelah kering dibungkus dengan
kertas paying coklat untuk disterilisasi dengan autoklaf (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :45).
Cawan petri (cawan Eko, telepa petri, petri dish) merupakan wadah media membiakan mikroba
(bakteri, jamur, khamiir, spora) dan biji-bijian (Hartutik, 2012 : 29).
Alat keempat yang diamati dan dijelaskan yaitu pipet ukur. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja pipet ukur adalah pipet ukur hanya digunakan bila
dipasangkan dengan filler untuk menyedot dan memindahkan larutan sesuai dengan volume.
Adapun cara kerja pipet ukur yaitu menekan bagian ujung atas sampai larutan naik hingga
volume yang diinginkan. Kemudian melepaskan bagian ujung atas yang ditekan hingga larutan
keluar. Fungsi pipet ukur adalah digunakan untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan
volume tertentu. Menurut teori, pipet ukur sangat mirip dengan buret dan digunakan untuk
mengukur volume larutan dengan ketepatan di atas gelas ukur. Tetapi biasanya pipet ukur tidak
digunakan bila dituntut ketepatan yang tinggi (Day, dan Underwood, 2002 :584)
Alat kelima yang diamati dan dijelaskan yaitu OSE. Diberikan penjelasan dan diperoleh
hasil mengenai prinsip kerja OSE, yakni bagian pegangan terbuat dari kaca, bagian lainnya
terbuat dari kawat. Untuk memindahkan, inokuler OSE harus dipanaskan terlebih dahulu
menggunakan bunsen sehingga kawat membara. Adapun cara kerja OSE adalah OSE dipanaskan
diatas bunsen hingga berpijar. Lalu ambil mikroba yang diinginkan, kemudian di taruh di media
yang sudah disiapkan. Selanjutnya, OSE dipanaskan kembali. Fungsi OSE yaitu untuk
memindahkan inokulum dari satu media ke media lain. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa
jarum ose (Sengkelit) berfungsi untuk memindahkan biakan. Jarum ose terbuat dari kawat
dengan ujung berbentuk lingkaran (Suryani, dkk., 2005 :12).
Alat keenam yang diamati dan dijelaskan yaitu inkubator. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja inkubator adalah suhu ruangan inkubator diatur secara
otomatis sesuai keinginan. Untuk menyimpan medium, inkubator diatur dengan suhu 0ºC.
Adapun cara kerja inkubator adalah diatur suhu yang diinginkan, lalu dimasukkan media yang
sudah diberi mikroba / medium saja. Kemudian ditutup. Fungsi inkubator yaitu untuk
menginkubasi biakan organisme dan digunakan untuk menyimpan media yang belum di tanami
mikroba. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa inkubator merupakan alat yang digunakan
untuk proses inkubasi dengan suhu yang terkontrol. Inkubator dilengkapi pengaturan suhu
dengan rentang 10-70ºC. Selain itu, inkubator juga memiliki pengatur waktu sehingga
kontaminasi dapat diminimalisasi (Saputra, 2014 :83)
Alat ketujuh yang diamati dan dijelaskan yaitu jarum penanam. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja jarum penanam, yakni bagian pegangan terbuat dari kaca.
Bagian lainnya terbuat dari kawat. Untuk memindahkan mikroorganisme, harus dipanaskan
terlebih dahulu menggunakan bunsen sehingga kawat membara. Adapun cara kerja jarum
penanam Jarum adalah penanam dipanaskan diatas bunsen hingga berpijar. Lalu diambil mikroba
yang diinginkan. Kemudian diletakkan di media yang sudah disiapkan. Setelah itu, jarum
penanam dipanaskan kembali. Fungsi jarum penanam yaitu untuk memindahkan mikroba dari
satu media ke media lain. Menurut teori, penggunaan jarum penanam/ose pada penanaman dalam
media agar dilakukan dengan cara menyentuhkan jarum ose secara perlahan-lahan ke permukaan
agar (Kordi, 2009 :628).
Alat kedelapan yang diamati dan dijelaskan yaitu penjepit kayu. Diberikan penjelasan
dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja penjepit kayu, yakni berdasarkan pada pegas yang
mampu menjepit tabung reaksi. Cara kerja penjepit kayu adalah dengan menekan pada penekan
penjepit yang berada di samping pegas. Kemudian jepitkan pada tabung reaksi. Fungsi penjepit
kayu yaitu untuk menjepit tabung reaksi dan memindahkan tabung reaksi.
Alat kesembilan yang diamati dan dijelaskan yaitu kompor listrik. Diberikan penjelasan
dan diperoleh hasil mengenai prinsip kerja kompor listrik, yakni pengadukan dan pemanasan dari
energi listrik dan dapat diatur. Adapun cara kerja kompor listrik adalah dengan mencolokkan
kabel pada listrik. Tekan tombol ON pada bagian depan kompor. Lalu letakkan beaker glass ke
atas kompor. Fungsi kompor listrik yaitu untuk menghomogenkan suatu larutan dengan
pengadukan. Sesuai teori yang menyatakan bahwa komporlistrik berfungsi untuk memanaskan
wadah yang berisi larutan kimia, air, media (penangan listrik) (Hartutik, 2012 : 25).
Alat terakhir yang diamati dan dijelaskan yaitu pinset. Diberikan penjelasan dan
diperoleh hasil mengenai prinsip kerja pinset, yakni dengan menjepitkan bendanya. Misalkan
bendanya cakram anti biotik. Adapun cara kerja pinset adalah dengan ditekan pada bagian atas
kemudian mengambil object lalu dipindahkan. Fungsi pinset yaitu untuk mengambil benda
dengan menjepit. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pinset digunakan untuk
memegang atau mengambil irisan eksplan atau untuk menanam eksplan (dalam teknik kultur
jaringan). Teknik penanaman eksplan harus diusahakan agar ujung pinset tidak mengenai media
supaya tidak terjadi kontaminasi. Jenis pinset ada tiga macam, yaitu piset pendek untuk
memegang object saat mengiris, pinset tanggung untuk mengambil potongan object, dan pinset
panjang (Hendrayono, dan Wijayani, 1994 :46).
F. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa di dalam laboratorium
khususnya mikrobiologi terdapat alat-alat yang biasa digunakan selama praktikum. Alat tersebut
diantaranya yaitu autoklaf, timbangan analitik, cawan petri, pipet ukur, ose, jarum penanam,
pinset, kompor elektrik, inkubator, dan penjepit kayu. Masing-masing alat mempunyai prinsip
kerja, cara kerja, dan fungsi tersendiri. Sehingga harus diketahui fungsi dan cara penggunaan
setiap alat tersebut untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan kesalahan dalam
penggunaan alat saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Day R. A. dan Underwood A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Fibriana, Fidia., dan Amalia A.V., 2016. Potensi Kitchen Microbiology untuk Meningkatkan
Keterampilan Teknik Hands-On dalam Pembelajaran Mikrobiologi. Unnes Science
Education Journal. 5(2). e-ISSN: 2502-6232.
Gunawan, Indra. 2019. Managemen Pengelolaan Alat dan Bahan di Laboratorium Mikrobiologi.
Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan. 1 (1). e ISSN 2654-251X.
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: UB Press.
Hendrayono, Sriyanti., dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius.
Kordi, Ghufran H. 2009. Budi Daya Perairan. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
Raharjo. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi. 20 (2). ISSN: 1410-8917.
Saputra, Wanda. 2014. Budidaya Jamur Merang. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Sumarsih, sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryani, Ani., dkk. 2005. Membuat Aneka Nata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Warisno, dan Dahana, Kress., 2011. Ling Zhi: LangkahTepat Usaha Jamur Berkhasiat Obat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM
Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,.
Disusun oleh:
Nama
: Derris Maulidah Fajriyah
NIM
: T20178006
Kelas
: Biologi 1
Kelompok
: 2 (Dua)
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
APRIL 2020
PRAKTIKUM II
MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN MEDIUM
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Medium dan Cara Pembuatan
Medium” yaitu untuk mengetahui jenis medium dan cara pembuatannya.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya beaker glass, labu
erlenmeyer, spatula, tabung reaksi, cawan petri, kapas, karet, kertas kayu cokelat, corong,
kompor/penangas air, timbangan. Bahan-bahan yang digunakan yaitu agar instant, dekstrosa,
yeast, aquades.
C. Metode
1. Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Nutrient agar (NA) instant diambil dan ditimbang
sebanyak 4,07 gram.
NA instant dilarutkan dalam 150 ml aquades di
beaker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate.
Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate.
NA terus diaduk selama proses perebusan
Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur
Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas
dan selotip khusus
Tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet
lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas
tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi.
Disterilkan menggunakan autoclave, setelah padat
disimpan dalam lemari es
2. Pembuatan Medium Nutrient Broth (NB)
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Nutrient broth (NB) instant diambil dan ditimbang
sebanyak 2,9 gram.
NA instant dilarutkan dalam 185 ml aquades di
beker glass yang telah dipanaskan diatas hot plate.
Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate.
Larutan NB terus diaduk selama proses perebusan
Setelah larutan homogen, lalu dimasukkan
kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet
ukur.
Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi masingmasing sebanyak 10 ml
Medium asam ditambah
dengan HCl 6 M
Medium basa ditambah
dengan NaOH
(pH 2)
(pH ±14)
Pengukuran pH dengan menggunakan indikator
universal dengan cara dicelupkan ke dalam
medium.
Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan
kapas dan selotip khusus
Medium netral
Tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan
karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu
dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat
dengan karet lagi.
Disterilkan menggunakan autoclave
D. Hasil Pengamatan
No
1.
Jenis Medium
Komposisi
Hasil
Pembuatan
NA instant 4,07 gr + Aquades 150 Berbentuk padat dan berwarna
Medium Nutrient ml (145 ml +5ml faktor kuning pucat.
Agar (NA)
penguapan).
Rumus:
= 4,07 gr
2.
Pembuatan
NB instant 2,9 gr + Aquades 185 Berbentuk cair dan berwarna
Medium Nutrient ml (180 ml + 5 ml faktor kuning pucat.
Broth (NB)
penguapan).
Rumus:
= 2,9 gr
E. Pembahasan
Praktikum II pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Medium dan Cara
Pembuatan Medium” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui jenis medium dan cara pembuatannya. Media dapat didefinisikan sebagai bahan
yang tersusun dari campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Media
dapat juga digunakan untuk isolasi, perbanyakan sel, pengujian sifat fisiologis, dan
perhitungan jumlah populasi mikroba (Radiati., dkk, 2019 :78). Menurut Gunawan (2008
:46) media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan mikroba (jamur, bakteri). Yang
umum digunakan di dalam laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan
pemadat berupa agar-agar.
Dalam bidang mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat
mikroorganisme diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.
Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu
mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi
karbon, nitrogen, unsure non logam seperti sulfur dan fosfor, unsure logam seperti Ca, Zn,
Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air dan energi (Anisah dan Rahayu, 2015 :855).
Ada berbagai macam media biakan mikroba, namun pada praktikum medium dan
cara pembuatan medium ini, dibuat dua jenis medium. Yaitu Nutrient Agar (NA) dan
Nutrient Broth (NB). Menurut Wahyuningsih dan Zulaika (2018:36) Media pertumbuhan
terdiri dari beberapa macam seperti media pertumbuhan universal ataupun umum hingga
meda selektif diferensial. Medium pertumbuhan dapat berbentuk cair (broth), padat (agar)
atau semisolid. Pertumbuhan bakteri pada media cair ditandai dengan kekeruhan media,
sedang pada media padat ditandai dengan terbentuknya koloni. Media pertumbuhan mikroba
diperkaya dengan asam amino, trace element, vitamin, sumber karbon, dan sumber nitrogen.
Glukosa atau gliserol sering dipergunakan sebagai sumber karbon. Garam ammonium atau
nitrat sebagai sumber nitrogen anorganik, biasanya dalam bentuk tereduksi dan ditemukan
pada material seluler organik (Murwani, 2015 :152).
Keberadaan medium sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroorganisme terutama
bakteri. Medium merupakan substrat atau dasar makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba. Komponen dasar medium biasanya telah disesuaikan dengan nutrisi
yang diperlukan oleh mikroba tersebut. Jenis-jenis medium terbagi ke dalam beberapa
kelompok. Berdasarkan komposisi kimiwinya, meliputi: medium sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik mengandung zat-zat organik seperti zat karbon dan
nitrogen. Bakteri saprofit atau saprobakteri yang dipelihara dalam medium ini. Fungsi
medium sintetik antara lain sebagai medium dasar dalam penyelidikan macam-macam
vitamin, asam amino, dan lain-lain. Sedangkan medium non sintetik komposisi kimiawinya
tidak diketahui dengan pasti. Jenis medium berdasarkan fungsinya, meliputi: medium selektif
dan medium diferensial. Medium selektif merupakan medium yang mengandung zat-zat
kimia tertentu yang berfungsi menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih
tanpa menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan. Sedangkan medium
diferensial merupakan medium yang digunakan untuk membedakan berbagai tipe bakteri.
Adapun jenis medium berdasarkan keperluannya, meliputi medium padat, medium cair,
medium setengah padat, dan medium kering. Medium padat digunakan untuk mengamati
morfologi koloni, mengisolasi biakan murni dan untuk pengukuran indekss hidrolisis.
Sedangkan medium cair digunakan untuk pembiakan organisme dalam jumlah yang besar,
penelaahan fermentasi dan berbagai macam uji. Medium setengah padat digunakan untuk
menguji ada tidaknya motilitas, dan kemampuan fermentasi. Sedangkan medium kering
untuk menyiapkannya cukup mengambil dari serbuk kering kemudian dilarukan ke dalam
air. Jenis medium selanjutnya yaitu medium yang diperkaya. Medium ini biasanya
digunakan untuk menumbuhkan bakteri seperti Brucella abortus, Mycobacterium
tuberculosis, Dipoloccoccus pneumonia, dan Neisseria gonorrhoeae. Medium tersebut
ditambahkan berupa serum atau darah yang tidak mengandung fibrinogen. Selain itu juga
ditambahkan susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Lactobacillus
dan beberapa spesies lainnya (Lestari da Hartati, 2017 :98-100).
Media agar terdiri dari beberapa macam bahan yaitu ekstrak daging sapi, pepton,
agar, dan aquades. Sedangkan untuk media cair terdiri dari ekstrak daging sapi, pepton dan
aquades. Komposisi bahan tersebut diperlukan bakteri diantaranya untuk pertumbuhan sel,
pembentukan energi, penangkap elektron (electron acceptor). Ekstrak daging sapi sebagai
sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral, vitamin sedangkan pepton merupakan protein
sebagai sumber karbon, nitrogen, oksigen, sulfide. Aquades sebagai pelarut pembentukan
media dan aquades penting sekali bagi bakteri diantaranya sebagai sarana transport, media,
pelarut dan untuk reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel bakteri yang membutuhkan
aquades. Agar diperlukan supaya media yang diperoleh berupa padat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk penanaman bakteri (Wuryanti, dkk., 2010 :72). Diperlukan media
pertumbuhan yang sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan isolat bakteri yang optimum.
Karena kemampuan pertumbuhan yang berbeda-beda pada setiap isolat bakteri (Lukito,
2013: 3).
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan
yang diperlukan terlebih dahulu. Medium pertama yang dibuat adalah NA, dilakukan dengan
cara pertama Nutrient agar (NA) instant diambil dan ditimbang sebanyak 4,07 gram.
Kemudian NA instant dilarutkan dalam 150 ml aquades di beaker glass yang telah
dipanaskan diatas hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. Setelah larutan
homogen, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml dengan menggunakan
pipet ukur. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan kapas dan selotip khusus. Lalu
tabung reaksi dijadikan satu, diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu
dibagian atas tabung, dan kertas kayu diikat dengan karet lagi. Disterilkan menggunakan
autoclave, setelah padat disimpan dalam lemari es. Menurut Munandar (2016: 84) Media
NA (Nutrient Agar) berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok media
semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang
ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaannya media NA (Nutrient Agar)
termasuk ke dalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang paling
umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Berdasarkan bentuknya media
ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat
biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri. Radiati,
dkk. (2019 :80) mengungkapkan bahwa media padat /solid media merupakan media yang
berbentuk padat dan mengandung agar 15g/L, dan akan menjadi dingin setelah padat. Media
padat memiliki fungsi untuk menjaga sel agar tidak berpindah tempat sehingga mudah
dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika membentuk koloni. Media padat juga menampakkan
difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam penggujian suatu hasil metabolit.
Adapun langkah kerja selanjutnya yaitu pembuatan NB. Dilakukan dengan cara
pertama Nutrient broth (NB) instant diambil dan ditimbang sebanyak 2,9 gram. Kemudian
NA instant dilarutkan dalam 185 ml aquades di beaker glass yang telah dipanaskan diatas
hot plate. Dipanaskan hingga mendidih diatas hot plate. Setelah larutan homogen, lalu
dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi (asam, basa, netral) sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur. Medium asam ditambah dengan HCl 6 M dengan pH 2, medium
basa ditambah dengan NaOH dan pH 14. Kemudian bagian atas seluruh tabung reaksi
disumbat menggunakan kapas steril, dan selotip khusus. Lalu tabung reaksi dijadikan satu,
diikat dengan karet lalu ditutup menggunakan kertas kayu dibagian atas tabung, dan kertas
kayu diikat dengan karet lagi. Sesuai dengan teori bahwa media cair/liquid media
merupakan media yang berbentuk cair dan tidak mengandung agar. Sebagai contoh NB
(Nutrient Broth). Medium cair akan memberi kesempatan bagi mikroba untuk menyebar dan
bercampur dengan semua nutrisi, sehingga lebih sesuai untuk optimasi pertumbuhan
mikroba. Selain itu, media cair juga digunakan untuk mengetahui karakteri suatu mikroba
berdasarkan kebutuhan oksigennya. (Radiati., dkk, 2019 :79). Menurut Wahyuningsih dan
Zulaika (2018 :36) Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan
untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan sumber karbon dan
nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef
extract sebagai sumber karbon dan perpton sebagai sumber nitrogen.
Menurut teori, pembuatan media pengencer dan media agar cawan, alat dan bahan
yang digunakan antara lain yaitu Plate count agar, cawan petri, kertas kraf, karet gelang,
autoklaf, tabung reaksi, neraca, gelas ukur, gelas pengaduk, aquadest, erlenmeyer, kapas,
pepton, pipet, dan bunsen. Adapun prosedur pembuatan media pengencer yaitu: timbanglah
0,01 gram pepton, larutkan ke dalam 100 ml aquadest, yang berarti diperoleh larutan pepton
0,1%. Larutan pepton tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, lalu masukkanlah 45 ml
larutan tersebut ke dalam 150 ml erlenmeyer, 9 ml larutan ke dalam tabung reaksi 1 dan 2, 9
ml larutan ke dalam tabung reaksi 3 dan 4, lalu 9 ml larutan ke dalam tabung reaksi 5 dan 6.
Kemudian sumbatlah masing-masing media itu dengan kapas sampai ketat. Selanjutnya,
bungkus dengan kertas dan lalu disterilisasi. Adapun prosedur pembuatan media agar cawan
yaitu pertama timbanglah plate count agar sesuai kebutuhan. 3 gram agar dilarutkan ke
dalam 150 ml aquades (yang berada salam 250 mlerlenmeyer). Aduk sampai homogen
kemudian panaskan sampai larutan menjadi bening. Sumbatlah dengan kapas ketat dan
dibungkus dengan kertas kraf pada bagian yang tersumbat. Kemudian sterilkan dengan
autoklaf. Media yang berada dalam erlenmeyer, dalam keadaan panas tuangkan ke dalam
cawan petri masing-masing 10 ml. media dibiarkan hingga membentuk gel (kental), letakkan
secara terbalik. Medium siap dgunakan praktikum lebih lanjut. (Radiati., dkk, 2019: 85-86).
Terdapat pula syarat dalam pembuatan media. Syarat pembuatan media, diantaranya:
mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba. Mempunyai tekanan
osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai. Tidak mengandung zat-zat penghambat.
Harus steril. (Radiati., dkk, 2019 :78).
Pada praktikum ini, langkah terakhir yang akan dilakukan pada praktikum
selanjutnya yaitu sterilisasi medium biakan. Hal itu sangat penting untuk dilakukan.
Menurut teori yang menyakatan bahwa sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu
dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum
dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam bahan yang akan
disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia,
penyaringan, atau radiasi (Gunawan, 2008 :50). Menurut Radiati., dkk, (2019: 77). Ada
beberapa macam cara sterilisasi media yang pada dasarnya tergantung pada faktor-faktor
sebagai berikut yakni jenis media dan bentuk media (padat/cair). Cara pertama, yaitu
sterilisasi dengan filtrasi/penyaringan. Bahan yang peka terhadap panas seperti serum dan
toxin dapat diakukan sterilisasi dengan menggunakan filter bakteri. Cara kedua yaitu
sterilisasi menggunakan uap bertekanan. Cara ini sama dengan sterilisasi alat. Tujuan
sterilisasi peralatan digunakan agar peralatan dan bahan bebas dari semua bentuk kehidupan
khususnya mikroba.
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan terdapat banyak jenis
medium. Medium yang digunakan dalam praktikum ini yaitu medium padat yaitu Nutrient
Agar (NA) dan medium cair yaitu Nutrient Broth (NB). Cara pembuatan medium mulai dari
dihitung takaran komposisi untuk NA/NB-nya, perebusan dan pengadukan sampai homogen,
hingga sterilisasi. Semua langkah harus dilakukan dengan teliti sehingga pembuatan medium
berhasil dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah., dan Rahayu, Triastuti. 2015. Media Alternatif untuk Pertumuhan Bakteri
Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional XII Pendidikan
Biologi FKIP UNS.
Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Lestari, Purwaning Budi., dan Hartati, Triasih Wahyu. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry.
Malang: Penerbit Gunung Samudera.
Lukito, Antonius Budi Darmawan. 2013. Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan Dekolorisasi Senyawa Pewarna Strawberry Red dan Orange Yellow dalam
Kondisi Curah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2, No.1.
Munandar, K. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung: Refika
Aditama.
Murwani, Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: UB Press.
Radiati, Lilik Eka. 2019. Mikrobiologi Dasar Hasil Ternak. Malang: UB Press.
Wahyuningsih, N., dan Zulaika, E. 2018. Perbandingan Pertumbuhan Bakteri Selulolitik
Pada Media Nutrient Broth dan Carboxy Methyl Cellulose. Jurnal Sains dan Seni ITS.
Vol. 7, No. 2, 2337-3520 (2301-928X Print).
Wuryanti., dkk. 2010. Uji Ekstrak Bawang Bombang Sebagai Anti Bakteri Gram Positif
Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram. Jurnal BIOMA. Vol. 12, No.2.
ISSN: 1410-8801.
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
STERILISASI DAN DISINFEKSI
Dosen Pengampu: Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Pd,.
Disusun oleh:
Nama
: Derris Maulidah Fajriyah
NIM
: T20178006
Kelas
: Biologi 1
Kelompok
: 2 (Dua)
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
APRIL 2020
LAPORAN PRATIKUM III
STERILISASI DAN DISINFEKSI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum mikrobiologi yang berjudul “Sterilisasi dan Disinfeksi”
yaitu untuk mempelajari cara sterilisasi alat dan bahan.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah autoclave, beserta alatalat yang akan disterilisasi diantaranya cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bahan-bahan yang akan
disterilkan (medium NA/NB).
C. Metode
Sterilisasi Basah dengan autoklaf
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam sterilisasi.
Dibungkus sepasang cawan petri dengan kertas kayu dan diikat
dengan menggunakan karet.
Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu hingga mencapai batas
yang telah ditentukan. Kemudian dipasang angsang.
Bahan (medium) dan alat yang akan di sterilkan dimasukkan ke
dalam autoklaf, diletakkan diatas angsang.
Dibuka kran untuk mengeluarkan uap air.
Setelah air mendidih kran ditutup kembali hingga temperatur naik
menjadi 121ºC dengan tekanan 2 atm.
Ditunggu 15 menit sampai suhu 0ºC, lalu tutup dibuka dan
alat/bahan dikeluarkan. (ditunggu hingga dingin atau agak hangat).
D. Hasil Pengamatan
Sterilisasi Basah
Alat yang
digunakan
Autoklaf
Langkah sterilisasi
Alat dan Bahan
yang disterilisasi
-Cawan
Petri
-Tabung Reaksi
1. Disiapkan
alat
dan
bahan
yang
akan
digunakan dalam sterilisasi.
2. Dibungkus sepasang cawan petri dengan
kertas kayu dan diikat dengan menggunakan
-Medium NA/NB
karet.
3. Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu
hingga mencapai batas yang telah ditentukan.
Kemudian dipasang angsang.
4. Bahan (medium) dan alat yang akan di
sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf,
diletakkan diatas angsang.
5. Dibuka kran untuk mengeluarkan uap air.
6. Setelah air mendidih kran ditutup kembali
hingga temperature naik menjadi 121ºC
dengan tekanan 2 atm.
7. Ditunggu 15 menit sampai suhu 0ºC, lalu
tutup dibuka dan alat/bahan dikeluarkan.
(ditunggu hingga dingin atau agak hangat).
D. Pembahasan
Praktikum III pada mata kuliah Mikrobiologi yang berjudul “Sterilisasi dan
Disinfeksi” ini dilaksanakan pada Sabtu, 14 Maret 2020 di Laboratorium Terpadu
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari cara sterilisasi alat dan bahan. Sterilisasi merupakan proses yang
menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut
mikrobiologi artinya bebas dari mikroba atau mikroorganisme hidup (Rizal., dkk. 2016 :
21). Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak steril, tidak akan pernah
mungkin setengah steril atau hampir steril. Sterilisasi yaitu proses mematikan semua
mikroorganisme dengan pemanasan, dengan tujuan membebaskan bahan dari semua
mikroba perusak (Rizal., dkk. 2016 : 21). Sterilisasi sebagai suatu proses pemusnahan
semua bentuk mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk
spora. Mikroorganisme yang dimaksud dapat berupa kuman, virus, ricketsia, maupun
jamur (Hendaryono, 2012:90).
Proses sterilisasi ini sangat penting agar alat dan bahan yang akan digunakan
ketika praktikum tidak terkontaminasi dengan berbagai mikroorganisme (Darmadi.
2008:1). Dalam teori lain juga disebutkan lebih jelas bahwa proses sterilisasi media
identik dengan proses destruksi mikroorganisme yang tidak diharapkan dan dapat
menyebabkan kontaminasi. Semakin lama proses sterilisasi semakin sedikit jumlah
mikroba yang bertahan. Selain lama sterilisasi, suhu sterilisasi juga berpengaruh pada laju
destruksi mikroba. Pada suhu tinggi mikroba akan lebih mudah mati sehingga prosesnya
lebih cepat (Istianah, dkk., 2018 : 34).
Terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam melakukan proses
sterilisasi, diantaranya yaitu: Sterilisasi dengan pemanasan secara kering, sterilisasi
dengan pemanasan secara basah, sterilsasi dengan penambahan zat tertentu, dengan gas,
dengan penyinaran, dan dengan memakai penyaring bakteri. Namun pada praktikum III
ini, cara sterilisasi yang digunakan yaitu dengan sterilisasi basah menggunakan autoclave.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilkan suatu benda
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi 121ºC, 15 lbs selama kurang lebih 15
menit.penurunan tekanan pada
autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkaykan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah
yang akan membunuh mikroorganisme (Rizal, dkk., 2016 :21).
Sterilisasi dengan uap air jenuh bertekanan tinggi (autoklaf) adalah cara yang
memberikan jaminan sterilisasi yang terbaik untuk alat-alat atau bahan-bahan yang
disterilkan. Daya penyeterilan dengan cara ini tergantung pada sifat-sifat uap air jenuh
dan kering, diantaranya: suhu tinggi, jumlah kalor laten yang besar, kesanggupan
pembentukan air embun, kontraksi volume yang segera terjadi ketika terjadi
pengembunan (Ma’at, 2009:1-10). Alasan pemilihan sterilisasi basah pada praktikum ini
karena paling sering digunakan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa proses sterilisasi
termal menggunakan uap air jenuh di bawah tekanan dengan menggunakan autoklaf ini
merupakan proses sterilisasi yang paling banyak dilakukan (Kurniawansyah, 2017:59).
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pertama disiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan, diantaranya adalah autoclave, beserta alat-alat yang akan
disterilisasi (cawan petri, tabung reaksi, dan lain-lain). Selain itu, disiapkan pula bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bahan-bahan yang akan disterilkan (medium
NA/NB yang sudah dimasukkan dalam cawan petri maupun tabung reaksi). Semua alat
dan bahan yang akan disterilisasi kemudian dibungkus terlebih dahulu menggunakan
kertas sampul cokelat (kertas kayu). Kemudian diikat dengan karet gelang sesuai
kebutuhan. Selanjutnya, alat dan bahan tersebut mulai dimasukkan ke dalam autoklaf
untuk memasuki proses sterilisasi.
Dalam praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut. Praktikum sterilisasi basah
yang menggunakan alat autoklaf. Kemudian bahan yang disterilisasi yaitu alat-alat
(cawan petri, tabung reaksi), dan bahan yaitu medium NA/NB. Adapun langkahlangkahnya yaitu pertama, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
sterilisasi. Dibungkus sepasang cawan petri dengan kertas kayu dan diikat dengan
menggunakan karet. Autoklaf diisi dengan air terlebih dahulu hingga mencapai batas
yang telah ditentukan. Kemudian dipasang angsang. Lalu bahan (medium) dan alat yang
akan di sterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf, diletakkan diatas angsang. Selanjutnya
dibuka kran untuk mengeluarkan uap air. Setelah air mendidih kran ditutup kembali
hingga temperature naik menjadi 121ºC dengan tekanan 2 atm. Ditunggu 15 menit
sampai suhu 0ºC, lalu tutup dibuka dan alat/bahan dikeluarkan. (ditunggu hingga dingin
atau agak hangat).
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori, cara mengoperasikan autoklaf adalah
sebagai berikut. isi tempat air dengan air sampai dekat angsang (dasar tempat untuk
meletakkan alat-alat yang akan disterilkan) di dalam bejana. Bungkus terlebih dahulu
peralatan ataupun bahan kultur yang akan disterilkan menggunakan kertas sampul cokelat
atau alumunium foil, kemudian masukkan ke dalam bejana tersebut. Pasang tutup dan
kencangkan sekrup penutup, lalu buka kran pengatur tempat keluar uap air. Hidupkan
pemanas dan biarkan hingga cukup banyak uap air yang keluar melalui kran pengatur
uap. Selanjutnya, tutup kran pengatur uap air sehingga tekanan uap di dalam autoklaf
meningkat. Lihat manometer dan thermometer hingga menunjuk tekanan 2 atm dengan
suhu 121 ºC. Pertahankan suhu dan tekanan tersebut selama 30 menit (untuk peralatan)
atau 15-20 menit (untuk bahan kultur). Namun, waktu sterilisasi ini tergantung dari
peralatan atau bahan yang diterilkan. Bila autoklaf yang digunakan tidak otomatis maka
untuk mempertahankan suhu dan tekanan tertentu harus menggunakan tombol pengatur
pemansan. Setelah waktu sterilisasi selesai, jangan langsung membuka penutup autoklaf,
tetapi matikan terlebih dahulu pemanasnya dan biarkan hingga dingin atau tekanan pada
manometer dan thermometer menurun sampai ke angka nol, kemudian boleeh dibuka.
Pembukaan pada tekanan tinggi disamping alat gelas pecah dan media dapat tumpah,
juga berbahaya karena uap air panas langsung menyembur keluar dengan keras dan dapat
terjadi ledakan. Peralatan dan abhan yang telah steril tetap dibiarkan terbungkus untuk
kemudian dikeringkan di dalam oven (Sumarsih, 2010: 31).
Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa cara melakukan sterilisasi dengan
menggunakan autoclave yaitu alat dan bahan yang akan disterilkan dipersiapkan dan
diberi tutup rapat dengan kertas kayu dan diikat dengan karet lalu autokclave diisi air
kemudian angsang dipasang kemudian alat dan bahan yang sudah dibungkus diletakkan
diatas angsang dan kran untuk mengeluarkan uap air dibuka. Setelah air mendidih keran
ditutup selanjutnya temperatur akan naik menjadi 121 ºC dan tekanan naik menjadi 2 atm
lalu ditunggu aelama 15 menit sampai suhu mencapai 0ºC kemudian tutupnya dibuka dan
alat bahan bisa dikeluarkan. Hal ini serupa dengan teori yang juga menjelaskan bahwa
autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan
dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan
pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 ºC (250 0F). Jadi tekanan
yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds
per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121 ºC. Pada
saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap
air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,
sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi ( Kurniawansyah, 2014:59).
Pada praktikum ini, bukan hanya peralatan saja yang disterilisasi, melainkan juga
medium biakan yang akan digunakan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa, ada beberapa macam cara sterilisasi media yang pada dasarnya tergantung pada
faktor-faktor sebagai berikut yakni jenis media dan bentuk media (padat/cair). Cara
pertama, yaitu sterilisasi dengan filtrasi/penyaringan. Bahan yang peka terhadap panas
seperti serum dan toxin dapat diakukan sterilisasi dengan menggunakan filter bakteri.
Cara kedua yaitu sterilisasi menggunakan uap bertekanan. Cara ini
sama
dengan
sterilisasi alat. Tujuan sterilisasi peralatan digunakan agar peralatan dan bahan bebas dari
semua bentuk kehidupan khususnya mikroba (Radiati., dkk, 2019: 77). Sebelum
digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara
mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan panas lembap.
Bergantung pada macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan
dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi (Gunawan, 2008 :50).
Proses kematian bakteri dan sporanya dalam autoklafisasi berlangsung secara
denaturasi dan koagulasi protein dalam sel mikroba. Uap air yang dihasilkan selama
proses sterilisasi menyebabkan lingkungan yang lembab dan memaksa semua spora
melaksanakan proses germinasi. Dalam keadaan panas dan lembab, protein akan
didenaturasikan dengan cepat dan dilanjutkan proses koagulasi sehingga mikroba tersebut
mati. Berdasarkan hasil ini terbukti bahwa autoklafisasi yang dilakukan pada temperatur
121°C selama 15 menit merupakan sterilisasi yang ideal dan memenuhi persyaratan
penggunaan alat-alat kritis yang steril, dan diperlukan untuk bekerja secara asepsis
(Meliawaty, 2012: 148). Menurut hasil penelitian Rizal, dkk (2016 :24) sterilisasi
menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan
tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal
sehingga langsung mematikan mikroba.
E. Kesimpulan
Sesuai hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
sterilisasi merupakan proses untuk membebaskan alat dan bahan dari mikroba. Praktikum
ini menggunakan sterilisasi basah dengan alat autoklaf. Alat dan bahan yang disterilisasi
yaitu cawan petri, tabung reaksi, dan medium. Langkah-langkah sterilisasi harus
dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomal Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hendaryono, Sriyanti. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta. Kanisius.
Istianah, Nur., dkk. 2018. Teknologi Bioproses. Malang: UB Press.
Kurniawansyah, Insan Sunan. 2014. Penentuan Tingkat Jaminan Sterilisasi pada Autoklaf
dengan Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmaka. Vol. 14 No. 1.
Ma'at, Suprapto. 2009. Sterilisasi dan Desinfeksi. Airlangga University Press. Surabaya.
Meliawaty, Florence. 2012. Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut melalui Inovasi Oven
dengan Ozon dan Infrared. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.11 No.2 147-167.
Radiati, Lilik Eka. 2019. Mikrobiologi Dasar Hasil Ternak. Malang: UB Press.
Rizal, Muhammad Saiful., dkk. 2016. Pengaruh Waktu dan Suhu Sterilisasi Terhadap
Susu sapi rasa coklat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian “AGRIKA”. Vol 10, No.1.
Sumarsih, sri. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Download