Uploaded by User52001

Anisa Christin (Sistem Politik di Indonesia dan Analisis Contoh)

advertisement
MAKALAH
“SISTEM POLITIK DI INDONESIA DAN ANALISIS CONTOH”
Disusun Oleh :
Nama : ANISA CHRISTIN T LUMBANGAOL
Nim : H1B119079
Dosen Pengampu : HATTA ABDI MUHAMMAD S.IP.,M.IP
Tahun Ajaran 2020-2021
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Politik
Universitas Jambi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul SISTEM POLITIK DI
INDONESIA DAN ANALISIS CONTOH dengan tepat waktu.
Adapun
tujuan
dari
penulisan
dari
makalah
ini
adalah
untuk
memenuhi
tugas dosen pada bidang studi Ilmu Politik/mata kuliah Sosiologi Politik. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang SISTEM POLITIK DI INDONESIA DAN
ANALISIS CONTOH bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak HATTA ABDI MUHAMMAD
S.IP.,M.IP, selaku Dosen Bidang Studi Ilmu Politik/Mata Kuliah Teori Politik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi,Maret 2020,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3.Tujuan ................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Politik Indnesia .....................................................................................6
2.1.1. Pengertian Sistem ..................................................................................6
2.1.2. Pengertian Politik ...................................................................................6
2.1.3. Pengertian Sistem Politik .......................................................................7
2.1.4. Sistem Politik di Indonesia .....................................................................7
2.1.5. Batasan Sistem Politik .............................................................................9
2.1.6. Ciri – ciri Sistem Politik .........................................................................9
2.1.7. Pengertian Suku Anak Dalam ................................................................10
2.1.8. Macam-macam Sistem Politik ...............................................................13
2.1.9. Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia .............................16
2.1.10. Sikap Masyarakat Terhadap Sistem Politik ........................................19
2.1.11. Input, Ouput dan Lingkungan Dalam Sistem Politik ...........................20
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................22
3.2. Saran .............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem Politik Indonesia adalah sebuah sistem politik yang berlaku di Indonesia, Faktor
yang
mempunyai nilai abadi
sebagai
fundamen
dan
merupakan
konsekuensi
pendirian Negara Indonesia,seperti falsafah Negara dan lain sebagainya, dalam banyak hal,
walaupun bersifat transcendental tapi sudah nyata diterima sebagai suatu kenyataan kiranya
perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap sistem politik Indonesia, walaupun dipergunakan
pendekatan
yang
menyisihkan
pengaruh
falsafah
sebagai
hasil
aktivitas
merenun-
renung. Kemudian dapat diuraikan lebih lanjut bahwa pada sistem politik Indonesia akan
ditemui faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Suatu sistem, termasuk sistem politik, harus
secara terbuka pengaruh dari lingkungannya, disamping juga dapat mengubah lingkungannya.
Artinya bahwa sistem politik Indonesia merupakan sistem politik yang dianut oleh Indonesia
yang berdasarkan nilai budaya Indonesia yang bersifat turun-temurun dan juga bisa diadopsi dari
nilai budaya asing yang positif bagi pembangunan sistem politik Indonesia. Sedangkan sistem
politik di Indonesia lebih menekankan bahwa sistem ini adalah
sistem politik yang pernah
dilaksanakan di Indonesia pada masa lalu.1
Contoh : pada masa pemerintahan Orde lama, Orde baru dan bahkan masa
pra kemerdekaan.
Pengertian Sistem Politik Menurut Para Ahli

Menurut Almond
Sistem politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang
menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.2
1
2
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
• Menurut Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr.
Sistem politik dikategorikan sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah (1) Lingkup
yang lebih luas, (2) realisme, (3) persisi/ketepatan, (4) ketertiban dalam teori politik agar
hubungn yang terputus antara comparative goverment dengan political theory dapat ditata
kembali. Hal itu cenderung dipengaruhi oleh konsep hukum, ideologi dan lembaga pemerintah.

Menurut Drs. Sukarno
Sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang
berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama
lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.

Menurut Rusadi Kartaprawira
Sistem Politik adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam
struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang
langggeng.

Menurut “ Samuel P. Huntington ”
Menurut Samuel P. Huntington pengertian sistem politik terbagi atas lima pengertian yang
disesuaikan dengan komponen yang dimilikinya yaitu :

Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kultur yaitu yang terdiri dari seerangkat values
atau nilai-nilai attitudes atau sikap-sikap, orientation-orientation atau orientasi, myths
atau mitos dan beliefs atau kepercayaan yang dipandang relevan terhadap politik dan bisa
membawa pengaruh dalam masyarakat.

Sistem politik yang dinilai sebagi sebuah struktur masyarakat yaitu merupakan organisasi
yang berbasis formal yang ada didalam tatanan masyarakat di mana strukstur tersebut
digunakan untuk menjalankan suatu putusan yang berwenang misalnya seperti partai
politik, badan perwakilan rakyat, badan eksekutif dan badan birokrasi.

Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kelompok atau The Political System as a
group yang membentuk kelompok sosial dan ekonomi baik kelompok yang formal
ataupun kelompok nonformal.

Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kepemimpinan di dalam lembaga-lembaga
politik.

Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kebijakan pola kegiatan pemerintahan.
Menurut Robert Dahl
Menurut Robert Dahl pengertian sistem politik ialah sistem yang membentuk suatu pola
yang tetap dari hubungan yang terjalin antar manusia yang melibatkan makna aturan-aturan,
kekuasaan dan kewenangan.1

Menurut David Easton
Menurut David Easton pengertian sistem politik ialah sistem yang terdiri dari seperangkat
nilai-nilai yang bersifat paksaan. Serta mengikat sebuah masyarakat disuatu negara secara
keseluruhan. David Easton juga mengemukakan bahwa sistem politik dapat pula dikenal sebagai
suatu interaksi yang dapat diabstraksikan dari keseluruhan tingkat sosial melalui makna yang
dialokasikan secara otoritatif.

Menurut Gambriel Almond
Menurut Gambriel Almond pengertian sistem politik ialah sistem yang meliputi kegiatan
interaksi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi dari integrasi serta adaptasi
sosial yang dijalankan untuk mencapai kesatuan dan persatuan didalam tatanan masyarakat yang
ada didalam sebuah negara yang bersangkutan
•
Menurut Sukarna
Menurut Sukarna pengertian sistem politik ialah sistem yang mengatur atau mengelola
kekuasaan dalam negara dan mempertahankan kedudukan dari sebuah kekuasaan dalam negara.
Selain itu sistem tersebut juga mengatur hubungan pemerintah dengan warga negaranya, negara
dengan negara atau rakyat dengan rakyatnya.
1
A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Analisis tentang sistem politik Indonesia pasca reformasi. Sebagaimana diketahui
bahwa sistem politik sering dianggap sebagai alokasi nilai yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat dan setiap warga masyarakat menghargainya sebagai ways of life. Penghargaan
terhadap nilai di tengah-tengah masyarakat adalah sebuah prestasi yang diperjuangkan untuk
dapat diperoleh.1
Upaya yang ditempuh dengan melakukan mobilitas intergenerasi internal dari komunitas
politik untuk mencapai tingkat stabilitas politik. Pasca reformasi, sistem politik menjadi lebih
baik, di mana peranan rakyat lebih nyata dalam hal reposisi sistem politik, mulai dari pemilihan
anggota DPR/DPRD, pemilihan anggota DPD, sampai dengan pemilihan kepala daerah secara
langsung. Distribusi kekuasaan sudah pada tingkat yang berarti, hanya saja rakyat di daerah
belum memiliki kemampuan untuk memahami bahwa distribusi kekuasaan merupakan
kesempatan untuk membangun daerah. Sebaliknya, distribusi kekuasaan yang ada di daerah
justru melahirkan semangat korup yang sudah mengakar dalam kehidupan masysrakat.
Contoh dan Dampak dari Sistem Politik Indonesia yaitu Sifat - sifat manusia
sebagai insan politik. Sifat-sifat ingin menguasai, menonjolkan diri, mendapatkan
pengakuan, dan ingin selamanya menjadi pemenang Sifat ini mendorong persaingan
antarmanusia. Maka, tak salah pula bila kemudian politik didefinisikan sebagai alat
untuk meraih kekuasaan, Sifat-sifat ingin menguasai, menonjolkan diri, mendapatkan
pengakuan, dan ingin selamanya menjadi pemenang.
1.2. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud sistem politik?
2. Bagaimana sistem politik di Indonesia dan bagaimana perkembangannya?
3. Apa yang dimaksud infrastruktur dan suprastuktur politik di Indonesia?
4. Apa perbedaan sistem politik antar negara?
5. Bagaimana peran serta dalam sistem politik di Indonesia.
1
Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
1.3. Tujuan
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud sistem politik?
2. Bagaimana sistem politik di Indonesia dan bagaimana perkembangannya?
3. Apa yang dimaksud infrastruktur dan suprastuktur politik di Indonesia?
4. Apa perbedaan sistem politik antar negara?
5. Bagaimana peran serta dalam sistem politik di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Politik Indonesia
2.1.1. Pengertian Sistem
Sistem menurut pamudji (1981:4) merupakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang
komplek atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau utuh. Sistem juga dapat
diartikan sebagai kerjasama suatu kelompok yang saling berkaitan secara utuh, apabila suatu
bagian terganggu maka bagian yang lain akan merasakan kendalanya. Namun, apabila terjadi
kerjasama maka akan tercipta hubungan yang sinergis yang kuat. Pemerintah Indonesia adalah
suatu contoh sistem, anak cabangnya adalah sistem pemerintahan daerah, kemudian seterusnya
sampai sistem pemerintahan desa dan kelurahan.1
2.1.2. Pengertian Politik
Kata ”politik” (Yunani) ”polis” berarti negara kota. “Polis” berarti “city state”
merupakan segala aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk kelestarian dan perkembangannya
“politike techne” (politika). Politik dalam bahasa arabnya disebut “siyasyah” yang kemudian
diterjemahkan
menjadi
siasat,
atau
dalam
bahasa
inggrisnya
“politics”..
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar-dasar
pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.2
Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi.
Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam
rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
1
2
Pamudji, 1988. Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: PT Bina Aksara.
Sukarna, 1981. Sistim Politik, Bandung: Penerbit Alumni.
2.1.3. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang
bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara). Ada beberapa definisi mengenai
sistem politik, diantaranya :
1. Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang
merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
2. Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan
antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh,
kekuasaan, ataupun wewenang.
3. Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan
menunjukkan suatu proses yang langgeng.
4. Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip yang membentuk
satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta
melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau
kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan
dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang
langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).1
2.1.4. Sistem Politik Di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan
dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan
tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnnyaDi Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem politik demokrasi pancasila
yakni sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan
yang demokratis. Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam UUD1945.
Sistem politik Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amandemen terhadap UUD
1945. Amandemen terakhir atas UUD 1945 dilakukan pada tahun 2002.2
1
2
Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama.
Sukarna, 1981. Sistim Politik, Bandung: Penerbit Alumni.
Perbandingan sistem politik Indonesia sebelum amandemen dan sesudah amandemen UUD
1945 adalah sebagai berikut :
1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensiil artinya presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.1
UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung
jawab penyelenggaraan negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga
negara.
UUD
1945
juga
mengatur
hak
dan
kewajiban
warga
negara.
Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara dan DPR.
Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan menjalankan tugasnya yang dibantu oleh seorang
wakil presiden serta kabinet. Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang
dilakukan oleh MA sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain
yang berada dibawahnya.
2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
Pokok-pokok sistem politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagai
berikut :
1. Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik. NKRI
terbagi dalam 33 provinsi dengan menggunakan prinsip desentralisasi.
2. Kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden tidak bertanggung jawab pada
parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden beserta wakilnya
adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.
3. Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-lembaga negara
seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA.
4. DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang berada langsung
dibawah presiden.
5. Kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan anggaran belanja
negara dan mengawasi jalannya pemerintahan.
1
Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama.
2.1.5. Batasan Sistem Politik
Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan roda sistem politik. Unit-unit ini
adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik seperti
legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit
ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum,
wilayah tugas, dan sebagainya. Untuk dapat membedakan antara sistem politik dengan
lingkungannya, maka sistem politik mempunyai batas-batas tertentu. Batas suatu sistem politik
ditentukan oleh unsur tindakan yang kurang lebih berhubungan dengan pengambilan keputusan
yang mengikat (otoritatif) bagi suatu masyarakat. Setiap aksi sosial yang tidak memiliki ciri-ciri
ini sudah jelas tidak termasuk ke dalam sistem politik.1
2.1.6. Ciri - ciri Sistem Politik
Secara umum,Sistem Politik memiliki 7(tujuh) ciri ciri,yaitu sebagai berikut :
1.Sistem politik memiliki tujuan atau target yang ingin dicapai.
2.Sistem politik memiliki komponen-komponen yang menjadi penggerak dari sistem tersebut.
3.Masing-masing komponen dari sistem politik memiliki fungsi yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
4.Antar komponen sistem politik memiliki interaksi antara satu dengan yang lain.
5.Dalam sistem politik ada struktur kerja yang telah diatur secara jelas atau disebut juga dengan
mekanisme kerja.
6.Dalam setiap komponen sistem politik terdapat suatu kekuasaan dengan tingkat yang berbedabeda (kekuasaan tersebut berfungsi untuk mengatur kinerja maupun interaksi dalam komponen).
7.Sistem politik memiliki suatu kebudayaan yang berisi prinsip dan pemikiran, dan menjadi
pemicu berkembangnya sistem yang telah ada.2
1
2
Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama.
Sulardi, 2012. Menuju Sistem Presidensiil Murni, Malang: Setara Press.
2.1.7. Fungsi Sistem Politik
Politik Sistem Berfungsi Sebagai Berikut :
1.Fungsi merumuskan kepentingan, yang dimana ialah fungsi untuk menyusun dan
mengungkapkan tuntutan politik dalam suatu negara.
2.Fungsi pemaduan kepentingan, yang dimana ialah fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan
politik dari berbagai pihak dalam suatu negara dan mewujudnyatakan ke dalam berbagai
alternatif kebijakan.
3.Fungsi pembuatan kebijakan umum, yang dimana ialah merupakan fungsi untuk
mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang telah diusulkan oleh partai-partai politik
dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu diantaranya sebagai suatu kebijakan pemerintahan.
4.Fungsi penerapan kebijakan, yang dimana ialah merupakan fungsi untuk melaksanakan
berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
5.Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan, ialah merupakan fungsi untuk menyelaraskan
perilaku masyarakat dan pejabat publik yang menentang atau menyeleweng dari kebijakan
pemerintahan, dengan norma-norma yang telah berlaku.
6.Fungsi komunikasi politik ialah merupakan proses dalam penyampaian informasi mengenai
politik dari masyarakat kepada pemerintah dan juga dari pemerintah kepada masyarakat.
7.Sosialisasi politik ialah merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota
masyarakat.1
Rekrutmen politik ialah merupakan proses dalam menyeleksi orang-orang yang dimana
akan dipilih atau diangkat sebagai pejabat dari jabatan-jabatan yang telah ada dalam suatu
negara atau partai politik.2
1
2
Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Daud Busroh, Abu, 1989. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Sistem politik mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
Kapabilitas, adalah kemampuan sistem politik dalam menjalankan fungsinya (eksistensi) di
lingkungan yang lebih luas. Kantaprawira,(2006) mengemukakan bentuk kapabilitas suatu
sistem politik berupa.1
a. Kapabilitas Regulatif,
Kapabilitas regulatif suatu sistem politik merupakan penyelenggaraan pengawasan
terhadap tingkah laku individu dan kelompok yang ada di dalamnya; bagaimana penempatan
kekuatan yang sah (pemerintah) untuk mengawasi tingkah laku manusia dan badan-badan
lainnya yang berada di dalamnya, semuanya merupakan ukuran kapabilitas untuk mengatur atau
mengendalikan.
b. Kapabilitas Ekstraktif,
SDA dan SDM sering merupakan pokok pertama bagi kemampuan suatu sistem politik.
Berdasarkan sumber-sumber ini, sudah dapat diduga segala kemungkinan serta tujuan apa saja
yang akan diwujudkan oleh sistem politik. Dari sudut ini, karena kapabilitas ekstraktif
menyangkut soal sumber daya alam dan tenaga manusia, sistem politik demokrasi liberal, sistem
politik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila tidak banyak berbeda. SDA
dan SDM Indonesia boleh dikatakan belum diolah secara otpimal. Oleh karena masih bersifat
potensial.
c. Kapabilitas Distributif
Kapabilitas ini berkaitan dengan sumber daya yang ada diolah, hasilnya kemudian
didistribusikan kembali kepada masyarakat. Distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan
bahkan juga kehormatan dapat diberi predikat sebagai prestasi riil sistem politik. Distribusi ini
ditujukan kepada individu maupun semua kelompok masyarakat, seolah-olah sistem poltik itu
pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat.
1
Kantaprawira, Rusadi. (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
d. Kapabilitas Responsif
Sifat kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik ditentukan oleh
hubungan antara input dan output. Bagi para sarjana politik, telaahan tentang daya tanggap ini
akan menghasilkan bahan-bahan untuk analisis deskriptif, analisa yang bersifat menerangkan,
dan bahkan analisa yang bersifat meramalkan. Sistem politik harus selalu tanggap terhadap
setiap tekanan yang timbul dari lingkungan intra-masyarakat dan ekstra-masyarakat berupa
berbagai tuntuan.
e. Kapabilitas Simbolik.
Efektifitas mengalirnya simbol dari sistem politik terhadap lingkungan intra dan ekstra
masyarakat menentukan tingkat kapabilitas simbolik. Faktor kharisma atau latar belakang sosial
elit politik yang bersangkutan dapat menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas simbolik.
Misalnya Ir Soekarno Megawati, dengan keidentikan seorang pemimpin dengan tipe “panutan”
dalam mitos rakyat, misalnya terbukti dapat menstransfer kepercayaan rakyat itu menjadi
kapabilitas benar-benar riil.
f. Kapabilitas Dalam Negeri dan Internasional
Suatu sistem politik berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan
internasional. Kapabilitas domestik suatu sistem politik sedikit banyak juga ada pengaruhnya
terhadap kapabilitas internasional. Yang dimaksud dengan kapabilitas internasional ialah
kemampuan yang memancar dari dalam ke luar.
Misalnya kebijakan sistem politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Israel, juga akan
mempengaruhi sikap politik negara-negara di timur tengah. Oleh karena itulah pengaruh tuntutan
dan dukungan dari luar negeri terhadap masyarakat dan mesin politik resmi, maka diolahlah
serangkaian respons untuk menghadapinya.Politik luar negeri suatu negara banyak bergantung
pada berprosesnya dua variabel, yaitu kapabilitas dalam negeri dan kapabilitas internasional.1
1
Kantaprawira, Rusadi. (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
2. Konversi
Menggambarkan kegiatan pengolahan input menjadi ouput mulai dari : penyampaian
tuntutan, perangkuman tuntutan menjadi tindakan pembuatan aturan, pelaksanaan peraturan,
menghakimi, dan komunikasi.
3. Adaptif
Yaitu menyangkut sosialisasi & rekruitmen yg bertujuan memantapkan bangunan
struktur politik dari sistem politik. Fungsi sistem politik Pemeliharaan dan penyesuaian
(adaptation) adalah menyangkut sosialiasasi dan rekrutmen yang bertujuan untuk memantapkan
bangunan struktur politik dari sistem politik (Untari, 2006).1
Sukarna (1979:28-29) mengemukakan ada dua fungsi utama yang merupakan ciri
esensial (yang perlu ada) dalam sistem politik, ialah:2
a. Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the population); dan
b. Pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders or Official decision
maker).
2.1.8. Macam – macam Sistem Politik
1. Sistem Politik Liberal
Menurut Cambridge Dictionary, sistem politik liberal adalah suatu bentuk sistem
perwakilan demokrasi bekerja atas prinsip liberalisme, yaitu melindungi hak individu dengan
menuangkannya pada aturan.Salah satu ciri utama dari sistem politik liberal adalah kekuasaan
negara yang terletak pada parlemen. Adapun kelebihan dari sistem politik liberal ini yaitu kecil
kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, hal ini karena kekuasaan tidak berada pada
satu pemegang kekuasaan saja. Sedangkan kekurangan dari sistem politik liberal adalah memicu
adanya monopoli kekuasaan oleh sekelompok pemangku kekuasaan yang bekerja sama.
1
2
untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers.
2. Sistem Politik Komunis
Sistem politik komunis adalah sistem politik yang memposisikan negara sebagai
pengatur dan penguasa penuh atas segala aspek kehidupan bernegara.Dalam sistem politik ini
negara tidak hanya menguasai dan mengatur aspek ekonomi dan politik saja,tapi juga
kepercayaan/paham warga negaranya serta hal-hal yang dinilai baik buruk dalam kehidupan.
Hal yang mencolok dalam sistem politik komunis adalah keadaan dimana masyarakat
merupakan pelayan negara. Bentuk pelayanan ini merujuk kepada rakyat yang bekerja di
lembaga pemerintahan, mereka diberikan berbagai tugas yang melebihi kapasitasnya.
3. Sistem Politik Parlementer
Sistem politik parlementer adalah sistem politik yang menjadikan parlemen sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam sistem politik terdapat seorang presiden sebagai kepala
negara, dan seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.Adapun kelebihan sistem
politik parlementer yaitu memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap pendapat publik. Sedangkan
kelemahan dari sistem politik ini adalah proses pelaksaaan pemerintahan yang tidak stabil serta
tidak ada perbedaan yang jelas antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif.
4. Sistem Politik Presidensial
Sistem politik presidensial adalah sistem politik yang memisahkan antara kekuasaan
legislatif dan kekuasaan eksekutif. Sistem politik presidensial memiliki nama lain yaitu sistem
kongresional. Dalam sistem politik presidensial, presiden merupakan kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.Presiden menduduki kekuasaan terkuat yang tidak dapat dijatuhkan oleh
lembaga lainnya yang berada dalam pemerintahan negara tersebut. Presiden dapat dilengserkan
dari kursi kekuasaannya hanya jika ia terlibat dalam pelanggaran berat seperti : pelanggaran
konstitusi, pengkhianatan terhadap negara dan terlibat masalah kriminal.Keutamaan dari sistem
politik ini adalah presiden memiliki jaminan kewenangan legislatif oleh konstitusi, dan presiden
berwenang untuk mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang akan membantunya dalam
menjalankan pemerintahan.1
1
1
untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers.
5. Sistem Politik Otoriter/Totaliter
Sistem politik otoriter adalah sistem politik dimana segala bentuk peraturan dan
kebijakan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara berasal dari satu sumber,
yakni dari pemangku kekuasaan tertinggi. Sistem politik otoriter dikenal juga dengan sistem
politik diktator karena pada sistem politik ini dipimpin oleh seseorang yang diktator.
Klasifikasi sistem politik menurut Alfian :
1. Otoriter/Totaliter
2. Anarki
3. Demokrasi
4. Demokrasi dalam transisi.
Ramlan Surbakti mengklasifikasikan sistem politik dengan kriteria :
1. Otokrasi Tradisional,
2. Totaliter,
3. Demokrasi,
4. Negara Berkembang
Menurut Almond dan Coleman, macam-macam sistem politik yg banyak berlaku di negara
berkembang :
1. Demokrasi Politik,
2. Demokrasi Terpimpin,
3. Oligarki Pembangunan,
4. Oligarki Totaliter,
5. Oligarki Tradisional.
2.1.9. Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia
Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang berhubungan dengan
kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam
menjalankan fungsi serta kekuasaannya masing-masing. Untuk menyalurkan aspirasi dan
kepentingan rakyat dalam penyelanggaraan pemerintahan negara. Berdasarkan teori politik,
infrastruktur politik mencakup :1
Partai politik (political party), sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Berikut merupakan beberapa fungsi partai
politik :
Komunikasi politik : Penyalur aspirasi rakyat kepada pemerintah,
Sosialisasi politik : Pengenalan nilai dan norma etika.
Rekruitmen politik : Merekrut anggota partai politik.
1) Masa Pra Kemerdekaan
Budi Utomo (Jakarta, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama yang
melakukan perlawanan secara non fisik. Dalam perkembangannya menjadi partai-partai politik
yang didukung kaum terpelajar dan buruh tani.
2) Masa Pasca Kemerdekaan
Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945.Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada
instabilitas politik, sehingga mandeknya pemb ekonomi dan rawannya keamanan. Akibat konflik
berkepanjangan pada Badan Konstituante (merumuskan UUD), mendorong Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin.
1
1
untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers.
3) Masa Orde Baru
Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah parpol yang
banyak, tidak menjamin stabilitas politik.Terjadi penyederhanaan partai politik : Partai berbasis
Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP);
Partai berbasis sosialis dan nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi
Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 dan 1982
hanya diikuti 3 (tiga) peserta : PPP (ke-Islaman & ideologi Islam); Golkar (kekaryaan dan
keadilan sosial); PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan).
4) Masa/Era Reformasi
Berdasarkan UU No. 3/1999, partai-partai politik di Indonesia diberikan kesempatan
hidup kembali mengikuti pemilu multi partai (diikuti 48 parpol).Kelompok kepentingan (interest
group), dalam gerak langkahnya akan sangat tergantung pada sistem kepartaian yang diterapkan
dalam suatu negara.
Jenis-jenis kelompok kepentingan :
1.Kelompok Anomik (kelompok spontan dan tidak memiliki nilai/norma),
2.Kelompok Asosiasional (biasanya jarang terorganisir dan kegiatannya kadang-kadang),
3.Kelompok Institusional (merupakan kelompok pendukung kepentingan institusional : seperti
partai politik, korporasi bisnis, dll.),
4.Kelompok Assosiasonal (merupakan kelompok yang terorganisir yang menyatakan
kepentingan dari suatu kelompok dan memiliki prosedur teratur). Kegiatan kelompok
kepentingan di dalam suatu negara, sangat bergantung kepada sistem politik pemerintah apakah
menerapkan sistem kepartaian tunggal/ dua partai/ lebih.
- Pada sistem partai tunggal, kelompok kepentingan sangat dibatasi, karena pemerintahan
totaliter. Pada umumnya dianut oleh negara komunis (Rusia, RRC, Vietnam, Korea Utara, Kuba
dll.).
- Pada sistem dua partai/ lebih, kelompok kepentingan berpeluang tumbuh dan berkembang
dengan pesat. Pada umumnya dianut oleh negara-negara yang Demokratis.1
1
untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik adalah struktur politik pemerintahan yang berkaitan dengan
lembaga-lembaga negara yang ada, serta hubungan kekuasaan antara lembaga satu dengan yang
lain.
Perkembangan ketatanegaraan modern, pada umumnya elit politik pemerintah dibagi dalam
kekuasaan :

Eksekutif. Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden, presiden adalah pemegang
kekuasaan pemerintahan negara.
Presiden di bantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri, untuk melaksanakan tugas
sehari-hari. Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain :

Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD;

Menetapkan peraturan pemerintah;

Mengangkat memberhentikan menteri-menteri; dll
• Legislatif. Indonesia menganut sistem bikameral. Di tandai dengan adanya lembaga
perwakilan, yaitu DPR dan DPD. Dengan merujuk asas trias politika. Kekuasaan
legislatif terletak pada MPR dan DPD.
• MPR. Kewenangan:
Mengubah menetapkan UUD
Melantik presiden dan wakil presiden, dll
Tugas:
Membentuk UU
Membahas RAPBN bersama presiden, dll.
1
Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers.
• DPD. Fungsi :
Mengawas atas pelaksanaan UU tertentu
Pengajuan usul
•
Yudikatif (mengadili pelanggaran undang-undang). Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan
tentang kekuasaan kehakiman dan memiliki tugas masing-masing. Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh :
• Mahkamah Agung (MA)
• Mahkamah Konstitusi (MK)
• Komisi Yudisial (KY)
• Insfektif
2.1.10. Sikap Masyarakat terhadap Dunia Politik di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa,
dimana peran dan partisipasi rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, semakin terlihat
jelas. Antusiasme dan partisipasi masyarakat dalam politik menunjukkan bahwa demokrasi
semakin tampak maju di indonesia.1
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses
demokratisasi. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara,
dan juga peran aktif secara langsung atau tidak langsung, untuk mempengaruhi kebijakan
pemerintah (public policy).
Dengan demikian Partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran politik, karena semakin
sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. “Budiardjo(2009:367)2
1
Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
128
2
Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana mereka
mengambil bagian secara aktif, dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau
tidak langsung dalam proses pembentukkan kebijakan umum. Di Indonesia berpartisipasi politik
dijamin oleh Negara, tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang”. Dan diatur secara jelas dalam dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005
mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh
Negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan
hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dll.
Sedangkan, bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, adalah merupakan salah
satu implementasi nilai-nilai demokrasi di Indonesia, yang mencerminkan nilai Kebebasan ,
dimana masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih, dan mendukung calon yang di
inginkan. Disisi yang lain, masyarakat Indonesia juga menunjukkan nilai kebebasan demokrasi
dalam hal melakukan protes terhadap pemerintah. Ini menunjukkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam politik di Indonesia mengalami peningkatan. Tingginya partisipasi atau peran
serta masyarakat, dianggap sebagai satu hal yang positif. Didalam konteks pemikiran ini,
tingginya tingkat partisipasi masyarakat, ditunjukkan pada sikap warga negara untuk mengikuti
dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan itu. (Budiarjo
1996:185).1
Sebagai bentuk pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat dalam politik memiliki
peran penting. Karena demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari
rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disertai nilai-niai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu
Kebebasan dan Kesetaraan.
2.1.11. INPUT, OUTPUT DAN LINGKUNGAN DALAM SISTEM POLITIK
A. Input
Input terdiri atas tuntutan (demands) dan dukungan (support). Dalam sistem politik, input
diperlukan sebagai sumber energi dalam sitem politik. Masyarakat dengan berbagai kebutuhan,
tingkat kebutuhan, tingkat pendidikan, kesehatan, pelayanan dan sebagainya memerlukan
kepuasan dari sistem.
1
Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
128
1
Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Adapun mengenai input yang berupa dukungan, tidak semata-mata berupa dukungn
yang tampak dari luar, namun juga dukungan yang berupa pandangan atau suasana pikiran.
Mengenai dukungan, ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.
Wilayah Dukungan
a.
Komunitas Politik
Dukungan dalam komunitas politik dapat digunakan sebagai usaha untuk menyelesaikan
perbedaan yang ada dan mendorong pembuatan keputusan yang mengikat. Dukungan semacam
ini akan terlihat melalui pertumbuhan kesadaran dan kesatuan nasional.
b.
Rezim
Rezim dapat diartikan sebagai dukungan terhadap aturan dasar yang mengatur dan
menyelaraskan berbagai tindakan dari anggota sistem untuk menyelasaikan masalah yang
muncul sebagai konnsekuensi dukungan terhadap suatu komunitas politik.
c.
Pemerintah
Artinya, ada dukungan terhadap suatu pemerintahan yang bertugas menyelesaikan beragam
masalah dan konflik yang muncul diantara sesama anggota sistem.
2.
Mekanisme Dukungan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mekanisme dukungan, yaitu output dan
sosialisasi.
1. Output. Output berwujud suatu keputusan atau kebijakan politik.
2. Sosalisasi. Proses pembelajaran anggota masyarakat secara turun-temurun dalam suatu
sistem
politik
merupakan
bagian
dari
salah
satu
usaha
untuk
menciptakan
dan
mengakumulasikan suatu sumber atau cadangan dukungan yang besar.
Proses pembelajaran ini berlangsung terus menerus, mulai dari masa kanak-kanak, remaja
hingga dewasa. Sosialisasi politik ini secara efektif menciptakan dan mewariskan nilai-nilai
politik dan ukuran legitimasi dari suatu generasi ke genersi lain nya.1
B. Output
Demands yang telah di seleksi akan mengalami suatu proses yang hasilnya berupa
keputusan, tindakan maupun kebijakan tertentu. Apabila output sesuai dengan yang diinginkan
maka akan terjadi pembaharuan dukungan. Akan tetapi apabila output yang dihasilkan tidak
sesuai, maka akan terjadi erosi dukungan yang akan menggangu stabilias sistem tersebut. Pihak
yang terlibat dalam sistem politik dapat mengetahui kebijakan- kebijakan yang dihasilkan di
output melalui feedback loop.
1
Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
128
1
Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
C. Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian disini adalah semua sistem, baik sosial maupun fisik yang
bukan termasuk dalam sistem politik. Lingkungan terbagi menjadi lingkungan interasocietal
yang merupakan komponen dalam sistem politik dan extrasocietal yang mencakup semua sistem
diluar suatu sistem politik.1
Lingkungan menurut Easton terbagi menjadi empat yaitu :
1.
Sistem ekologi merupakan semua lingkungan dan kondisi-kondisi nonhumanis dari
kehidupan manusia. Lingkungan fisik misalnya kekayaan alam, flora, fauna dan lain-lain.
2.
Sistem biologi. Sistem biologi mengacu pada susunan biologis manusia dari suatu
masyarakat yang dianggap mempunyai pengaruh pembentukan perilaku politik tertentu.
3.
Sistem kepribadian. Pemahaman mngenai sistem keribadian akan membantu untuk
mengetahui motivasi masyarakat dalam pencapaian tujuan bersama.
4.
Sistem sosial. Easton mengelompokkan sistem sosial dalam berbagai sistem, yaitu
sistem budaya, sistem ekonomi, sistem ekonomi, sistem demografi dan struktur sosial.
Lebih lanjut Easton mengkategorikan analisis sistem politik menjadi 4 bagian, yaitu:
1.
Interaksi politik dalam masyarakat membentuk sistem perilaku.
2.
Sistem politik berada dalam lingkungan fisik, sosial, dan psikologi.
3.
Sistem politik sifatnya terbuka, artinya tidak terlepas dari pengaruh sistem yang lain.
Lebih dari itu, sistem politik (melalui kebijakan yang dihasilkan) turut mempengaruhi sistem
yang lain.
4.
Sistem politik harus memiliki keterampilan untuk merespon ancaman dari gangguan
yang datang, serta beradaptasi dalam segala kondisi.
1
Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
128
1
Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bahwa sistem politik yang berlaku di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila, dimana rakyat
turut serta dalam politik dengan memiliki hal politik masing-masing sesuai dengan Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Kenapa Indonesia tidak menganut sistem politik liberal, fasisme, dan
komunisme? itu semua dikarenakan Indonesia sebagai negara demokratis tidak cocok menganut
sistem politik tersebut.
Indonesia menganut reformasi sebagai pandangan politiknya, setelah rezim orde lama
digantikan oleh orde baru, lalu muncullah reformasi yang digadang-gadang dapat memperbaiki
kehidupan rakyat. Namun, hingga kini tujuan tersebut belum dapat terealisasi dengan sempurna
karena proses demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan juga paham patrimony
dan otoriter masih berkembang kuat di dalam pelaku politik.
Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang mendominasi wacana di media. Layaknya gula
yang sedang di kelilingi semut, seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di
Indonesia. Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para
penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat
justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan
kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi
politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan.
Masyarakat memandang elite politik tidak mengalami perubahan yang jelas. Hal ini bisa dari
masyarakat yang menjadi korban kebijakan politik yang sedang berkuasa. Ada sebagian
masyarakat yang sangat mengerti sekali dengan politik tetapi pemilu tak ubahnya hanya
sandiwara politik karena hakikatnya, pemilu hanya akan menguntungkan secara politik dan
ekonomi kepada elit politik. Golput pun muncul karena berdasarkan bahwa keberadaan pemilu
dan aktivitas memilih tidak akan berdampak lebih baik pada diri pemilih. Hal ini terjadi ditengah
masyarakat yang terjebak pada apatisme.
Kecenderungan ini muncul ketika norma-norma sosial yang selama ini disepakati dan
dijabarkan dalam suatu masyarakat mengalami kelonggaran, kegoyahan, dan kehilangan
fungsinya yang efektif. Golput bukanlah pilihan tepat dan cenderung mendorong masyarakat
menjadi apatis. Kondisi ini bisa menciptakan rendahnya legitimasi pemerintah serta mendorong
munculnya masyarakat yang antipati (ketidaksukaan untuk sesuatu atau seseorang), terhadap
perkembangan politik.
3.2. Saran
Rakyat Indonesia belum merasakan kinerja yang baik dari pemerintah Indonesia, malahan
membuat mereka memandang buruk terhadap politik itu sendiri. Selain itu, para generasi muda
Indonesia haruslah diperkenalkan dengan politik yang sebenarnya, agar dikemudian hari mereka
dapat menjadi generasi baru yang lebih bertanggung jawab. Sehingga kondisi bangsa ini tidak
terus terpuruk akibat politik tidak bertanggungjawab para pejabat sekarang. Sedah seharusnya
kita membanahi bangsa ini. Karena bila kondisi seperti ini terus di budayakan, maka bukanlah
hal yang mustahil jika suatu saat nanti nama Indonesia hanya tinggal sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005
A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Almond, Gabriel A, and Bingham, Comparative Politics Today,ed III, Canada: Little Brown and
Company Canada Limited, 1998.
Alo Lili Weri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Lkis, 2007).
Andriani, Lusiana, Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya, Medan: USUPress, 2012.
Annawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf, Tarjamah Riyadhus shalihin, Alih bahasa: H.
Salim Bahreisy, Bandung: Al-Ma’arif, 1997.
Ardianto Elvinaro, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama media,
cet.2, 2009.
Arikunto, Suhaimi, ProsedurPenelitianSuatuPraktek, Jakarta, RinekaCipta, 2002. Bungin,
Burhan, MetodePenelitianKualitatif, Jakarta: Kencana, 2006.
Chilcote, Ronald H, Teori Perbandingan PolitikJakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djumala,
Darmansyah, Soft Power untuk Aceh Resolusi Konflik dan Desentralisasi (Jakarta: Pt Gramedia
Pustaka Utama, 2013).
Departemen Agama RI,Al- Quran dan Terjemahannya, Surabaya:DutaIlmu, 2002.
Daud Mohd Kalam, Qanun Meukuta Alam, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Effendi,
Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti ,2003.
Eickelmen, Dale F. James Piscatori, Ekspresi Politik Muslim, Bandung: Mizan, 1998. Hadad,
Ismid, Budaya Politik dan Keadilan Sosial, Jakarta: LPJES, 1979.
Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama.
Teras Narang, Agustin, 2003. Reformasi Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Download