Uploaded by shafrinaamalia123

Heritabilitas

advertisement
HERITABILITAS
Heritabilitas menggambarkan bagian dari ragam fenotipik dalam satu
populasi yang disebabkan oleh hereditas (genetik). Dugaan heritabilitas
berhubungan dengan perbedaan individu atau kelompok individu dan tidak
dengan nilai absolutnya. Lebih jelasnya, dugaan heritabilitas suatu sifat
merupakan bagian dari perbedaan –perbedaan pada sifat tersebut dalam satu
populasi yang disebabkan oleh herrditas (genetik). Sebagai ilustrasi misalkan
heritabilitas ketebalan lemak punggung pada babi adalah 50 persen. Rata –rata
ketebalan lemak punggung pada babi yang mendekati berat 200 pon adalah 1,40
inci. Hal ini tidak berarti bahwa 0,70 inci disebabkan oleh lingkungan.
Definisi lain dari heritabilitas adalah derajat kemiripan turunan terhadap
tetua mereka untuk satu sifat tertentu. Jika satu sifat highly heritable berarti ternak
dengan penampilan tinggi cenderung menghasilkan turunan berpenampilan tinggi
juga, dan ternak berpenampilan rendah akan menghasilkan turunan yang
berpenampilan rendah pula.
Pengertian Heritabilitas
Nilai heritabilitas suatu sifat berkisar antara 0 sampai 1 (Ronny rachman
Noor, 2009) Sifat-sifat yang memiliki nilai heritabiitas tinggi (dalam arti sempit)
cenderung lebih banyak dikontrol oleh gen aditif dibandingkan dengan nonaditif.
Oleh karena itu heterosis cenderung kurang dipengaruhi oleh gen aditif maka
umumnya makin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat akan makin kecil pula
heterosisnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang memiliki heritabilitas rendah seperti
litter size pada babi, calving rate pada sapi dan domba umumnya mnunjukkan
heterosis yang cukup tinggi.
Nilai h2 berselang antara 0-1. Heritabilitas dikategorikan rendah (lowly
heritable) dan tinggi highly heritable bila mempuyai masing-masing 0-0,15 :
0,015-0,30 dan >0,30. Nilai h2 mendekati 1 menunjukkan bahwa suatu sifat
memberikan respon yang lebih baik terhadap perlakuan seleksi sebaliknya, nilai
h2 yang rendah menunjukkan bahwa respon seleksi akan lambat.
Bila suatu sifat mempunyai nilai h2 tinggi, maka dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan yang sangat nyata antara nilai fenotipik dengan nilai
1
pemuliaan. Dengan demikian tingkat kesamaan pada nilai genotipik pada
individu-individu yang berkerabat menunjukkan tingkat kesamaaan pada nilai
feonotipiknya.
Heritabilitas suatu sifat tidak tetap, bisa berbeda dari populasi satu
dengan populasi lain dan dari lingkunagn satu ke lingkungan lain. Nilai h2
berbeda tergantung pada:
1) Periode pengambilan data. Nilai h2 dari data yang diambil pada suatu
periode waktu dapat berbeda bila digunakan data yang diambil pada
periode lain. Hal ini wajar karena adanya migrasi ternak (keluarmasuknya ternak dari/ke suatu peternakan) yang menyebabkan
perbedaan jumlah data, dan adanya perubahan lingkungan (iklim,
pakan, penyakit dsb,).
2) Bangsa ternak. Nilai h2 untuk sifat pada suatu bangsa dapat berbeda
dari bangsa lainnya. Sebagai contoh, h2 bobot lahir sapi Ongole
berbeda dengan sapi Brahman meskipun data yang dianalisis berasal
dari wilayah yang sama dengan jumlah data yang sama.
3) Metode yang digunakan dalam pendugaan. Meskipun jumlah data
sama dan berasal dari peternakan/wilayah yang sama , tetapi bila
metode yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas berbeda,
maka hasil pendugaan dapat berbeda.
4) Jumlah dan asal data. Jumlah dan asal data yang berbeda menyebabkan
nilai h2 dugaan menjadi berbeda meskipun dianalisis dengan
menggunakan metode yang sama.
Heritabilitas dapat digunakan dalam arti sempit dan arti luas, dan adalah
penting untuk mengetahui perbedaan diantara keduanya.
a. Heritabilitas arti luas
Heritabilitas dalam arti luas melibatkan semua pengaruh hereditas dari
setiap individu, yaitu semua pengaruh genetic aditif, dominan dan epistasis.
Heritabilitas dalam arti luas mengukur pengaruh total genetic terhadap
penampilan suatu sifat, termasuk nilai pemuliaan dan nilai kombinasi gen.
Heritabilitas dalam arti luas ini bukan suatu konsep yang aplikatif. Dengan
2
demikian, karena nilai kombinasi gen tidak dapat diwariskan sehingga tidak
menggambarkan hubungan antara penampilan dan potensinya sebagai tetua.
ℎ2 =
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
=
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝
Keterangan:
𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif
𝜎 2 𝑝= ragam fenotipik, meliputi ragam genetiik dan lingkungan
b. Heritabilitas arti sempit
Dalam arti sempit, heritabilitas hampir semuanya disebabkan oleh aksi gen
aditif atau pengaruh rata –rata individu gen yang ada dalam suatu populasi. Dalam
program pemulian ternak, diperlukan heritabilitas dalam arti sempit yang
merupakan imbalan ragam genetic aditif terhadap ragam penotipnya. Hal ini
hampir sama dengan persentase kemajuan genetic yang diperoleh pada generasi
yang akan dating apabila individu –individu terbaik dipilih untuk tetua.
Alasan alasan untuk mempertimbangkan heritabilitas dalam arti sempit adalah :
a)
Ragam genetic aditif adalah penyebab utama dari kesamaan diantara
kerabat.
b)
Heritabilitas dapat dihitung dari pengamatan yang dilakukan dalam populasi
Sebagai satu ukuran matematik, heritabilitas selalu positif, berkisar dari nol
sampai satu, atau dalam bentuk persentase, 0%- 100%. Sifat –sifat dengan
heritabilitas mendekati nol hampir tidak heritable, dan sifat –sifat yang mendekati
satu adalah sangat heritable.
𝑣𝐺 𝜎 2 𝐺
ℎ =
=
𝑣𝑝 𝜎 2 𝑝
2
𝜎 2 𝐺= ragam genetic yang terbagi menjadi tiga komponen yaitu ragam genetic
aditif
𝜎 2 𝑝= ragam fenotipik, meliputi ragam genetiik dan lingkungan
3
2.
Arti Penting Heritabilitas
Dugaan heritabilitas mengatakan sesuatu tentang jumlah kemajuan yang
mungkin diperoleh dalam seleksi untuk satu sifat tertentu. Untuk contoh,
heritabilitas tingkat pertambahan berat badan pada sapi pedaging adalah sekitar
50%. Hal ini berarti bahwa 50% dari ragam total dari pertambahan berat badan
dan sapi ini disebabkan oleh ragam genetic dan sekitar 50% lagi disebabkan oleh
ragam lingkungan.
Dengan demikian, perbedaan pada sapi jantan yang digemukkan dibawah
kondisi lingkungan yang sama disebabkan sebagian oleh perbedaan genetiknya.
Apabila heritabilitas satu sifat tinggi, kolerasi diantara penotipe dan genotype dari
individu –individu juga tinggi, dan seleksi berdasarkan penotipe individu akan
efektif. Dugaan heritabilitas yang tinggi juga mengindikasikan bahwa aksi gen
aditif adalah penting untuk sifat tersebut dan perkawinan antar individu terbaik
akan menghasilkan turunan yang terbaik juga.
Sering juga terjadi, dugaan heritailitas untuk sifat adalah rendah (10-15
persen) atau lebih rendah lagi. Suatu dugaan heritabilitas yang rendah menyatakan
bahwa kolerasi yang rendah antara genotipe dan fenotipe.
Dugaan heritabilitas rendah juga menyatakan bahwa ragam yang
disebabkan aksi gen aditif mungkin kecil. Apabila heritabilitas satu sifat rendah
maka aksi gen bukan aditif seperti dominan lebih, dominan dan epistasis adalah
penting.
A. Metode regresi tetua – anak
Metode ini membutuhkan data dua generasi, harus ada data tetua dan data
anak. Contoh: bila akan mengestimasi heritabilitas bobot sapih pada sapi perah,
harus ada data bobot sapih dari sejumlah pejantan yang ada dalam suatu
kelompok dan bobot sapih dari keturunan pejantan-pejantan tersebut. Metode ini
digunakan pada ternak unipara (beranak satu ekor dalam satu kelahiran). Pola
reproduksinya: pada suatu populasi setiap pejantan mengawini sejumlah induk,
dan dari setiap induk melahirkan satu anak.
4
ℎ2 = 2𝑏 = 2
∑𝑥𝑦
∑𝑥 2
Keterangan :
Nilai b adalah regresi anak terhadap tetuanya,
B. Metode perhitungan satu arah
Seperti pada metode regresi tetua-anak, metode pola satu arah juga digunakan
pada hewan unipara (setiap kelahiran dihasilkan satu ekor anak) dengan selang
generasi yang cukup lama misal sapi, kerbau. Metode ini dibedakan menjadi dua
dilihat dari jumlah anak per pejantan, yaitu 1) Balanced design bila jumlah anak
per pejantan adalah sama banyak, dan 2) Unbalanced design bila jumlah anak per
pejantan adalah tidak sama.
4. ̇ 𝜎 2 𝑠
ℎ = 2
(𝜎 𝑠 + 𝜎 2 𝑤)
2
Keterangan
σS2 = (KTS – KTW)/k
σW2 = KTW
KTS = kuadrat tengah antar pejantan;
KTW = kuadrat tengah antar anak dalam pejantan
k = koefisien jumlah anak per pejantan, besarnya sama dengan ni
5
Download