Alotnya Negosiasi COP 21: Butuhnya Sikap Tegas

advertisement
Delegasi Republik Indonesia
Alotnya Negosiasi COP 21: Butuhnya Sikap Tegas
Paris, 4 Desember 2015, Pada kesempatan media briefing tanggal 4 Desember 2015 di
Sekretariat Delegasi Republik Indonesia, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim,
Nur Masripatin dan para pimpinan (lead) negosiator Indonesia (Laksmi Dhewanthi, Staf Ahli
Menteri LHK bidang industri dan perdagangan internasional, KLHK ; Toferry Primanda
Soetikno, Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar
Negeri; Kirsfianty Ginega, Direktur Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan MRV KLHK)
menyampaikan progres negosiasi hingga tanggal 3 Desember 2015 malam. Dalam hal
pendanaan, negosiasi masih berjalan alot yang meliputi masalah penyediaan (provision),
mobilisasi pendanaannya dan posisi baik pihak pemberi maupun penerima. Sebagaimana
negara berkembang lainnya, Indonesia memperjuangkan bahwa pendanaan untuk
perubahan iklim berada diluar (on-top) ODA (Official development assistance). Berkembang
wacana selain dana publik, akan dibangun juga mekanisme dana yang berasal dari swasta,
Selain itu masalah isu transparansi sangat penting, terutama dalam kaitannya dengan
pemenuhan komitmen masing-masing negara dalam menerapkan INDC (Intended Nationally
Determined Contributions). Dalam konteks ini negara-negara berkembang memerlukan
peningkatan kapasitas untuk menuju robust (tegas) dan unified transparency framework
(persamaan kerangka tranparansi). Indonesia yang sudah membangun mekanisme MRV
(measuring, reporting and verification) sudah relatif maju dibandingkan negara-negara
berkembang lainnya. Sedangkan negara-negara Afrika, meminta hal tersebut diserahkan
pada negara masing-masing.
Dari sisi kerangka legal, banyak negara berkembang menginginkan bahwa negara maju
memegang prinsip punitive atau adanya sanksi apabila tidak memenuhi target. Namun
mayoritas negara maju menginginkan sifatnya fasilitatif.
Pada kesempatan ini, Utusan Khusus Presiden bidang Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar
menyayangkan bahwa terjadi kesenjangan antara pernyataan kepala negara pada hari
pertama Leaders Event dengan perkembangan negosiasinya. Proses negosiasi masih bersifat
konvensional mempertahankan posisi negara masing-masing. Salah satunya dalah isu
adaptasi yang menurut sebagian negara maju adalah merupakan isu domestik/local,
sedangkan menurut negara berkembang pada umumnya, isu ini sudah menjadi lingkup
global. Pada High Level Segment yang dimulai minggu depan, Indonesia akan mengambil
sikap tegas untuk mendorong tercapainya kesepakatan.
Penanggungjawab berita dan kontak:
1. Menteri LHK, Siti Nurbaya, Hp. +628121116061
2. Utusan Khusus Presiden Untuk Perubahan Iklim, +6281282845494
3. Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Nur Masripatin, Telp. +628121970235
4. Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Agus Justianto, +628129199192
Download