Uploaded by Suardipa Putu

INDIKATOR KINERJA UTAMA

advertisement
ASN DAN MASALAH LINGKUNGAN
Problematika pengelolaan lingkungan dengan segala keberagamannya, ditinjau dari perspektif ASN:
Dimuali dari Komitmen ASN Integritas dan komitmen ASN sebagai suatu indikator untuk
menentukan baik buruknya sikap perilaku seorang ASN dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dalam pemerintahan. ASN dituntut selalu ingat dengan sumpah dan janjinya, sehingga tidak sampai
melalaikan tugas yang menjadi kewajibannya, dan tidak melakukan sesuatu hal yang bertentangan
dengan tugas dan kewajibannya dalam pemerintahan.
Perlan No 12 TAHUN 2018 dijelaskan bahwa diklatsar merupakan sebuah cara untuk menumbuhkan
kesadaran CPNS agar mampu menghadapi tuntutan pembentukan karakter ASN dalam menjalankan
serta melaksanakan tugasnya secara profesional sebagai pelayan masyarakat yang merupakan wujud
dari bela negara. 5 (lima) point utama yang dikenal dengan sebutan ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika, Komitmen Mutu, Anti Korupsi).
Secara implisit tentang korupsi dipertajam pada dampak korupsi terhadap lingkungan
diantaranya menurunnya kualitas lingkungan. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat
merugikan khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri. Dari kasus ilegal loging saja disinyalir
kerugian negara yang terjadi sampai 30-42 triliun rupiah per tahun.
Korupsi kata ini tak asing lagi di telinga masyarakat, banyak sekali isu yang diberitakan
mengenai korupsi yang terjadi di kalangan pemerintah, pejabat maupun bukan pejabat. Korupsi
merupakan suatu tindakan yang tidak bertanggung jawab, ini dilakukan serta-merta hanya untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang dirasa kurang tanpa memikirkan dampak buruk yang telah mereka
lakukan.
Korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara namun korupsi juga menyebabkan berbagai
persoalan sosial dan lingkungan hidup. Korupsi telah menyebabkan kemiskinan karena hilangnnya
akses rakyat terhadap sumber-sumber kehidupan mereka. Korupsi telah menyebabkan hilangnnya
jaminan hak-hak dasar hidup warga. Bahkan korupsi berperan besar dalam hal terjadinya kerusakan
lingkungan hidup yang berujung pada bencana ekologis yaitu sosial dan lingkungan kehidupan
masyarakat.
Korupsi juga memiliki dampak, salah satunya adalah berdampak terhadap lingkungan.
Indonesia merupakan negara terbesar yang memiliki hutan alam, akan tetapi hutan-hutan di indonesia
makin hari makin berkurang ini terjadi karena kita sebagai masyarakat dan pihak-pihak yang bertugas
sebagai perlindungan hutan kurang bersikap tegas kepada oknum yang tidak bertanggung jawab yang
telah merusak lingkungan. Kerusakan lingkunan hidup juga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
kepentingan ekonomi. Eksploitasi dianggap paling mudah dan murah untuk mendapatkan keuntungan,
akan tetapi hal ini dilakukan tanpa dibarengi dengan penanaman kembali atau reboisasi yang baik, dan
ini meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang parah bahkan di beberapa tempat sudah sangat
melebihi ambang batas sehingga menyebabkan terjadinya bencana ekologis yang berdampak pada
melemahnya kemampuan warga dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berbagai perizinan
eksploitasi tambang, hutan, pesisir dan laut mengalir tanpa prosedur dan proses yang benar, banyak ijin
diberikan tanpa sebelumnya melakukan Amdal dan persyaratan standar lainnya. Semua ini
dimungkinkan karena ada uang sogok dan suap bagi pemberi ijin alias praktek korupsi. Hasilnya juga
banyak yang tidak masuk ke kas negara karena digunakan untuk membayar "jatah" oknum-oknum
pejabat. Penegakan hukum dibidang lingkungan hidup juga cenderung tidak seimbang karena adanya
praktek korupsi. Illegal logging terus terjadi tanpa mampu dikendalikan, sekali lagi negara dirugikan
dan rakyat yang menanggung dampak buruknya berupa hilangnnya sumber mata pencaharian mereka,
banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, ketiadaan air bersih, gagal tanam dan
gagal panen.
Kerusakan juga disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum. Penegakan hukum hanya melihat
pelaku yang terlibat dilingkungan saja, tanpa melihat pelaku dibalik perusakan tersebut yang merupakan
pejabat tinggi, penegak hukum bahkan pengusaha besar nasional. Pembalakan liar atau illegal loging
diyakini sebagai faktor utama kerusakan hutan dan mengakibatkan kerusakan hutan yang parah.
Pemerintah yang mengetaui hal itu menutup mata seolah-olah tidak mau tau dan membiarkannya.
Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a meliputi:
a.memegang teguh ideologi Pancasila;
b.setia dan mempertahankan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pemerintahan yang sah;
c.mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d.menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak;
e.membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f.menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h.mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i.memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j.memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna,
berhasil guna, dan santun;
k.mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l.menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m.mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n.mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o.meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karier.
AKUNTABILITAS
Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN
berfungsi sebagai: 1) Pelaksana kebijakan publik; 2) Pelayan publik; dan 3) Perekat dan
pemersatu bangsa. Fungsi-fungsi ASN ini harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: 1. Untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan
stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif,
yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga
maupun daerah); 2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); 3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
MENJADI PNS YANG AKUNTABEL Di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) disebutkan bahwa penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen
ASN berdasarkan pada asas: 1. Kepastian hukum; 2. Profesionalitas; 3. Proporsionalitas; 4.
Keterpaduan; 5. Delegasi; 6. Netralitas; 7. Akuntabilitas; 8. Efektif dan efisien; 9.
Keterbukaan; 10.Nondiskriminatif; 11.Persatuan dan kesatuan; 12.Keadilan dan kesetaraan
dan; 13.Kesejahteraan. ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: 1.
Nilai dasar; 2. Kode etik dan kode perilaku; 3. Komitmen, integritas moral dan tanggung
jawab pada pelayanan publik; 4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5.
Kualifikasi akademik; 6. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, dan; 7.
Profesionalitas jabatan.
ETIKA PUBLIK
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai
berikut: 1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila. 2. Setia dan
mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 3.
Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak. 4. Membuat keputusan berdasarkan
prinsip keahlian. 5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif. 6. Memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika luhur. 7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik. 8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah. 9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun. 10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas
tinggi. 11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama. 12. Mengutamakan
pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai. 13. Mendorong kesetaraan dalam
pekerjaan. 14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
KELOMPOK TINDAK PIDANA KORUPSI Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001,
terdapat 7 : (1) Kerugian keuangan negara, (2)Suap-menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan
Curang, (5)Penggelapan dalam Jabatan,
(6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
(7) Gratifikasi.
`
Download