Uploaded by User43441

Asfiksia Revisi

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
Disusun Oleh :
Rinaldy Rafsanjani
(201904062)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2019
KONSEP DASAR
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Prawirohardjo, 2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI, 2005).
B. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Tanda
Frekuensi
Jantung
Usaha
bernafas
Tanus otot
Refleks
Warna kulit
0
Tidak ada
Skor APGAR
1
< 100 x/menit
2
> 100 x/menit
Tidak ada
Lambat tak teratur
Menangis kuat
Lumpuh
Tidak ada
Biru/pucat
Ekstremitas agak fleksi
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan, eks
biru
Gerakan aktif
Gerakan kuat/melawan
Seluruh
tubuh
kemerahan
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
a.
Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b.
Asfiksia sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot
kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis.
Respirasi lambat, tidak teratur.
c.
Bayi normal 7 – 10
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
C. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
1.
2.
3.
Faktor ibu
a.
Preeklampsia dan eklampsia
b.
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c.
Partus lama atau partus macet
d.
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e.
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat
a.
Lilitan tali pusat
b.
Tali pusat pendek
c.
Simpul tali pusat
d.
Prolapsus tali pusat
Faktor Bayi
a.
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b.
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c.
Kelainan bawaan (kongenital)
d.
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi
untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka
hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
D. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas
serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan
pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga
menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut
berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan
menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi
kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung.
E. Pathway
Faktor ibu : pre eklamsia,
eklamsia, perdarahan
abnormal, infeksi berat, dll.
Faktor tali pusat : lilitan
tali pusat, tali pusat
pendek, prolapses tali
pusat.
Faktor bayi : bayi
premature, kelainan
kongenital, persalinan sulit.
ASFIKSIA
Arteriol pulmonal
konstriksi
Alveoli tetap terisi cairan
Kegagalan absorbsi
cairan di paru
Tubuh kekurangan
pasokan oksigen
Penurunan oksigenasi
jaringan
Gangguan metabolisme
& perubahan asam basa
Konstriksi arteriole
pada semua organ
Asidosis respiratorik
Ketigakseimbangan
perfusi ventilasi
Kegagalan fungsi
miokardium untuk
berkontraksi
Gangguan
pertukaran gas
Kerusakan jaringan
otak irreversibel
Resiko syndrome
bayi meninggal
tiba-tiba
Perfusi perifer
menurun
Sianosis
Ketidakefektifan
termoregulasi
Takipneu
Ketidakefektifan
pola nafas
F. Manifestasi Klinis
1.
Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
2.
a.
Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b.
Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c.
Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
Pada bayi setelah lahir
a.
Bayi pucat dan kebiru-biruan
b.
Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c.
Hipoksia
d.
Asidosis metabolik atau respiratori
e.
Perubahan fungsi jantung
f.
Kegagalan sistem multiorgan
g.
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
h.
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
Foto polos dada
2.
USG kepala
3.
Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
4.
PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat
rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
5.
Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
6.
Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
H. Komplikasi
1.
Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2.
Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih
banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3.
Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4.
Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
I. Penatalaksanaan
1.
Resusitasi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir
mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1)
Memastikan saluran nafas terbuka :
A.
Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
B.
Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
C.
Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2)
Memulai pernapasan :
A. Lakukan rangsangan taktil
B. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
C. Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan sirkulasi
darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obatobatan)
D. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
Tabel Resusitasi
2.
Terapi medikamentosa :
A.
Epinefrin
Indikasi :
a.
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
b.
Asistolik.
Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)
Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
B.
Volume ekspander
Indikasi :
a.
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
b.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
a.
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
b.
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
C.
Bikarbonat
Indikasi :
a.
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah
dan kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
D.
Nalokson
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi
harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
a.
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
b.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with
drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
3.
Suportif
a.
Jaga kehangatan.
b.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
c.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Umum
1.
Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2.
Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas.
3.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4.
Kebutuhan dasar
a.
Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi pneumonia
b.
Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c.
Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat
b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d.
Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
b.
Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c.
Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e.
Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
f.
Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung.
g.
Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat
h.
Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6.
Gejala dan tanda
a.
Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b.
Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c.
Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan
termoregulasi
Data Khusus
1.
Sirkulasi
a.
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b.
Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat
di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
2.
c.
Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d.
Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3.
Makanan/cairan
a.
Berat badan : 2500-4000 gram
b.
Panjang badan : 44-45 cm
c.
Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4.
Neurosensori
a.
Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b.
Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c.
Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5.
Pernafasan
a.
Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6.
Keamanan
a.
Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
b.
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).
B. DIANOGSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d paru-paru terisi cairan
Pola nafas tidak efektif b.d nafas cepat
Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan perfusi ventilasi.
Risiko cedera b.d kerusakan otak
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d suplai O2 dalam darah menurun
Proses keluarga terhenti b.d kematian bayi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
Bersihan
jalan
NOC
nafas Setelah
NIC
dilakukan1. Tentukan
tidak efektif b.d produksi tindakan
mukus banyak
RASIONAL
kebutuhan1. pengumpulan data
oral/ suction tracheal
keperawatan selama2.
untuk perawatan
Auskultasi suara nafas optimal
proses keperawatan sebelum dan sesudah2. membantu
diharapkan
jalan suction
mengevaluasi
nafas lancar dengan3. Bersihkan daerah
1.
2.
3.
4.
keefektifan
kriteria:
bagian tracheal setelah batuk klien
Tidak menunjukkan
suction
demam
dilakukan.
selesai3.
upaya
meminimaliasi
penyebaran
Tidak menunjukkan4. Monitor status oksigen mikroorganisme
cemas.
pasien,
status4. untuk mengetahui
Rata-rata repirasi
hemodinamik
segera efektifitas
dalam batas normal.
sebelum, selama dan suction.
Pengeluaran sputum sesudah
dari
suction.
melalui jalan nafas.
5.
Tidak ada suara
nafas tambahan.
Pola nafas tidak efektif Setelah
b.d hipoventilasi.
dilakukan1. Pertahankan kepatenan1. untuk
tindakan
jalan
nafas
dengan membersihkan jalan
keperawatan selama melakukan pengisapan nafas
proses keperawatan lendir.
diharapkan
pola2. Pantau
nafas
status kadar oksigen yang
menjadi pernafasan
efektif.
1.
2. guna meningkatkan
oksigenasi
Kriteria
hasil
dan bersirkulasi
dan
sesuai memperbaiki status
: dengan kebutuhan.
kesehatan
Pasien menunjukkan3. Auskultasi jalan nafas3. membantu
pola
nafas
efektif.
2.
Ekspansi
yang untuk
adanya
dada ventilasi.
mengetahui mengevaluasi
penurunan keefektifan
batuk klien
upaya
simetris.
3.
4. Kolaborasi
Tidak ada bunyi dokter
nafas tambahan.
4.
dengan4. perubahan
Kecepatan
irama
AGD
untuk dapat mencetuskan
pemeriksaan AGD dan disritmia jantung.
dan pemakaian alat bantu5. terapi
respirasi nafas
dapat
dalam batas normal. 5. Berikan
oksigen
membantu
oksigenasi mencegah
sesuai
gelisah
kebutuhan. bila klien menjadi
dispneu,
juga
dan ini
membantu
mencegahedema
paru.
Kerusakan pertukaran
Setelah dilakukan 1.
gas b.d
tindakan
frekuensi
ketidakseimbangan
keperawatan selama
kedalaman nafas dan keefektifan
perfusi ventilasi.
proses keperawatan
produksi sputum.
diharapkan
2.
Kaji
bunyi
paru,1. membantu
nafas, mengevaluasi
Auskultasi
batuk klien
bunyi2. membantu
pertukaran gas
nafas,
teratasi.
penurunan aliran udara keefektifan
Kriteria hasil :
dan / bunyi tambahan.
1. Tidak sesak nafas3.
2. Fungsi paru
upaya
catat
area mengevaluasi
upaya
batuk klien
Pantau hasil Analisa3. perubahan
Gas Darah
AGD
dapat mencetuskan
dalam batas normal
disritmia jantung.
Risiko cedera b.d
Tujuan : Setelah
anomali kongenital tidak
dilakukan tindakan
sebelum dan sesudah infeksi nosokomial
terdeteksi atau tidak
keperawatan selama
merawat bayi.
teratasi pemajanan pada
proses keperawatan 2.
agen-agen infeksius.
diharapkan risiko
cidera dapat
1.
Cuci
steril.
3.
setiap1.
2.
untuk
untuk
mencegah
mencegah
Pakai sarung tangan infeksi nosokomial
3.
Lakukan
dicegah.
fisik
Kriteria hasil :
terhadap
1. Bebas dari cidera/
tangan
lahir,
untuk
mencegah
pengkajian keadaan yang kebih
secara
bayi
rutin buruk.
baru4.
untuk
perhatikan meningkatkan
komplikasi.
pembuluh
2. Mendeskripsikan
pusat
aktivitas yang tepat
dari level
darah
dan
tali pengetahuan
adanya keluarga
anomali.
4.
perkembangan anak.
3. Mendeskripsikan
dalam
deteksi awal suatu
Ajarkan
keluarga penyakit
tentang
tanda
dan
gejala
infeksi
dan
teknik pertolongan
melaporkannya
pertama
pemberi
pada
pelayanan
kesehatan.
5.
Berikan agen
imunisasi sesuai
indikasi (imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin
hepatitis
Risiko
Setelah
dilakukan1.
ketidakseimbangan suhu
tindakan
tubuh b.d kurangnya
keperawatan selama tempatkan pada
suplai O2 dalam darah.
proses keperawatan lingkungan yang hangat2. untuk
kedinginan dan
diharapkan
1.
suhu2.
berhubungan
Kriteria Hasil :
hipotermi,
Temperatur badan fatigue,
Tidak
terjadi dll.
Tidak gelisah.
4.
Perubahan warna bradikardi.
Bilirubin
batas normal.
4.
Monitor TTV.
3.
5.
tubuh
agar
stabil.
mendeteksi
awal
dengan perubahan
yang
misal terjadi
guna
apatis, mencegah
perubahan warna kulit komplikasi
distress pernafasan. 3.
kulit.
suhu
menjaga
Monitor gejala yang lebih
tubuh normal.
dalam batas normal.
2.
Hindarkan pasien dari1. untuk
5.
Monitor
Monitor
dalam pernafasan.
3. peningkatan
suhu
dapat menunjukkan
adanya adanya tanda-tanda
infeksi
status4. penurunan
frekuensi
nadi
menunjukkan
terjadinya
asidosis
resporatori
karena
kelebihan
retensi
CO2.
Proses keluarga terhenti Setelah
b.d
pergantian
dilakukan
1.
dalam tindakan
keluarga.
status kesehatan anggota keperawatan selama
2.
keluarga.
Tentukan tipe proses1. untuk mengetahui
tindakan yang tepat
Identifikasi
efek untuk diberikan
proses keperawatan pertukaran peran dalam2. untuk
diharapkan
keluarga
koping proses keluarga.
adekuat.
3.
Kriteria Hasil :
1.
Percaya
keluarga
Kestabilan
4.
Mempunyai
Mengatur
mekanisme
Bantu
keluarga
rencana darurat.
4.
untuk3. untuk
memanfaatkan
support dukungan yang ada
yang ada.
prioritas.
3.
anggota psikologi keluarga
dapat menggunakan
mengatasi masalah.
2.
Bantu
mempersiapkan
dari keluarga.
anggota4. untuk
untuk situasi yang tidak
merencanakan strategi terduga.
ulang normal dalam segala
cara perawatan.
situasi.
mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta.
IBI. 2006. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat..
Johnson, M., Meriden M.,Sue M. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). St.
Louis Baltimore: Mosby.
Kartiningsih. 2009. Hubungan antara Faktor Ibu dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Solo: Stikes
Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis
Baltimore: Mosby.
NANDA. 2011. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia:
NANDA International
Prawirohardjo. S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Lembar Pengesahan Laporan Pendahuluan
Di Perin
Disusun Oleh :
(
)
Ci Ruangan
Pembimbing Institusi
(
)
(
)
Kepala Ruangan
(
)
Lembar Pengesahan Asuhan Keperawatan
Di Perin
Disusun Oleh :
(
)
Ci Ruangan
Pembimbing Institusi
(
)
(
)
Kepala Ruangan
(
)
TGL
REVISI
PARAF
Download