Uploaded by safarudindinstkip

KONSEP PEMECAH MASALAH

advertisement
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
( PROBLEM-BASED LERANING.)
MAKALAH :
DISUSUN GUNA UMNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH STARATEGI
MODEL PEMBELAJARAN.
DOSEN PENGAMPU :
AGUSTINASARI,M.Pd.sI
DI SUSUN OLEH :
Yus Arianda (2017030001)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) TAMAN SISWA BIMA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Berbasis masalah
B. Ciri- Ciri pembelajaran berbasis masalah
C. Komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah
D. Konsep dasar pembelajaran berbasis masalah
E. Langkag-langkah model pembelajaran berbasis masalah
F. Sintaks pembelajaran berbasis masalah
G. Penilaian dan evaluasi
H. Keunggulan dan kelebihan model pembelajaran berbasis masalah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai
individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya
mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik
merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham
dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model
pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah
guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan
kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat
menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri
merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai
masalah.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2. Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3. Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.
Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
5.
Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan)
dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah?
6.
Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.
Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.
Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.
Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problembased Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning /
PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar
peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan,
kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk
mencari
atau
menentukan
sumber-sumber
pengetahuan
yang
relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk
belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu
pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model
pembelajaran yang, melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
B.
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1. strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta
didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta
didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2. aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
3. pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapantahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.
Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends,
diantaranya adalah :
a. Permasalahan
autentik.
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang
nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan
masalahnya,
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.
Produk.
Peserta
pengamatan.produk
didik
bisa
dituntut
berupa
untuk
kertas
membuat
yang
produk
dideskripsikan
hasil
dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
D. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model
pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis
masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi
pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat
kemampuan intelektual siswa bertambah.
c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam
belajarnya.
d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori
yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan
pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara
objektif.
E.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 5
langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
1. Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun
sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
2.
Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara
kritis dari berbagai sudut pandang.
3.
Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
5. Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan
mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah
melalui kegiatan kelompok :
1. Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang
dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah
yang sedang dikaji.
2.
Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya mas
3. Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelompok.
4. Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dilakukan.
5. Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
 Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia
dan lingkungan sosial.
 Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus
dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
 Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab
akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah.
 Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang
relevan.
Kemampuan
yang
diharapkan
adalah
peserta
didik
dapat
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai
tampilan sehingga sudah dipahami.
 Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah
dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
 Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian
yang memungkinkan
dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan
kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang
dipilihnya.
F.
Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap.
TingkahLaku guru.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,
menjelaskan logistik
yang dibutuhkan,
Tahap-1
Orientasi peserta
didik pada masalah.
mengajukan fenomena
atau demonstrasi atau
cerita untuk
memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap-2
Guru membantu peserta
Mengorganisasi
peserta didik untuk
belajar.
didik untuk
mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas
belajar yang
berhubungan dengan
masalah tersebut.
Guru mendorong peserta
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok.
didik untuk
mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan
dan pemecaha nmasalah.
Guru membantu peserta
didik dalam
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya.
merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
video, dan model serta
membantu mereka untuk
berbagi tugas
dengantemannya.
Guru membantu peserta
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan
mereka dan prosesproses yang
merekagunakan.
G.
Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran
yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan
informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak
hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam
bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk
performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi
peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok.
Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan
mulai lagi proses penyelesaian baru.
H. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik
serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru
bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana
mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik
untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis
masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan.
Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya
kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah
peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
·
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa
memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
·
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan
padaproses penyelesaian masalah
·
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan
karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini
B. . Saran
Bagi para guru dan calon guru, metode pembelajaran ini sangat cocok atau
sesuai dengan kurikulum 2013 sekarang. Diharapakan metode pembelajaran ini
dapat di terapkan bagi para pembaca terkhususnya para guru dan calon guru.
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan
XII. Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring.
Download