Uploaded by nuzulabriyani05

[PDF] Makalah Solar Cell[1]

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan dari efek
rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan asam, rusaknya
lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata- rata akibat dari penggunaan
bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium,
batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari
fosil
tidak
dapat
diperbaharui,
tidak
seperti
bahan
bakar
non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi sudah merupakan
keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan menggunakan bahan
bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, tenaga air, energi panas bumi,
tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan
bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang
tidak terbatas. .
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena
dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik,
perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa
dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara-negara
industri maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan
bantuan
subsidi
dari
pemerintah
telah
diluncurkan
program-program
untuk
memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang
berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat
diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga
surya atau kami singkat dengan P LTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat
komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistim kelistrikan tenaga surya dan trend teknologi
yang ada.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah ide pembuatan dari solar sel itu ?
2. Bagaimana cara kerja dari solar sel ?
3. Bagaimanakah penggunaan PLTS di Indonesia dan di dunia ?
4. Seberapa pentingkah photovoltaic itu dalam PLTS ?
5. Keuntungan dan kerugian apa saja yang dimiliki oleh PLTS ?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui sejarah singkat tentang ide pembuatan PLTS.
2. Dapat mengetahui prinsip kerja dari PLTS itu sendiri.
3. Dapat mengetahui seberapa besarkah penggunaan PLTS di Indonesia dan di
dunia.
4. Dapat mengetahui peranan photovoltaic dalam PLTS.
5. Dapat mengetahui keuntungan dan kekurangan PLTS dibandingkan dengan
pembangkit non PLTS.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber
daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di
satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah
yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak
memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.
Badingkan dengan sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan
memerlukan bahan bakar untuk dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang
yang dihasilkan dapat menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya
dapat merusak ekosistem planet bumi kita.
Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian
kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free.
Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam
hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan
adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian
elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat m engat ur tegangan
aki dal am selang tegangan 1 2 volt plus mi nus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8 volt,
maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses
pengisian itu akan terjadi bila berlangsung
pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari,
maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu
berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu
mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses pengisian aki itu.
3
Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi,
biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang
harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu
hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai. Jadi, sistem sel surya dal am bentuk
paket lengkap itu jelas lebih m urah dibandingkan dengan bila merakit sendiri.
Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis menghadap matahari. Padahal
bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi berbentuk elip dengan
matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu
berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang
optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh
tegak lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal,
sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk
mengatur arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga
sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini dapat
dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini tidak sederhana,
karena terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem
sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler untuk menggerakkan panel surya secara
otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak lurus. Karena itu, kontroler macam ini cukup mahal.
4
B A B III
PEMBAHASAN
3.1. Sejarah Soral Cell
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari
2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan
bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak
hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga
listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari
Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby
Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun 1876,
William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa Selenium menghasilkan arus listrik
apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari
secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga
disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk
menggerakkan peralatan listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan
semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yan g dicapai
baru 1 % sehingga bel um juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai
sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai
photoelectric effect.
Tulisannya
ini
mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang
sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner.
Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh
percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia
5
mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya
juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang
dipublikasikan 18tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat
rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik.
Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang Australia mengendarai mobil bertenaga surya
pertama untuk jarak 4000 km dalam waktu 20 hari dengan kecepatan m aksimum 72
km/jam. Tahun 1985 University of South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi
solar cell mencapai 20% dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of
Delaware berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai
ini
photovoltaicsolar cell”.
merupakan
rekor
Perkembangan
terbaru
dalam
untuk
riset solar
“thin
42.8%
Hal
film
cell telah
mendorong
komersialisasi dan produksi solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya
listrik.
3 . 2 . C a r a P e m b a n g k i t Li s t r i k T e n a g a S u r y a u n t u k D a p a t M e n g h a s i l k a n E n e r g i
Li s t r i k
3.2.1 Pembangkit Listrik Surya Termal ( Solar Thermal Power Plants) – Dalam
pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang
kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap
yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini
juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar
power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung.
Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus,
seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus
tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut
terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali diatas 300
derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida
panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk
memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi listrik.
6
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya
Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik
(power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke
arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus, yaitu sebuah
menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap
air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah sistem penjejakan (tracking
system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur
7
cermin agar selalu menghadap matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa keuntungan,
seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.
Power Tower
3.2.2 Pembangkit Surya Fotovoltaik ( Solar Photovoltaic Plants) – Pembangkit jenis ini
memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik secara
langsung.
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya dipasang sehingga
membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi cahaya dan
mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi listrik ini dapat dialirkan ke
jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini
dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi listrik
dalam skala besar.
8
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
3.3. M a t a h a r i U n t u k P L T S di In d o n e s i a
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi,
khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cu kup besar
dari ban yak negara di dunia. Di sam ping juml ahn ya yan g tidak terbatas, pemanfaatannya
juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar
matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau
fotovoltaik.
Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan
menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi
pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini
menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang proses produksinya cukup
kompleks dan mahal. Secara umum, pembuatan sel surya konvensional diawali dengan
proses pemurnian silika untuk menghasilkan silika solar grade (ingot), dilanjutkan
dengan pemotongan silika menjadi wafer silika. Selanjutnya wafer silika diproses
menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun membentuk m odu l surya. Tahap
terakhir adalah mengintegrasi modul surya dengan BOS ( Balance of System) menjadi
sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung yang digunakan dalam sistem PLTS
seperti inverter, batere, sistem kontrol, dan lain-lain.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
9
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah
komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu
penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus
diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu
bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh
daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik,
maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk
dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan
menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 W p untuk masyarakat berpendapatan
rendah serta 346,5 M W p P LT S hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah
merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar
untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 M W p per tahun. H al
ini tentu m erup akan pel uang besar bagi industri lokal unt uk mengembangkan bisnisnya ke
pabrikasi sel surya.
3.4. P engert i an Photovoltaic Cell.
Matahari merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat berlimpah di
Indonesia. Dengan penyinaran matahari konstan sepanjang tahun selama 12 jam per
10
hari, tentu ini merupakan salah satu sumber energi yang sangat potensial dikembangkan di negara
kita. Disamping adanya „bahan bakar‟ yang berlimpah ruah, tentu saja sumber energi ini sangat
ramah lingkungan. Listrik dari sumber energi surya ini tentu saja akan sangat berguna untuk
pemerataan listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau saluran transmisi PLN.
Sekarang bagaimana kita bisa mengkonversi energi surya menjadi energi listrik..?? Yup,
jawabannya adalah menggunakan photovoltaic cell.. kalau dilihat dari asal katanya photo :
“cahaya” sedangkan voltaic: “menghasilkan tegangan”. Jadi kalau dari
arti katanya “photovoltaic cell” berarti ‘sel yang menghasilkan tegangan listrik dari
cahaya”, walaupun sebenarnya yang dihasilkan langsung bukanlah tegangan tetapi arus. Mengapa
bisa arus yang dihasilkan?? Mari kita lihat..
Satu buah photovoltaic cell terbuat dari bahan dasar silicon yang dilapis kaca. - Silicon
mudah sekali didapat di bumi ini dalam bentuk pasir silika- sehingga cahaya bisa menembus
masuk. Ketika cahaya matahari menembus masuk ke dalam sel, partikel cahaya matahari yang
disebut „photon‟ juga ikut masuk. Partikel photon ini kemudian menumbuk elektron bermuatan
negative di atom silikon penyusun photovoltaic cell. Pada saat tumbukan, energinya photon
ditransfer ke elektron sehingga elektron terlepas dari atom silikonnya. Karena setiap detiknya ada tak
terhingga photon yang menumbuk, maka akan dihasilkan banyak sekali elektron-elektron bebas.
Elektron bebas ini akan didorong keluar photovoltaic cell karena adanya medan listrik di dalam
cell. Apabila photovoltaic cell ini kita hubungkan ke beban listrik, maka arus akan dapat mengalir ke
beban. ..Energi
matahari
telah
diubah
secara
langsung
menjadi
listrik..!!! Selama masih ada cahaya matahari yang masuk maka akan terus ada electron
11
energi
bebas yang mengalir ke beban.
Satu buah photovoltaic cell sebenarnya terlalu kecil untuk menghasilkan energi listrik. Satu
buah photovoltaic cell hanya menghasilkan sekitar 0.5V, jadi untuk menghasilkan tegangan
18V biasanya panel photovoltaic tersusun dari 36 buah
photovoltaic cell yang disusun seri. Selain itu biasanya juga 36 buah cell tersebut juga
disusun parallel dengan 36 buah cell yang lain supaya arus total yang dikeluarkan oleh satu buah
panel photovoltaic cukup besar. Untuk menghasilkan daya yang lebih besar lagi, sejumlah banyak
panel photovoltaic disusun menjadi array sehingga bisa melayani keperluan listrik yang cukup besar.
3.5. Studi Kel a yakan
S t u d i K e l a y a k a n I n v e s t a s i P e m b a n g k i t Li s t r i k T e n a g a S u r y a ( P L T S ) d i P u l a u
Biaro d en ga n M e n g g u n a k a n M e t o d e R eal Opt i on A r d e
N u g r o h o Kristianto
Deskripsi D ok u m en:
http://lontar.ui.ac.id/opac/them es/libri2/detail.jsp?id=1 36176&l okas i =l o kal
----------------------------------------------------------------------------------------------------Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan Bali Road Map tahun 2007 dan
Copenhagen. Protocol tahun 2009, dimana memiliki komitmen untuk mengurangi emisi gas
karbon setiap tahunnya. Pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) di dalam menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dapat mengurangi
emisi gas karbon. Penerapan PLTS memiliki kendala seperti belum adanya peraturan Menteri
Energi dan Sumber Da ya Mineral (ES DM) tentang harga beli energi listrik oleh PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Peraturan Menteri ES DM ini harus diawali oleh pengajuan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) oleh PLN. Penelitian ini bertujuan untuk membantu P LN di dalam membuat
HPS, yaitu melalui studi kelayakan investasi PLTS di pulau Biaro dengan menggunakan metode
real option. Metode ini memudahakan pengambilan keputusan atas fleksibilitas arus kas dimana
memperhitungkan volatility didalam decision tree.
12
3.6. P L N Oper asi ka n P L T S Terbesar di Indonesi a
Tribunnews.com - Minggu, 15 April 2012 14:48 W IB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN memanfaatkan potensi matahari dan membangun
Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk masyarakat pulau Morotai, Kabupaten Kepulauan
Morotai, propinsi Maluku Utara. Sejak Sabtu (14/4/2012), masyarakat telah dapat menikmati
layanan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik ramah lingkungan yaitu PLTS hybrid
kapasitas 600 kilo Watt peak (kWp). PLTS Morotai merupakan P LT S dengan kapasitas terbesar
yang di operasikan oleh P LN selama ini.
“Ini adalah P LTS terbesar yang pernah dioperasikan P LN di seluruh Indonesia, dan diharapkan
dapat ikut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Morotai,
sehingga sudah sepatutnya seluruh masyarakat pulau Morotai bersama-sama ikut menjaga
instalasi kelistrikan ini”, demikian diutarakan Direktur Operasi Indonesia Timur PLN, Vickner
Sinaga, Minggu (15/4/2012).
Dengan beroperasinya PLTS ini, PLN mampu mengurangi penggunaan BBM setiap harinya ratarata dengan 800 liter atau ekuivalen penghematan senilai Rp 2,5 miliar per tahun.
P LN terus membangun dan meningkatkan pelayanan kelistrikan di seluruh
Indonesia,
dengan
mengedepankan
pembangunan
pembangkit
listrik
yang
memanfaatkan energi alternatif non BBM, utamanya di kawasan timur Indonesia.
Sebelumnya, P LN berturut-turut baru saja mengoperasikan P LT S kapasitas 350 kWp di
pulau Sebatik, Kalimantan Timur yang merupakan daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia
serta P LTS kapasitas 100 kW p di pulau Miangas, Sulawesi Utara, yang merupakan pulau
terdepan di utara Indonesia dan berbatasan dengan Philipina.
13
3.7. Prinsip Kerja PLTS
3.7.1 Prinsip Kerj a P L T S
Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubahmenjadi listrik
melalui proses fotovoltaik. Listrik yang dihasilkan oleh modul dapatlangsung disalurkan ke
beban ataupun disimpan dalam baterai sebelum digunakan kebeban: lampu, radio, dll. Pada
malam hari, dimana modul surya tidak menghasilkan listrik,
beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula apabila hari mendung,dimana
modul
surya
menghasilkan
listrik
lebih
rendah
dibandingkan
pada
saat
mataharibenderang. Modul surya dengan kapasitas tertentu dapat menghasilkan jumlah listrik yang
berbeda-beda apabila ditempatkan pada daerah yang berlainan. Sumber : Informasi umum PLTS –
PT. Azet Surya Lestari.
3.7.2 Keunggul an d a n K el em ah an P L T S
Keunggulan-keunggulan PLTS :
•Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi matahari
yangdapat
diperoleh dimana saja secara cuma-cuma sepanjang tahun, sehingga
hampir tidak memerlukan biaya operasi.
•Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat dipasang
dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
•Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area dan listrik yang
dihasilkan
disalurkan
melalui
jaringan
distribusi
ke
tempat-tempat
membutuhkan) maupun desentralisasi (sistem PLTS dipasang pada setiap rumah,
dengan demikian tidak diperlukan jaringan distribusi).
•Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan mempengaruhi sistem
yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang pada jaringan distribusi.
14
yang
•Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dengan cara merangkai modul secara seri dan paralel.
•Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan operator
(attendable).
•Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi asap.
•Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul apabila kotor dan
menambah air accu (aquades).
•Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun
Kelemahan – kelemahan PLTS :
•Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenis
pembangkit
lainnya.
•Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan penyinaran
matahari (tergantung pada musim).
•Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk mendapatkan daya
keluaran yang tinggi.
•Harga m odul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan yang
dihasilkan juga mahal.
3.8. D a m p a k P L T S T e r h a d a p Li n gk u n g a n
3.8.1 G a s R u m a h K a c a
15
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada di kisaran 2532 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan datang. Sebagai perbandingan,
P LTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit listrik berbahan bakar minyak
menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara menghasilkan 915-994 g/kWh atau
dengan penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik panas
bumi temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh. Han ya pembangkit listrik tenaga angin dan
panas bumi temperatur rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi gas rumah kaca
yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang uranium dan energi
pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di
bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih
tinggi.
3.8.2 K a d m i u m
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium dalam sel surya
cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat beracun yang memiliki
kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan ekologi.
Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil,
yaitu 5-10 g/m². Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi modul dapat
ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium sebesar 0,3-0,9
mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut muncul melalui
penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara
dan lignit menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi.
Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan
gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan modul,
bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadm ium dari penggunaan batu
bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.
16
3.9. C A R A K E R J A P L T S d an K O N S E P K E R J A S I S T E M P L T S
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi
dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan
sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk
dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat
menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak
ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri
dari
panel
sel
surya,
rangkaian
kontroler
pengisian
(charge
controller),
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang
terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung
ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel
surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian
kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian elektronik
yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki
dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8
volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya.
Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya
17
matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan memutus
pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama beberapa jam,
tegangan aki itu akan naik.
Bila
tegangan
aki
itu
mencapai
13,2
volt,
maka
kontroler
akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah
untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi
di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli
sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk
paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan
dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis
menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh
bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang statis itu tidak
akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara maksimum, maka sinar
matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk
mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan
rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah permukaan panel surya agar selalu
menghadap matahari sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel
suryanya. Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler
8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan
bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk
kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak lurus.
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit
rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara
pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal
dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel
fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara
seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar
18
6 0 % dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri
berarti akan bisa menghemat biaya pembangunan P LTS. Untuk itulah, modul
pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame),
kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih diimpor. Jika permintaan pasar
banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri. Hal ini karena teknologi
pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah
dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, Indonesia ternyata telah
melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan
instalasi
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih, mudah
dipasang dan dioperasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang
besar dan harga per kW h listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan
subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya.
Gambar : Pengoperasian dari sebuah sel photovoltaic
Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang melindungi
bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak
cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi- konduktor P-type dan N-type
(terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir
(tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik. Cara kerja sel surya sendiri
sebenarnya identik dengan
piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap
19
oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh
perjalanan menuju bahan semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi
perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Ga ya tolakan antar bahan semi-konduktor,
menyebabkan aliran m edan listrik. Da n menyebabkan elektron dapat disalurkan k e saluran awal
dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik.
Gambar : Pabrikasi Photovoltaic
3.10. P em bagi an sistem P LT S
Secara garis besar sistim kelistrikan tenaga surya dapat dibagi menjadi :
3.10.1 Sistim Terintegrasi
Sistim ini dapat diterangkan secara visual pada Gb.3.5. Seperti terlihat pada gambar ini,
listrik yang dihasilkan oleh array dirubah menjadi listrik AC melalui power conditioner, lalu
dialirkan ke AC load. AC load disini dapat berupa listrik yang diperlukan di perumahan atau
kantor. Yang menjadi ciri utama dari sistim ini adalah dihubungkannya AC load ke jaringan
distribusi listrik yang dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi apabila listrik yang dihasilkan oleh solar
panel cukup banyak -melebihi yang dibutuhkan oleh A C load- maka listrik tersebut dapat dialirkan
ke jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang dihasilkan solar panel sedikit
kurang dari kebutuhan ac load- m aka kekurangan itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan
perusahaan listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara peraturan telah
memungkinkan.
20
Gb. 3.6 Contoh Sistim di Rumah (sumber : Sharp Co.Ltd)
Keterangan :
1. adalah solar panel; 2 adalah power conditioner ;3 adalah alat pendistribusi listrik ;4 adalah alat
pengukur banyaknya listrik yang dijual atau dibeli.
Keuntungan dari sistim ini adalah tidak diperlukan lagi battery. Biaya battery dapat dikurangi.
Selain dari itu bagi rumah atau kantor yang memasang solar panel, mereka akan mendapatkan
keuntungan dengan penjualan listrik. Persoalan yang dihadapi sekarang adalah soal teknis.
Karena terhubungi dengan sistim distribusi, maka masalah keselamatan menjadi perhatian yang
utama.Dan salah satu dari pemecahannya adalah membuat power conditioner yang mampu
mendeteksi apabila terjadi kecelakaan dan mampu mengkontrol tegangan apabila terjadi
perubahan tegangan di AC load dan beberapa soal teknis yang lain.
P em b a n gki t List rik T e n a ga S u r ya ( P LT S ) S kal a R u m a h T a n g g a
1. K o m p o n e n - K o m p o n e n
Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal,
komponen-komponen yang digunakan adalah :
21
Komponen-Komponen PLTS
- Solar Panel / Panel Surya : alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari menjadi
energi listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel
surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
- Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan m as uk k e
baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih
besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain akan
mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai penjaga agar da ya
keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking
(MPPT).
Charge controller secara um um melindungi dari gangguan-gangguan seperti
diterangkan berikut :
LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V,
maka
untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery
sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, m aka beban akan otomatis
dapat dinyalakan lagi (reconnect).
22
HV D, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika
battery/accu sudah penuh. Listrik dari modul sur ya akan dimasukkan kembali ke battery jika
voltage battery kembali turun.
Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak
memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi arus
hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short circuit
maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan otomatis
menyambung kembali.
Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke
modul surya pada malam hari.
PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak
disambungkan ke controller.
Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
- Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah ( D C –
direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating current).
- Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya.
Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar m atahari. Berikut adalah
diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga
Diagram Instalasi PLTS
23
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui bahwa
beberapa panel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner
digunakan untuk menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan yang lainnya.
Begitu pula untuk kaki negatifnya. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki
positif charge controller dan begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya
yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk
menghidupkan beban perangkat dengan arus AC, seperti : Televisi, Radio, komputer, dll, arus
baterai yang merupakan arus D C harus diubah terlebih dahulu menjadi A C dengan
menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah energi listrik yang telah dihasilkan oleh panel
surya dapat digunakan kWh meter. Untuk melindungi panel surya dan perangkat lainnya dari
gangguan, maka digunakanlah panel pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya
sering terjadi Islanding. Islanding adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada
jaringan distribusi yang dimiliki oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal
ini dapat terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan distribusi listrik. Agar tidak
merusak PLTS, digunakanlah power conditioner. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi
terjadinya Islanding dan dengan segera menghentikan kerja PLTS. Power conditioner
biasanya menjadi satu dengan inverter.
2. P erhi t ungan P e m b a n g kit Listrik T e n aga S u r ya ( P LT S ) S k al a R u m a h T a n g g a
Sebelum menentukan kapasitas sel surya yang sesuai dengan kebutuhan suatu rumah,
alangkah baiknya sebelumnya untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu. Langkah-langkah
sebelum menentukan sel surya yang tepat untuk dibeli adalah
Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt).
Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam ampere hour), dalam
hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (ampere hour).
Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan jumlah panel sel surya yang
sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
2
Perhitungan Keperluan Daya
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 watt x 4 jam sehari = 600 watt hour.
Televisi 21″: @ 100 watt x 5 jam sehari = 500 watt hour
Kulkas 360 liter : @ 135 watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak
selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering
dibuka pintu) = 1080 watt hour
Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 watt hour
Perangkat lainnya = 400 watt hour
Total kebutuhan daya = 3480 watt hour
Perhitungan Jumlah Panel Surya
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 watt
(perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):
Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5) = 7 panel surya.
Perhitungan Jumlah Baterai
Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan untuk 50% pemenuhan
kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480
x 2 = 6960 watt hour = 6960 / 12 volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa
sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 watt hour = 20880 / 12 volt / 100 Amp =
17 batere 100 Ah.
3.10.2 Sistim Independensi
Selain sistim terintegrasi yang diterangkan diatas terdapat pula sistim independensi yang
merupakan sistim yang selama ini banyak dipakai. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini
sistim independensi dapat dibagi lagi yaitu yang dihubungkan dengan DC load dan yang
dihubungkan dengan AC load.
25
Contoh dari sistim yang dihubungkan dengan dc load adalah pembangkit listrik untuk
peralatan komunikasi. Misalnya peralatan komunikasi yang dipasang di pegunungan.
Sedangkan yang dihubungakan dengan AC load adalah sistim pembangkit listrik untuk
pulau-pulau yang terpencil.Dalam sistim ini, battery memainkan peranan yang sangat
vital. Bila ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini disimpan di
battery. Dan pada malam hari listri k yang disimpan ini dialirkan ke load.
Sistim seperti ini banyak dipakai di negara-negara berkembang seperti contoh pada Gb.
3.8., Gb. 3.8 adalah sebuah contoh proyek di Mongol. Yaitu proyek pemasangan
pembangkit listrik untuk keperluan rumah sakit dan lampu penerangan. Dalam gambar
ini terlihat PLTS dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga angin. Kapasitas terpasang
PLTS adalah 3.4 kW sedangkan dari tenaga angin 1.8 kW
Gambar: 3.8
3.11. P L T S dilihat dari Perspektif
Gender
get Konsumen PLTS: Masyarakat didaerah yang belum Dilayani Listrik PLN. Umumnya
rumah terpencil, pendapatan rendah, kondisi infrastruktur minim, penerangan dengan
Lampu minyak tanah.Target dari PLTS :
Meningkatkan Kualitas hidup masyarakat:
Memberikan penerangan (lampu), dg kualitas lebih baik, sehingga jam belajar
dan beraktifitas lebih panjang;
Membukakan akses pada informasi (radio, TV, internet);
26
Memberikan akses pada sumber air minum dan pertanian (surya untuk pompa
air);
Menciptakan bisnis baru didesa (jadi distributor/service center yang mampu
dilakukan oleh Koperasi Wanita/Nelayan/Tani/Desa), LSM;
Menciptakan Lapangan Kerja di desa (penjualan dan service center memerlukan
banyak tenaga lokal);
Menciptakan Tenaga Teknisi di desa.
3.12. P L T S u n t u k P e r kot a a n di b e b e r a p a N e g a r a
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan energi yang terbarukan dan tidak pernah habis
selama matahari bersinar. Di masa mendatang dengan ditemukannya teknologi dan bahan yang
semakin murah, diharapkan kota kota di dunia dapat memanfaatkan energi listrik bersih ini
secara optimal. Dimulai adanya aturan keharusan setiap
Mal,Industri
dan
bangunan
pemerintah
menggunakan
PLTS
mandiri.
1. PLTS di Spanyol
Spanyol salah satu negara di eropa ini ternyata memiliki sebuah pusat pembangkit
listrik dengan tenaga surya terbesar di dunia saat ini. Dengan menggunakan
120.000 solar cell di lahan seluas 100 hektar dapat menghasilkan kapasitas sebesar 20 megawatts
atau setara dengan pembangkit listrik rumahan yang dapat "menghidupi"
20.000 rumah.
Total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 28 miliar dollar dan diharapkan dapat
Mengurangi emisi gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun.
Satu lagi tindakan untuk peduli terhadap lingkungan walaupun ada saja yang komplain bahwa
pembukaan lahan ini telah "menghabisi" sebagian hutan.
2.PLTS di Kota Sakai-Jepang
Pemerintah Jepang melakukan kerjasama dengan perusahaan elektronik Jepang,
SHARP, pemerintah kota Sakai dan Kansai Electric Power akan membuat pembangkit listrik
tenaga surya (solar powered generation plan) di kota Sakai di bagian pinggir
pantai/ laut. Proyek telah selesai sekitar tahun 2010 yang dilakukan dengan 2 tahap
yaitu tahap pertama dibangun pembangkit listrik dengan kapasitas 10 Megawatts dan tahap kedua
dengan kapasitas 28 Megawatts. Manfaatnya?? rencananya semua pabrik yang ada di daerah
tersebut (termasuk SHARP) akan menggunakan pembangkit listrik ini dan sudah pasti akan
mengurangi pencemaran lingkungan serta hemat BBM (bahan bakar minyak).sumber
:http://www.metrogaya.com
3. PLTS di Australia
solar cell di Auastralia
Di tahun 2008, Pemerintah Federal Australia meluncurkan Program „Australia‟s Solar City‟.
Program ini merupakan program terbaru yang melibatkan secara aktif masyarakat dan pemerintah
lokal di tujuh kota. Pemerintah Federal Australia mengucurkan dana
AUSD 94 juta. Kota-kota yang terpilih untuk mengikuti program tersebut yaitu 7
kota: Alice Spring, Townsville, Perth, Blacktown, Coburg, Adelaide and Central
Victoria. Dari ketujuh kota tersebut, diharapkan sebanyak 76.000 ton CO2 per tahun dapat
diturunkan melalui pemasangan 3.200 panel fotovoltaik.
Pendekatan Pemerintah Federal Australia di dalam mengembangkan energi surya patut ditiru.
Pemerintah Federal tidak segan untuk mengucurkan dana subsidi kepada kota- kota tersebut,
asalkan masyarakat dan pemerintah setempat mampu menyediakan dana
tambahan. Seperti Kota Townsville yang menerima kucuran dana sebesar AUSD 15 juta
dari Pemerintah Federal. Konsorsium Townsville yang terdiri dari Pemerintah Queensland,
Perusahaan Energi Ergon,
Dewan Kota Townsville, Perusahaan Delfin Lend Lease, Honeysombes Property Group serta Cafalo
Pty Ltd, telah menyediakan dana tambahan sebesar AUSD 32 juta. Dengan label „Smart Living
Style‟ atau „Green Living Style‟, pemerintah dan sektor industri mengajak masyarakat untuk
ikut serta berpartisipasi di dalam kegiatan audit energi secara gratis.
Masyarakat yang rumahnya telah diaudit dapat menerima peralatan hemat energi secara gratis pula.
Bukan hanya itu, masyarakat juga mempunyai kesempatan untuk mendapatkan peralatan
energi surya dengan harga yang telah disubsidi.
Selanjutnya setiap kota yang termasuk ke dalam Program „Solar City‟ tersebut dilengkapi
dengan Smart Living Centre. Smart Living Centre merupakan one stop shop yang menyediakan
berbagai peralatan dan suku cadang dari teknologi energi surya, seperti teknologi pemanas air,
teknologi fotovoltaik, lampu hemat energi dan teknologi alat ukur yang canggih.Ditambah pula,
masyarakat diharuskan menggunakan lampu hemat energi. Nah, jika masyarakat berhasil
menurunkan pemakaian listriknya sebesar 10%-20%, maka Pemerintah akan memberikan diskon
untuk tagihan listriknya sebesar 10%.
29
Jika pemakaian listrik dapat dirurunkan lebih dari 20%, maka Pemerintah akan
memberikan diskon sebesar 20%. Program „Solar City‟ ini juga merupakan sarana untuk
mengumpulkan data carbon footprint. Data tersebut akan dikelola dan dikaji oleh
perguruan tinggi yang telah ditunjuk. Data yang dikumpulkan akan digunakan sebagai
dasar kebijakan di bidang perencanaan pembangunan, energi dan air.
sumber :http://www.alpensteel.com
4. PLTS di Amerika
Siapakah pemilik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di Amerika? Jawabannya
adalah Angkatan Udara (AU). Cukup mengherankan, karena institusi ini sebelumnya tidak
dikenal sebagai penyokong pengembangan energi terbatukan (ET) yang aktif.
Angkatan Udara Amerika (the US Air Force) adalah lembaga milik pemerintah yang
paling besar kebutuhan energinya. Baru-baru ini mereka membuka PLTSdengan
kapasitas 14 MW, sekaligus menjadi system terbesar di Amerika. Sistem ini akan
menyediakan seperempat suplai energi bagi fasilitas militer di markas A U Nellis di gurun
Nevada. Markas tersebut memiliki populasi 12 ribu orang tentara dan keluarga.
30
PLTS Nellis milik Angkatan Udara Amerika di Nvada (Sumber: Departemen Energi
Amerika)
Gurun Nevada mendapatkan cahaya matahari kontinyu sepanjang tahun. Keuntungan alamiah ini
menjadi alasan pemilihan system energi surya untuk penyediaan energi di kawasan tersebut.
Sebelum ini, Amerika telah memiliki Sistem energi surya termal raksasa. Di Nevada terdapat
system energi surya termal berkapasitas 64 M W dan 553 M W di gurun Mojave.
Tapi yang satu ini adalah system photovoltaic (PV) untuk pembangkitan listrik. Untuk mengerjakan
proyek ini, AU Amerika mempercayakan kepada perusahaan SunPower. Salah satu kelebihan
system ini adalah karena dilengkapi dengan SunPower T20 Solar Tracking System yang dapat
mengikuti arah gerakan matahari sepanjang hari. Sistem ini diperkirakan mengurangi emisi karbon
hingga 24 ribu ton setiap tahun.
sumber dari worldofrenewables
5. PLTS di Jerman
Jerman adalah salah satu negara yang sudah berhasil melewati hambatan politis dan
birokrasi, khususnya di bidang energi surya (solar energy). Negeri itu kini menjadi
pasar photovoltaic (PV)
terbesar
dunia.
Berita
teranyar
dari
Jerman
adalah
pembangunan 1,15 GWp PV system. Tidak tanggung-tanggung, sekitar 55% kapasitas
P V seluruh dunia dipasang di Jerman. Luar biasa. Tahun lalu, penjualan industri P V Jerman
mencapai 3,8 Milyar Euro.
Mengapa Jerman bisa mencapai prestasi seunggul itu? Jawabannya tidak hanya karena Jerman
percaya bahwa PV bisa menjadi jawaban atas masalah energi dan lingkungan saat ini, tapi karena
kepercayaan itu didorong oleh adanyapolitical will.
Trend pengembangan PV system di Jerman 1990-2002 (Sumber: International Energy
Agency)
Karena sudah ada niat, lalu dibuatlah instrumen kebijakannya bernamaRenewable Energies
Act. Peraturan ini mewajibkan perusahaan listrik Jerman membeli listrik dari
pemilik P V system selama 20 tahun. Harganye berkisar 37,96 hingga 54,21 Euro per
kWh. Bahkan, di Jerman bagian Timur ada insentif hingga 50% dari initial cost bagi
sesiapa yang memasang P V system. Mekanisme yang dikenal dengan istilah “feed in
tariff” ini telah menyokong produksi P V system. Sebagai hasilnya, investor P V pun
berebut
masuk
Jerman.
Yang
terbaru
adalah
ARISE
Technologies
Corporation dari Canada. Sebelum itu, beberapa perusahaan besar seperti Nanosolar, Signet Solar
dan First Solar telah lebih dahulu menuai keuntungan di sana. Trend ini diyakini akan bertahan.
Perhitungan
1. Lampu
A. Garasi
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 4,5 x 2,5 = 11,25 m2
Lampu LED 7 Watt
Jumlah Titik Lampu ( N )
= 600 lumen
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 11,25 / 600
= 1,125 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 7 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
B. Teras Depan
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 1,5 x 3= 4,5 m2
Lampu LED 5 Watt
= 470 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 4,5 / 470
= 0,57 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 5 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
C. Ruang Tamu
E
= 150 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 3,5 = 8,75 m2
Lampu LED 7 Watt
= 600 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 150 x 8,75 / 600
= 2,18 ~ 2
Menggunakan 2 lampu LED dengan daya 7 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
D. Kamar Tidur 1
E
= 120 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 2,5 = 6,25 m2
Lampu LED 10 Watt
= 1055 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 120 x 6,25 / 1055
= 0,7 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 10 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
E. Kamar Mandi
E
= 250 Lux
Luas ( L )
= 1,9 x 1,6 = 3,04 m2
Lampu LED 9 Watt
= 806 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 250 x 3,04 / 806
= 0,94 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 9 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
F. Kamar Tidur 2
E
= 120 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 3 = 7,5 m2
Lampu LED 10 Watt
= 1055 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 120 x 7,5 / 1055
= 0,85 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 10 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
G. Dapur
E
= 250 Lux
Luas ( L )
= 3,5 x 2 = 7 m2
Lampu LED 11 Watt
= 1230 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 250 x 7 / 1230
= 1,4 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 11 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
H. Teras Belakang
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 1,5 x 3,5 = 5,25
Lampu LED 5 Watt
= 470 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 5,25 / 470
= 0,67 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 5 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
2. Daya 1 Phase
A. Beban 1
1. 2 Lampu LED 5 Watt x 12 Jam
= 120 Wh
2. 3 Lampu LED 7 Watt x 12 Jam
= 252 Wh
3. 1 Lampu LED 9 Watt x 12 Jam
= 108 Wh
4. 2 Lampu LED 10 Watt x 12 Jam
= 240 Wh
5. 1 Lampu LED 11 Watt x 12 Jam
= 132 Wh
Total 71 Watt ,dengan pemakaian listrik per hari ialah 852 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan
I
=
= 71 / 220 x 1
= 0,32 x 1,2 ( power factor)
= 0,38 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 2 A
B. Beban 2
1. 3 buah Kipas Angin 100 Watt x 12 Jam
= 3600 Wh
2. TV 100 Watt x 3 Jam
= 300 Wh
3. Kulkas 300 Watt x 24 Jam
= 7200 Wh
4. Setrika 250 Watt x 3 Jam
= 750 Wh
5. Dispenser 100 Watt x 24 Jam
= 2400 Wh
6. Rice Cooker 80 Watt x 12 Jam
= 960 Wh
7. Mesin Cuci 300 Watt x 1,5 Jam
= 450 Wh
Total 1430 Watt , dengan pemakaian listrik per hari ialah 15660 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan
I
=
= 1430 / 220 x 1
= 6,5 x 1,2 ( power factor)
= 7,8 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 10 A
C. Beban 3
1. AC 600 Watt x 12 Jam
= 7200 Wh
Total 600 Watt , dengan pemakaian listrik per hari 7200 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan =
I
= 600 / 220 x 1
= 2,7 x 1,2 ( power factor)
= 3 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 4 A
 Sehingga :
Beban 1 + Beban 2 + Beban 3 = 2 + 10 + 4 = 16 A dengan daya 1300 VA
3. Pemakaian Solar Cell
Pada Instalasi Rumah Tinggal Type 36 , menggunakan Solar Cell hanya pada beban 1 :
A. Perhitungan Beban
Total beban 1
= 852 Watt Hour
Tipe Panel Surya
= 100 Wp
852 Watt Hour : 100 Wp = 8,52 unit : 5 Jam
( lama pemanasan )
= 1,704 x 1,5
( minimal daya otonomi )
= 2,556 unit ~ 3
( angka pembulatan )
3 x 100 Wp
= 300 Watt Hour
300 Watt Hour pemanasan puncak pada pemanasan peak . Per hari dapat menghasilkan listrik sebesar 300 Wp x 5 jam pemanasan =
1500 Wh
Jadi untuk beban listrik terpasang, setara dengan kapasitas 300 Wp atau 1500 Wh menggunakan 3 unit panel tipe 100 Wp .
B. Pemasangan Baterai
Baterai
= 12 Volt 100 Ah
Total Beban
= 852 Watt/Hour
Kebutuhan baterai minimum ( Baterai hanya digunakan 50 % untuk pemenuhan kebutuhan listrik, dengan demikian kebutuhan daya
kita dikalikan 2 x lipat :
852 x 2
= 1704 Watt hour
= 1704 / 12 Volt / 100 Ah
= 1,42 ~ 2 Baterai 100 Ah
Lama waktu back up penggunaan :
12 V x 100 Ah
= 1200 / 852 Wh
= 1,4 ~ 2 Jam
Unit penyimpan daya (baterai) berkapasitas 12V 100 Ah sebanyak 2 unit, 1 unit Battery Charge Control, 1 unit inverter, bracket, panel
box, box battery, dan peralatan pendukung lainya.
C. Penggunaan Inverter
Beban listrik yang ingin di back up sejumlah 71 Watt maka menggunakan inverter 100 Watt boleh lebih tetapi tidak boleh kurang .
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan
cikal bakal teknologi solar cell.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi,
khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar
dari banyak negara di dunia. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan
menggunakan teknologi sel surya atau photovoltaic.
C ara kerja dari P LT S yaitu : Energi matahari akan ditangkap oleh m od ul sur ya dimana
modul surya tersebut terdiri dari photovoltaic berupa sel surya yang tersusun secara seri-paralel
yang berfungsi sebagai penghasil energi listrik, energi listrik akan mengalir melalui charge
controller yang berfungsi sebagai pengisi ke baterai, baterai akan menghasilkan tegangan D C
untuk itu diperlukanlah sebuah inverter untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah
komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu
penting dalam perkembangan industri sel surya.
4.2 SARAN
Setelah kami menyusun makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya, berikut adalah
saran yang dapat kami kemukakan :
33
a. Setiap rumah maupun industri diharapkan untuk memanfaatan sumber energi terbarukan
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dalam menggantikan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel karena hal ini dapat mengurangi emisi gas karbon.
b. Sebaiknya pembuatan bahan-bahan PLTS dibuat didalam negeri tanpa harus
mengimport dari negara lain
c. Sebisa mungkin pembuatan modul surya dilakukan didalam negeri sebab jika modul
sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya
pembangunan PLTS.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://ebtke.esdm.go.id/energi/energi-terbarukan/sinar-matahari/234-plts-untukindonesia-timur.html 10:35
Tribunnews.com - Minggu, 15 April 2012 14:48 WIB
http://metrogaya.com, http://alpensteel.com, http://www.worldofrenewables.com
Departemen Energi Amerika dan International Energy Agency
National Geographic Indonesia
Makalah UI
Sumber : Informasi umum PLTS – PT. Azet Surya Lestari
http://forum.isi-dps.ac.id
Anonimous, Photovoltaic (PV) Tutorial.pdf
Image Courtesy of
1. http://www.clean-energy-ideas.com
2. http://www.reihk.com
3. http://www.solarnavigator.net
apa-itu-listrik-tenaga-surya-3 (pdf) dan Study Kelayakan (pdf)
http://mokoraden.blogdetik.com/2011/09/12/98/
http://jendeladenngabei.blogspot.com/
http://walhijabar.wordpress.com/
http://anekasolusidaya.com/index.php/keuntungan-dan-keunggulan-sertadampak-positif-menggunakan-dan-memakai-pembangkit-listrik-tenagamatahari-solar-cell/
35
Perhitungan
4.
Lampu
I.
Garasi
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 4,5 x 2,5 = 11,25 m2
Lampu LED 7 Watt
= 600 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 11,25 / 600
= 1,125 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 7 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
J.
Teras Depan
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 1,5 x 3= 4,5 m2
Lampu LED 5 Watt
Jumlah Titik Lampu ( N )
= 470 lumen
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 4,5 / 470
= 0,57 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 5 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
K.
Ruang Tamu
E
= 150 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 3,5 = 8,75 m2
Lampu LED 7 Watt
Jumlah Titik Lampu ( N )
= 600 lumen
= Lux x Luas / Lumen
= 150 x 8,75 / 600
= 2,18 ~ 2
Menggunakan 2 lampu LED dengan daya 7 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
L.
Kamar Tidur 1
E
= 120 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 2,5 = 6,25 m2
Lampu LED 10 Watt
= 1055 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 120 x 6,25 / 1055
= 0,7 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 10 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
M.
Kamar Mandi
E
= 250 Lux
Luas ( L )
= 1,9 x 1,6 = 3,04 m2
Lampu LED 9 Watt
Jumlah Titik Lampu ( N )
= 806 lumen
= Lux x Luas / Lumen
= 250 x 3,04 / 806
= 0,94 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 9 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
N.
Kamar Tidur 2
E
= 120 Lux
Luas ( L )
= 2,5 x 3 = 7,5 m2
Lampu LED 10 Watt
= 1055 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 120 x 7,5 / 1055
= 0,85 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 10 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
O.
Dapur
E
= 250 Lux
Luas ( L )
= 3,5 x 2 = 7 m2
Lampu LED 11 Watt
= 1230 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 250 x 7 / 1230
= 1,4 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 11 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
P.
Teras Belakang
E
= 60 Lux
Luas ( L )
= 1,5 x 3,5 = 5,25
Lampu LED 5 Watt
= 470 lumen
Jumlah Titik Lampu ( N )
= Lux x Luas / Lumen
= 60 x 5,25 / 470
= 0,67 ~ 1
Menggunakan 1 lampu LED dengan daya 5 watt agar terang dan nyaman pada saat malam hari
5.
Daya 1 Phase
D.
Beban 1
6.
2 Lampu LED 5 Watt x 12 Jam
= 120 Wh
7.
3 Lampu LED 7 Watt x 12 Jam
= 252 Wh
8.
1 Lampu LED 9 Watt x 12 Jam
= 108 Wh
9.
2 Lampu LED 10 Watt x 12 Jam
= 240 Wh
10.
1 Lampu LED 11 Watt x 12 Jam
= 132 Wh
Total 71 Watt ,dengan pemakaian listrik per hari ialah 852 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan
I
=
= 71 / 220 x 1
= 0,32 x 1,2 ( power factor)
= 0,38 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 2 A
E.
Beban 2
8.
3 buah Kipas Angin 100 Watt x 12 Jam
= 3600 Wh
9.
TV 100 Watt x 3 Jam
= 300 Wh
10.
Kulkas 300 Watt x 24 Jam
= 7200 Wh
11.
Setrika 250 Watt x 3 Jam
= 750 Wh
12.
Dispenser 100 Watt x 24 Jam
= 2400 Wh
13.
Rice Cooker 80 Watt x 12 Jam
= 960 Wh
14.
Mesin Cuci 300 Watt x 1,5 Jam
= 450 Wh
Total 1430 Watt , dengan pemakaian listrik per hari ialah 15660 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan
I
=
= 1430 / 220 x 1
= 6,5 x 1,2 ( power factor)
= 7,8 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 10 A
F.
Beban 3
2.
AC 600 Watt x 12 Jam
= 7200 Wh
Total 600 Watt , dengan pemakaian listrik per hari 7200 Watt Hour
Besar MCB yang digunakan =
I
= 600 / 220 x 1
= 2,7 x 1,2 ( power factor)
= 3 Ampere
Besar MCB yang digunakan adalah MCB 1P 4 A

Sehingga :
Beban 1 + Beban 2 + Beban 3 = 2 + 10 + 4 = 16 A dengan daya 1300 VA
6.
Pemakaian Solar Cell
Pada Instalasi Rumah Tinggal Type 36 , menggunakan Solar Cell hanya pada beban 1 :
D.
Perhitungan Beban
Total beban 1
= 852 Watt Hour
Tipe Panel Surya
= 100 Wp
852 Watt Hour : 100 Wp
= 8,52 unit : 5 Jam
( lama pemanasan )
= 1,704 x 1,5
( minimal daya otonomi )
= 2,556 unit ~ 3
( angka pembulatan )
3 x 100 Wp
= 300 Watt Hour
300 Watt Hour pemanasan puncak pada pemanasan peak . Per hari dapat menghasilkan listrik sebesar 300 Wp x 5 jam pemanasan
= 1500 Wh
Jadi untuk beban listrik terpasang, setara dengan kapasitas 300 Wp atau 1500 Wh menggunakan 3 unit panel tipe 100 Wp .
E.
Pemasangan Baterai
Baterai
= 12 Volt 100 Ah
Total Beban
= 852 Watt/Hour
Kebutuhan baterai minimum ( Baterai hanya digunakan 50 % untuk pemenuhan kebutuhan listrik, dengan demikian kebutuhan
daya kita dikalikan 2 x lipat :
852 x 2
= 1704 Watt hour
= 1704 / 12 Volt / 100 Ah
= 1,42 ~ 2 Baterai 100 Ah
Lama waktu back up penggunaan :
12 V x 100 Ah
= 1200 / 852 Wh
= 1,4 ~ 2 Jam
Unit penyimpan daya (baterai) berkapasitas 12V 100 Ah sebanyak 2 unit, 1 unit Battery Charge Control, 1 unit inverter, bracket,
panel box, box battery, dan peralatan pendukung lainya.
F.
Penggunaan Inverter
Beban listrik yang ingin di back up sejumlah 71 Watt maka menggunakan inverter 100 Watt boleh lebih tetapi tidak boleh
kurang .
Download