Uploaded by bersamabisa8

367076621-Analisis-Adam-Air

advertisement
Minggu, 04 Maret 2007
KASUS ETIKA BISNIS DALAM ADAM AIR
A. PROFIL PERUSAHAAN
Adam Air memiliki nama lengkap Adam SkyConnection Airlines, PT.
dengan kode IATA/ICAO yakni KI/DHI. Adam Air berdiri pada 21 November
2002 yang berbasis di Soekarno-Hatta Jakarta dan Medan serta Surabaya sebagai
secondary hubs-nya. Pendirinya adalah Agung Laksono dan Sandra Ang.
Sementara Gunawan Suherman menjabat CEO dan Adam Adhitya Suherman
duduk sebagai President Director.
Adam Air hadir sebagai low-cost carrier, tetapi juga memberikan layanan
on-board yang cukup baik dengan harga tiket kompetitif. Mereka mulai beroperasi
pada 19 Desember 2003 dengan 2 pesawat Boeing 737 yang disewa (leasing) dari
GE Capital Aviation Services. Saat ini Adam Air memiliki 24 pesawat dan
melayani 30 rute domestik ke berbagai kota di Indonesia dan dua rute
internasional Medan-Penang dan Jakarta-Singapura. Rata-rata Adam Air mampu
mengangkut 15.000 penumpang per hari dalam 73 kali penerbangan dengan
tingkat book rate 90%. Karena prestasi tersebut, Adam Air menerima
penghargaan Award of Merit untuk kategori Low Cost Airline of the Year 2006.
B. KASUS YANG DIHADAPI PERUSAHAAN
Adam Air
Selama ini informasi yang kita dapatkan lebih banyak terfokus pada
kesalahan saat menerbangkan pesawat. Bisa jadi karena umur pesawat yang sudah
terlalu tua, atau memaksimalkan kargo, tetapi meminimalkan “biaya” keselamatan
penumpang. Namun, ternyata maslaah dalam manajemen Adam Air lebih pelik
dari itu. Hal ini terutama disebabkan oleh sumber daya manusia dari Adam Air,
Masalah-masalah Adam Air
·
Permasalahan
dengan
para Flight
Operation
Officer yang
sampai
melakukan mogok kerja tanggal 11 Agustus 2007 lalu.FOO menganggap
lingkungan kerja yang sudah tidak kondusif serta konflik yang sering terjadi
dengan manajemen. Masalah ini membuat operasional mereka sangat terganggu.
Kemudian, dari 46 FOO yang melakukan pemogokan, 33 di antaranya langsung
dipecat hari itu juga. Kekosongan ini kemudian membuat Adam Air
“mengimpor” FOO dari luar — bahkan FOO yang sebenarnya tidak memiliki
lisensi.
Mereka tidak
memiliki
pengetahuan soal
Aturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation/CASR), kebutuhan bahan
bakar, limit bobot maksimum, dan sebagainya. Adam Air juga melakukan walk-in
interview dan langsung mempekerjakan mereka, termasuk applicantyang pernah
ditolak sebelumnya. Bahkan mantan district manager Bouraq dan station manager
Jatayu
dimasukkan
seorang ramp
juga
manager yang
ke
dalamnya. FOO tersebut
juga
tidak
memiliki
disupervisi
lisensi.
oleh
Akibatnya,
baik FOO maupun ramp manager sering tidak bisa mengatasi masalah/konflik
yang muncul sebelum penerbangan dilakukan. Tugas FOO sendiri sebenarnya
untuk mengukur payload agar sesuai dengan performance limit. Tentu saja, tanpa
lisensi dan pengetahuan yang memadai, FOO cuma berpikiran selama di pesawat
ada space, kenapa tidak diisi saja penuh. Lupakan sejenak soal safety, engine
climb, performance, dan sebagainya.
·
Korupsi BBM. Ketika captain pilot meminta agar fuel diisi 10.000 kgs, tak
jarang ramp hanya memberikan 9.500 kgs. Seperti diketahui, pembelian avtur
harus dibayar tunai, dan sudah jadi rahasia umum kalau operator sering
sekalingemplang. Tentu saja selain mengundang protes dari pilot itu sendiri,
supplier
juga
komplain
kepada senior
management karena
harus
me-
retur sebanyak 500 kgs. Kalau sudah “ketahuan” begini, biasanya kesalahan akan
ditimpakan ke FOO yang sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Identifikasi Masalah Team Work Adam Air
Kami
memfokuskan
konsentrasi
pada
kegagalan team
work pihak
manajemen Adam Air. Karena, hal ini kemudian akan berimplikasi pada
koordinasi di tingkat menengah dan karyawan lini depan. Menurut pendapat
kami, sebenarnya pihak manajemen Adam Air tidak memiliki normanorma yang dapat diterapkan dalam mengatur dan membangun etika kerja
. Buktinya, pihak manajemen sengaja meminimalkan seluruh biaya ( termasuk
biaya maintaining ) untuk dapat menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya
tanpa menghiraukan keselamatan penerbangan. Tentu saja, hal ini menjadi sangat
mengganggu karyawan-karyawan yang “berbudaya kerja” dan peduli pada
keselamatan penerbangan. Perilaku manajemen yang tidak etis ini menular pada
karyawan di level ranch. Buktinya, terjadi korupsi BBM.
Konflik yang terjadi dalam manajemen Adam Air disebabkan oleh
kerusakan komunikasi dan perbedaan tujuan. Langkah penyelesaian masalah
yang diambil oleh pihak manajemen Adam Air juga tidak masuk akal. Mereka
cenderung menggunakan gaya menghindar , yang tidak merefleksikan kekuatan
asertif maupun kerja sama. Buktinya, saat terjadi mogok kerja FOO, pihak
manajemen Adam Air mengambil jalan pintas dengan “mengimpor” FOO dari
luar — bahkan FOO yang sebenarnya tidak memiliki lisensi. Sebenarnya, gaya
menghindar ini tepat bila diterapkan dalam situasi adanya isu yang sepele, tidak
ada kesempatan menang, masih banyak informasi yang perlu dikumpulkan, atau
ketika gangguan akan menjadi sangat mahal. Namun, penyebab protes yang
disampaikan oleh para FOO yang mogok itu bukanlah sebuah isu yang remeh.
Karena itu merupakan kritik langsung atas kebobrokan manajemen Adam Air.
Sumber : http://mentjep.blogspot.co.id/2015/02/tugas-pengantar-manajemenstudi-kasus_19.html?
Diakses pada tanggal 22/11/2017 Pukul 19.35
Analisis The Five P’s Ethical Power for Organization.
KASUS ADAM AIR
Perusahaan berkomitmen untuk sepenuhnya menjunjung tinggi seluruh
penerapan “antitrust”, pengaturan perdagangan dan hukum-hukum persingan
lainnya di dunia. Setiap individu dalam perusahaan yang terlibat dalam segala
bentuk kegiatan operasional diharuskan memberikan konsekuensi yang serius
terhadap perusahaan termasuk dampak sosial, denda, hukum dan reputasi.
Perusahaan memberikan kinerja yang optimal dan menjaga citra yang baik
untuk meningkatkan animo masyarakat dan rasa percaya terhadap sistem
transportasi udara. Dalam sistem manajemen penerbangan, perusahaan didasarkan
pada regulasi yang baik dan konstruktif atas dasar kejujuran dan kepatuhan
pada standard safety internasional airlines.Perusahaan penerbangan seharusnya
menjunjung prinsip-prinsip Good Corporate Governancedalam penyampaian
informasi yang menyangkut perusahaan, situasi keuangan, kinerja dan
kepemimpinan sebagai perwujudan tanggung jawab kepada publik.
Dalam kaitannya dengan prinsip yang harusnya diterapkan oleh Perusahaan
sudah seharusnya perusahaan menerapkan 5 P untuk menjaga perusahaan agar
bisa tetap survive dalam industri penerbangan. 5 P tersebut diantaranya :
1. Purpose (Tujuan)
Tujuan merupakan fondasi utama bagi sebuah perusahaan untuk berdiri.
Perusahaan
hauslah
memiliki
visi,
misi
serta
tujuan
untuk
mengembangkan perusahaan, karena tanpa Purpose merupakan hal yang
paling berpengaruh bagi perusahaan
Sebenarnya dalam kasus Adam Air, dimana perusahaan penerbangan
ini memiliki visi dan misi yang jelas dengan segmentasi konsumen yang
tepat. Hal tersebut sempat mengantarkan Adam Air menjadi maskapai
yang menjadi pilihan utama masyarakat. Adam Air hadir sebagai low cost
carrier yang memberikan layanan on-board yang cukup baik dengan harga
kompetitif.
Namun maraknya kasus kecelakaan pesawat memunculkan pertanyaan
tentang manajemen Adam Air. Sebagian menganggap bahwa kecelakaan
pesawat merupakan human error tanpa memperhatikan apakah memang
human error sebagai penyebab utama kecelakaan.
Terdapat fakta yang mencengangkan bahwa manajemen Adam Air
mengalami konflik internal, yaitu adanya pemogokan kerja tanggal 11
Agustus 2007 lalu.FOO menganggap lingkungan kerja yang sudah tidak
kondusif serta konflik yang sering terjadi dengan manajemen. Masalah ini
membuat
operasional
mereka sangat
terganggu.
Kemudian,
dari
46 FOO yang melakukan pemogokan, 33 di antaranya langsung dipecat
hari itu juga. Kekosongan ini
kemudian
membuat
Adam
Air
“mengimpor” FOO dari luar — bahkan FOO yang sebenarnya tidak
memiliki lisensi. Mereka tidak memiliki pengetahuan soal Aturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation/CASR),
kebutuhan bahan bakar, limit bobot maksimum, dan sebagainya.
Hal tersebut tak lain dikarenakan manajemen perusahaan ingin
meminimalkan biaya dan memaksimalkan laba tanpa memperhatikan
keselamatan penerbangan. Sehingga terjadi pertentangan antara karyawan
dan maanjemen puncak.
Dari analisis purpose sudah jelas bahwa manajemen Adam Air
menentang sendiri visi dan misi yang telah ditetapkan dan lalai terhadap
SOP. Sehingga purpose yang harusnya menjadi fondasi bagi perusahaan
terabaikan.
2. Patience
Patience dalam hal ini diartikan sebagai kesabaran bagi perusahaan dalam
mencapai target. Dalam kasus Adam Air terlihat bahwa perusahaan tidak
sabar dalam menggapai laba sehingga menghalalkan segala cara untuk
menang, termasuk mengabaikan keselamatan penumpang.
Misalnya masalah kecurangan pada korupsi BBM. Ketika captain
pilot meminta
agar fuel diisi
10.000
kgs,
tak
jarang ramp hanya
memberikan 9.500 kgs. Seperti diketahui, pembelian avtur harus dibayar
tunai,
dan
sudah
jadi
rahasia
umum
kalau
operator
sering
sekalingemplang. Tentu saja selain mengundang protes dari pilot itu
sendiri, supplier juga komplain kepada senior management karena harus
me-retur sebanyak 500 kgs.
Dari fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan yang kuat
dari pihak manajemen untuk mendapat laba dalam waktu singkat.
3. Pride
Pride disini diartikan sebagai kebanggan akan pekerjaan itu sendiri,
baik dari individu itu sendiri maupun perusahaan. Untuk menciptakan
pride, sudah seharusnya timbul dari individu itu sendiri atas perlakuan etis
perusahaan.
Namun dalam kasus Adam Air ini, tidak terdapat pride pada karyawan
akan perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemogokan kerja dan
pemberontakan akan korupsi BBM yang dilakukan. Sehingga karyawan
kehilangan empati pada perusahaan karena mengabaikan kode etik.
4. Persistence
Persistence disini diartikan sebagai ketekunan perusahaan dalam
memegang komitmen kerja. Pada kasus ini, Adam Air tidak menerapkan
ketekunan dalam bekerja. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pasawat
yang luput dalam perawatan karena manajemen tidak memegang
komitmen untuk selalu memuaskan pelanggan. Oleh karena itu Persistence
tidak terdapat pada perusahaan penerbangan Adam Air.
5. Perspective
Perspective disini diartikan sebagai sudut pandang perusahaan dalam
menerapkan kebijakan. Pada kasus ini, perusahaan hanya memikirkan laba
yang akn diperoleh tanpa melihat dampak buruk bagi pelanggan dan citra
dari perusahaan itu sendiri. Sehingga pembuatan keputusan hanya terpaku
pada manajemen puncak dan mengabaikan koordinasi dengan karyawan
lainnya.
Kesimpulan :
Perusahaan penerbangan berkewajiban menyediakan lingkungan kerja
yang aman dan sehat bagi semua individu baik dalam maupun luar perusahaan
dan mengintegrasikan aspirasi tentang lingkungan hidup dalam praktek-praktek
bisnis dan bertanggung jawab untuk melindungi lingkungan kerja dan tunduk
pada hukum atau peraturan yang berlaku dimana perusahaan mengoperasikan
fasilitas-fasilitasnya sesuai prosedur dengan pertimbangan kelangsungan hidup
publik (karyawan maupun pelanggannya) pada tingkat kelayakan yang tinggi di
masing-masing bagian dan unit kerja.
Dari segala aspek permasalahan yang terjadi pada maskapai penerbangan di
Indonesia, pihak pemerintah mengambil kebijakan untuk mengoreksi ulang sistem
channel perhubungan darat melalui Dinas Perhubungan, mulai dari sistem
navigasi, struktur rangka pesawat, safety airline standard, serta yang paling
penting adalah manajerial masing-masing maskapai. Disini manajer penerbangan
disarankan bahkan diwajibkan untuk mengelola sebuah maskapai penerbangan
tidak hanya berasumsi pada bagaimana perusahaan ini dapat berkembang dan
mencapai target penjualan jasa penerbangan yang mereka inginkan, namun juga
bagaimana keselamatan pelanggan dapat terjamin atau dapat dikatakan memberi
pelayanan yang memuaskan. Namun hal tersebut tidak diterapkan oleh Adam Air
sehingga pada 16 Maret 2009, pemerintah Indonesia mengultimatum Adam Air
terkait keberlangsungan bisnisnya.. Terpaan prahara yang melanda Adam Air
mencapai puncaknya ketika salah satu pesawat mengalami kecelakaan di Batam.
Kegagalan mendarat Boeing 737 di Bandara Batam membuat pemerintah
bertindak lebih tegas, mencabut Air Operator Certificate bagi Adam Air.
Pemerintah juga menginstruksikan Adam air menunjukan upaya perbaikan faktor
keselamatan. Pada 18 Juni 2008, karier Adam Air, maskapai murah yang pernah
menjadi terbaik di Indonesia, akhirnya berakhir. Pemerintah mencabut AOC
Adam Air sekaligus larang terbang secara permanen dan sejak itu tidak ada lagi
Adam Air di Indonesia.
Dari analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
prinsip 5 P ini harus benar benar dijalankan. Sehingga perusahaan dapat tetap
survive pada bidangnya.
PELANGGARAN KODE ETIK PERUSAHAAN
Adam Air sebagai maskapai penerbangan telah gagal dalam menerapkan
etika dalam bisnisnya. Hal tersebut tercantum pada salah satu kode etik seorang
PR. Kode etik yang sah yang telah dibentuk dideklarasikan menurut dan oleh
IPRA (International Public Relations Association) yang diantaranya memuat
peraturan wajib seorang praktisi humas yaitu
1.Ketaatan
Menaati Prinsip – prinsip dalam piagam PBB dan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Integritas
Bertindak secara jujur dengan penuh integritas setiap saat untuk
meyakinkan dan mempertahankan kepercayaan mereka dengan siapa saja
praktisi berhubungan;
3. Dialogue
Berusaha membentuk moral, kultural, dan intelektual untuk melakukan
dialog dan mengakui hak semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya.
4. Keterbukaan
Berlaku jujur dan terbuka dalam mengungkapkan nama, organisasi dan
kepentingan yang diwakili;
5. Konflik
Menghindari konflik kepentingan dan mengungkapkan konflik tersebut
kepada pihak – pihak yang terkait jika diperlukan;
6. Kerahasiaan
Menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan kepada mereka;
7. Ketepatan
Melakukan langkah – langkah yang wajar untuk meyakinkan kebenaran
dan ketepatan dari semua informasi yang diberikan
8. Kebohongan
Mengupayakan dengan segala cara untuk tidak menyampaikan berita
yang salah atau menyesatkan, melakukan secara hati – hati untuk
menghindari hal tersebut dan memperbaiki secepatnya jika ternyata
terdapat kesalahan
9. penipuan
Dilarang mendapatkan informasi dengan cara menipu atau tidak jujur;
10. Pengungkapan
Dilarang membentuk atau menggunakan organisasi apapun sebagai suatu
wahana terbuka yang sebenarnya mengandung kepentinga tersembunyi;
11. keuntungan
Dilarang menjual dokumen kepada pihak ketigasalinan dokumen yang
diperoleh dari pejabat publik;
12. Remunerasi
Dalam memberikan jasa professional, dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apapun yang berkaitan dengan jasa dari seseorang selain dari
pihak yang terkait;
13. pembujukan
Dilarang baik secara langsung atau tidak langsung menawarkan atau
memberikan imbalan dalam bentuk uang atau yang lain kepada pejabat
pemerintah atau media, atau pihak lain yang berkepentingan;
14. Pengaruh
Dilarang menawarkan atau melakukan tindakan yang bertentangan
dnegan hokum untuk hal yang dapat memengaruhi pejabat publik, media
dan pihak lain yang berkepentingan;
15. persaingan
Dilarang melakukan hal – hal yang secara sengaja untuk merusak
reputasi praktisi yang lain;
16. Pemburuan
Dilarang mengambil klien dari praktisi lain dengan cara – cara yang tidak
jujur;
17. Pekerjaan
Ketika mempekerjakan seorang dari pejabat publik atau pesaing perlu
memperhatikan aturan dan kerahasiaan yang disyaratkan oleh organisasi
tersebut.
18. Rekan sejawat
Mengamati kode etik ini dengan sikap hormat terhadap anggota IPRA
dan praktisi Public Relations di seluruh dunia. (IPRA.org, 2015-12-14)
Membaca pemaparan yang ada mengenai peran dank etika seorang PR
(Public Relations) yang ada. Maka, dapat dianalisis bahwa pada kasus Adam Air
PR (Public Relations) memiliki peran sebagai fasilitator komunikasi dan problem
solver. Peran sebagai fasilitator komunikasi ditunjukkan dalam bentuk adanya
upaya PR pihak maskapai Adam Air untuk mengklarifikasi pemberitaan media.
PR Adam air berusaha menjalin relasi dan membantu mengkomunikasikan
masalah yang ada kepada public melalui media yang ada saat itu. Selain peran
tersebut, terdapat peran lainnya yaitu PR Adam Air sebagai Problem solver. PR
bersama manajer dari pihak maskapai Adam Air berusaha mencari solusi untuk
tetap menjaga citra dan reputasi perusahaan penerbangan milik mereka.
Kasus yang terjadi yang menimpa perusahaan maskapai Adam Air ini
menjadi sebuah pelanggaran etika PR (Public Relations) manakala perusahaan
tersebut mulai menutupi kasus yang ada. Dengan cara menutupi keretakan yang
ada pada badan pesawat menggunakan cat dan kain putih. Hal tersebut sebenarnya
tidak sesuai dengan etika seorang PR (Public Relations) dalam menjalankan
praktek di lapangan. Pada pemaparan kode etik sebelumnya, terdapat beberapa
kali yaitu kurang lebih empat kali kata jujur ditekankan untuk para praktisi PR
(Public Relations). Hal itu menandakan bahwa hal terpenting yamg harus
dijunjung tinggi dan utama oleh seorang PR (Public Relations) adalah kejujuran.
Kejujuran akan menimbulkan sebuah kepercayaan dari publik. Sehingga publik
akan loyal kepada perusahaan dan mempercayai perusahaan sebagai perusahaan
yang professional dan berintegritas. Namun, sayangnya pada kasus Adam Air ini
justru melanggar kode etik terutama kode etik seorang PR pada poin ke delapan.
Pada poin tersebut menyatakan bahwa PR mengupayakan dengan segala
cara untuk tidak menyampaikan berita yang salah atau menyesatkan, melakukan
secara hati – hati untuk menghindari hal tersebut dan memperbaiki secepatnya
jika ternyata terdapat kesalahan. Namun, pada nyatanya PR maskapai Adam air
memberi dan memanipulasi bukti yang ada yaitu dengan menutup – nututupi
kerusakan yang ada pada badan pesawat. Selain itu, Praktisi PR (Public Relations)
Adam Air sendiri ketika telah tertangkap basah berbohong tidak lekas
mengklarifikasi dan meminta maaf namun justru berbalik arah tidak mau
berkomentar terhadap kasus yang ada. Hal ini sangat terlihat bahwa PR maskapai
Adam Air tidak menerapkan kode etik PR (Public Relations) dengan baik dan
benar. Memang, PR telah menjalankan peran yang harus dia kerjakan sebagai
tugas namun keputusan pemecahan masalah yang ada menyeleweng dari kaedah
aturan yang berlaku, sehingga menimbulkan masalah yang baru lagi dan citra
serta reputasi perusahaan menjadi menurun. Hal tersebut tentunya akan
berdampak juga pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap maskapai
penerbangan Adam Air.
Selain pelanggaran kode etik, kasus yang ada yang menyangkut
perusahaan penerbangan maskapai Adam Air ini juga telah melanggar Virtue
Ethics. Virtue Ethics merupakan tindakan baik atau karakter baik yang harusnya
diterapkan dalam seseorang melakukan sesuatu untuk profesinya. Virtue Ethics
mengandung beberapa poin kebaikan yaitu ada unsur kebaikan, kesopanan, kasih
sayang,
kesadaran,
keberanian,
dapat
dipertanggungjawabkan,
kejujuran,
keadilan, keramahan, kemurah hatian, kerajinan, kesetiaan, kebijaksanaan,
kepercayaan diri, perhatian, toleransi, kesabaran, kontrol diri. Itulah contoh –
contoh virtue ethics yang ada yang harusnya disadari oleh setiap orang yang
mengaku memiliki profesi. Namun, sayangnya banyak dari mereka yang justru
melanggara virtue ethics yang ada. Misalnya dalam kasus PR (Publik Relations)
yang dilakukan oleh pihak maskapai Adam Air. Virtue Ethics yang paling
menonjo yang dilanggar yaitu kejujuran, tanggung jawab. Kejujuran jelas terlihat
sekali dilanggar karena adanya manipulasi yang dilakukan pada bagian badan
pesawat untuk menutupi kerusakan atau keretakan yang terjadi. Sedangkan unsur
tanggung jawab dilanggar oleh PR Adam air dalam bentuk pengelakan untuk
berkomentar ketika wartawan menanya bagaimana tanggapannya mengenai
diketahuinya manipulasi yang dilakukan pihak Adam Air pada bagian pesawat
yang rusak. PR justru mengelak dan tidak mau berkomentar. Hal itu dapat
ditangkap sebagai sebuah bentuk kurangnya tanggung jawab seorang PR dalam
keputusan yang dia ambil. Dalam kasus ini adalah keputusan untuk menutup –
nututpi tragedy tersebut.
Pada pembahasan Virtue Ethics, di dalam buku Mixed media (2004)
karangan Thomas Bivins mmenyatakan bahwa Virtue Ethics merupakan hal yang
penting disadari oleh terutama praktisi kehumasan atau PR (Public Relations).
Sebab, bila karakter yang terbentuk baik dan mengacu pada unsur yang telah
dipaparkan sebelumnya dalam virtue ethics maka otomatis keputusan yang akan
diambil juga keputusan yang baik dan benar. Namun, sebaliknya apabila kita telah
melanggar virtue ethics yang ada maka kepputusan yang ada kemungkinan besar
akan berpotensi menimbulkan keputusan yang salah. Oleh sebab itu, Pihak
maskapai Adam Air adalah salah satu contoh praktek kehumasan yang salah. PR
yang ada tidak memperhatikan kaedah – kaedah yang berlaku dalam melakukan
praktik profesi yang ada. Contohnya humas.
Jadi, sebenarnya apa yang dilakukan oleh PR dar maskapai Adam Air
merupakan suatu kesalahab dalam pengambilan keputusan untuk suatu
permasalahan. Sebaiknya ketika mengambil suatu keputusan jangan tergesa – gesa
dan memperhitungkan dampak dari keputusan tersebu bagi perusahaan. Apakah
citra dan reputasi perusahaan akan naik ataukah malah turun. Pada kasus PR
(Public Relations) Perusahaan penerbangan Maskapai Adam Air kesalahan terjadi
akibat ketidakjujuran yang dilakukan. Semakin seorang PR menututp – nutupi
sesuatu maka semakin terciumlah oleh awak pemburu berita. Sehingga dalam
pengambilan
sebuah
keputusan
ada
baiknya
memperhitungkan
proses
pengambilan keputusan yang etis (ethical decision making process) apakah yang
disebut dengan pengambilan keputusan secara etis?
Pengambilan
keputusan
secara
etis (ethical
decision
making
process)adalah suatu tahapan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Proses dari pengambilan keputusan yang bertanggungjawab tersebut dapat
dimulai dengan cara menentukan fakta – fakta dalam situasi tersebut.
Mengaetahui dakta – dakta dan meninjau secara cermat keadaannya akan
memberikan kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat pada tahap
awal. Mengetahui fakta – fakta yang ada merupakan sesuatu yang ama penting.
Karena di dalamnya terdapat sebuah peran dari beberapa ilmu pengetahuan (dan
alas an teoritis) dalam setiap studi mengenai etika. Sebuah penilaian etis yang
dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta – fakta yang ada merupakan
sebuah penilaian atis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat tidak
berdasarkan fakta – fakta. Seseorang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang
cermat akan fakta telah telah bertindak dalam cara yang lebih bertanggung
jawabsecara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang
mendalam . Ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan sosial dapat membantu
kita dalam menentukan fakta – fakta apa saja yang mungkin berhubungan dalam
pengambilan sebuah keputusan daam pekerjaan. Misalnya ilmu pengetahuan
sosial yaitu ekonomi dan antropologi membantu kita dalam memahami bagaimana
kondisi latarbelakang publik yang kita hadapi misalnya hal ini dalam contoh kasus
PR (Public Relations) perusahaan maskapai Adam Air. (Hartman dan DesJardins,
2008:37)
Ilmu pengetahuan tersebut membantu kita memahami bagaimana kita
harus bertindak dalam pengambilan suatu keputusan ketika dihadapkan pada
publik yang memiliki karakteristik seperti itu. Sayangnya, PR (Public Relations)
maskapai Adam Air telah salah sejak awal mengambil keputusan secara tidak etis
dan tidak mempertimbangkan fakta – fakta. PR maskapai Adam Air justru
memilih untuk berbohong kepada public yang kala itu kondisinya pasti akan
bertanya secara kritis. Kesalahan pula terjadi karena pihak yang bersangkutan
yaitu PR perusahaan maskapai Adam Air justru melakukan aksi tutup mulut
terhadap kasus yang ada. Hal tersebut sangat tidak etis. Karena disaat situasi
genting dan publik membutuhkan sebuah jawaban yang meyakinkan yang dapat
mengembalikkan kepercayaan mereka PR Adam Air justru tidak mau
berkomentar dan membuat kecewa. Hal ini tentu akan membuat orang – orang
yang bersangkutan dnegan kasus tersebut menjadi kecewa dan kehilangan
kepercayaan lagi. Misalnya saja dari pihak penumpang yang kala itu merasa
ketakutan. Pihak Adam Air tidak membuat usaha untuk menangani para
penumpang. Mereka kurang memperhitungkan loyalitas pelanggan (dalam hal ini
penumpang pesawat) yang kala itu panik dan berhamburan keluar. Kurangnya
Loyalitas dari pihak maskapai penerbangan Adam Air kepada pelanggan atau
penumpang kala itu sebenarnya sangat merugikan. Karena, pertama penumpang
akan merasa kecewa sehingga ketertarikan dan daya beli masyarakat terhadap
maskapai Adam Air sebagai transportasi udara menurun. Kedua, Publik yang akan
memandang sebelah mata setelah melihat keputusan dan kebijakan yang kurang
etis yang dilakukan oleh pihak Adam Air.
Jadi, inti dari kasus yang menimpa Adam Air ini merupakan kasus
berkaitan dengan masalah etika seorang PR (Public Relations) yang ada dalam
perusahaan yang memerankan peran sebagai problem solver dan fasilitator
komunikasi. Namun, peran tersebut tidak dijalankan dengan baik dan benar
sehingga peran yang dijalankan justru melanggar kaedah aturan etika seorang PR
(Public Relations) berkenaan dengan kejujuran dan integritas yang merupakan
sesuatu unsur penting yang sebenarnya keutamaan yang harus dimiliki oleh
seorang PR (Public Relations). Kesalahan yang fatal karena suatu kebohongan
sebenarnya
dapat
dihindari
dnegan
cara
pengambilan
keputusan
yang
mempertimbangkan unsur tanggung jawab etika. Dengan cara melihat fakta –
fakta yang ada. Apabila memang pihaknya salah katakana salah. Karena
karakteristik public di Negara Indonesia adalah semakin suatu organisasi atau
perusahaan menutup – nututpi dan berbohong atas suatu hal maka public akan
semakin kecewa dan membencinya. Namun, apabila suatu perusahaan atau
organisasi tersebut jujur dan meminta maaf maka public mungkin akan bergejolak
namun hal itu tidak lama karena public kemudian akan reda dengan sendirinya
sebab menganggap hal itu sebagai kesalahan yang telah diakui oleh perusahaan
atau organisasi maka patutlah untuk dimaafkan. Hal tersebut yang harusnya
dipakai sebagai pelajaran dalam pengambilan keputusan etik yang dilakukan oleh
pihak maskapai Adam Air
TUGAS MATA KULIAH
ETIKA BISNIS
SEMESTER GASAL 2017/2018
Analysis of the Five P’s of Ethical Power in Adam AIr
Disusun Oleh :
Nama : Ferty Octari Hardiyanti
NIM
: 2015210085
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2017
Download