Uploaded by rikomersandro

Value & Organizational Conflict

advertisement
VALUE CONFLICT & ORGANIZATIONAL CONFLICT
1. Value conflict yang akan terjadi adalah konflik antar perorangan yaitu konflik yang terjadi
antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh
adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah
dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan
dengan sikap. Misalnya karyawan yang cekatan akan tidak suka dengan karyawan yang
pendiam dan ceroboh. Apabila ini berlangsung lebih lama, bisa menyebabkan ketidak
selarasan dalam pengambilan keputusan bahkan mengganggu kinerja atau produktivitas
perusahaan.
Penyelesaiannya value conflict:
1) Memberi pengarahan dan motivasi kepada karyawan agar mereka lebih proaktif, teliti,
cekatan dan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan.
2) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan hard skill
maupun soft skill.
3) Memberikan reward dan punishment untuk memperkuat motivasi dan memacu karyawan
agar mencapai prestasi, serta memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah
laku yang tidak diharapkan.
2. Organizational Conflict yang akan terjadi adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi. Untuk karyawan-karyawan yang
cekatan akan tidak sesuai dengan karyawan-karyawan yang ceroboh dan pendiam, karena
karyawan-karyawan yang cekatan akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan organisasi
dengan sebaik-baiknya dan meminimalisir risiko atau kesalahan, sedangkan karyawankaryawan yang pendiam akan membuat organisasi menjadi kurang aktif dan hidup.
Begitupula untuk karyawan-karyawan yang ceroboh, tentunya akan membuat nilai negatif,
bahkan mengurangi keefektifan dan keefisienan organisasi.
Penyelesaiannya organizational conflict:
1) Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif
di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu
unit kerja saja.
2) Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusifisme
diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari
dua atau lebih unit kerja.
3) Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama.
Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan
permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
4) Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang
akan mendengarkan dan membuat keputusan.
5) Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas
pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
perselisihan.
6) Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan
makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
7) Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang
dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
Daftar Pustaka:
- Fourthing,
2012,
Reward
and
Punishment,
https://fourthing.wordpress.com/2012/11/11/reward-and-punishment/, diakses tanggal 13
Oktober 2019.
- Suhara Y., 2012, Konflik organisasi, http://yusup-suhara.blogspot.com/2012/11/konflikorganisasi.html. diakses tanggal 13 Oktober 2019.
Download