Uploaded by makankelor

Bab 5 Batuan Sedimen

advertisement
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
62
BAB V
BATUAN SEDIMEN
V.1. Pendahuluan
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), dan boleh mengalami proses angkutan dari satu kawasan ke
kawasan yang lain. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen
ini apabila mengeras akan menjadi batu sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen
dan batu sedimen ini dipanggil sedimentologi. Antara sedimen yang ada ialah lumpur,
pasir, kelikir dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila
mengalami proses pengerasan.
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-material hasil
pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau proses kimia, fisika maupun kerja
dari organisme. Pada umumnya batuan sedimen pada lapangan panasbumi terjadi
akibat sedimentasi bahan lepas hasil suatu erupsi gunung api.
Berbagai pengolongan dan penamaan batuan sedimen dikemukakan secara
genesa, antara lain Pettijohn (1975) dan W. T. Huang (1962) sebagai berikut:
 Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali detritur/pecahan
batuan asal. Fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan secara mekanik maupun
secara
kimiawi,
kemudian
tererosi
dan
tertransportasi
menuju
cekungan
pengendapan. Setelah itu mengalami diagenesa, yaitu proses perubahan yang
berlangsung pada temperatur rendah dalam suatu sedimen selama dan sesudah
lithifikasi terjadi. Proses diagenesa antara lain kompaksi, sedimentasi, sementasi,
rekristalisasi,
autogenesis
dan
metasomatis.
Kompaksi
adalah
peristiwa
termampatkan batuan sedimen satu terhadap lainnya akibat tekanan dari beban di
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
63
atasnya. Sementasi adalah turunnya material diruang antar butir sedimen dan secara
kimiawi mengikat butir sedimen. Rekristalisasi merupakan pengkristalan kembali
mineral dari suatu larutan kimia selama genesa dan biasanya banyak dijumpai pada
batuan karbonat. Autogenesis adalah terbentuknya mineral baru dilingkungan
diagenetik sehingga mineral tesebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen,
dan umumnya diketahui sebagai karbonat, silika, klorit, illit dan gipsum.
Metasomatik adalah pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral tanpa
pengurangan volume asal.
Tabel 4.3: Klasifikasi Batuan Sedimen
KELOMPOK
GENESA
Struktur umum
006
0002
Berbutir
halus
Berbutir
sangat
halus
KERIKIL
Butiran menyudut
BREKSI
Butiran terutama berasal dari pecahan
mineral
B BATUAN KWARSA
95% kwarsa
A
T ARKOSA 75% kwarsa
PAU
25% felspar
SIR
P
A GREWAKI 75% kwarsa
25% bahan rombakan
S
pecahan batuan dan
I
feldspar
R
LANAU
LEMPUNG
GE-LAS
AMORF
Modifikasi dari : C E G M
BATULANAU
50% partikel
berbutir halus
BATULUMPUR
BATULEMPUNG
50% partikel
SERPIH
Batu
lumpur
menyerpih
berbutir sangat
halus
KERIKIL
KARBONAT
BREKSI
VOLKANIK
TUFA LAPILI
KALSIRUDIT
PASIR
KARBONAT
KALKA
RENIT
LANAU
KARBONAT
KALSI
SILTIT
KAPUR
LUMPUR
KARBONAT
EVAPORIT
(HALITE)
Batuan menyudut
KALSI
LUTIT
TUFA
TUFA berbutir
halus
(GIPS)
A B U V O L K A N I K
Berbutir
sedang
AGLOMERAT
KERAKAL
DOLOMIT
UKURAN BUTIR (mm)
20
berbutir halus ≥50%
Batuan
membundar
Butiran berasal dari pecahan batuan
BERANGButiran membundar
KAL
KONGLOMERAT
DAN
Berbutir
kasar
Butiran batuan beku
≥ 50%
BATUGAMPING
60
Berbutir
sangat
kasar
KIMIA/
ORGANIK
PIROKLASTIS
B E R L A P I S
Butiran karbonat
Butiran batuan kwarsa feldspar
Dan mineral lempung
N A P A L
Komposisi
SEDIMEN BAHAN ROMBAKAN
BATUGAM
PING
DOLO
MIT
RIJANG
TUFA berbutir
sangat halus
LIGNIT
BATUBARA
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
64
 Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non-klastik terbentuk dari reaksi kimia atau kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
penggaraman unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat (kumpulan) suatu kristal
yang mengalami presipitasi dan replacement (pengantian) (W. T. Huang, 1962).
Pemilahan batuan sedimen didasarkan oleh: struktur, tekstur, komposisi
mineral, ukuran butir, pemilahan (sorting), derajat kebundaran (roundness), matriks,
sementasi serta bidang pelapisan.
Secara genetik batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Batuan piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik hasil erupsi gunung
api eksplosif dengan material penyusunnya berbeda.
 Batuan sedimen tufa
Batuan sedimen tufan adalah batuan yang terbentuk akibat debu vulkanik yang jatuh
pada cekungan sedimen dimana proses sedimentasi berlangsung dan terjadi
pencampuran.
 Batuan epiklastik
Terbentuk dari sedimentasi campuran bahan rombakan batuan piroklastik dengan
batuan epiklastik baik yang bersifat vulkanik maupun yang non-vulkanik, sehingga
menurut William (1954) diberi nama sesuai dengan ukurannya dan masing-masing
diberi kata vulkanik. Batuan epiklastik dapat terjadi karena pencampuran batuan
sedimen vulkanik dengan batuan vulkanik melalui proses aliran langsung dari pusat
erupsi gunung api.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
65
V.2. Tanda-tanda atau petunjuk batuan sedimen

Kehadiran perlapisan atau stratification

Adanya struktur sedimen di atas satah atau di dalam perlapisan

Terjumpanya fosil

Kehadiran butiran yang telah mengalami proses angkutan (klas)

Kehadiran mineral yang asalan sedimen (glaukonit, chamosite)
V.3. Mekanisme Transportasi Sedimen
Batuan sediment memang sangat menarik untuk dibahas. Selain bentuknya
yang unik dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75%
kulit bumi terdiri atas batuan sedimen), proses-proses yang terjadi juga sangatlah
menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang menarik adalah bagaimana sedimen
sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan diendapkan menjadi batuan
sedimen.
Sebelum mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam
suatu cekungan mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa
kita temukan dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam
diantaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah
proses-proses geologi yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini
diajukan oleh Charles Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut
dalam mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa
memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi dari
sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi
dengan proses-proses geologi tertentu.
Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding
terbentuk akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau
angin. Kata sedimen sebenanrya berasal dari bahas latin ”sedimentum” yang artinya
endapan. Batas-batas lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
66
ada pada batuan dimana batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan
lapisan belum berubah ataupun terbalik maka lapisan termuda berada di atas dan
lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip superposition.
Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau skala waktu
pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh Nicolaus Steno
di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan fenomena
tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan original
continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen
diendapkan dalam posisi horizontal. Pembentuk batuan sedimen adalah partikelpartikel atau sering disebut sedimen yang terbentuk akibat hancuran batuan yang
telah ada sebelumnya seperti batuan beku, batuan metamorf, dan juga batuan sedimen
sendiri. Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik, sedimen-sedimen dapat
dibedakan sebagai berikut:
Mekanisme Transportasi
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
67
Klasifikasi- Berdasarkan ukuran partikel dari sedimen klastik
Nama Partikel
Ukuran
Boulder/Bongkah >256 mm
Sedimen Nama batu
Gravel
Cobble/Kerakal
64 - 256 mm Gravel
Pebble/Kerikil
2 - 64 mm
Gravel
Sand/Pasir
1/16 - 2mm
Sand
Silt/Lanau
1/256 - 1/16 Silt
Konglomerat dan Breksi (tergantung
kebundaran partikel)
Sandstone
Batu lanau
mm
Clay/Lempung
<1/256 mm
Clay
Batu lempung
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi,
vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol
pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat
terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme pengangkutan sedimen
oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih
kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat
besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin
umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah
sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen
cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan.
Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah
tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung
ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen
tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya
sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat
cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang
terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat
dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar
cekungan seperti adanya patahan.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
68
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:

Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin
yang ada.

Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat
berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari
butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia
butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa
menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu
dengan lainnya.

Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan
mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam
membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau
mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses sedimentasi dapat
berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu
batuan sedimen.
V.4. Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur batuan sedimen menyangkut masalah aspek geometri dari komponen
partikel batuan yaitu ukuran bentuk dan susunannya. Berbicara tentang tekstur sangat
berkaitan dengan pembahasan tentang genesa batuan, bagaimana batuan sedimen
terbentuk, akan tercermin dari teksturnya. Ukuran partikel sedimen mampu
memberikan analisis tentang jarak transportasi, mekanisme, waktu dan energy
pembentukannya. Tekstur batuan sedimen dikenal ada dua yaitu tekstur klastik dan
non klastik.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
69
Tekstur klastik
Terbentuk melalui proses mekanis, sehingga menunjukkan kenampakkan kesan
mekanis seperti ukuran dan bentuk partikel, sortasi dan kemasan serta hubungan
atau variasi ukuran partikel.

Ukuran Partikel
Ukuran partikel sedimen biasanya dapat menunjukkan jarak dan lam
transportasi serta besarnya energy yang bekerja. Derajat ukuran besar partikel
sedimen telah dibuat suatu sekala oleh Wentworth (1935). Suatu batuan
sedimen klastik kasar komponennya terdiri dari fragmen, matriks dan semen.

Fragmen, yaitu komponen partikel batuan sedimen yang ukurannya
relative lebih besar dari partikel lainnya.

Matriks, yaitu komponen partikel batuan yang terletak diantara fragmen
dengan ukuran lebih kecil daripada fragmen.

Semen, yaitu partikel yang mengikat matriks dan fragmen batuan,
terbentuk secara kimia dapat sebagai silikat.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
Tabel 4.1 Klasifikasi batuan sedimen klastik berdasarkan ukuran butir
(Skala Wenthwort)
UKURAN
(mm)
NAMA BATUAN
NAMA BUTIR
MEMBUNDAR
MENYUDUT
(rounded)
(angular)
KONGLOMERAT
BREKSI
BONGKAH
BONGKAH
KONGLOMERAT
BREKSI
BONGKAH
64
KERAKAL
BERANGKAL
KONGLOMERAT
KERAKAL
BREKSI ROMBAKAN
BERANGKAL
KERIKIL (gravel)
256
BERANGKAL
BREKSI
KERAKAL
4
KONGLOMERAT
BREKSI
BUTIRAN
BUTIRAN
BUTIRAN
2
PASIR SANGAT
BATUPASIR SANGAT KASAR
KASAR
1
PASIR KASAR
BATUPASIR KASAR
PASIR SEDANG
1/4
PASIR (sand)
1/2
PASIR HALUS
BATUPASIR SEDANG
BATUPASIR HALUS
1/8
PASIR SANGAT
PATUPASIR SANGAT HALUS
HALUS
LANAU
(silt)
1/256
LEMPUNG
LUMPUR (mud)
1/16
BATULANAU
BATULEMPUNG / SERPIH (shale)
70
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

71
Bentuk partikel (Shapes)
Bentuk partikel adalah kenampakkan atau dimensi bentuk dari partikl sedimen.
Secara umum (Zingg, 1935) membagi bentuk partikel menjadi :

Rods (prolat) yaitu bentuk memanjang seperti tongkat atau balok.

Blades yaitu bentuk partikel berupa lembaran memanjang seperti papan.
Umumnya berasal dari batuan metamorf yang berfoliasi atau batuan sedimen
yang berlapis.

Disks (tabular), yaitu bentuk partikel sedimen berupa lembar pendek seperti
cakram.


Equant yaitu bntuk kubus dari batuan yang remuk yang berbentuk kubus.
Kebundaran (Roundness)
Roundness adalah derajat kebundaran dari partikel sedimen yang dapat
menunjukkan kesan transportasi. Partikel yang membundar sangat baik
menunjukkan transportasi yang jauh dan lama. Secara teoritis oleh Pettijohn, 1957
roundness dirumuskan sebagai sudut partikel dengan radius maksimum partikel,
atau
P = ∑(ri/N)/R
Dari hasil pengukuran roundness seperti di atas, roundness dapat
dikuantitaskan sebagai berikut :
Angular
p = 0,0 – 0,15
Sub-angular
p = 0,15 – 0,25
Sub-rounded
p = 0,25 – 0,40
Rounded
p = 0,40 – 0,60
Well-rounded
p = 0,60 – 1.00
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

72
Sortasi (derajat Kesergaman Butir)
Sortasi atau pemilahan adalah derajat keseragaman dari penyebaran partikel dalam
batuan sedimen, sortasi dapat mencerminkan besarnya energy, jarak dan lamanya
transportasi, juga dapat menunjukkan macam dan jenis proses yang bekerja
sebelum dan selama sortasi berlangsung. Faktor yang mmpengaruhi sortasi :


Jarak dan lama transportasi

Besarnya energy yang bekerja

Bentuk partikel

Berat jenis dan ukuran partikel

Gradient slope.
Kemasan
Yaitu hubungan antara partikel sedimen, seperti menyentuh atau tidak saling
menyentuh atu sama lain. Kemasan dapat berhubungan dengan sortasi. Sortasi
jelek biasanya kemasan terbuka, sortasi baik biasanya kemasan tertutup.

Porositas dan Permeabilitas
Banyaknya pori dalam suatu volume tertentu dari suatu batuan disebut porositas.
Berdasarkan atas genesanya dikenal dua jenis porositas yaitu :
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

73
Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk bersamaan dengan sedimentasi
batuan sedimen seperti pada porositas batupasir dan batulanau.

Porositas sekunder, yaitu terbentuk setelah batuan sedimen terbentuk,
umumnya karena proses pengkekaran, pelarutan, sperti pada porositas dolomite
dan porositas terumbu karang.
Permeabilitas adalah derajat kemampuan suatu media batuan untuk meloloskan
cairan tanpa menggeser butir partikel batuan tersebut. Permeabilitas dilapangan
biasanya dapat ditentukan secara empiris dengan menetesi air pada permukaan
batuan, tentunnya dengan melihat peresapan air dalam batuan tersebut.
Tekstur nonKlastik
Tekstur non klastik memperlihatkan komponen yang kompak saling tumbuh,
tersusun oleh Kristal-kristal atau massa dasar yang massiv. Terbentuk oleh proses
kimiawi atai biokimia, baik langsung maupun tidak langsung. Mengenali tekstur
nonklastik di lapangan memang suatu hal yang sulit, karena kenampakkan yang
tersusun oleh Kristal yang massif. Biasanya batuan nonklastik terdiri dari satu
mineral (mono mineral), contohnya batugamping non klastik, batu rijang dan
batubara.
V.5. Struktur Sedimen
Struktur sedimen adalah kenampakkan fisik dari susunan batuan sedimen
dapat berupa bidang-bidang perlapisan atau tidak berlapis. Struktur sedimen
terbentuk diakibatkan oleh beberapa factor antara lain :

Tahapan pembentukan dan umur pengendapan.

Proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi selama dan setelah berlangsungnya
sedimentasi.

Variasi material sumber baik ukuran mapun komposisi
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
74
Untuk mengenal secara pasti dari struktur sedimen memerlukan ketekunan,
mngadakan pengamatan dan analisis pendekatan secara seksama, yang tentunya
dengan suatu pedoman yaitu antara lain :

Kenali cirri litologi batuan baik fisik maupun kimia.

Amati susunan dan perkembangan ukuran butir partikel.

Amati susunan dan perkembangan biota

Amati variasi warna

Amati arah penyebaran batuan sedimen

Kenali tingkt dan tahapan pelapukan yang berlngsung yang mempengaruhi
batuan.
Pettijohn 1957 telah membuat klasifikasi tentang struktur sedimen
berdasarkan atas proses pembentuknya yaitu sebagai berikut.
Inorganics Structures, struktur inorganic ini merupakan struktur sedimen yang
terbentuki dari proses mechanical dan chemical.

Mechanical Strunture
Struktur mekanik merupakan struktur sedimen yang bersifat primer terbentuk
melalui proses mekanis.

Planar bedding structure, struktur sedimen berlapis dalam bentuk susunan
lapisan-lapisan batuan sedimen yang masing-masingnya dibatasi oleh suatu
bidang lapisan.

Lamination, struktur laminasi merupakan struktur batuan sedimen dalam
bentuk lapisan-lapisan yang tipis dengan ketebalan kurang dari 1 cm, sering
pula disebut sebagai lapisan ‘varves’
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

75
Convolute laminasi, yaitu struktur turbulent pada sedimen preconsolidation,
terbetuk pada daerah longsoran seperti slope, selama sedimentasi berlangsung,
sering sebagai penunjuk arus keruh (arus turbidit).

Cross-bedding, merupakan struktur pelapisan dimana bidang lapisan tersusun
secara silang siur, struktur ini dapat terbentuk oleh kegiatan arus, gelombang atau
angin.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

76
Graded-bedding, merupakan jenis struktur sedimen yang memperlihatkan
adanya susunan struktur sedimen yang memperlihatkan adanya susunan dari
perbedaan ukuran butir, terbentuk dalam system pemilahan selama sedimentasi
berlangsung yaitu material-material yang berukuran besar dan berat terendapkan
terlebi dahulu kemudian menyusul yang berukuran kecil. Berdasarkan susunan
butirnya, maka graded bedding terbagi atas :

Normal-graded yaitu struktur graded-bedding yang susunan ukuran butirnya
membesar dari atas ke bawah. Ciri khas pada sedimen epiklastik, dimana
kondisi lindkungan dan energy arus yang normal.

Reverse-graded yaitu struktur graded-bedding yang susunan ukuran butirnya
yang kasar berada di bagian atas, biasanya ditemukan pada batuan piroklastik
yang menunjukkan peningkatan energy letusan gunungapi.

Multiple-graded, yaitu struktur graded-bedding yang memperlihatkan
perulangan graded. Terbentuk pada kondisi lingkungan atau sumber kekuatan
energy berubah-ubah.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

77
Lentikular-bedding, yaitu struktur yang tersusun oleh lensa-lensa sedimen
yang berbeda dengan batuan yang ditempati. Struktur ini terbetuk pada saat
terjadi pasang surut material-material pasir atau lempung.

Rytmic-bedding, merupakan struktur selang-seling yang berulang oleh
pengaruh musim sedimentasi.
 Linear bedding Strukture
Merupakan suatu struktur sedimen yang memperlihatkan adanya kesan bergarisgaris baik dalam goresan ataupun susunan garis-garis lapisan.

Striation or Groove Casts, kenampakkan struktur ini yaitu adanya goresangoresan pada tubuh batuan sedimen yang biasanya diakibatkan oleh longsoran
atau pergerakan es> Terbentuk pada daerah glacial terutama pada daerah
dangkalan kutub.

Sand lineation, merupakan bentuk struktur yang menampakkan adanya
penjajaran partikel pasir dalam bentuk garis-garis. Struktur ini terbentuk oleh
aliran arus laminar satu arah pada parit, sehingga apat ditemukan pada endapan
fluviatil.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

78
Imbrication, atau tumpang tindih diantara partikel-partikel sedimen.
Terbentuk pada daerah fluviatil.

Flute cast, struktur yang memperlihatkan adanya bekas-bekas goresan oleh
benda keras selama sedimentasi berlangsung. Struktur ini terbentuk pada
daerah pantai atau darat, dapat dipakai untuk menentukan arus purba dan
penentuan top dan bottom sedimen.

Ripple marks, struktur jejak gelembur terbentuk oleh arus dan gelombang
yang memperlihatkan adanya permukaan bergelombang.
 Bedding-planar irregularitas and markings
Kelompok struktur ini menunjukkan bentuk lapisan biasanya tidak teratur,
umumnya dibentuk oleh arus balik dakam bentuk torehan maupun dalam bentuk
kesan atau”marks”.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
79
 Riil and swam marks, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya goresangoresan yang tidak teratur, terbentuk pada daerah pecah gelombang atau pasang
surut.
 Pits and Prints, yaitu struktur jejak lubang dari jatuhan air hujan pada sediemn
lunak, terbentuk di daerah pasang surut atau dangkalan lainnya.
 Load casts, atau struktur pembebanan yairu struktur yang menekan ke bawah
terhadap sedimen lunak, bagian yang menekan adalah top sedimen, sedang yang
ditekan adalah bottom sedimen.
 Pseudonodules, struktur yang terbentuk akibat deformasi local pada batuan
sedimen lunak, identik dengan load casts.
 Deformed and distrupted bedding
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
80
Kelompok struktur sedimen yang terbrntuk oleh perubahan bentuk atau
pengoyakan batuan sedimen.
 Soft-sedimentfolding, yaitu struktur sedimen yang terbentuk oleh adanya
gejala-gejala lipatan kecil pada sedimen lunak akibat tekanan yang relative.
 Slump-strukture, struktur sluping trbentuk pada kaki lereng cekungan
sedimentasi terhadap batuan lunak, identik dengan struktur konvolut, hanya
prosesnya berbeda.
 Soft-sedimentboudinage, akibat deformasi kuat pada batuan sehingga terjadi
penjajaran bagian-bagian batuan yang berupa fragmen. Struktur dapat pula
dijumpai pada batuan metamorf dan terbentuk pada lingkungan tidak stabil,
misalnya komplek tektonik.
 Distrupted bedding, merupakan struktur pengretakan atau penghancuran dari
pada masa sedemen, seperti :

Breksiasi yaitu gjala-gejala tekanan atau tarikan selama sedimentasi
berlangsung.

Mud-cracks, yaitu struktur kekar-kekar polygonal pada batu lumpur atau
pengaruh tarikan pada waktu pengeringan massa selimur lumpur tersebut.

Pull-aparts,
semacam
struktur
crack,
akan
tetapi
menunjukkan
memperlihatkan retak-retak tidak teratur, terjadi pada batuan sedimen yang
mengalami pengeringan pada waktu pengendapan.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

81
Clay-galls, struktur sedimen yang menyerupai bisul atau menyerupai
gunungapi yang mulai menurun aktivitasnya.

Sedimentary sill and dykes, struktur sedimen intrusi, biasanya pada massa
sedimen yang mempunyai bagian dalam yang lunak mengandung air,
sehingga apabila terjadi kompaksi atau gaya-gaya lainnya, maka material
lunak akan naik ke atas atau kesamping melalui zona-zona retakan.

Chemical Structures
Pengaruh kimia pada pembentukan struktur sedimen biasanya bersifat sekunder
yaitu Nampak jelas apabila batuan sedimen telah terbentuk.
 Solution Structures, struktur sedimen yang terbentuk oleh pelarutan-pelarutan
kimia.
 Stylolites, struktur dalam bentuk isi mengisi berbentuk gigi, terbentuk pada
batuan yang muda terjadi pelarutan sehingga rongga-rongg atau retakan diisi
oleh mineral-mineral hasil pelarutan tersebut.
 Corrosion zone, struktur yang terbentuk oleh adanya erosi atau pelarutan
kimia, seperti pada pembentukan dolomite dan oksidas dari mineral-mineral
feromagnesium dalam batuan sedimen.
 Vug dan Oolicasts, struktur yang memperlihatkan bentuk bulat-bulat kecil
seperti oolitik.
 Accretionary Structures, struktur yang terbentuk oleh adanya penggantian,
penambahan atau pengumpulan unsure-unsur dalam batuan sedimen.
-
Nodules, struktur yang terbentuk oleh pengumpulan atau penggantian
mineral tua oleh mineral-mineral baru, biasanya unsure-unsur yang
mengalami nodulisasi dalam batuan sedimen yaitu unsure-unsur
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
82
minoritas, dimana konsentrasi pH atau keasaman berbeda dengan unsureunsur mayoritas dalam batuan, seperti unsure karbonat dan silikat.

Nodule silikat biasanya
ditemukan pada
batuan lingkungan
pengendapan asam (biasanya laut dalam), unsure-unsur silica yang
terjebak bersama-sama dengan material-material sedimen yang
mayoritas, longsor atau terendapkan pada kedalaman, yang biasanya
pada kondisi continental slope akan terkumpul menjadi nodule.

Nodule kalsium karbonat memiliki kenampakkan struktur secara
fisik sulit dibedakan dengan gejala fisik lainnya, namun secara kimia
dapat dikenal, seperti menetesi asam clorida pada batuan sedimen
tersebut>
Nodule
karbonat
dapat
menunjukkan
lingkungan
pengendapan basa atau laut dangkal.

Concretion, struktur sedimen yang menyerupai nodule, akan tetapi konkresi
mempunyai strutktur konsentris. Terbentuk melalui segregasi mineral yang
biasanya berupa material sedimen tertentu dalam batuan sedimen, seperti sisasisa organism, banyak konkresi yang sering dikacaukan seperti speroidal,
namun konkresi itu sifatnya identik dengan nodule-nodule.

Crystal agregats (mold or casts), bentuk struktur yang tersusun oleh Kristalkristal
atau
kesan
Kristal.
Kristal-kristal,
mineral-mineral
terjebak
memeperlihatkan berupa kesan Kristal karena telah mengalami pelarutan
seperti Kristal es dan garam.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

83
Veinlets, struktur berbentuk urat atau sisipan-sisipan pada rekahan batuan,
banyak ditemukan di daerah pelarutan seperti pada batugamping atau pada
batuan lunak yang mengalami deformasi.

Color bending, struktur warna akibat perbedaan fisik dan kimiawi lapisan
batuan sedimen.
 Composite structures, kelompok strutkur yang terbentuk secara bersusun atau
bertahap pada periode pembentukannya dimana proses pelarutan dan rekristalisasi
berlangsung.

Geodes, struktur yang berupa pertumbuhan Kristal pada ruan-ruang celah
batuan, dapat ditemukan pada gamping, batulempung dalam bentuk
amygdale.

Septaria, bentuk struktur berupa retak-retak polygonal yang biasanya
terisi oleh kalsit, dapat ditemukan pada napal dan batu lempung.

Cone in cone, struktur yang menampakkan sudut menyudut, terjadi pada
batu gamping yang mengalami pelarutan.
Organic Structures
Struktur kesan jejak fosil pada batuan sedimen, paling banyak ditemukan pada daerah
transisi hingga laut dangkal.

Petrifaction structures
Struktur fosil yang telah mengalami rplacement dan pembatuan.

Bedding Structures
Semacam struktur yang memeperlihatkan adanya perlapisan oleh susunan
organism berupa jejeran rumput-rumputan> Contoh algae bedding.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

84
Miscellancous structures
Kelompok jejak-jejak atau sisa-sisa organism yang telah memfosil.

Borings, strutktur jejak lubang-lubag pada batuan sedimen, terbentuk oleh
aktivitas poraganisme baik hewan maupun tumbuhan termasuk bioturbasi.

Tracks and trails, struktur jejak kaki binatang dan kesan gerakan dari
organism pada sedimen lunak selama sedimentasi berlangsung.

Casts dan molds, struktur cetakan atau kesan binatang berupa fosil, dapat
menunjukakan top dan bottom sedimen dengan memperlihatkan kedudukan
binatang yang menjadi fosil semasa hidupnya, biasanya diperhitungkan yang
insitu dan yang dominan.

Faecal pellets dan corpolites, struktur sisa-sisa bangunan dari buangan pada
organism selama sedimentasi berlangsung, banyak ditemukan di daerah
lingkungan yang subur.
V.5. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan dapat diartikan sebagai suatu areal sedimentasi
dimana batuan sedimen terbentuk yang melibatkan aspek fisika, kimia dan biologi.
Unsur-unsur lingkungan pengendapan :

Tempat sedimentasi

Faktor pembatas : fisika-mekanis, kimiawi

Energi : tenang. Lemah tinggi

Kimiawi_fisika : Eh dan pH, salinitas, konsentrasi kelarutan karbonat dan silica,
temperature

Aktivitas biologi : struktur pertumbuhan, cangkang sebagai sedimen, material
organi (C-H), struktur galian.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
85
Analisis terhadap penentuan lingkungan pengendapan dapat diperhatikan beberapa
factor antara lain :

Asosiasi dan jenis litologi dan mineralogy

Struktur-struktur sedimen

Paleontologis
Twenhofel, 1950, membagi lingkungan pengendapan yaitu :
Continental environments

Terrestrial

Desert (gurun) environments, energy dari angin dan kadang-kadang air
hujan yang berkala> Sedimen : pasir, debu, kerakal, sand dunes dan oksida
besi.

Glacial, kondisi temperature rendah, energy dari longsoran es. Sedimen
terdiri dari “moraine” dengan cirri unsorted, unstratified, striasi.

Aqueous
Fluvial environments

Piedmont environments, terdapat pada bagian hulu sungai curam,
energy arus. Sedimen terdiri dari tallus dan kipa alluvial dengan sortasi jelek.

Valley-flood, berupa flood plain dan stram channel, material clay-boulder>
Struktur sedimen berupa graded bedding, cross bedding, mud cracks, dan ripple
marks.

Palludal
 Fresh-water swamps, lingkungan rawa ini terdiri dari rawa danau, rawa
sungai dan rawa daratan> kondisi tenang, energy chemis dan thermal>
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
86
Sedimen berupa lempung-lumpur, sisa-sisa tumbuhan, lembaran-lembaran
sedimen dalam bentuk laminasi.

Marine (paralic) swamps, terdiri dari grass and reed swamps yaitu rawa
rumput, mangrove swamps yaitu rawa bakau. Sedimen : barrier beach, spit
dan bar.

Lacustrine (danau), kondisi bervariasi, bentuk dan ukuran penyebaran sedimen
ditentukan oleh batuan danau. Energi chemis dan thermal. Sedimen : halus agak
kasar, kadang-kadang gamping fresh water dari tumbuh-tumbuhan air tawar, marl
rufas, clay, silt, gravel, oksida besi, calcium posfat, organic matter dan
evaporates.

Spelean-cave (lubang gua), energy chemis dan mekanik, sedimen banyak
menyebar sesuai bentuk goa, stalaktit dan stalakmit dan breksi gamping.
Transitional Enviroments

Littoral Enviroments, pada daerah antara air pasang dan air surut. Energy
mekanik, chemical and organic processes. Sedimen berupa klastika (lempungkerakal), binatang-binatang “Balomus” dan “chiton”, sortasi sedang-sangat baik.

Delta, terdapat di daerag muara sungai, energy arus sungai dan laut> Sumber
material dari daratan berupa klastik halus-kasar dan kadang-kadang bercampur
sisa-sisa organism. Struktur sedimen laminasi, gelembur gelombang dan cross
bedding.

Marginal Lagoon, Derah lingkungan yang hamper tertutup> Energi chemis dan
thermal> Sedimen : halus-kasar, sisa-sisa organism, kondisi air terkadang hitam,
reduksi pirit, pellet dan oolit.

Estusry, lingkungan yang terdapat di daerah mulut sungai> Energi chemis dan
mekanik> Sedimen berupa klastik lempung-kerakal, dengan struktur sedimen
wavy bedding, cross bedding, lenticular bedding dan bioturbation.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
87
Marine Enviroments

Neritic, daerah laut dangkal dengan kedalaman lebih kecil dari 200 meter, nergi
chemis, mekanik dan organik. Sedimen dalam bentuk barrier, spit, beach dan
tombolo> Klastik halus-kasar dengan sisa-sisa organism> struktur sedimen
laminasi dan silang siur, sortasi sedang-sangat baik, meyebar sepanjang pantai,
banyak ditmukan batugamping nonklastik.

Bathyal, daerah laut dengan kedalaman 200-2000 meter. Energy mekanis tidak
begitu berpengaruh, tetapi energy chemis yang dominan> Sedimen halus dan
glauconite serta planktonik. Strutur sedimen laminasi.

Abysal.
Daerah laut dengan kedalaman lebih besar dari 2000 meter termasuk hadal (±
6000 meter). Sinar matahari tidak sampai pada dasar cekungan. Energi chemis
yang berperan. Sedimen klastik halus, cangkang-cangkang bentonik palnktonik
terlarut dan terreplacement, fosil radiolarian, pelazic ooze dan lempung coklat
atau merah. Struktur sedimen laminasi atau lapisan-lapisan tipis oleh sedimentasi
yang lambat
V.6. Fasies Sedimen
Fasies dalam sandi stratigrafi Indonesia diartikan sebagai aspek fisika, kimia,
biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Apabila dalam suatu lingkungan
pengendapan diendapkan dua macam batuan atau lebih pada faktu yang sama dengan
cirri fisika, kimia yang berbeda. Contoh batugamping dan batupasir yang terendapkan
dalam lingkungan dan waktu yang sama, dapat diketahui berbeda fasies.
Dalam prinsip stratigrafi, fasies dapat dikenal dengan memperhatikan criteria-kriteria
berikut ini :
1. Karakteristik litologi, termasuk gejala-gejala ubahan yang ditimbulkan oleh
pengendapan atau akibat metamorfisme.
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
V.7. Bentuk Kontak Antar Batuan

Kontak Pengendapan
Horizontal Beds of Sedimentary Rock
Tilted Turbidite Beds in Zumaya, Spain
88
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

Kontak Sesar
Faulting as a Determinant of Relative Age

Kontak Intrusi
Granitic Intrusion
89
ALL GEOLOGICAL SCIENCE

Ketidakselarasan
Angular Unconformity
90
ALL GEOLOGICAL SCIENCE
Disconformity
91
Download