Uploaded by fuadfawwazi123

TUGAS PAPER ETIKA BISNIS

advertisement
TUGAS ETIKA BISNIS
EGOISME ETIS
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 :
Harry S.P.
( 0118071051)
Muhammad Baqo
( 0118070661)
Ari Firgiawan
( 0118071121)
Fuad F
( 0118071271)
Bayu R.N
( 0118071571)
Arjane Irmayani N
( 0118071241)
Laelatul Masruroh
( 0118070681)
Printia Budiarti
( 0118071001)
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh
darii beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang
membaca dapat memahami tentang pengertian tata surya, susunan tata
surya dan benda – benda yang termasuk dalam tata surya.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan paper ini di masa mendatang.
Pekalongan,16 Maret 2019
Penyusun
ABSTRAK
Egoisme
merupakan
motivasi
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme
berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan
penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap
sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”. Egoisme adalah cara
untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan
bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan
citra pribadi seseorang dan pentingnya intelektual, fisik, sosial dan lainnya.
Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain
maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri.
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari “Aku adalah‟
Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia
seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau
dianggap sebagai “dekat,” dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois
itu.
PENDAHULUAN
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis
tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang
dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang
mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang
sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan salah satunya yaitu
egoism etis.
Egoisme merupakan
motivasi
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme
berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan
penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap
sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah "egois". Lawan dari egoisme
adalah altruisme.
Hal ini berkaitan erat dengan narsisme, atau "mencintai diri sendiri,"
dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis tentang diri
sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup
berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan
orang lain. Sombong adalah sifat yang menggambarkan karakter seseorang
yang bertindak untuk memperoleh nilai dalam jumlah yang lebih banyak
daripada yang ia memberikan kepada orang lain. Egoisme sering dilakukan
dengan memanfaatkan altruisme, irasionalitas dan kebodohan orang lain,
serta memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan / atau kecerdikan untuk
menipu.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya
memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang. Egoisme ini
tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak
pada umumnya dan hanya memikirkan diri sendiri. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa egoisme merupakan suatu perasaan yang lebih
mementingkan
kepentingan
dan
urusan
pribadinya
serta
lebih
mengutamakan kebahagian dan keuntungan yang harusnya ia dapatkan bagi
dirinya sendiri, tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya.
Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan
nilai kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai
lebih didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk "egoisme
empiris" bisa sama dengan egoisme, selama nilai manfaat individu diri
sendirinya masih dianggap sempurna.
PEMBAHASAN
Pernahkah mengenal seseorang yang selalu mengutamakan dirinya
sendiri? Selalu mendahulukan dirinya sekaligus mengabaikan orang lain?
Atau tidak mau mengalah kalau kenyamanan dirinya merasa terganggu?
Pernahkah menegur seseorang yang merokok di ruang ber-AC, tetapi malah
ia lebih galak? "Rokok ini rokok gua, yang beli gua, urusan penyakit risiko
gua, kenapa lu jadi repot?" Rasa-rasanya berhadapan dengan orang semacam
ini, ujungnya pasti menyebalkan. Susah dikasih tahu. Susah diberi pengertian.
Tidak mau tahu kondisi orang lain, yang diketahui hanya dirinya
sendiri. Lama-lama orang malas bergaul dengan orang seperti ini. Lebih
banyak mudarat ketimbang manfaat. Bahkan, bukan tidak mungkin, bisa
timbul prasangka (prejudice) orang lain pada orang semacam ini. Alex Sobur,
dalam buku Psikologi Umum (2016), menulis bahwa prasangka selalu
mengandung semacam kecenderungan dasar yang kurang menguntungkan
orang atau kelompok tertentu. Dengan demikian, prasangka yang buruk akan
mengacaukan pola komunikasi yang baik, yang semula biasa-biasa saja
akhirnya timbul perasaan tidak senang dan malas berkomunikasi dengan
orang macam itu.
Dalam ilmu komunikasi, hal ini disebut gagal komunikasi atau
komunikasi tidak efektif. Egois Cerita tersebut di atas disebut egoisme.
Egoisme artinya sikap seseorang yang mementingkan dirinya sendiri dan
mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme berasal dari kata ego, yang
artinya persepsi individu tentang dirinya sendiri yang berpengaruh pada
tindakannya. Jadi, ego merupakan pusat kesadaran, proses alami individu,
yang merupakan gabungan antara pemikiran, gagasan, perasaan, memori,
dan persepsi sensoris (Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, 2003).
Jadi, kalau seseorang selalu mengutamakan kepentingan dirinya
sendiri disebut orang egois. Ciri-ciri orang egois yang paling kentara, yaitu
mengutamakan kepentingan sendiri ketimbang kepentingan orang lain, sulit
menerima saran sepanjang tidak menguntungkan dirinya, tidak kooperatif,
mau menang sendiri, rasa toleransi kecil, kurang memiliki empati,
perhitungan,
kurang
pengertian,
keras
kepala.
Dalam
psikologi
perkembangan, terbentuknya kepribadian seseorang pada umur 0-5 tahun.
Pada usia ini anak memiliki karakter egosentris. Menurut psikolog Michele
Borba (penulis buku-buku parenting) asal Amerika, orang yang egois
biasanya tidak mau menjadi bagian dari sekitarnya. Ia selalu berusaha agar
segala sesuatu sesuai keinginannya tanpa memedulikan perasaan orang lain.
Jadi, penyebab egoisme pada awalnya bisa jadi terlalu dimanja, perhatian
yang diberikan sangat berlebihan.
Struktur kejiwaan Menurut pendiri aliran psikoanalisis, Sigmund
Freud (1856-1939), manusia memiliki tiga struktur kepribadian, yaitu id
(es), ego (ich), dan superego (uber ich). Id adalah keinginan manusia seperti
makan minum dan seks. Sebuah keinginan yang mengarah pada pemenuhan
keinginan daging. Keinginan ini memang selalu ada selama manusia hidup
dalam tubuh yang fana ini. Id menuntut kepuasan. Ego adalah diri kita sendiri
ini yang lebih mengarah kepada pikiran, perasaan, kemauan, yang
seluruhnya berputar pada diri sendiri setiap saat. Faktor ego yang
memutuskan apakah mau mengikuti keinginan id atau menolaknya.
Lain halnya dengan superego, yang sifatnya sebagai penjaga moral.
Selalu mengingatkan ego apabila akan memenuhi keinginan id. Jadi, superego
bertentangan dengan id. Id selalu ingin dipuaskan, sedangkan superego
selalu memberi warning. Jadi, seseorang yang lebih mementingkan id dalam
hidupnya, maka orang ini dinilai egois. Raymond Corsini dalam buku
Psikologi Dewasa Ini (2003) mengatakan bahwa ego itu terlalu lemah
terhadap id. Id menggebu, sedangkan ego mudah tergiring, menggiring pada
gairah buta (blind passion) dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan
rasional dengan konsekuensi yang begitu besar. Sebagai penutup, perlu
diketahui tentang Anna Freud (1895-1982), putri Sigmund Freud. Anna
sangat tertarik pada teori psikoanalisis Sigmund Freud, tetapi dari segi
dinamika kejiwaan manusia, bukan pada struktur kejiwaan manusia. Oleh
karena itu, Anna sangat fokus pada masalah ego, maka lahirlah mazhab
psikoanalisis yang disebut psikologis ego. Menurut Anna, ego adalah dasar
pengamatan psikolog. Dengan demikian, psikolog dapat mengamati id dan
superego dan alam bawah sadar secara mendalam.
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan
dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme
psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan
tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk
kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain.
Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan
kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.
Egoisme dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu :
1. Egoisme Etis
2. Egoisme Psikologis
Pengertian Egoisme Etis
Egoisme etis adalah pandangan bahwa tindakan setiap orang
bertujuan untuk mengejar sesuatu yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri. Egoisme ini dapat menjadi persoalan serius ketika secara signifikan
berhubungan dengan hedonisme, yaitu ketika kebahagian dan kepentingan
pribadi semata-mata hanya kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Artinya,
yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan dan
kenikmatan. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
Pengertian Egosime Psikologis
Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan ahwa semua
tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme
psikologis dapat didefinisikan juga sebagai pandangan yang menyatakan
bahwa semua orang selalu dimotivasi oleh sebuah perbuatan atau perilaku
demi kepentingan dirinya belaka. Egoisme ini disebut psikologis karena
terutama mau mengungkapkan, bahwa motivasi satu-satunya dari manusia
dalam melakukan perilaku apa saja adalah untuk mengejar kepentingannya
sendiri.
Kelemahan Teori Egoisme
1. Egoisme tidak mengutamakan kemurahan hati karena mengejar
kepentingan diri sendiri
2. Merusak hubungan dan nilai murni yang tidak dapat diterapkan
3. Nilai sosial dalam bermasyarakat tidak dapat ditanamkan
4. Melahirkan individu yang pentingkan diri
Kekuatan Teori Egoisme
1. Kepuasan sendiri dapat dicapai
2. Membantu dalam membina keyakinan dan prinsip sendiri yang kuat
3. Egoisme juga dapat membantu sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Contoh-contoh egoisme
1. Tindakan yang terjadi saat situasi peperangan, British menaklukan
negara-negara melayu pada saat sebelum malaysia merdeka, tindakan
british mengekploitasi bahan mentah dinegeri-negeri melayu untuk
tujuan kepentingan diri. Dalam situasi ini british dianggap golongan
bangsawan manakala orang tempatan.
2. Ketika seseorang melakukan diskusi kelompok tetapi seseorang
tersebut menginginkan agar orang lain menerima dan mengikuti
pendapatnya.
3. Pada pemilihan caleg atau capres didalam kegiatan kampanye yang
sebenarnya untuk mereka sendiri dengan memberikan bantuan
kepada masyarakat yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dalam kepentingan mereka sendiri.
4. Tindakan di dalam kelas seseorang ingin menjadi yang terkenal
diantara teman-teman yang lainnya dikelas , dengan cara seseorang
tersebut sering bertanya-tanya terhadap dosen guna mencari
perhatian.
5. Tindakan seseorang memilih untuk membelanjakan uangnya untuk
diri sendiri daripada menderma kepada tabung kebajikan.
6. Tindakan di situasi kebakaran, seseorang tidak menyelamatkan
mangsa kebakaran karena khawatir akan membahayakan nyawa
sendiri.
7. Tindakan memilih untuk tidak menolong orang buta melintas jalan
karena ingin sampai ke tempat kerja pada waktu yang ditetapkan.
8. Seseorang yang merokok ditempat atau kendaraan umum. Dengan
seenaknya ia menghisap dan mengeluarkan asap rokok tanpa
memperhatikan orang-orang yang disekitarnya.
9. Bisa juga didalam sebuah keluarga , pada saat berkumpul bersama
anggota keluarga dirumah, ketika salah satu anggota keluarga entah
itu adik, kakak, ibu atau ayahnya menonton acara televisi favoritnya
tanpa peduli pada orang lain dengan berbagi dengan siapapun.
10. Tindakan dalam kehidupan sehari-hari lainnya seperti dalam membeli
karcis, pada saat mengantri panjang lalu menyerobot antrian yang
didepannya agar dia dapat membeli karcis lebih cepat tanpa
memikirkan orang yang mengantri didepannya padahal belum saat
gilirannya.
Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme etis:
1. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela
kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain.
2. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga adalah
kepentingan diri.
3. Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah
membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan
bahwa anda harus menghindari tindakan menolong orang lain
4. Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap
sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja
kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri
sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka
memenuhi kepentingan diri.
5. Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang
menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini
bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. yang membuat
tindakan
itu
benar
adalah
kenyataan
bahwa
tindakan
itu
menguntungkan diri sendiri.
Alasan yang Mendukung Teori Egoisme
1. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri
sendiri. Tindakan peduli terhadap orang lain merupakan gangguan
ofensif bagi kepentingan sendiri. Cinta kasih kepada orang lain juga
akan merendahkan martabat dan kehormatan orang tersebut.
2. Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling
sesuai dengan moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan
dapat dijelaskan dari prinsip fundamental kepentingan diri.
Alasan yang Menentang Teori Egoisme Etis :
1. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan.
Kita memerlukan aturan moral karena dalam kenyataannya sering
kali dijumpai kepentingan-kepentingan yang bertabrakan.
2. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Egoisme etis dapat dijadikan
sebagai pembenaran atas timbulnya rasisme.
PENDALAMAN
Egoisme Etis adalah pandangan yang radik bahwa satu-satunya
tugasadalah membela kepetingan dirinya sendiri. Menurut Egoisme Etis
hanya ada satu prinsip perilaku yang utama, yakni prinsip kepentingan
diri, dan prinsip inimerangkum semua tugas dan kewajiban alami seseorang.
Namun Egoisme Etis juga tidak melarang untuk harus menghindari tindakan
untuk menolong orang lain, selagi tindakan menolong orang lain itu
bertujuan utama untuk menguntungkan dirinya sendiri. Teori Egoisme Etis
ini
mengatakan
bahwaseseorang
seharusnya
melakukan
apa
yang
sesungguhnya paling menguntungkan bagi dirinya untuk selanjutnya. Jadi
teori ini mendukung sikap berkutat diri (selfishness), tetapi tidak untuk
kebodohan ( foolishness).
Tiga Argumen Pendukung Egoisme Etis
Alasan yang mengatakan bahwa teori Egoisme Etis ini benar adalah :
1. Argumen Bahwa Altruism Menghancurkan Diri Sendiri.
Pemikiran bahwa kalau kita suka “peduli pada orang lain”,
sering kita menjadi ceroboh dan hasilnya lebih sering berakhir dengan
kekacauan daripada kebaikan.Pada hakikatnya “memperdulikan
orang lain” sama halnya seperti campur tangan urusan orang
lain.Membuat orang lain sebagai objek “cinta kasih” kita itu
merendahkan oranglain, merampas mereka dari martabat pribadi dan
hormat dirinya.
2. Argumen Ayn Rand
Ayn Rand memandang etika “altruism” adalah gagasan yang
sama sekalidestruktif. Altruisme menurut dia mengantarkan pada
suatu penyangkalannilai individu. Sebab Altruisme mengajarkan
hidup-mu merupakan sesuatuyang hanya dapat dikorbankan. Egoisme
Etis Dianggap Cocok dengan Moralitas Akal Sehat.
Egoisme Etis merupakan teori bahwa semua kewajiban kita pada
akhirnya diturunkan dari satu prinsip fundamental, yakni kepentingan diri
(self-interest). Jika demikian, maka Egoisme Etis bukan doktrin yang radikal.
Ajaran
ini
tidak
menentang
moralitas
akal
sehat,
tetapi
hanya
mencobamenjelaskan dan mensistematisasikannya. Dan itu berhasil.
Tiga Argumen Melawan Egoisme Etis
1. Argumen Bahwa Egoisme Etis Tidak Dapat Memecahkan Konflik Kepe
ntingan.
Kurt Baier berpendapat bahwa Egoisme Etis tidak menolong
memecahkankonflik-konflik
kepentingan,
bahkan
justru
memperparah.
2. Argumen Bahwa Egoisme Etis secara Logis Konsisten.
Sejumlah filsuf termasuk Baier, menyatakan perlawanannya
pada teori Egoisme Etis pada tataran yang serius. Mereka mengatakan
bahwa hal itumerupakan ajaran yang secara logis tidak konsisten.
Artinya ajaran itumembawa kontradiksi logis. Jikalau ini benar, maka
Egoisme Etismerupakan teori yang keliru.
3. Argumen Bahwa Egoisme Etis sewenang-wenang dan Tidak Dapat
Diterima.
Kita harus peduli pada kepentingan-kepentingan orang lain
demi alasanyang persis sama
kepentingan-kepentingan
kita.
dengan mengapa kita peduli padaJikalau
kita
tidak
menemukan
perbedaan yang relevan antara mereka dan kita, maka kita juga harus
menerima bahwa kebutuhan kita harus terpenuhi, begitu pula juga
kebutuhan mereka.
Kenyataanya semacam ini, bahwa kita sejajar dengan orang
lain, merupakan alasan terdalam mengapa moralitas kita harus
mencangkup pengertian terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lain
dan mengapa karena Egoisme Etis gagal menjadi teori moral.
KASUS (dikutip dari www.kompasiana.com)
Pada era reformasi pula, para kutu loncat, para loyalis yang kemudian
tidak loyal lagi, para oportunis menunjukkan sifat egoisnya. Lihatlah
sejumlah tokoh, yang merasa punya kekuatan (baik pendukung maupun
dana) dengan mudahnya berpindah parpol. Kecewa terhadap parpol A, dia
dengan enteng berpindah ke parpol B. Bahkan lebih tolol lagi, ketika ada
tokoh yang bersaing menjadi Ketua Umum Parpol A, tapi karena kalah, dia
kecewa lalu membuat parpol baru. Alamak. Calon ketua umum parpol adalah
kader terbaik sebuah parpol. Lha, bagaimana mungkin kader terbaik, hanya
karena kecewa kalah bersaing, lalu dengan entengnya meninggalkan parpol
tersebut? Di mana letak etika berpolitiknya?
Seharusnya dia berjuang keras di parpol tersebut, membuktikan diri
bahwa dia mampu, memberikan kontribusi positif buat parpol, tetap
mendukung parpolnya dan hal hal positif lainnya. Namun, ego... sekali lagi
ego... membuatnya lupa daratan. Sayang sekali, jika Indonesia dipenuhi
pemimpin dan calon pemimpin yang egoisnya tak ketulungan seperti itu.
Mengurus parpolnya saja tidak bisa, malah lari dari masalah di parpolnya, eh
bikin parpol baru. Eh mau mimpin Indonesia pula. Capek deh!
Hal itu pula yang sangat disayangkan terjadi pada Anas Urbaningrum
serta para loyalisnya.Kecewa sudah pasti, karena terdepak dari parpol. Jika
tujuan mereka masuk ke parpol tersebut bukan semata-mata kekuasaan,
pasti tidak akan terjadi seperti sekarang. Tunggu saja hasil dari KPK tentang
kasus Anas. Bukan malah menyerang balik parpol, yang dulu menjadi
kandang mereka. Dulu menyanjung, kok sekarang jadi seperti musuh paling
berat.
Etika politik, etika seorang manusia biasa, etika berorganisasi, telah
terlecehkan. Sayang sekali, padahal orang sekelas Akbar Tanjung, yang cukup
lama tersakiti di Golkar, tetap saja berada di Golkar dengan segala sakit
hatinya. Dia tetap membimbing juniornya, tetap memberikan teladan dengan
segala kekurangannya. Secara umum, etika tetap dia jaga dan egoismenya
ditekan habis. Kalau menuruti ego, orang sekelas Akbar Tanjung pasti
mampu mendirikan partai politik baru, apalagi hanya sekadar perhimpunan
atau perkumpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Academia.
t.thn.
https://www.academia.edu/29058119/TEORI_ETIKA_4_
(diakses Maret 12, 2019).
Academia.
t.thn.
https://www.academia.edu/7067311/TEORI_ETIKA
(diakses Maret 12, 2019).
Coursehero. t.thn. https://www.coursehero.com/file/p1ape8c/Etika-sebagaidisiplin-ilmu-berhubungan-dengan-kajian-secara-kritis-tentang/
(diakses Maret 15, 2019).
Fekool.
t.thn.
http://fekool.blogspot.com/2015/09/etika-bisnis-teori-
telelogi-egoisme.html?m=1 (diakses Maret 12, 2019).
Khoyunitapublish.
10
Desember
2013.
https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teorietika/ (diakses Maret 12, 2019).
Kompasiana.t.thn.https://www.kompasiana.com/pengamatbijak/552fdfcc6e
a83464598b4571/politisi-indonesia-99-egois
(diakses
Maret
15,
2019).
Lugcool.
t.thn.
http://lugcool.blogspot.com/2015/06/egoisme.html?m=1
(diakses Maret 12, 2019).
Download