Uploaded by User40975

PENILAIAN KERJA

advertisement
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
TUGAS: 8
BAB : 8
PENILAIAN KINERJA
Disusun Oleh
: Kelompok 5
1. M. Aldi Finandika (30155/29 )
2. Bagas Wicaksana (30165/30)
3. Arden Putra P. (30188/31)
4. Jedwin Gunawan (30193/32)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKPN
YOGYAKARTA
2019/2020
PENILAIAN KERJA
Proses penilaian kinerja dapat membantu organisasi mengimplementasikan sasaran
sasaran usahanya. Selain ini, proses tersebutmenggarnbarkan bagaimana rencana
strategis dapat dihubungkan dengan peni]aian kinerja untuk karyawan individu maupun untuk unit-unit usaha.
PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA
Karyawan bisa belajar seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informal, tetapi
penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur,
menilai, dan mempengaruhi attibut, perilaku dan basil, termasuk tingkat ketidakhadiran,
yang dikaitkan dengan pekerjaan karyawan. Fokusnya adalab untuk mengetahui Sek
seberapa produktif seorangkaryawan dan apakab ia bisa berkinerja sama ataulebih sen
efektif di masa yang akandatang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat terL
semuanya memperoleh manfaat.
TUJUAN DAN PENTINGNYA PENILAIAN KINERJA
Suatu studi akhir-akhir ini mengidentifikasi dua puluh macam tujuan informasi kinerja A
yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori:
1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antarorang sesec Administrasi gaji hersa
Pengakuan kinerja individu diper Identifikasi kinerja yang buruk dihar Keputusan promosi
kinerja Keputusan penahanan dan penghentian berus Pemutusan hubungan kerja
2. Pengembangan yang menekankan pada adanya perubahan dalam din seseorang sepanjang
waktu:Umpan balik kinerja Identifikasi kekuatan dan kelemahan individu . Penentuan transfer
dan penugasan . Identifikasi kebunihan pelatihan individu .
3. Pemeliharaan sistem: Jenis-jenis Pengembangan tujuan korporasi dan individu 1. Evaluasi
pencapaian tujuan oleh individu, tim, dan unit usaha strategis Perencanaan sumber daya
manusia Penentuan kebutuhan pelatihan organisasi Pengokohan struktur wewenang
Identifikasi kebutuhan pengembangan organisasi Audit sistem sumberdaya manusia
4. Dokumentasi:
• Dokumentasi keputusan-keputusan manajemen sumberdaya manusia
 Pemenuhan persyaratan legal manalernen sumberdaya manusia
 Kritenia untuk pengujian va1Idiši
KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Seluruh kegiatan yang mendukung pengembangan dan pemanfaatan penilaian kinerja,
sering disebut sebagai sistem manajemen kinerja. Seberapa baik sistem tersebut
terlaksana, sedikit banyak tergantung pada seberapa baik orang-orang melakukan
kerja sama ketika memutuskan apa yang banus dievaluasi, kapan hams melakukan
evaluasi,
dan
siapa
yang
hams
mengevaluasi
kinerja.
Apa yang Harus Dievaluasi
Apabila pekerjaan dantugas-tugas penning tenilustrasikan dengan jelas, kritenia kinerja
dapat dikembangkan. Knitenia adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja
seseorang, misal kinerja pemegang jabatan, suatu tim atau Suatu unit kerja. Secara
bersama-sama, dimensi-dimensi tersebut merupakan harapan kinerja yang berusaba
dipenuhi oleh individu dan tim guna mencapai strategi organisasi. Kinerja yang
diharapkan seringkali lebih didasarkan pada perilaku keanggotaan organisasi danipada
kinerja jabatan tin sendini, tetapi barangkali tidak kalah pentingnya untuk diukur dan
berusaha
ditingkatkan.
Contoh-contoh
perilaku
tens
ebut
meliputi:
. Dengan sukarela melaksanakan kegiatan tugas yatig secara formal bukan bagian
dari jabatan.
. Tetap antusias atau berupaya ekstra ketika diperlukan, untuk menyelesaikan
kegiatan tugas dengan balk.
‘ Membantu dan bekerja sama dengan orang lain.
• Mengikuti aturan dan prosedur organisasi sekalipun tidak menyenangkan.
• Menyetujui, mendukung, dan membela sas aran organisasi.
jenis-jenis kritenia kinerja:
1.Kritenia berdasarkan sifat. Kriteña ini memusatkan diri pada karaktenistik pribadi
seorang karyawan, misalloyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, dan
keterampilan memimpin. Sifat-sifat tersebut sering dinilai selama proses penilaian.
Jenis kritenia ini memusatkan diri pada baguimananya seseorang, bukan apa yang
dicapai
atau
tidak
dicapai
seseorang
dalam
pekerjaannya.
2. Kriteria berdasarkan hasil. Kriteria jenis ini berfokus pada apa yang telah
dicapai atau dihasilkan, daripada bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan.
Kriteria ini, walaupun makin populer, tetapi sering dikritik karena meninggalkan
aspek
kritis
pekerjaan
yang
penting,
seperti
kualitas.
Kapan Melakukan Evaluasi
Penetapan wakm pengukuran kinerja juga harus mencerminkan pertimbangan strategis.
Dua aspek penetapan waktu adalah lamanya sikius dan tanggal penilaian.
Sebagian besar organisasi membutuhkan sesi-sesi peninjauan kinerja formal
dengan interval enam bulan sampai samtahun. Tipe siklus reguler ini masuk akal
karena sesuai dengan ritme alami organisasi. Namun beberapa pakar berpendapat,
periode evaluasi hams berhubungan dengan rentang waktu pekerjaan yang alami,
yaitu lama waktu yang dibutuhkan untuk mengenali tingkat kinerja seseorang yang
sedang melaksanakan pekerjaan. Untuk j abatan rendah dan sederbana, rentangwaktu
mungkin saja hanya beberapa menit unmk jabatan manajemen senior, periode waktu
yang pas mungkin beberapa tahun. Dalam sebuah agen perikianan, account executive
menerima umpan balik evaluasi setelah masing-masing melakukan presentasi.
Sedangkan di perusahaan penelitian yang mencari seseorang yang mempunyai bakat
turunan,
periode
waktunya
mungkin
jauh
lebih
lama.
Periode evaluasi mungkin juga tergantungpada tujuan penilaian. Unmk tujuan
komunikasi dan evaluasi, fokusnya hams pada kinerja karyawan saat ini selama satu
periode
kinerja.
Untuk ita ada dua model atau sistem yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian,
yaita:
1. Anniversary modeL Menurut model ini, karyawan dievaluasi sejak dia bergabung
dengan organisasi, namun model ini memiliki kelemahan yang berupa:
Tidak mengikat kinerja individu atau tim terhadap keseluruhan kinerja
organisasi, dengan demikian mengurangi manfaat strategis proses penilaian.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang diberikan kepada karyawan
pada awal lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai yang diberikan
sesudabnya.
Kriteria
berdasarkan
perilaku.
Kriteria
ini
terfokus
pada
bagaimana
pekerjaan
dilaksanakan, dan penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan
antarpersonal. Sebagai contoh keramahan para kasir dalam melayani pelanggan.
Hal ini berperan penting bagi citra sebuah toko.
2. Focal point system. Dalam sistem ini, seluruh karyawan dinilai pada waktu
yang kira-kira sama, biasanya pada akbir tahun fiskal atau tahun kalender. Sistem
ini memiiiki keunggulan, sebagai berikut:Penyelia dapat bertemu dengan seluruh individu
Dapat memberi tahu karyawan kapan mereka akan dlinilai.Memahami bagaimana
perbandingan kinerja mereka dalam periode waktu yang sama. Di samping memiliki
keunggulan, sistem ini juga mempunyai kelemahan, yaitu: Dapat menghasilkan beban kerja
yang sangat besar dalam sam wakm. Menciptakan sildus produkiivitas arlifisial yang sematamata mencerminkan waktu penilaian.
Siapa yang Harus Melakukan Evaluasi
Hal terpenting dalam menentukan siapa yang hams melaksanakan penilaian adalah
jumlah dan jenis hubungan kerja yang dimiliki penilai dengan orang yang dievaluasi.
Kualitas dan kuantitas pengetahuan tugas mungkin bervariasi sesuai dengan tingkat
organisasi,
demikian
juga
dengan
kedekatan
pekerja
dengan
penilai.
Ada beberapa pihak yang bertindak sebag’ai penilai, yaim antara lain:
Atas an langsung. Banyak perusahaan beranggapan, atasan lebih mengetahui
pekerjaan dan kinerja bawahan daripada siapapun, dan karena im perusahaan
memberikan seluruh tangungjawab penilaian kepadany. Namun penilaian oleh
atasan mempunyai kelemahan, bempa:
• Bawahan mungkin akan merasa terancam, karena atasan biasanya memiliki
kekuasaan untuk memberi imbalan dan hukuman.
• Evaluasi sering merupakan proses sam arah yang membuat bawahan defensif.
• Atasan kemungkinan tidak mempunyai kemampuan interpersonal yang diperlukan untuk
memberikan umpan balik yang baik. Penilaian oleh atasan juga mempunyai keunggu1an, yaim:
Meningkatkan keandalan dan keadilan yang dirasakan dan proses penilaian
• Menciptakan keterbukaan yang lebih besar dalam sistem penilaian kinerja
. Mempertinggi kualitas hubungan atasan-bawahan.
2. Penllaian oleh diri sendiri. Penggunaan penilaian diñ sendiii, khususnya melalui
partisipasi bawahan dalam menetapkan mjuan, dipopulerkan sebagai komponen
management bÿ objectives, yang sering disebut MBO. Bawahan yang berpartisipasi
dalam proses evaluasi mungkin akan lebih terlibat dan punya komitmen pada
tujuan. Partisipasi bawaban mungkin juga membantu menjelaskan petan karyawan
dan mengurangi konflik peran.Penggunaan metode ini karena merupakan perangkat efektif
untuk program- program yang berfokus pada pengembangan din, pertumbuhan pribadi, dan
kornitmen pada tujuan. Benikut ini terdapat tujuh pertanyaan yang perlu ditanyakan karyawan
kepada dirinya dalam penilaian, dengan inisiatif din sendiri: Dengan skala I (terendah) sampai
10 (tertinggi), berapa nilai kinerja saya?
. Unsur-unsur apa yang paling kuat dalam kerja saya?
Unsur-unsur apa yang paling lemah?
Mengapa saya tidak memperoleh angka 10 crating tertinggi?
Ke mana arah jabatan atau karir saya delapan belas bulan sampai empattahun mendatang?
Keterampilan, pelatihan, atau pendidikan apa yang saya perlukan untuk mencapai nilai
tertinggi
itu?
• Apa yang dapat kita sepakati secara khusus dan bisa saya lakukan mulai
besok?
3. Penilaian oleh Rekan Sejawat atau Anggota Tim. Penggunaan teman sejawat sebagai
penilai agaknya meningkat. Hal ini dis ebabkan, bahwa penilaian rekan
sejawat terlihat sebagai alat prediksi masa mendatang yang bermanfaat, dan
bahwa penilaian kinerja secara individu tidak memberikan kontribusi kepada
upaya-upaya pembinaan tim yang merupakan unsur penting dalam gaya
manajemen
partisipatif
dewasa
ini.
Dimensi-dimensi
kinerja
yang
evaluasinya
dilakukan
oleh
anggota
tim
mencakup:
. Kehadiran dan ketepatan waktu (misalnya, “Menghadiri rapat-rapat kelompok terjadwal”.
. Kemampuan antarpersonal (misalnya, “Bersedia memberi dan menerima persoalan”, “Tidak
keras kepala”).
Sikap mendukung kelompok (misalnya, “Memberi gagasan atau saran bagi kelompok untuk
digunakan
pada
proyek’,
“Mendukung
keputusan
kelompok”).
. Perencanaan dan koordinasi (misalnya, “Membenikan masukan guna membantu anggotaanggota tim lainnya melaksanakan tugas mereka”).
4. Penilaian Ke Atas atau Penilaian Terbalik Sistem penilaian yang dilakukan
bawahan yaitu dengan cara memberikan penilaian terhadap atasannya dalam hal
bagaimana
pimpinan
mereka
menjalankan
manajemen
untuk
memperbaiki
operasi, merampingkan hirarki organisasi mereka, dan mengembangkan manajer
manajer yang lebih baik. Sistem tersebut mencakup pengisian kuesioner oleh
karyawan dengan sukarela untuk mengumpulkan umpan balik mengenai
kepernimpinan partisipatif, kreativitas, dan manajemen kinerja atasan langsung
mereka. Salah sam kekurangan sistem ini adalah kemungkinan bawahan tidak
selalu mengevaluasi kinerja secara obyektifatau jujur, apabila nama karyawan
dicantumkan dalam kuesioner.
5. Penilaian Pelanggan. Penilaian pelanggan dalam berbagai konteks tepat.
Misalnya, suatu rumah sakit secara rutin meminta pasien untuk membenikan
penilaian tentang pelayanan perawat, misalnya penilaku mereka seperti sopan
santun, kecepatan, kepedulian, dan kualitas perawatan.
6. Pemantauan komputer. Dengan memiliki teknologi baru, semakin mudah
perusahaan
mengumpulkan
data
kinerja
dengan
menggunakan
komputer.
Perusahaan
biasanya
memantau
karyawan
untuk
mengecek
alun
kerja,
menyelidiki pencurian, melihat kembali kinerja jabatan, mencegah pelecehan,
mencegah
penggunaan
perangkat
lunak
untuk
kepentingan
pribadi,
dan
menyelidiki spionase industri.
METODE PENILAIAN KINERJA
Ada beberapa teknik untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Metode-metode penilaian
kinerja antara lain berguna untuk pengambilan kepumsan kenaikan upah, promosi,
dan berbagai bentuk penghargaan organisasional. Berbagai metode penilaian kinerja
adalah sebagai benikut:
1.Penetapan
tujuan
(goal
setting),
atau
manajemen
berdasarkan
sasaran
(management by objectives=MBO). Metode tersebut banyak sekali digunakan
balk di sektor swasta maupun pemenintah. Proses MBO meliputi tahap-tahap
berikut ini:
a. Penetapan tujuan atau sasaran yang jelas.
b. Mengembangkan suatu rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana sasaran dicapai
c. Mengijinkan para karyawan untuk menerapkan rencana tindakan.
d. Mengukur pencapaian sasaran
e. Melakukan tindakan koreksian bila diperlukan
f. Menetapkan sasaran-sasaran baru untuk masa yang datarig Pada langkah
terakhir ini keterlibatan bawaban dan atasan dalam penetapan tujuan atau
sasaran mungkin berubah. Bawahan yang berhasil mencapai sasaran yang
ditetapkan
bisa
diperkenankan
berpartisipasi
lebih
banyak
dalam
proses
penetapan sasarari di masa mendatang.
Manajemen hams mempunyai komitmen yang jelas terhadap proses agar
sistem MBO dapat terlaksana efektif. Rata-rata sistem MBO membutuhkan
waktu dua tahun sesudah penerapannya, barn terlaksana dengan efektif.
Perlu
diingat
bahwa
sasaran
hanyalah
penuntun
yang
memudahkan
komurnkasi dua arah. Sasaran-sasaran itu dapa dan hams diubah jika pekerjaan
berubah atau situasi berubah. Dalam beberapa organisasi, atasan dan bawahan
bekerja bersama-sama untuk menetapkan sasaran. Sasaran-sasaran itu bis
dikaitkan dengan kegiatan rutin yang merupakan mgas sehari-hari atau denmn
identifikasi dan pemecahan masalah yang mengbambat keefektivan individu dan
organisasi.
2. Multi-rater assessment (or 360-degree feedback). Metode penilaian prestasi ini adalah
salah satu metode yang popular sekarang. Dengan metoda ini, para
manajer (atasan langsung), teman kerja, pelanggan, pemasok atau kolega diminta
untuk mengisi kuesioner yang diperuntukkan pada karyawan yang dinilai.
Karyawan yang dinilai juga diminta untuk mengisi kuesioner. Hasilnya akan
diberikan oleh departemeri sumberdaya manusia kepada kaiyawan, agar karyawan
dapat
melihat
bagaimana
opini
mereka
berbeda
dati
yang
lainnya.
3. Pendekatan standar kerja. Metode ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi
karyawan di bagian produksi. Hal itu meliputi penetapan standar atau suatu
tingkat ouutyang diharapkan dan kemuclian prestasi masing-masing karyawan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Metode ini didasarkan pada
faktor-faktor yang obyektif.
4. Penilaian berbentuk uraian. Suatu metode penilaian prestasi yang pihak penilai
mempersiapkan
suatu
pernyataan
berbentuk
tulisan
yang
menggambarkan
kekuatan,
kelemahan,
dan
prestasi
masa
lalu
setiap
karyawan.
5. Penilaian peristiwa kritis (Critical-incident appraisal). Metode penilaian
ini mendasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku
karyawan yang memuaskan atau tidak memuaskan dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini disebut peristiwa kritis. Peristiwa-peristiwa
dikiasifikasikan menjadi berbagai kategori seperti pengendalian bahaya keamanan,
pengawasan sisa bahan atau pengembangan karyawan.
Metode
ini
sangat
berguna
dalam
memberikan
umpan
balik
kepada
karyawan, dan mengurangi kesalahan kesan terakhir. Kelemahan-kelemahari
metode ini adalah bahwa para atusan sering tidak berminat mencatat peristiwa
peristiwa
kritis
atau
cenderung
mengada-ada
dan
bersifat
subyektif
(Handoko,l995).
6. Skala penilaian grafik (Graphic rating scale). Dengan metode ini pihak
penilai memberikan penilaian kepada karyawan yang didasarkan pada faktor
faktor,
misalnya
kuantitas
pekerjaan,
ketergantungan,
pengetahuan
tentang
pekerjaan, kehadiran, keakuratan kerja, dan kerjasama. Metode ini mencakup deretan berupa
angka-angka dan uraian secara tertulis.
7. Checklist. Dalam metode checklist ini, rater buat jawaban ya-atau- tidak
terhadap sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku karyawan, misalnya
menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik-karateristik karyawan. Metode
ini dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai. Penilai biasanya adalah atasan
langsung. Metode thecklist bisa memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara
akurat, bila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.
8. Skala rating yang diberi bobot menurut perilaku (Behaviorally anchored
rating scale (BARS)). Metode ini dirancang untuk menilai perilaku-perilaku
yang disyaratkan unmk melaksanakan suatu pekerjaan dengan sukses. Skala ini
dikembangkan untuk memberi hasil yang bisa digunakan bawahan dalam
meningkatkan kinerja dan yang akan memungkinkan atasan lebih nyaman
memberikan umpan balik.
Penilaian prestasi dengan menggunakan BARS, penilai disyaratkan untuk
membaca daftar bobotpada masing-masing skala untuk menemukan kelompok
bobot terbaik yang memberikan gambaran perilaku kerja karyawan selama
periode evaluasi. BARS secara normal dikembangkan melalui sejumlah pertemuan yang
dihadiri oleh para manajer dan pemegang jabatan. Berikut ini tahap-tahap yang biasanya
dilakukan:
1. Manajer dan pemegang jabatan mengidenti1kasi dimensi-dimensi pekerjaan yang relevan
2. Manajer dan pemegang jabatan menulis sebanyak mungkin bobot-bobot keperilakuan untuk
masing-masing dimensi pekerjaan.
3. Manajer dan pemegang j abatan mencapai konsensus yang berfokus pada tillai skala yang
untuk digunakan dan mengelompokkan bobot pernyataan untuk masing-masing nilai skala.
Penggunaan
BARS
BARS dikembangkan
dapat
menghasi]kan
beberapa
melalui partisipasi aktif baik
keunttngan.
Pertama,
para manajer maupun
Metode ini dapat diilustrasikan sebaai berikut. Misalnya, seorang penilai
mengevaluaSi enam orang karyawan. Nama-nama karyawan terdaftar di bagian
kin lembar kerja. Kemudian pengevaluasi membandingkan karyawan yang
pertama dengan karyawan yang kedua sesuai dengan kriteria kinerja, misalnya
jumlah pekerjaan. Apabila penilai meyakini bahwa karyawan pertama telah
Manajemefl Sumberdaya Manusia Sebagai Dasar Meraih Keunggulafl Bersaing
pernegang jabatan. Hal ini meningkatkan kernungkinafl bahwa metode kan
cliterima. Kedua, Bobot-bobOt dikembangkan dan ohs ervaSi dan pengalaman
karyawan yang melakukan pekerjaan. Terakhir, BARS dapat digunakan untuk
membenikan umpan balik spesifik yang berfokus pada kinerja pekerjaankarYawan.
9.Penilaian pilihan paksaan (Forced-choice rating). Praktik yang paling umum, metode ini
mensyaratkan pengevaluasi menyusun seperangkat pernyataan yang menggambarkan
bagaimana seorang karyawan menylesaikan tugas dan tanggungjawab pekerjaanflya.
Pernyataan-pernyataan diberi bobot secara normal, Dan bobot tersebutumUmYa tidak
diketahui oleh penilai. Setelah penilai menyusun semua pernyataan piithan paksaan, depatemen
sumberdaya
manusia
memberikan
bobot
dan
menghitung
skor.
10.Metode rangking. Penilai membandingkan karyawan yang satu dengan
kanyawankaryawan lain untuk menentukan siapa yang lebih baik, dan kemudian
menempatkan setiap karyawan dalam urutan dad yang terbaik sampai terbunuk.
Departemen sumberdaya manusia dapat mengetahui para karyawan tertentu
yang lebih baik danipada yang lain, tetapi tidak mengetahui berapa besar perbedaan
prestasi kerja mereka.
Berikut ini ada tiga macam metode rangking yang biasa digunakan:
a.Peringkat Penggatian.
Metode ini dilakukan dengan cara menuliskan daftar nama karyawan yang dinilai
pada sisi kid lembar kerja. Penilai memilih karyawan yang paling bernilai (paling
bagus) untuk ditempatkan pada bagian paling atas dan kolom yang berada di
sisi kanan lembar kerja. Penilai kemudian memilih karyawan yang prestasinYa
paling buruk yang masib tersisa di sebelah kid dan ditempatkan di bagian paling
bawah kolom yang tersedia di sisi kanan lembar kerja. Kemudian penilai memïlih
yang terbaik dan yang terburuk dan bawahan yang tersisa, dan menempatkan
karyawan terbaik kedua pada posisi nomon dua dan atas kolom, dan yang
terburuk mendekati kolom paling bawah. Selanjutnya, penilai mengulangi proses
tensebut dengan cara tenus memilih yang terbaik dan terburuk sampai semua
bawahan dipeningkat. Posisi tengah pada lembar kerja sebelah kanan adalah yang
paling akhir tenisi.
b.Rangking Perbandingan Berpasangan
metode ini menghasilkan lebih banyak daripada karyawan yang kedua, maka tanda centang
(check mark) dicantumkan pada nama karyawanyang pertama. Kemudian penilai
membandingkan karyawan yang pertama dengan yang karyawan ketiga, keempat,
kelima, dan keenam pada kriteria kinera yang sama, maka tanda centang
ditempatkan pada nama karyawan yang menghašilkan terbanyak di rnasing-mg
perbandingan berpasangan. Proses terrsebut diulangi sampai masing-masing
karyawan dibandingkan dengan karyawan yang lain pada semua kniteria kinerja
yang
terpilih.
Karyawan
yang
memperoleh
tanda
centang
terbanyak
dipertimbangkan sebagai karyawan berkinerja paling baik. Sebaliknya karyawan
yang mendapat tanda centang paling sedikit adalah karyawan yang berkinerja
paling buruk. Sam problem utama dengan menggunakan metode ini, adalah
bahwa pekerjaan menjadi sulit untuk dilakukan apabila membandingkan lebih
dan enam orang karyawan.
c.Metode Distribusi Paksaan
Dengan metode ini penilai membandingkan kinerja para karyawan dan
menempatkan persentase tertenm karyawan pada tingkat kinerja yang bervariasi.
Masalah dengan rangking penggantian dan perbandingan berpasangan adalah
bahwa tiap orang diberi peringkat yang unik. Hal ini memberi kesan, tidak ada
dua bawahan yang berkinerja sama persis. Walaupun hal ini mungkin benar,
banyak penyelia yakin bahwa beberapa pemegang j abatan berkinerja begitu serupa
sehingga perbedaan-perbedaan individu tidak bisa dilihat. Distribusi paksaan
dirancang untuk mengatasi keluhan tersebut. Istilah distribusi paksaan digunakan
untuk menggambarkan format penilaian yang seorang atasan dipaksa mendistnibusikan
bawahan pada beberapa katagori kinerja.
KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENILAIAN KINERJA
Apabila kriteria tidak ditentukan dengan j cias yang dikaitkan dengan keakuratan
penilaian,
maka
berbagai
kesalahan
terjadi
selama
proses
penilaian
Berikut ini beberapa kesalahan potensial yang telah diidentifikasi dalam penilaian
kinerja.
• Kecenderungan Terpusat (Central Tendency) Sebagian penilai cenderung mengevaiuasi
semua karyawan dengan nilai rata-rata atau mendekati skala kinerja menengah. Hal ini
dikarenakan kemungkinan penilai mempunyai rentang pengawasan yang luas, sehingga
memiliki kesempatan yang sedikit dalam mengamati perilaku karyawan.
• Kesan (Kejadian-Kejadian) Terakhir (Recency of events) Penilai mungkin mengabaikan
kinerja karyawan sepanjang kurun waktu penilaian, sampai mendekati saat penilaian. Ketika
penilai kemudian mencari petunjuk petunjuk kinerja, perilaku terakhir adalah yang paling
menonjol, sehingga kejadian kejadian yang baru mendapatkan bobot yang iebih besar daripada
semestinya. Kejadian-kejadian terakhir ini dapat berakibat serius bagi karyawan yang
berkinerja baik selama enam bulan atau lebih, tetapi membuat kesalahan serius atau merugikan
selama
sebulan
atau
dua
buian
terakhir
sebelum
dia
dievaluasi.
• Halo dan Horn Kesaiahan halo dan horn terjadi dengan kecenderungan mernikirkan seseorang
secara umum kurang baik atau buruk, yang tercermin daiam penilaian kinerja tertentu sebagai
baik ataupun buruk. Pengaruh halo terjadi bila pendapat pribacli penilai tentang karyawan
mempengaruhi pengukuran prestasi kerja, misalnya bila seorang atasan memiliki rasa senang
terhadap seorang karyawan, maka pandangan ini dapat mengubah estimasi atasan terhadap
prestasi kerja karyawan. Apabila kinerja negatifsuatu dimensi mengalahkan kinerja positif
manapun, kesaiahan ini disebut kesalahan horn.
. Kelunakan (Leniency)
Kesaiahan ini disebabkan oleh kecenderungan penilai untuk terlalu mudah
memberikan nilai bagus dalarn evaluasi kinerja karyawan, daripada yang
seharusnya diperoleh karyawan.
• Keketatan (Strickness) Penilai yang belum berpengalaman atau tidak kenal dengan kendala
lingkungan terhadap kinerja, dan penilai yang dirinya sendiri menerirna penilaian yang rendab,
kemungkinan besar akan memberikan penilaian yang ketat.
Download