Uploaded by Aldi Kurniawan

BAB 1 Kelompok I 4

advertisement
IDENTIFIKASI KOMODITAS SAWI DI DESA WISATA
PUJON KIDUL KECAMATAN PUJON KABUPATEN
MALANG
LAPORAN PRAKTIK LAPANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
matapraktikumPengantar Ilmu Pertanian pada Laboratorium Ekonomi Pembangunan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Asisten Pembimbing:
Moh. Aji Prasetyo
Oleh :
Golongan I/4
LABORATORIUM EKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Koordinator : Aldi Kurniawan
(191510601002)
Anggota
: 1. Laily Nur Azizah
(191510601088)
2. Risqi Nurhidayati
(191510601080)
3. Nabila Pramudya
(191510701029)
4. Risma Annisa Fauziah
(191510501119)
5. Shifa Ulya Alfalah
(191510501107)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting bagi Bangsa Indonesia, yakni
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Indonesia yang dikenal sebagai
negara agraris dengan penyedia lapangan pekerjaan yang memadai di sektor
pertanian, tentu saja diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk dan menjadi sumber pendapatan. Sektor pertanian juga memiliki
peranan penting dalam pembangunan nasional, dimana sektor pertanian dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara dan pemenuhan kebutuhan konsumsi
dalam negeri. Pertanian sendiri dapat diartitkan sebagai pertanian berdasarkan arti
sempit dan pertanian berdasarkan arti luas. (Kusumaningrum, 2019)
Pertanian dalam arti sempit merupakan kegiatan membudidayakan jenis
tanaman tertentu untuk pemenuhan kebutuhan. Pertanian dalam arti luas meliputi
kegiatan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura), perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Pertanian dalam arti luas merupakan pertanian yang
mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup baik
berupa tanaman, hewan, dan mikroba serta budidaya hortikultura untuk
kepentingan manusia itu sendiri.(Arwati, 2018).Salah satu subsektor dalam
pengertian pertanian arti luas adalah hortikultura.
Menurut Sasmito (2017) hortikultura merupakan komoditas pertanian khas
tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.Hortikultura adalah
pembudidayaan dengan cara perkebunan, namun hortikultura juga dapat di artikan
sebagai suatu cabang pertanian yang berkaitan dengan penanaman dan perawatan
tanaman jenis sayur, buah dan tanaman hias. Proses pengembangan komoditas
hortikulturan tak lepas dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
bisa meliputi SDM, tingkat pendidikan yang tinggi dapat dijadikan indikasi bahwa
kualitas SDM itu lebih berkualitas, subsistem hulu, subsistem usaha pertanian,
subsistem hilir dan pemasaran. Faktor eksternal meliputi kondisi ekonomi, sosial
dan budaya, demografis dan lingkungan kekuatan politik, pemerintahan, dan
hukum, kekuatan teknologi dan kekuatan kompetitif(Kasuba dkk., 2015).
Iklim yang ada di Indonesia adalah iklim tropis yang mampu untuk
dikembangkan oleh beberapa jenis komoditas. Komoditas sawi merupakan salah
satu komoditas holtikultura sayuran semusim yang mampu berkembang dengan
baik di Indonesia. Kondisi topografi yang mendukung di beberapa daerah di
Indonesia merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan produktivitas hasil
komoditas sawi. Sawi juga memerlukan unsur nitrogen serta unsur hara dalam
proses pertumbuhannya, bila unsur nitrogen dan unsur hara tersebut kurang atau
tidak tersedia dalam tanah, maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Oktabriana, 2017).
Budidaya komoditas sawi di Indonesia tidak terlepas dari isu-isu, baik isu
mengenai budidaya sawi, pengolahan hasil panen sawi maupun pemasaran
komoditas sawi. Isu yang berkaitan dengan budidaya komoditas sawi contohnya
adalah pengembangan budidaya sawi dengan metode hidroponik, budidaya sawi
organik, hingga isu yang berkaitan dengan hambatan budidaya seperti perubahan
iklim, serangan hama dan penyakit pada sawi sehingga budidaya sawi terhambat.
Inovasi dalam metode hidroponik telah mengalami perkembangan pesat.
Budidaya sayuran, khususnya sawi dengan metode hidroponik memiliki pengaruh
positif yang besar. Menurut Hafijah, dkk (2019) sistem hidroponik berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun, lebar daun serta berat sawi, dalam sistem hidroponik
tidak ada kehilangan unsur hara, terjadi penghematan air karena air dalam media
hidroponik hanya mencakup perakaran tanaman saja dan air
bisa dilakukan
berulang-ulang, serta pemberian nutrisi bisa diatur dengan baik sejalan dengan
irigasi. Metode hidroponik dapat mengatasi permasalahan kekurangan lahan
pertanian, sawi tidak mudah terkena hama penyakit, menghemat pupuk dan air
serta hasil panen lebih berkualitas. Sistem penanaman sawi dengan hidroponik
juga berkaitan dengan budidaya sawi organik.
Budidaya sawi hidroponik juga melibatkan pertanian organik, dimana
dalam budidaya sawi tidak melibatkan pupuk maupun bahan-bahan kimia
sehingga. Saat ini budidaya tanaman organik mengalami peningkatan signifikan,
hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat akan sayur yang sehat tanpa kandungan
bahan kimia yang berasal dari pestisida. Budidaya sawi dengan metode hidronik
sangat mengurangi adanya hama penyakit yang kebanyakan berasal dari tanah
sehingga tidak perlu adanya pestisida dalam budidaya sawi hidroponik. Pemberian
pupuk pada sawi organik harus terbebas dari kandungan bahan kimia, solusi yang
digunakan agar nutrisi tanaman tetap terpenuhi tanpa harus dengan bahan kimia
adalah dengan penggunaan pupuk organik. Pemberian pupuk organik cair dengan
dosis yang pas terbukti meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi hijau dari segi
morfologisnya (Hilmi, 2018). Selain faktor pengelolaan tanaman, kelancaran
budidaya sawi juga didukung dengan adanya kondisi lingkungan serta iklim yang
baik.
Indonesia memiliki 34 provinsi, dimana pada tiap provinsi memeiliki
kondisi topografi yang berbeda. Tanaman sawi umumnya bisa ditanam dan
tumbuh dengan baik di beberapa provinsi di Indonesia, bahkan beberapa provinsi
di Indonesia mampu untuk memproduksi sawi dalam jumlah yang besar, namun
juga ada beberapa provinsi yang hanya mampu memproduksi sawi dalam jumlah
yang sedikit. Berikut data produksi sawi di beberapa provinsi di Indonesia.
Tabel 1.1 Data Produksi Sawi di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2018
No.
Provinsi
Produksi Sawi (Ton)
1.
Aceh
2.661
2.
Sumatra Utara
3.
DKI Jakarta
2.664
4.
5.
Jawa Timur
Bali
72.562
34.192
6.
Nusa Tenggara Timur
10.188
7.
Nusa Tenggara Barat
1.571
8.
Gorontalo
9.
Sulawesi Tenggara
1.047
10.
Kalimantan Timur
8.595
11.
Kalimantan Utara
4.614
12.
Maluku
2.645
13.
Jawa Barat
14.
Papua
15.
Papua Barat
62.831
16
201.004
5.591
954
Sumber : Badan Pusat Statistik 2018
Berdasarkan tabel 1.1 beberapa provinsi di Indonesia mampu untuk
menghasilkan tanaman hortikultura sayur semusim berupa sawi. Total produksi
sawi pada tahun 2018 di setiap provinsi berbeda – beda. Provinsi Jawa Barat
merupakan penghasil produksi sawi tertinggi pada tahun 2018, dengan jumlah
total produksi sawi 201.004 Ton. Total produksi sawi terendah pada tahun 2018
merupakan Provinsi Gorontalo dengan jumlah total produksi sawi seberat 16 Ton.
Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun 2018 mampu memproduksi sawi seberat
72.562 Ton, hal ini tentu saja menggambarkan bahwa Jawa Timur merupakan
salah satu provinsi yang efektif dalam produksi tanaman sawinya.
Kabupaten- kabupaten yang berada di Jawa Timur tidak semuanya mampu
untuk membudidayakan tanaman hortikultura seperti sawi contohnya. Kondisi
alam yang kurang mendukung menjadi faktor utama mengapa tanaman sawi tidak
mampu tumbuh dengan baik. Wilayah yang mampu mengembangkan tanaman
sawi dengan baik merupakan wilayah yang kondisi alamnya sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang tanaman sawi. Berikut adalah data produksi sawi dari
beberapa kabupaten di Jawa Timur.
Tabel 1.2 Data Produksi Sawi di Beberapa Kabupaten di Jawa Timur Tahun 2018
No.
Kabupaten
Produksi Sawi (Kw)
1.
Jember
7.593
2.
Kediri
16.992
3.
Pacitan
1.236
4.
5.
Malang
Magetan
6.
Tulungagung
7.
Trenggalek
8.
Sumenep
316.204
72.831
14.250
1.022
735
9.
Pamekasan
10.
Probolinggo
880
11.
Sidoarjo
66.318
12.
Pasuruan
1.257
13.
Banyuwangi
6.787
14.
Nganjuk
4.711
15.
Lamongan
9.703
74
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur 2019
Berdasarkan tabel 1.2 beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur
membudidayakan komoditas sawi.
Kabupaten Malang merupakan kabupaten
dengan total produksi sawi tertinggi pada tahun 2018 seberat 316.204 Kw.
Kabupaten dengan total produksi sawi terendah pada tahun 2018 merupakan
Kabupaten Lamongan dengan total produksi sawi seberat 74 Kw. Perbedaan total
produksi sawi pada tiap kabupaten berbeda, hal ini bisa saja disebabkan karena
kondisi topografi daerah itu sendiri, seperti jenis tanah, iklim, serta bentuk
wilayah yang untuk tumbuh kembang tanaman sawi.
Kecamatan – kecamatan yang berada di Kabupaten Malang yang turut
mengembangkan dan membudidayakan tanamaan sawi tentu saja tak luput dari
dukungan faktor – faktor alam atau kondisi topografi yang ada.Tanaman sawi
tidak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah, ketidakcocokan iklim,
ketinggian
dan
juga
topografi
akan
mengakibatkan
ketidaksempurnaan
tumbuhnya tanaman sawi. Kondisi iklim, kondisi tanah, dan fisiografi / bentuk
wilayah merupakan faktor yang mempengaruhi efektifitas dan produktivitas hasil
produksi sawi. Kondisi Kabupaten Malang yang berada di ketinggian diatas 700
mdpl tentu saja mampu mengefektifkan tumbuh kembang tanaman sawi yang
dibudidayakan. Berikut adalah data produksi sawi dari beberapa kecamatan di
Kabupaten Malang.
Tabel 1.3 Data Produksi Sawi di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Malang Tahun 2018
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kecamatan
Produksi Sawi (Kw)
Ngantang
Singosari
Pakis
Wonosari
Tumpang
Tajinan
Pujon
Kromengan
Sumberpucung
Donomulyo
40.375
1.030
143.001
245
42.431
3.095
31.441
11
1.135
2.060
Sumber : Badan Pusat Statisik Kabupaten Malang 2019
Berdasarkan tabel 1.3 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang cukup
produktif dalam budidaya komoditas sawi. Kecamatan Pakis merupakan satu dari
sekian kecamatan di Kabupaten Malang yang cukup produktif dalam budidaya
sawi, pada tahun 2018 total produksi sawi di Kecamatan Pakis seberat 143.001
Kw. Kecamatan Kromengan merupakan kecamatan yang kurang produktif dalam
produksi sawinya pada tahun2018 dengan hanya menghasilkan sawi seberat 11
Kw. Desa Pujon Kidul memiliki keunggulan pada kondisi topografinya yang
berada di ketinggian 1100 mdpl - 1200 mdpl dengan suhu 15°C – 27°C, kondisi
ini sangat mendukung sektor pertanian utamanya subsektor hortikultura sayuran
di Desa Pujon Kidul untuk mengembangkan beberapa komoditas.Komoditas jenis
hortikultura contohnya yang memerlukan suhu yang rendah seperti sayur sawi,
dan buah apel serta beberapa jenis buah-buahan lainnya.
Komoditas holtikultura sayur unggulan yang ada di Desa Pujon salah
satunya adalah sawi. Sawi yang dikembangkan meliputi sawi pakcoy dan sawi
hijau. Budidaya sawi mulai dari proses pembibitan, perawatan, pemupukan, panen
hingga pemasaran sudah berjalan dengan baik akibat adanya peran penyuluh serta
kelompok tani. Sumber daya petani meningkat dan lebih terbuka dengan inovasi
teknologi seputar pembudidayaan sawi. Pemasaran sawi dilakukan petani sawi
dengan menyetorkan hasil panen langsung kepada tengkulak, dan sebagian lagi
menjual langsung kepada pengunjung maupun warga Desa Pujon. Pengembangan
budidaya sawi di Desa Pujon tidak terlepas dari hambatan, baik hambatan dari
petani, modal, benih, hama penyakit tanaman, dan harga jual. Petani Desa Pujon
menanam sawi pada lahan kering dimana faktor pengairan sangat berperan
penting dalam keberhasilan budidaya.
Kondisi iklim berpengaruh besar, ketika musim kemarau panjang
produktivitas sawi menurun, ukurannya kecil dan jumlah daun sedikit akibat
kekurangan air. Proses budidaya sawi di Desa Pujon mengalami perkembangan
dalam efektifitas dan produktifitasnya. Aliran dari hulu ke hilir pembudidayaan
sawi sudah cukup lengkap dan berkesinambungan, namun terdapat beberapa
permasalahan baik yang sudah terpecahkan solusinya maupun yang belum.
Identifikasi lebih lanjut sangat diperlukan mengenai komoditas sawi di Desa
Pujon dari segi budidaya usaha tani, agroindustri, kelembagaan serta pemasaran
hasil budidaya sawi tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teknologi dan usahatani yang diterapkan pada komoditas sawi di
Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ?
2.
Bagaimana aspek agroindustri komoditas sawi di Desa Pujon Kidul,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ?
3.
Bagaimana aspek kelembagaan terkait komoditas sawi di Desa Pujon Kidul,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ?
4.
Bagaimana aspek pemasaran terkait komoditas sawi di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.
Mengetahui teknologi dan usahatani yang diterapkan pada komoditas sawi
di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
2.
Mengetahui aspek agroindustri komoditas sawi di Desa Pujon Kidul,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
3.
Mengetahui aspek kelembagaan di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang.
4.
Mengetahui aspek pemasaran di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang.
1.3.2 Manfaat
1.
Bagi pemerintah, diharapkan menjadi pertimbangan dan kebijakan terkait
komoditas sawi.
2.
Bagi mahasiswa, mampu untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai komoditas sawi.
3.
Bagi masyarakat, diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pertimbangan dalam mengelola komoditas sawi.
DAFTAR PUSTAKA
Arwati, S. 2018. Pengantar Ilmu Pertanian Berkelanjutan. Makassar: Inti
Mediatama.
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
2018
diakses
dari
https://www.bps.go.id/site/resultTab diakses pada tanggal 29 Oktober
2019 pada pukul 13.30 WIB.
Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang 2018 diakses dari
https://malangkab.bps.go.id/ diakses pada tanggal 29 Oktober 2019 pada
pukul 13.40 WIB.
Hafijah, N., T. Nugrahini C., dan Zainudin. 2019. Pengaruh Sistem Hidroponik
dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Panaman Sawi.
Agrifarm, 8(1): 32-37.
Harumeka, A., Pramana Yhoga C. K., L. O. A. Arafat, dan A. A. Effendy. 2019.
Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. Surabaya: Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Jawa Timur.
Hidayati, I. N., dan Suryanto.2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi
Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan. Ekonomi
dan Studi Pembangunan, 16(1): 42-52.
Hilmi, A., S. Laili, dan T. Rahayu. 2018. Pegaruh Pemberian Limbah Biogas Cair
dan Padat sebagai Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Hijau. Ilmiah Sains Alami, 1(1): 65-73.
Kasuba, S., V. V. J. Panalewen, dan E. Wantasen. 2015. Potensi Komoditi
Unggulan Agribisnis Hortikultura dan Strategi Pengembangannya di
Kabupaten Halmahera Selatan. Zootek, 36(1):390-402
Kusumaningrum, S. I. 2019. Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang
Pertumbuhan Perekonomian Indonesia. Transaksi, 11(1): 80-89.
Oktabriana, G. 2017. Upaya dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Sawi
Hijau (Brassica juncea L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair. Agrifo,
2(1): 12-18.
Sasmito, G. W. 2017. Sistem Pakar Diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman
Hortikultura dengan Teknik Inferensi Forward dan Backward Chaining.
Teknologi dan Sistem Komputer,5(2):69-74.
Download