MAKALAH KEPERIBADIAN PERILAKU KESEHATAN DOSEN PENGAMPU Agustina, S.KM, M.Kes Disusun Oleh Kelompok 3 Eka Juniarti 1610713014 Tri Hastuti 1610713019 Setia Wardan 1610713023 Tri Rahayu 1610713143 Fathia Athifarini 1610713153 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul makalah yang penulis ambil adalah “Kepribadian”. Tim Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini tim penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (UPN Veteran Jakarta) dalam memenuhi tugas (Mata Perilaku Kesehatan ). Tim Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan tim penulis dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi tim penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun sehingga makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan sempurna serta komprehensif. Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Depok, 11 Maret 2018 Kelompok DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2.Rumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3.Tujuan ................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kepribadian Watak dan Tempramen................................. 2 2.2 Tipe Kepribadian ............................................................................... 2 2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian .................... 3 2.4 Kepribadian dan Perilaku ................................................................... 2 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa bergaul dan bersosialisasi satu sama lain. Dalam melangsungkan sosialisasi dengan sesamanya, tidak jarang manusia mengalami perbedaan cara pandang dan cara berpikir. Terkadang perbedaan-perbedaan itulah yang membuat manusia sering bersitegang satu sama lain. Tak dapat dipungkiri bahwa kepribadian manusia berperan penting dalam kelangsungan hidup tiap individu. Kepribadian mempengaruhi banyak hal yaitu menghasilkan cara pandang dan cara pikir yang berbeda pada setiap manusia. Kepribadian membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian merupakan semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud kepribadian? 2. Apa saja tipe-tipe kepribadian? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian? 4. Apa perba[edaan kepribadian dan perilaku? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian kepribadian 2. Mengetahui tipe-tipe kepribadian 3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian 4. Mngetahui perbabedaan kepribadian dan perilaku BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen 2.1.1. Pengertian Kepribadian Kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang (Sujanto dalam Sari, 2016). Kepribadian atau personality adalah sifat dan tingkahlaku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Integrasi karakteristik dari struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang (Sjarkawi dalam Educhild, 2012). Kepribadian bukan merupakan sesuatu yang statis karena kepribadian memiliki sifat-sifat dinamis yang disebut dinamika kepribadian. Dinamika kepribadian ini berkembang pesat pada diri anak-anak (masa kanak-kanak) karena pada dasarnya mereka masih memiliki pribadj yang belum matang, yaitu masa pembentukan kepribadian. Setiap individu memiliki kepribadian masing-masing yang juga akan mempengaruhi perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu (Suprapto dalam Sari, 2016). Kepribadian juga dikatakan saling berhubungan dengan pesepsi, sikap, pembelajaran, motivasi, sehingga setiap analisis perilaku tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan sisi kepribadian. Setiap orang memiliki corak kepribadian yang tidak selalu sama, walaupun memiliki asal usul atau keturunan yang sama. Dengan demikian orang yang bergaul di lingkungan masyarakat yang berbeda-beda akan menghasilkan suatu proses pembentukan kepribadian yang berbeda-beda pula (Dhohiri dkk, dalam Sari, 2016). Kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari luar atau lingkungan (eksternal) maupun dari dalam diri sendiri (internal) sehingga corak tingkah laku tersebut merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi individu (Sunaryo, dalam Sari, 2016). Definisi kepribadian menurut para ahli, antara lain : a. George Kelly, menyatakan bahwa kepribadian adalah cara unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. b. Gordon Allfort, menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkahlaku dan pemikiran individu secara khas. c. Sigmund Freud, menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan super ego. Sedangkan tingkahlaku lain merupakan hasil konflil dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. d. Browner, kepribadian adalah corak tingkahlaku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap seseorang. Perilaku ada yang bersifat tampak dan adapula yang tidak tampak. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah corak unik setiap individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya berdasarkan kognitif, emosional, dorongan dan kebutuhan sosialnya yang diwujudkan dalam bentuk pola-pola perilaku yang tampak maupun yang tidak tampak. 2.1.2. Pengertian Watak Watak atau karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkahlaku (Chaplin, 2011). Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku seperti budi pekerti. Pelaku bisa diketahui karakternya dan cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal (Rustamaji dalam Khatib,2014). Karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkahlaku yang ditujukan ke lingkungan sosial, keduanya relative permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktivitas individu (Chaplin, 2011). • Menurut Alwi Sole karakter merupakan penggambaran tingkahlaku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. • W.B. Saunders menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. • Wyne mengungkapkan bahwa karakter yaitu menandai bagaimana cara memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkahlaku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidakjujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. • Hurlock (dalam Pertiwi, dkk., 2013) memberikan definisi karakter sebagai standar moral yang digunakan dalam pertimbangan nilai yang mempunyai hubungan dengan perilaku yang diatur oleh kehendak. Karakter (watak) menurut Kretschmer (dalam Pertiwi, 2013) adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan adanya reaksi emosional dan volisoinal manusia yang terbentuk selama hidupnya dari unsurunsur dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) dan unsurunsur luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen). Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan watak adalah sifat batin manusia yang mendorong perilaku yang dilakukan dan terbentuk oleh pengaruh dari dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) juga dari luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen). Watak terbagi menjadi dua, yaitu: (1) watak dalam arti etis atau normatif; dan (2) watak sebagai kualitaskualitas yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya secara khas (Kant dalam Pertiwi, 2013). 2.3. Pengertian Temperamen Temperamen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran (KBBI). Menurut ahli psikolog, perilaku yang muncul tersebut disebut juga dengan temperamen. Temperamen menurut Santrock (dalam lilik, 2015) adalah gaya perilaku dan cara berespon yang khas yang ditampilkan oleh seseorang. Temperamen yang muncul pada seorang anak dapat menunjukkan reaksi terhadap lingkungan. Pada usia tertentu, di tahap pertumbuhan dan perkembangan, anak kadang memiliki temperamen yang sulit untuk dikendalikan. Anak bertingkah laku semaunya sendiri, susah diatur, mudah emosi atau gampang marah, dan kadang perilaku tersebut dapat membahayakan keselamatan anak itu sendiri (Lilik, 2015). Temperamen anak dapat dikategorikan sebagai “difficult child” atau “easy child”. Anak-anak yang difficult child atau temperamen sulit adalah anak yang memiliki ritme biologis yang sulit untuk dikenali, pola bangun tidur yang tidak teratur, dan sering menangis tanpa sebab. Anak yang easy child atau anak yang memiliki temperamen mudah akan relative mudah dikenali, kebutuhan anak juga mudah untuk dikenali. Anak akan lebih riang, dan santai. Bagi orangtua yang menghadapi atau memiliki anak yang easy child akan lebih mudah dalam memberikan pengasuhan kepada anak, namun hal itu akan berbalik dengan orangtua yang memiliki anak yang difficult child, orangtua senantiasa sulit dan banyak mengalami tekanan dalam memberikan pengasuhan (Latiana dalam lilik, 2015). 2.2 Tipe Kepribadian Tipe kepribadian diakui merupakan sesuatu yang penting dalam mempelajari manusia dengan segala tingkah lakunya, karena dengan mendalami dan memahami manusia berdasarkan tipe kepribadiannya, maka akan diperoleh keterangan yang jelas, langsung, dan lugas mengenai karakteristik kepribaadian orang tersebut dan pada gilirannya dapat meramalkan tingkah laku. Terdapat beberapa penggolongan yang telah dikemukakan menurut beberapa ahli. Berikut penjabaran mengenai tipe kepribadian. A. Konsep Tipe Kepribadian Menurut Ahli Tabel 1. Tipe Kepribadian Menurut Beberapa Ahli Tipe Kepribadian Menurut Beberapa Ahli Hipocrates (460- Galenus (200 370 SM) SM) Florence Littauer Carl Gustav Jung (1996) 1. Tipe Sanguinis 1. Campuran Alamai 1. 2. Sifat kering Sifat basah 2. Tipe 2. Campuran 1. Tipe Introvet 3. Sifat dingin Melankholis 3. Tipe Kholeri Pelengkap 3. Campuran 2. Tipe 4. Sifat panas 4. Tipe Phlegmatis yang John L. Holland Ekstrovert 1. Tipe Realistis 2. Tipe Intelektual 3. Tipe Sosial 4. Tipe Konvensional 5. Tipe Usaha 6. Tipe Artistik Berlawanan B. Tipe Kepribadian Menurut Ahli Setiap orang memiliki corak kepribadian yang tidak selalu sama, walaupun memiliki asal usul atau keturunan yang sama. Dengan demikian orang yang bergaul di lingkungan masyarakat yang berbedabeda akan menghasilkan suatu proses pembentukan kepribadian yang berbeda-beda pula (Dhohiri dkk, 2007). Kepribadian dibagi dalam beberapa tipe yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: 1. Hippocrates Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani. Hippocrates menyatakan bahwa di dalam tubuh setiap orang terdapat empat macam cairan yang memiliki sifat seperti keempat unsur alam, yaitu : 1. Sifat kering dimiliki oleh chole atau empedu kuning, 2. Sifat basah dimiliki oleh melanchole atau empedu hitam, 3. Sifat dingin terdapat pada phlegma atau lendir, 4. Sifat panas dimiliki oleh sanguis atau darah. Menurut hippocrates, keempat jenis cairan ini ada dalam tubuh dengan proporsi yang tidak selalu sama antara individu satu dengan individu lainnya. Dominasi salah satu cairan tersebut menyebabkan timbulnya ciri-ciri khas pada setiap orang. Galenus sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh setiap orang terdapat empat macam cairan tersebut. 2. Galenus Selanjunya Galenus menyatakan bahwa cairan-cairan tersebut berada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu. Dominasi salah satu cairan terhadap cairan yang lain mengakibatkan sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dominannya salah satu cairan tubuh tersebut oleh Galenus disebut temperamen (Suryabrata, 2001). Menurut Galenus (Yusuf ,2011) tipe kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu yaitu sebagai berikut: Tabel 2. Tipe Kepribadian Menurut Gelanus TIPE KEPRIBADIAN SANGUINIS MELANKHOLIS KHOLERIS PHLEGMATI ASPEK • Segala sesuatu dipandangnya penting, tetapi sebentar kemudian tidak dipikirkannya lagi, • Menjanjikan sesuatu tetapi jarang menepatinya, SIFAT • Senang menolong orang lain, tetapi tidak dapat dipakai sebagai sandaran, • Umumnya bukan penakut, tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, dia menyesal, tetapi sesal itu lekas lenyap. • Lekas terbakar tetapi juga • Selalu disertai dengan lekas tenang, tanpa kebimbangan membenci, • Perhatiannya tertuju kepada segi kesukaran- • Tindakan-tindakannya cepat, tetapi tidak kesukarannya, konstan, • Tidak mudah membuat • Selalu sibuk, lebih suka janji, karena dia memerintah daripada berusaha akan selalu mengerjakan sendiri, menepati janji yang • Suka sibuk dimata orang telah dibuatnya, banyak dan suka dipuji • Kurang percaya dan secara terang- terangan, tidak mudah menerima • Suka pada sikap semu keramah-tamahan dan formal, orang lain, • Suka bermurah hati dan • Bertentangan dengan melindungi, tetapi agar suasana perasaan dia mendapatkan sanguinis, penghargaan, • Kurang dapat melihat • Cenderung pendiam, • Tenang, netral stabil, • Merasa cukup puas, • Tidak peduli (a tak acuh), • Dingin hati (tid mudah terharu) • Tidak mempun banyak minat, • Bersifat lambat sangat hemat, kesenangan orang lain • Mudah berteman, • Mencintai orang, • Suka dipuji, SISI PERTEMANAN • Tampak menyenangkan, • Disukai anak-anak, Bukan pendendam, Mencegah suasana membosankan, • Suka kegiatan spontan. • Hati-hati dalam berteman, • Menetapkan standar tinggi, • Ingin segalanya dilakukan dengan benar, • Menghindari perhatian, • Mau mendengarkan keluhan, • Bisa memecahkan masalah orang lain, • Sangat memperhatikan orang lain, • Mencari teman hidup ideal. • Tidak terlalu perlu teman, • Mau memimpin dan mengorganisasi, • Biasanya selalu benar, • Unggul dalam keadaan darurat, • Mau bekerja untuk kegiatan, • Memberikan kepemimpinan yang kuat, • Menetapkan tujuan. • Mudah diajak bergaul, • Menyenangkan tidak suka menyinggung, • Pendengar yan baik, • Punya banyak teman, • Tidak tergesa-g bisa mengambi baik dari yang buruk, • Tidak mudah marah. • Terlalu banyak bicara, • Mementingkan diri sendiri, • Orang yang suka KELMEMAHAN pamer, • Orang yang kurang disiplin, Senang menceritakan kejadian berulang kali, • Lemah dalam ingatan, • Tidak tetap pendirian 3. • Mudah tertekan, • Punya citra diri rendah, • Mengajukan tuntutan yang tidak realistis kepada orang lain, • Sulit memaafkan dan melupakan sakit hati, • Sering merasa sedih atau kurang kepercayaan, • Suka mengasingkan diri, • Suka menunda-nunda sesuatu • Suka memerintah, • Mendominasi, • Tidak peka terhadap perasaan orang lain, • Merasa selalu benar, • Merasa sulit memperlihatkan kasih sayang dengan terbuka, • Tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap, pandangan, atau cara orang lain • Cenderung tida bergairah dalam hidup, • Sering mengala perasaan sangat khawatir, sedih atau gelisah, • Orang yang me sulit membuat keputusan, • Tidak mempun keinginan untu mendengarkan Tertarik pada perkumpulan, • Mundur dari sit sulit Florence Littauer Dalam bukunya, Florence Littauer mengatakan bahwa diantara 4 tipe kepribadian diatas, manusia juga dapat mempunyai kemungkinan campuran diantara ke empatnya. Tipe kepribadian campuran tersebut antara lain: a. Campuran Alami yaitu antara kepribadian sanguinis dengan koleris serta campuran antara kepribadian melankolis dan phlegmatic b. Campuran pelengkap yaitu antara kepribadian koleris dan melankolis serta campuran kepribadian sanguinis dan phlegmatic c. Campuran yang berlawanan yaitu antara kepribadian sanguinis dan melankolis serta antara kepribadian koleris dan phlegmatis. d. Carl Gustav Jung Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi (ekstrovert) dan sikap introversi (introvert) a. Ekstrovert Ekstrovert adalah kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadiankejadian eksternal. Berikut penjabaran sifat dari ekstrvert, antara lain: • Lancar dalam berbicara • Bebas dari kekhawatiran atau kecemasan • Tidak lekas malu dan tidak canggung • Umumnya bersifat konservatif • Mempunyai minat pada atletik • Dipengaruhi oleh data objektif • Ramah dan suka berteman • Suka bekerja bersama dengan orang lain • Kurang memedulikan penderitaan dan kepentingan diri sendiri • Mudah menyesuaikan diri b. Introvert Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover membutuhkan orang lain. Berikut penjabaran sifat dari introvert, antara lain: • Lebih lancar menulis daripada bicara • Cenderung atau sering diliputi kekhawatira • Mudah malu dan canggung • Cenderung bersifat radikal • Suka membaca • Lebih dipengaruhi oleh perasaan subjektif • Jiwanya tertutup • Lebih senang bekerja sendiri • Sangat menjaga atau berhati-hati terhadap penderitaan dan miliknya • Sukar beradaptasi dan kaku dalam pergaulan. e. John L. Holland a.Realistk Tipe model ini adalah bersifat jantan, kuat jasmani, tidak sosial, agresif, mempunyai kecakapan dan koordinasi motorik yang baik, kurang memilki kecakapan verbal dan hubungan antar pribadi. Lebih menyenangi masalah yang konkrit dari pada masalah yang abstrak, menganggap dirinya sebagai seorang yang beresifat agresif dan jantan, dan mempunyai nilai- niliai ekonomi dan politik yang konvensional. Atau dengan kata lain tipe realistis memerlukan individu-individu yang memiliki kecakapan atau kompetensikompetensi yang berhubungan dengan teknik dan aspek-aspek fisik. Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya : pengawas bangunan, ahli mesin kapal udara, ahli listrik, operator radio, ahli survei dan yang sejenisnya. b. Intelektual Kepribadian ini menunjukkan minat profesinya kepada hal yang berbau akademis. Mereka menunjukkan ciri khas bekerja dengan area pemikiran atau perenungan masalah. Tipe model berorientasi tugas, tidak/kurang sosial, lebih menyukai dan memikirkan terlebih dahulu daripada langsung bertindak terhadap pemecahan masalah yang dihadapi, membutuhkan pemahaman, Lingkungan intelektual ditandai dengan tugastugas yang memerlukan kemamapuan yang abstrak dan kreatif, bukan tergantung pada kemamapuan dan pengamatan pribadinya. Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya: ahli antropologi, astronomi, biologi, botani, kimia, editor penerbitan, ilmiah, geologi, ilmuan riset, meteorology, fisika, pekerja riset ilmiah, zoology, penulis artikel ilmiah dan teknologi. c. Sosial Tipe model ini bersifat sosial, bertanggung jawab, kewanitaan, kemanusiaan, keagamaan, membutuhkan pehatian, memiliki kecakapan verbal dan hubungan antar pribadi, menghindari pemecahan masalahb secara intelektual aktivitas fisik, dan kegiatan-kegiatan yang sangat teratur rapi, menyukai pemecahan masalah melalui perasaan dan pemanfaatan hubungan antar pribadi. Lingkungan sosial ditandai dengan masalah-masalah yang memerlukan kemampuan menginterpretasi dan merubah prilaku manusia dan minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya: penilik sekolah, guru sekolah, ahli psikologi klinik, lembaga kesejahteraan konselor, missionary. d. Konvensional Tipe model ini menyenangi bahasa yang tersusun baik dan kegiatan yang berguhungan dengan angka, konformis, menghindari situasi yang kabur, dan masalah-masalah yang melibatkan hubungan antar pribadi dan kecakapan fisik, mengerjakan secara efektif terhadap tugas pekerjaan yang tersusun baik, mengidentifikasikan dirinya dengan kekuasaan, memberi nilai yang tinggi atas status dan kekayaan materi. Lingkungan konvensional ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-masalah yanag memerlukan pemrosesan informasi verbal dan matematis, rutin, konkrit dan sistematis Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya: pengawas bank, pemegang buku, ahli statistik, analisis keuangan, penaksir biaya, operator peralatan IBM, mengkaji anggaran belanja, petugas atau ahli perpajakan. e. Usaha Model tipe ini mempunyai kecakapan lisan untuk berjualan, menguasai dan menggiring ke suatu tujuan, arah, menganggap dirinya sendiri sebagai orang kuat, jantan, menghindari dari penggunaan bahasa yang terumus dengan baik, atau situasi pekerjaan yang memerlukan kegiatan intelektuasl dalam jangka waktu yang lama, mudah menyesuaikan diri, berbeda dengan tipe konvensional. Tipe ini menyukai tugas-tugas sosial yang kabur, dia memiliki perhatian yang besar terhadap kekuasaan, status, kepemimpinan dan bertindak agresif yang berbentuk lisan. Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya: pemimpin eksketutif perusahaan, promotor olahhraga, maneger hotel, konsultan, hubungan indsustri. f. Artistik Tipe model ini, bersifat tidak sosial, menghindari masalah yang sudah dapat tersusun, atau yang memerlukan kecakapan fisik yang benar, serupa dengan tipe ntelektual ; sukar menyesuaikan diri dan tidak sosial, tetapi berbeda dengan tipe tersebut bahwa tipe ini memerlukan bentukbentuk ekspresi yang bersifat individualitas, lebih bersifat kewanitaan dan sering kali tipe ini menderita hambatan emosional, lehih menyukai menghadapi persoalan yang terjadi dalam lingkingannya melalui ekspresi diri dalam media seni. Lingkuangan artistik ditandai dengan tugas-tugas dan masalah-masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi, bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa perasaan dan imajinasi Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip dengan tipenya misalnya : pengarang, ahli kartun, musik, drama, penyair, pencipta lagu, penggubah musik seniman atau artis. 2.3 Faktor yang Memengaruhi pembetuk Keperibadian Faktor Yang membentuk Keperibadian secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment). 1) Faktor Internal (Genetik).Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya (Sjarkawi, 2008). Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu, dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut (Yusuf dan Nurihsan,2008). Pengaruh gen terhadap kepribadian,dipengaruhi gen secara tidak secara langsung adalah (1) kualitas sistem syaraf, (2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan (3) struktur tubuh (Sarlito,2010). Contoh : seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia berkembang dalam kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya. 2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media (Sjarkawi, 2008). a. Keluarga Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak karena adalah kelurga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga dan keluarga merupakan orang yang penting bagi pembentukan kepribadian anak. Disamping itu keluarga juga dipandang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi, terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang sehat. Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga harmonis dan agamais maka perkembangan anaktersebut cenderung positif (Yusuf dan Nurishan,2008). Contoh orang tua sering memerintahkan anaknya, “ tolong nanti kalau ada telepon, bilang ayah dan ibu sedang tidak ada dirumah, karena ayah dan ibu akan tidur “. Peristiwa ini adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa berbohong boleh atau halal dilakukan. Akibatnya anak juga melakukan prilaku bohong kepada orang lain termasuk pada orang tua yang mencontohinya. Jika perbuatan bohong yang dilakukan anak memperoleh kepuasan atau kenikmatan, minimal tidak memperoleh hukuman, maka perbuatan bohong itu akan dikembangkan lebih lanjut oleh anak tersebut. Bahkan mungkin saja daya bohong itu akan menjadi suatu kesenangan dan dapat juga menjadi suatu keahlian yang lamakelamaan menjadi kepribadiannya. Demikian juga prilaku positif dan negatif lain yang terperaktikkan di lingkungan rumah. b. Lingkungan Fisik Lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik yang berupa alam dan lingkungan masyarakat Lingkungan fisik (alam) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak kecuali manusia atau individu (lingkungan sosial) dan benda-benda kebudayaan (lingkungan kultur), termasuk di dalamnya adalah letak geografis dan klimatologi (iklim) (Jumantoro,2001) Keadaan iklim dan geografi suatu daerah memengaruhi perilaku seseorang. Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan penduduk secara lebih baik. Kualitas hidup yang baik memengaruhi perilaku seseorang. Sementara itu, daerah yang tandus menyebabkan penduduknya miskin. Perilaku orang miskin jelas berbeda dengan perilaku orang berkecukupan. Keadaan lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap karakter seseorang, misalnya kehidupan pada masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada keras dan agak kasar. Hal tersebut akibat pengaruh suasana laut yang riuh oleh deburan gelombang. Mereka berbicara keras dan berwatak kasar karena dipengaruhi kehidupan yang keras di laut. c. Sosial Kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: Nilai-nilai (Values) Setiap Kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusiamanusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Adat dan Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggotaanggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang. Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnykebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya. Bahasa Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirriciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain. Milik Kebendaan (material possessions) Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu (Puwarto,2006) d. Pengalaman Unik (Unique Experience) Pengalaman unik mengandung pengertian bahwa tidak seorangpun mengalami serangkaian pengalaman yang persis satu sama lainnya dan tidak seorangpun mempunyai latar belakang pengalaman yang sama (Paul B. Horton,1993) Menurut F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi. a. Sifat Dasar Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya. b. Lingkungan Prenatal Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar. c. Perbedaan Individual Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan. d. Lingkungan Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya. e. Motivasi Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat. 2.4 Kepribadian dan Perilaku 2.4.1Konsep-konsep yang berhubungan dengan Kepribadian Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol dalam Kuntjojo, 2009) : 1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. 2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis. 3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama. 4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas. 5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula. Konsep-konsep tersebut merupakan aspek-aspek atau komponenkomponen kepribadian karena kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dst. Interaksi antara berbagai aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian. Teori Kepribadian 1. Pengertian Teori Kepribadian Menurut Hall dan Lindzey (Koeswara dalam Kuntjojo, 2009), teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Teori kepribadian terdiri dari sekumpulan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta aturan-aturan untuk menghubungkan asumsi-asumsi dan definisi-definisi ini supaya menjadi jelas interaksinya dengan peristiwa – peristiwa yang bisa diamati (Alfarisi, 2015). 2. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian Sekarang ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajarinya para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Boeree (2005) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu : 1) Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama. 2) Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua. 3) Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga. 3. Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika Teori psikodinamika berasal dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari (Kuntjojo, 2009). Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan psikologi analitis (Kuntjojo, 2009. 1) Teori Psikoanalisis Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya (Kuntjojo, 2009). a. Struktur Kepribadian Menurut Freud (Alwisol, 2005), bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Struktur Kepribadian Sumber : (Kuntjojo, 2009). b. Dinamika Kepribadian 1) Distribusi energi Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich. Mekanisme perpindahan energi psikis dari das Es ke das Ich dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut (Kuntjojo, 2009). Bagan 1. Mekanisme Perpindahan Energi Sumber : (Kuntjojo, 2009). 2) Mekanisme pertahanan ego Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara dalam Kuntjojo, 2009). c. Perkembangan Kepribadian 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego (Kuntjojo, 2009). 2) Tahap-tahap perkembangan kepribadian Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah heterogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005). 1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut. 2. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus. 3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin. 4. Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 5. Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi. 2) Teori Psikologi Individual Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937). Adler bersama pengikutnya mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology) (Kuntjojo, 2009). Menurut Adler (Kuntjojo, 2009) manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut. a. Individualitas sebagai pokok persoalan Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif- motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual. b. Dua dorongan pokok Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu : 1) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain; 2) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri. c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya. d. Gaya hidup (style of life) Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbedabeda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada (Alwisol, 2005). e. Minat sosial (social interest) Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat. f. Kekuatan kreatif self (creative power of the self) Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian (Alwisol, 2005). Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan). Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya. g. Konstelasi keluarga Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurt Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan saudara-saudara berbeda. h. Posisi tidur dan kepribadian Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga dan tercermin dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari observasi yang telah dilakukan terhadap para pasiennya Adler menarik kesimpulan bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya. 1) Tidur terlentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat pemberani dan bercita-cita tinggi. 2) Tidur bergulung (mlungker), menunjukkan sifat penakut dan lemah dalam mengambil keputusan. 3) Tidur mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat yang tidak teratur, semborno, dst. 4) Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang ini menyukai petualangan. 5) Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya baik. 3) Teori Psikologi Analitis Psikologi analitis merupakan aliran psikologi dinamis yang dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung adalah sebagai berikut (Kuntjojo, 2009) : a. Struktur Kepribadian Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif. Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi). b. Dinamika Kepribadian Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol, 2005). 1) Prinsip oposisi Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran lawan perasaan, dan penginderaan lawan intuisi. 2) Prinsip kompensasi Prinsip ini berfungsi untuk menjadi agar kepribadian tidak mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frustrasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncullah ekpresi mimpi. 3) Prinsip penggabungan Menurut Jung, kepribadian terus-menerus berusaha menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai kepribadian yang seimbang dan integral. c. Perkembangan Kepribadian Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf diferensiasi yang lebih tinggi. 4. Kepribadian Menurut Orientasi Behavioristik Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian nama yang senantiasa disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme (Koeswara, dalam Kuntjojo, 2009) : 1) Teori Kepribadian Skinner a. Struktur kepribadian Menurutnya, dapat diperoleh illusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor yang tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan mengubah lingkungan. Sedangkan unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Menurut Skinner (Koeswara, dalam Kuntjojo, 2009) ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu : 1) Tingkah laku responden (respondent behavior), adalah respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. 2) Tingkah laku operan (operant behavior), adalah respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keringan munculnya. Dan itu bukan karena kekuatan dari dalam diri individu atau motivasi. Menurut Skinner variasi kekuatan tingkah laku tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan. b. Dinamika kepribadian 1) Kepribadian dan belajar Kepedulian utama Skinner berkenaan dengan kepribadian adalah mengenai perubahan tingkah laku. Hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst. Menurut Skinner kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) . Dalam teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk tingkah laku. Menurut Skinner, ada dua macam penguatan : • Reinforcement positif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperkuat atau sering dilakukan. • Reinforcement negatif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperlemah atau tidak diulangi lagi. 2) Pembentukan perilaku dan perilaku berantai Dalam melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling kompleks. Menurut Skinner terdapat 2 unsur dalam pengertian shaping, yaitu : • Adanya penguatan secara berbeda-beda (diffrential reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada yang tidak diberi penguatan. • Upaya mendekat terus-menerus (successive approximation) yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat. 5. Kepribadian Menurut Orientasi Humanistik Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). 1) Teori Abraham Maslow Pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Alwisol, 2005). a. Prinsip Holistik Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah : a) Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit). b) Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. c) Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri. d) Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral. e) Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolasi. b. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. c. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung. d. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. e. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan. f. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu. g. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia. h. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004) (1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs) (2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs) (3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs) (4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs) (5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs) 2) Teori Carl Rogers Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl Rogers. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005). Pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Carl Rogers adalah sebagai berikut (Alwisol, 2005). a. Struktur Kepribadian Ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self. 1) Organime, mencakup : a) Makhluk hidup Organisme adalah makhluk ; lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam keadaan sadar setiap saat. b) Realitas subjektif Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benarsalah. c) Holisme Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri. 2) Medan fenomena Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya. 3) Self Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah : a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu;. b) bersifat integral dan konsisten; c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman; d) dapat berubah karena kematangan dan belajar. b. Dinamika Kepribadian Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey dalam Kuntjojo, 2009). Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu : 1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi. 2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri. 3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik. c. Perkembangan Kepribadian Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, sosial, dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secara utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh. Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut : 1) terbuka untuk mengalami (openess to experience); 2) hidup menjadi (existential living); 3) keyakinan organismik (organismic trusting); 4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); 5) kreativitas (creativity) 2.4.2 Keterkaitan Kepribadian dengan Perilaku 1. Teori Psikoanalisis Dalam teori psikoanalisanya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu, struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni : 1. Id • Id merupakan aspek biologis yang strukturnya paling mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan sistem kepribadian yang asli, dimana id sebagai rahim tempat berkembangan ego dan superego. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan – dorangan biologis seperti makan, sex dan agresifitas. • Contoh : Bayi yang baru lahir akan tetap mengisap terlepas dari ada atau tidaknya puting susu, karena ia akan memperoleh kepuasan ketika melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari bahwa sebenarnya dengan mengisap jempol tidak akan membantunya bertahan hidup 2. Ego • Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang dari id yang struktur kepribadianya mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan organisme memerlukan transaksi – transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif.. Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan. • Contoh : Ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara bawah sadar) bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, barangkali termotivasi secara tidak sadar untuk berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan mental. 3. Superego • Superego merupakan aspek sosiologis yang merefleksikan nilai – nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan. • Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar. Superego memiliki dua sisi: 1. Nurani merupakan internalisasi dari hukuman dan peringatan. 2. Ego ideal yaitu berasal dari pujian dan contohcontoh positif yang diberikan kepada anak-anak. a. Perkembangan Kepribadian Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui enam fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah heterogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut : 1. Fase Oral • Fase oral merupakan tahap pertama dari perkembangan psikoseksual. Dalam tahap ini, sumber kenikmatan adalah rangsangan yang sampai pada bibir dan mulut. Mulut digunakan untuk bertahan hidup (untuk proses pencernaan makanan dan minuman), tetapi Freud menempatkan perhatian yang lebih besar pada kepuasan nafsu yang didapat dari aktifitas oral. • Ada dua tipe perilaku dalam tahap ini, yaitu oral incorporative behavior (memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut) dan oral aggressive atau oral sadistic behavior (menggigit dan meludah). Tipe oral incorporative muncul pertama kali dan melibatkan stimulus yang menyenangkan pada mulut dari orang lain atau dari makanan. Fase oral yang kedua, yaitu oral aggressive atau oral sadistic, terjadi ketika gigi mengalami kesakitan karena munculnya gigi baru. Sebagai hasil dari kejadian ini, bayi memiliki perasaan benci sekaligus cinta terhadap ibunya. Orang yang terfiksasi dalam tahap ini cenderung pesimis, bermusuhan, dan bersikap agresif. Mereka cenderung suka menentang dan sarkastik, mengucap kata-kata yang menggigit dan memperlihatkan kekejaman terhadap orang lain. Mereka cenderung dengki terhadap yang lain dan mencoba untuk mengeksploitasi dan memanipulasi mereka dalam usaha untuk mendominasi. 2. Fase Anal • Fase Anal merupakan tahap dimana seseorang cenderung untuk menunda kebutuhan-kebutuhan bayi selama satu tahun pertama kehidupan, menyesuaikan permintaan mereka dan mengharapkan secara relatif sedikit penyesuaian sebagai imbalan. Situasi ini berubah setelah sekitar 18 bulan, ketika permintaan yang baru (toilet training) muncul pada anak. Freud percaya bahwa pengalaman toilet training selama fase anal memiliki efek yang besar terhadap perkembangan kepribadian. Defekasi menghasilkan kenikmatan untuk anak, tetapi dengan munculnya toilet training, anak harus menunda kesenangan ini. Untuk pertama kalinya, kesenangan terhadap impuls naluriah diganggu oleh usaha orang tua untuk mengatur waktu dan tempat defekasi. • Jika toilet training ini tidak berjalan lancar, yaitu anak memiliki kesulitan dalam belajar atau orang tua meminta terlalu banyak, anak akan bereaksi dalam satu atau dua cara. Cara yang pertama yaitu membuang air besar ketika dan di mana orang tua tidak setuju, dalam arti menentang usaha orang tua untuk mengatur. Jika anak menemukan teknik ini memuaskan untuk mengurangi frustasi dan sering menggunakannya, anak tersebut mungkin akan mengembangkananal aggressive personality. Menurut Freud, ini adalah dasar untuk berbagai bentuk perilaku sadistik dan permusuhan dalam kehidupan dewasa, meliputi kekejaman, menghancurkan, dan temper tantrum. Cara kedua dari reaksi anak terhadap rasa frustasi dari toilet training adalah untuk menahan feses. Ini menghasilkan perasaan menyenangkan dan bisa menjadi teknik yang berhasil untuk memanipulasi orang tua. Orang tua akan menjadi cemas jika anak tidak buang air besar selama beberapa hari, sehingga anak menemukan metode baru untuk mengamankan perhatian dari orang tua. Perilaku ini merupakan dasar untuk perkembangan anal retentive personality. Orang ini cenderung menjadi kaku, rapi secara kompulsif, keras kepala dan berhati-hati. 3. Fase Phallic • Pada tahap ini, ketertarikannya anak untuk memperlihatkan mengeksplorasi dan bermain dengan alat genitalnya. Kesenangan yang diperoleh melalui alat genital tidak hanya melalui perilaku seperti masturbasi tetapi juga melalui khayalan, anak-anak menjadi ingin tahu tentang kelahiran dan mengenai kenapa anak laki-laki mempunyai penis sedangkan anak perempuan tidak. • Konflik dasar dari tahap phallic berpusat pada hasrat yang tidak disadari kepada orang tua yang berlainan jenisnya. Bersamaan dengan ini, terdapat keinginan untuk menggantikan orang tua sesama jenisnya. Freud mengidentifikasi konflik tersebut dan mengemukakan konsepnya tentang: o Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak laki-laki terhadap ibunya, dan berkeinginanuntukmenggantikandan menyingkirkan ayahnya. Dengan hasrat untuk menyingkirkan ayahnya karena ketekutannya bahwa ayahnya akan membalas dendam dan menyakitinya. Dia mengintepretasikan ketakutannya bahwa ayahnya akan memotong alat genitalnya merupakan sumber kesenangan keinginan seksualnya disebut sebagai castration anxiety. yang dan Freud o Electra complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak perempuan terhadap ayahnya, dan berkeinginan untuk menggantikan ibunya. Disini anak perempuan menemukan bahwa mereka tidak mempunyai penis seperti anak lakikaki dan mereka menyalahkan ibunya dikenal dengan istilah penis envy yaitu perasaan cemburu terhadap anak laki-laki yang mempunyai penis disertai perasaan kehilangan karena anak perempuan tidak memiliki penis. • Freud mengemukakan kepribadian anak laki-laki pada masa phallic adalah tidak tahu malu, sia-sia, dan keyakinan diri. Sedangkan kepribadian anak perempuan pada masa phallic adalah melebihlebihkan feminitas dan bakatnya untuk mengemudikan dan menaklukan orang lain. • Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak laki-laki terhadap ibunya, dan berkeinginan untuk menyingkirkan untuk menggantikan ayahnya. menyingkirkan Dengan ayahnya dan hasrat karena ketekutannya bahwa ayahnya akan membalas dendam dan mengintepretasikan menyakitinya. Dia ketakutannya bahwa ayahnya akan memotong alat genitalnya yang merupakan sumber kesenangan dan keinginan seksualnya disebut Freud sebagai castration anxiety. • Electra complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak perempuan terhadap ayahnya, dan berkeinginan untuk menggantikan ibunya. Disini anak perempuan menemukan bahwa mereka tidak mempunyai penis seperti anak laki-kaki dan mereka menyalahkan ibunya dikenal dengan istilah penis envy yaitu perasaan cemburu terhadap mempunyai anak penis laki-laki disertai yang perasaan kehilangan karena anak perempuan tidak memiliki penis. • Freud mengemukakan kepribadian anak lakilaki pada masa phallic adalah tidak tahu malu, sia-sia, dan keyakinan diri. Sedangkan kepribadian anak perempuan pada masa phallic adalah melebihlebihkan feminitas dan bakatnya untuk mengemudikan dan menaklukan orang lain. 4. Fase Laten • Fase laten merupakan penyimpangan dan stress dari tahap oral, perkembangan anal, dan psikoseksual phallic dari merupakan gabungan dari kepribadian orang dewasa yang terbentuk. • Tiga struktur major dari kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego telah dibentuk pada umur kira-kira 5 tahun dan hubungan antara mereka telah dipadatkan. Beruntungnya anak-anak dan para orang tua dapat beristirahat sejenak karena 5 atau sampai 6 tahun ke depan adalah merupakan masa tenang. Tahap laten bukanlah tahap psikoseksual dari perkembangan. Insting seks menjadi dorman, dan digantikan dengan aktivitas sekolah, hobi, dan olahraga serta mengembangkan hubungan pertemanan dengan anggota yang berjenis kelamin sama. Freud telah dikritik tentang kekurang tertarikannya terhadap periode laten 5. Fase Genital • Fase genital merupakan tahap akhir dari tahapan perkembangan psikoseksual, dimulai sejak masa pubertas, badan secara fisiologis tumbuh dengan matang, jika tidak berarti ada penyimpangan yang berarti pada tahap awal perkembangan. Konflik yang terjadi pada periode ini lebih jarang dibandingkan dengan tahap lain. Sanksi sosial ada untuk mengontrol ekspresi seksual yang harus ditaati oleh para remaja, tetapi konflik dorongan seksual dapat ditekan para remaja setidaknya melalui substitusi ke perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dan selanjutnya berhubungan dan berkomitmen dengan orang yang berlawanan jenis. Tahap genital ini mencari kepuasan melalui cinta dan pekerjaan, ini menjadi perilaku yang dapat diterima oleh impuls-impuls id. • Freud menekankan pada pentingnya masa kanakkanak awal di dalam menentukan kepribadiannya setelah dewasa. Menurut Freud, 5 tahun pertama kehidupan merupakan saat yang penting. Teori kepribadiannya kurang memperhatikan masa perkembangan kanak-kanak akhir, remaja, ataupun dewasa. Menurut Freud, apa yang terjadi ketika kita dewasa, cara kita berperilaku dan merasakan ditentukan oleh konflik yang terjadi pada kita yang harus kita hadapi jauh sebelum kita dewasa. 2. Teori Psikologi Individual Dalam teori psikologi individual menurut Alfred Adler Menjelaskan perilaku manusia menurut teori yang dapat dijadikan gambaran untuk menerangkan perilaku tersebut. jadi aktivitas seperti perkawinan, pelanggaran hukum, bunuh diri, humor, keadaan supranatural, merokok, bermain dan reakreasi, serta psikoseneurosis, adalah aktivitas yang bertujuan menurut apa yang dirumuskan oleh individu, yang dipengaruhi oleh perasaan rendah diri atau superior yang khas, gaya hidup dan diri yang kreatif yang khas pula. Jadi sukar untuk menafsirkan satu aktivitas yang mempunyai makna aktivitas itu sangat khas untuk tiap orang dan hanya dapat dirumuskan oleh dirinya sendiri, atau setidaktidaknya oleh tindakan yang ditampilkannya. • Contoh : Gaya hidup seseorang juga terekspresikan dalam mimpi. Adler menolak pandangan Freud bahwa mimpi adalah ekpresi keinginan masa kecil. Menurut Adler, mimpi bukan pemuas keinginan yang tidak diterima ego, tetapi merupakan bagian dari usaha si pemimpi untuk memecahkan masalah yang tidak disenangi atau masalah yang tidak dikuasainya ketika sadar.Mimpi, menurut Adler, adalah usaha dari ketidak sadaran untuk menciptakan suasana hati atau keadaan emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak dikerjakan (Alwisol, 2005). 3. Kepribadian Menurut Orientasi Behavioristik Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi yang teramati. Teori ini dicetuskan oleh John B. Watson.adapun teori ini terbagi atas 2 bagian yaitu : 1. Teori kepribadian Klasikal Merupakan kepribadian ini dicetuskan oleh Juan Petrovich Pavlov yaitu tingkah laku manusia di pengaruhi oleh respon yang alami atau respon yang reflektif, yang oleh Pavlov disebut respon yang tidak terkondisi yang disingkat UCR. Dan ada juga respon yang di kondisikan untuk menghasilkan perilaku tertentu. Stimulus yang tidak terkondisi disebut UCS. 2. Teori Kepribadian Operan Merupakan kepribadian dicetuskan oleh Skinner yang membagi tingkah laku dalam 2 tipe yaitu: responden dan operan. • Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya refleks. • Tingkah laku responden ini ternyata dapat dibentuk melalui proses conditioning atau belajar. Tingkah laku ini bergantung pada reinforcement dan secara langsung merespon stimulus yang bersifat fisik.Tingkah laku operan adalah respon atau tingkah laku yang bersifat spontan tanpa stimulus yang mendorongnya secara langsung. 4. Kepribadian menurut Orientasi Humanistik Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. • Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik yaitu bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun sekarang terlalu banyak membuang waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian atau tingkah laku secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar dari pribadi menyeluruh. Karena pembahasan mengenai teori kepribadian humanistik menurut Maslow, antara lain yaitu : 1. Individu sebagai keseluruhan yang integral Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun sekarang terlalu banyak membuang waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian atau tingkah laku secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar dari pribadi menyeluruh. 2. Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan. Maslow dan para teoritis kepribadian humanistik umumnya memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun. Maslow juga menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku karena hal itu mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang dengan kesemua ciri yang dimilikinya itu manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan khas manusia lain-lainnya. 3. Pembawaan baik manusia. Teori Freud secara implisit menganggap bahwa manusia pada dasarnya memiliki karakter jahat. Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan, akan menjuruskan manusia kepada pembinasaan sesamanya, dan juga penghancuran dirinya sendiri. Sementara pandangan ini belum jelas ketetapannya, Freud menurut Maslow hanya memiliki sedikit kepercayaan tentang kemuliaan manusia, dan berspekulasi secara pesimis tentang nasib manusia. Sebaliknya, psikologi humanistic memiliki anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik atau tepatnya netral. Menurut prespektif humanistik kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan. 4. Potensi kreatif manusia Mengutamakan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting dari psikologi humanistik. Maslow dari studinya atas sejumlah orang tertentu, menemukan bahwa pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat satu cirri yang umum, yakni kreatif. Dari itu Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi yang umum yang ada pada manusia. Maslow yakin bahwa jika setiap manusia mempunyai atau menghuni lingkungan yang menunjang setiap orang dengan kreativitasnya maka akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada saat yang sama Maslow mengingatkan bahwa untuk menjadi kreatif orang itu tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Menurut Maslow kreativitas itu tidak lain adalah kekuatan yang mengarahka manusia kepada pengekspresian yang ada pada dirinya. 5. Penekanan pada kesehatan psikologis. Maslow secara konsisten beranggapan bahwa tidak ada satupun pendekatan psikologis yang mempelajari manusia yang bertumpu pada fungsi-fungsi manusia berikut cara dan tujuan hidupnya yang sehat. Dalam hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang menurutnya terlalu mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Dengan tegas Maslow menyebut teori psikoanalisa ortodoks sebagai teori yang berat sebelah dan kurang komperhensif karena hanya berlandaskan pada bagian yang abnormal dari tingkah laku manusia. Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negative manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif. Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesakkan perlunya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset.psikologi.uin-malang.ac.id Chairilsyah, Daviq. 2012. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia Dini. EDUCHILD. Vol.01, No.1. Chaplin, JP. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. RajawaliPers Kamus Besar Bahasa Indonesia.(KBBI). Kusmiati dan Desminiarti. 1990. Dasar-Dasar Perilaku. Edisi I. Jakarta : Pusdiknakes. Kwick, Robert.1974. dalam Notoatmodjo, Soekidjo. 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Lubis, Khatib. 2014. Analisis Konflik Dan Watak Tokoh Utama Novel “Bekisar Merah” Karya Ahmad Tohari. Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/51057 (Diakses pada 9 maret 2019 pukul 21.00 wib) Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta. 2010.Promosi Kesehatan dan Teori & Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.Promosi Kesehatan dan Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Perilaku Pertiwi, S.dkk. 2013. Aspek Psikolinguistik Sosial Dalam Peribahasa Sunda. Vol. 4, No. 2. http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/article/view/3142/2163 (Diakses pada 9 maret 2019 pukul 21.20 wib) Prihanti, Gita Sekar. 2014. Hubungan Antara Kepribadian dengan Gaya Belajar Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang Sari, Hasmila., Shabri. 2016. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Motivasi Belajar PadaMahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.. Idea Nursing Journal.Vol. VII No. 2 Sarwono, S. W. 2004. Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka, Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sofi, Lilik. 2015. Pengaruh Dukungan Sosial Orangtua Terhadap Easy Temperament Anak Usia Dini Di Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. UNNES. https://lib.unnes.ac.id/29013/1/1601411046.pdf (Diakses pada 9 maret 2019 pukul 21.40) Sumadi Suryabrata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Teori Maslow. Diunduh di https://inoerofik.files.wordpress.com/2014/11/teori-maslow.pdf. Diakses pada tanggal 4 Maret 2019