Uploaded by tri.hastuti16

30641 MAKALAH KEPERIBADIAN

advertisement
MAKALAH KEPERIBADIAN
PERILAKU KESEHATAN
DOSEN PENGAMPU
Agustina, S.KM, M.Kes
Disusun Oleh Kelompok 3
Eka Juniarti 1610713014
Tri Hastuti 1610713019
Setia Wardan 1610713023
Tri Rahayu 1610713143
Fathia Athifarini 1610713153
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul makalah
yang penulis ambil adalah “Kepribadian”.
Tim Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan berkat bantuan dari Allah Subhanahu Wata’ala dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini tim penulis
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i (UPN Veteran Jakarta) dalam
memenuhi tugas (Mata Perilaku Kesehatan ). Tim Penulis menyadari atas
kekurangan kemampuan tim penulis dalam pembuatan makalah ini, sehingga
akan menjadi suatu kehormatan besar bagi tim penulis apabila mendapatkan
kritikan dan saran yang membangun sehingga makalah ini selanjutnya akan
lebih baik dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran khususnya dalam segi teoritis
sehingga
dapat
membuka
wawasan
ilmu
pengetahuan
serta
akan
menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Depok, 11 Maret 2018
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3.Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kepribadian Watak dan Tempramen................................. 2
2.2 Tipe Kepribadian ............................................................................... 2
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian .................... 3
2.4 Kepribadian dan Perilaku ................................................................... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa bergaul dan
bersosialisasi satu sama lain. Dalam melangsungkan sosialisasi dengan
sesamanya, tidak jarang manusia mengalami perbedaan cara pandang dan
cara berpikir. Terkadang perbedaan-perbedaan itulah yang membuat
manusia sering bersitegang satu sama lain.
Tak dapat dipungkiri bahwa kepribadian manusia berperan penting
dalam kelangsungan hidup tiap individu. Kepribadian mempengaruhi
banyak hal yaitu menghasilkan cara pandang dan cara pikir yang berbeda
pada setiap manusia. Kepribadian membuat seseorang berbeda dengan yang
lainnya.
Kepribadian merupakan semua corak perilaku dan kebiasaan individu
yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional
yang khas pada seseorang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kepribadian?
2. Apa saja tipe-tipe kepribadian?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian?
4. Apa perba[edaan kepribadian dan perilaku?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kepribadian
2. Mengetahui tipe-tipe kepribadian
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian
4. Mngetahui perbabedaan kepribadian dan perilaku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kepribadian, Watak dan Temperamen
2.1.1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian berasal dari kata personality yang berasal dari
kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng, yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung,
yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang (Sujanto dalam Sari, 2016). Kepribadian atau
personality adalah sifat dan tingkahlaku khas seseorang yang
membedakannya dengan orang lain. Integrasi karakteristik dari
struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan
potensi yang dimiliki seseorang (Sjarkawi dalam Educhild, 2012).
Kepribadian bukan merupakan sesuatu
yang statis karena
kepribadian memiliki sifat-sifat dinamis yang disebut dinamika
kepribadian. Dinamika kepribadian ini berkembang pesat pada diri
anak-anak (masa kanak-kanak) karena pada dasarnya mereka masih
memiliki pribadj yang belum matang, yaitu masa pembentukan
kepribadian.
Setiap individu memiliki kepribadian masing-masing yang juga
akan mempengaruhi perilaku mereka dalam menanggapi sesuatu
(Suprapto dalam Sari, 2016). Kepribadian juga dikatakan saling
berhubungan dengan pesepsi, sikap, pembelajaran, motivasi,
sehingga
setiap
analisis
perilaku
tidaklah
lengkap
tanpa
mempertimbangkan sisi kepribadian.
Setiap orang memiliki corak kepribadian yang tidak selalu
sama, walaupun memiliki asal usul atau keturunan yang sama.
Dengan demikian orang yang bergaul di lingkungan masyarakat
yang berbeda-beda akan menghasilkan suatu proses pembentukan
kepribadian yang berbeda-beda pula (Dhohiri dkk, dalam Sari,
2016).
Kepribadian meliputi segala corak tingkah laku individu yang
terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari
luar atau lingkungan (eksternal) maupun dari dalam diri sendiri
(internal) sehingga corak tingkah laku tersebut merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu (Sunaryo, dalam Sari,
2016).
Definisi kepribadian menurut para ahli, antara lain :
a. George Kelly, menyatakan bahwa kepribadian adalah cara unik
dari
individu
dalam
mengartikan
pengalaman-pengalaman
hidupnya.
b. Gordon Allfort, menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang
menentukan tingkahlaku dan pemikiran individu secara khas.
c. Sigmund Freud, menyatakan bahwa kepribadian merupakan
suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan super
ego. Sedangkan tingkahlaku lain merupakan hasil konflil dan
rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut.
d. Browner, kepribadian adalah corak tingkahlaku sosial, corak
ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini dan sikap
seseorang. Perilaku ada yang bersifat tampak dan adapula yang
tidak tampak.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah corak unik setiap individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya berdasarkan kognitif, emosional, dorongan
dan kebutuhan sosialnya yang diwujudkan dalam bentuk pola-pola
perilaku yang tampak maupun yang tidak tampak.
2.1.2. Pengertian Watak
Watak atau karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang
berarti
“to
mark”
yaitu
menandai
atau
mengukir,
yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkahlaku (Chaplin, 2011). Watak adalah
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku seperti budi pekerti. Pelaku bisa diketahui karakternya
dan cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal (Rustamaji
dalam Khatib,2014).
Karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian)
seseorang. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian
kepribadian dibebaskan dari
nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkahlaku yang
ditujukan ke lingkungan sosial,
keduanya relative permanen serta menuntun, mengerahkan dan
mengorganisasikan aktivitas individu (Chaplin, 2011).
•
Menurut Alwi Sole karakter merupakan penggambaran
tingkahlaku dengan menonjolkan nilai (benar-salah,
baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
•
W.B. Saunders menjelaskan bahwa karakter adalah sifat
nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu,
sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
•
Wyne mengungkapkan bahwa karakter yaitu menandai
bagaimana
cara
memfokuskan
bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkahlaku. Oleh sebab itu seseorang yang
berperilaku tidakjujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai
orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang
berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang
yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
•
Hurlock (dalam Pertiwi, dkk., 2013) memberikan
definisi karakter sebagai standar moral yang digunakan
dalam pertimbangan nilai yang mempunyai hubungan
dengan perilaku yang diatur oleh kehendak.
Karakter (watak) menurut Kretschmer (dalam Pertiwi, 2013)
adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan adanya reaksi emosional
dan volisoinal manusia yang terbentuk selama hidupnya dari unsurunsur dalam (dasar, keturunan, faktor-faktor endogen) dan unsurunsur luar (pendidikan dan pengalaman, faktor-faktor eksogen).
Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan watak adalah sifat batin manusia yang mendorong
perilaku yang dilakukan dan terbentuk oleh pengaruh dari dalam (dasar,
keturunan, faktor-faktor endogen) juga dari luar (pendidikan dan
pengalaman, faktor-faktor eksogen). Watak terbagi menjadi dua, yaitu:
(1) watak dalam arti etis atau normatif; dan (2) watak sebagai kualitaskualitas yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya
secara khas (Kant dalam Pertiwi, 2013).
2.3. Pengertian Temperamen
Temperamen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi
perbuatan, perasaan, dan pikiran (KBBI). Menurut ahli psikolog,
perilaku yang muncul tersebut disebut juga dengan temperamen.
Temperamen menurut Santrock (dalam lilik, 2015) adalah gaya
perilaku dan cara berespon yang khas yang ditampilkan oleh
seseorang. Temperamen yang muncul pada seorang anak dapat
menunjukkan reaksi terhadap lingkungan. Pada usia tertentu, di tahap
pertumbuhan dan perkembangan, anak kadang memiliki temperamen
yang sulit untuk dikendalikan. Anak bertingkah laku semaunya
sendiri, susah diatur, mudah emosi atau gampang marah, dan kadang
perilaku tersebut dapat membahayakan keselamatan anak itu sendiri
(Lilik, 2015).
Temperamen anak dapat dikategorikan sebagai “difficult child”
atau “easy child”. Anak-anak yang difficult child atau temperamen sulit
adalah anak yang memiliki ritme biologis yang sulit untuk dikenali, pola
bangun tidur yang tidak teratur, dan sering menangis tanpa sebab. Anak
yang easy child atau anak yang memiliki temperamen mudah akan
relative mudah dikenali, kebutuhan anak juga mudah untuk dikenali.
Anak akan lebih riang, dan santai. Bagi orangtua yang menghadapi atau
memiliki anak yang easy child akan lebih mudah dalam memberikan
pengasuhan kepada anak, namun hal itu akan berbalik dengan orangtua
yang memiliki anak yang difficult child, orangtua senantiasa sulit dan
banyak mengalami tekanan dalam memberikan pengasuhan (Latiana
dalam lilik, 2015).
2.2 Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian diakui merupakan sesuatu yang penting
dalam mempelajari manusia dengan segala tingkah lakunya,
karena dengan mendalami dan memahami manusia berdasarkan
tipe kepribadiannya, maka akan diperoleh keterangan yang jelas,
langsung, dan lugas mengenai karakteristik kepribaadian orang
tersebut dan pada gilirannya dapat meramalkan tingkah laku.
Terdapat beberapa penggolongan yang telah dikemukakan
menurut beberapa ahli. Berikut penjabaran mengenai tipe
kepribadian.
A. Konsep Tipe Kepribadian Menurut Ahli
Tabel 1. Tipe Kepribadian Menurut Beberapa Ahli
Tipe Kepribadian Menurut Beberapa Ahli
Hipocrates (460-
Galenus (200
370 SM)
SM)
Florence
Littauer
Carl Gustav
Jung
(1996)
1. Tipe
Sanguinis
1. Campuran
Alamai
1.
2.
Sifat kering
Sifat basah
2. Tipe
2. Campuran
1. Tipe
Introvet
3.
Sifat dingin
Melankholis
3. Tipe Kholeri
Pelengkap
3. Campuran
2. Tipe
4.
Sifat panas
4. Tipe
Phlegmatis
yang
John L. Holland
Ekstrovert
1. Tipe Realistis
2. Tipe Intelektual
3. Tipe Sosial
4. Tipe
Konvensional
5. Tipe Usaha
6. Tipe Artistik
Berlawanan
B. Tipe Kepribadian Menurut Ahli
Setiap orang memiliki corak kepribadian yang tidak selalu
sama, walaupun memiliki asal usul atau keturunan yang sama. Dengan
demikian orang yang bergaul di lingkungan masyarakat yang berbedabeda akan menghasilkan suatu proses pembentukan kepribadian yang
berbeda-beda pula (Dhohiri dkk, 2007).
Kepribadian dibagi dalam beberapa tipe yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Hippocrates
Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang
tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani.
Hippocrates menyatakan bahwa di dalam tubuh setiap orang
terdapat empat macam cairan yang memiliki sifat seperti
keempat unsur alam, yaitu :
1. Sifat kering dimiliki oleh chole atau empedu kuning,
2. Sifat basah dimiliki oleh melanchole atau empedu hitam,
3. Sifat dingin terdapat pada phlegma atau lendir,
4. Sifat panas dimiliki oleh sanguis atau darah.
Menurut hippocrates, keempat jenis cairan ini ada dalam
tubuh dengan proporsi yang tidak selalu sama antara individu
satu dengan individu lainnya. Dominasi salah satu cairan
tersebut menyebabkan timbulnya ciri-ciri khas pada setiap orang.
Galenus sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh
setiap orang terdapat empat macam cairan tersebut.
2. Galenus
Selanjunya
Galenus
menyatakan
bahwa cairan-cairan
tersebut berada dalam tubuh manusia dalam proporsi tertentu.
Dominasi salah satu cairan terhadap cairan yang lain
mengakibatkan sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat
kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat
dominannya salah satu cairan tubuh tersebut oleh Galenus
disebut temperamen (Suryabrata, 2001).
Menurut Galenus (Yusuf ,2011) tipe kepribadian yang
dimiliki oleh seorang individu yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Tipe Kepribadian Menurut Gelanus
TIPE
KEPRIBADIAN
SANGUINIS
MELANKHOLIS
KHOLERIS
PHLEGMATI
ASPEK
• Segala sesuatu
dipandangnya penting,
tetapi sebentar
kemudian tidak
dipikirkannya lagi,
• Menjanjikan sesuatu
tetapi jarang
menepatinya,
SIFAT
• Senang menolong orang
lain, tetapi tidak dapat
dipakai sebagai
sandaran,
• Umumnya bukan
penakut, tetapi kalau
bersalah sukar
bertaubat, dia menyesal,
tetapi sesal itu lekas
lenyap.
• Lekas terbakar tetapi juga
• Selalu disertai dengan
lekas tenang, tanpa
kebimbangan
membenci,
• Perhatiannya tertuju
kepada segi kesukaran- • Tindakan-tindakannya
cepat, tetapi tidak
kesukarannya,
konstan,
• Tidak mudah membuat • Selalu sibuk, lebih suka
janji, karena dia
memerintah daripada
berusaha akan selalu
mengerjakan sendiri,
menepati janji yang
• Suka sibuk dimata orang
telah dibuatnya,
banyak dan suka dipuji
• Kurang percaya dan
secara terang- terangan,
tidak mudah menerima • Suka pada sikap semu
keramah-tamahan
dan formal,
orang lain,
• Suka bermurah hati dan
• Bertentangan dengan
melindungi, tetapi agar
suasana perasaan
dia mendapatkan
sanguinis,
penghargaan,
• Kurang dapat melihat
• Cenderung
pendiam,
• Tenang, netral
stabil,
• Merasa cukup
puas,
• Tidak peduli (a
tak acuh),
• Dingin hati (tid
mudah terharu)
• Tidak mempun
banyak minat,
• Bersifat lambat
sangat hemat,
kesenangan orang lain
• Mudah berteman,
• Mencintai orang,
• Suka dipuji,
SISI
PERTEMANAN
• Tampak
menyenangkan,
• Disukai anak-anak,
Bukan pendendam,
Mencegah suasana
membosankan,
• Suka kegiatan spontan.
• Hati-hati dalam
berteman,
• Menetapkan standar
tinggi,
• Ingin segalanya
dilakukan dengan
benar,
• Menghindari perhatian,
• Mau mendengarkan
keluhan,
• Bisa memecahkan
masalah orang lain,
• Sangat memperhatikan
orang lain,
• Mencari teman hidup
ideal.
• Tidak terlalu perlu
teman,
• Mau memimpin dan
mengorganisasi,
• Biasanya selalu benar,
• Unggul dalam keadaan
darurat,
• Mau bekerja untuk
kegiatan,
• Memberikan
kepemimpinan yang
kuat,
• Menetapkan tujuan.
• Mudah diajak
bergaul,
• Menyenangkan
tidak suka
menyinggung,
• Pendengar yan
baik,
• Punya banyak
teman,
• Tidak tergesa-g
bisa mengambi
baik dari yang
buruk,
• Tidak mudah
marah.
• Terlalu banyak bicara,
• Mementingkan diri
sendiri,
• Orang yang suka
KELMEMAHAN
pamer,
• Orang yang kurang
disiplin, Senang
menceritakan kejadian
berulang kali,
• Lemah dalam ingatan,
• Tidak tetap pendirian
3.
• Mudah tertekan,
• Punya citra diri
rendah,
• Mengajukan tuntutan
yang tidak realistis
kepada orang lain,
• Sulit memaafkan dan
melupakan sakit hati,
• Sering merasa sedih
atau kurang
kepercayaan,
• Suka mengasingkan
diri,
• Suka menunda-nunda
sesuatu
• Suka memerintah,
• Mendominasi,
• Tidak peka terhadap
perasaan orang lain,
• Merasa selalu benar,
• Merasa sulit
memperlihatkan kasih
sayang dengan terbuka,
• Tampaknya tidak bisa
tahan atau menerima
sikap, pandangan, atau
cara orang lain
• Cenderung tida
bergairah dalam
hidup,
• Sering mengala
perasaan sangat
khawatir, sedih
atau gelisah,
• Orang yang me
sulit membuat
keputusan,
• Tidak mempun
keinginan untu
mendengarkan
Tertarik pada
perkumpulan,
• Mundur dari sit
sulit
Florence Littauer
Dalam bukunya, Florence Littauer mengatakan bahwa diantara
4 tipe kepribadian diatas, manusia juga dapat mempunyai
kemungkinan campuran diantara ke empatnya. Tipe kepribadian
campuran tersebut antara lain:
a. Campuran Alami yaitu antara kepribadian sanguinis dengan
koleris serta campuran antara kepribadian melankolis dan
phlegmatic
b. Campuran pelengkap yaitu antara kepribadian koleris dan
melankolis serta campuran kepribadian sanguinis dan phlegmatic
c. Campuran yang berlawanan yaitu antara kepribadian sanguinis
dan melankolis serta antara kepribadian koleris dan phlegmatis.
d. Carl Gustav Jung
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama
kepribadian, yakni sikap ekstraversi (ekstrovert) dan
sikap introversi (introvert)
a. Ekstrovert
Ekstrovert
adalah
kecenderungan
yang
mengarahkan
kepribadian lebih banyak keluar daripada ke dalam diri
sendiri. Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak
berbuat daripada merenung dan berpikir. Ia juga adalah orang
yang penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadiankejadian eksternal. Berikut penjabaran sifat dari ekstrvert,
antara lain:
•
Lancar dalam berbicara
•
Bebas dari kekhawatiran atau kecemasan
•
Tidak lekas malu dan tidak canggung
•
Umumnya bersifat konservatif
•
Mempunyai minat pada atletik
•
Dipengaruhi oleh data objektif
•
Ramah dan suka berteman
•
Suka bekerja bersama dengan orang lain
•
Kurang memedulikan penderitaan dan kepentingan diri
sendiri
•
Mudah menyesuaikan diri
b. Introvert
Introvert adalah suatu orientasi kedalam diri sendiri. Secara
singkat seorang introvert adalah orang yang cenderung
menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih
terfokus pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang
introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi
dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover membutuhkan
orang lain. Berikut penjabaran sifat dari introvert, antara lain:
•
Lebih lancar menulis daripada bicara
•
Cenderung atau sering diliputi kekhawatira
•
Mudah malu dan canggung
•
Cenderung bersifat radikal
•
Suka membaca
•
Lebih dipengaruhi oleh perasaan subjektif
•
Jiwanya tertutup
•
Lebih senang bekerja sendiri
•
Sangat menjaga atau berhati-hati terhadap penderitaan dan
miliknya
•
Sukar beradaptasi dan kaku dalam pergaulan.
e. John L. Holland
a.Realistk
Tipe model ini adalah bersifat jantan, kuat jasmani,
tidak sosial, agresif, mempunyai kecakapan dan koordinasi
motorik yang baik, kurang memilki kecakapan verbal dan
hubungan antar pribadi. Lebih menyenangi masalah yang
konkrit dari pada masalah yang abstrak, menganggap dirinya
sebagai seorang yang beresifat agresif dan jantan, dan
mempunyai
nilai-
niliai
ekonomi
dan
politik
yang
konvensional. Atau dengan kata lain tipe realistis memerlukan
individu-individu yang memiliki kecakapan atau kompetensikompetensi yang berhubungan dengan teknik dan aspek-aspek
fisik.
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya : pengawas bangunan, ahli mesin
kapal udara, ahli listrik, operator radio, ahli survei dan yang
sejenisnya.
b. Intelektual
Kepribadian ini menunjukkan minat profesinya kepada
hal yang berbau akademis. Mereka menunjukkan ciri khas
bekerja dengan area pemikiran atau perenungan masalah. Tipe
model berorientasi tugas, tidak/kurang sosial, lebih menyukai
dan memikirkan terlebih dahulu daripada langsung bertindak
terhadap pemecahan masalah yang dihadapi, membutuhkan
pemahaman, Lingkungan intelektual ditandai dengan tugastugas yang memerlukan kemamapuan yang abstrak dan
kreatif, bukan tergantung pada kemamapuan dan pengamatan
pribadinya.
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya: ahli antropologi, astronomi, biologi,
botani, kimia, editor penerbitan, ilmiah, geologi, ilmuan riset,
meteorology, fisika, pekerja riset ilmiah, zoology, penulis
artikel ilmiah dan teknologi.
c. Sosial
Tipe model ini bersifat sosial, bertanggung jawab,
kewanitaan,
kemanusiaan,
keagamaan,
membutuhkan
pehatian, memiliki kecakapan verbal dan hubungan antar
pribadi, menghindari pemecahan masalahb secara intelektual
aktivitas fisik, dan kegiatan-kegiatan yang sangat teratur rapi,
menyukai
pemecahan
masalah
melalui
perasaan
dan
pemanfaatan hubungan antar pribadi. Lingkungan sosial
ditandai
dengan
masalah-masalah
yang
memerlukan
kemampuan menginterpretasi dan merubah prilaku manusia
dan minat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya: penilik sekolah, guru sekolah, ahli
psikologi klinik, lembaga kesejahteraan konselor, missionary.
d. Konvensional
Tipe model ini menyenangi bahasa yang tersusun baik dan
kegiatan yang berguhungan dengan angka, konformis,
menghindari situasi yang kabur, dan masalah-masalah yang
melibatkan hubungan antar pribadi dan kecakapan fisik,
mengerjakan secara efektif terhadap tugas pekerjaan yang
tersusun baik, mengidentifikasikan dirinya dengan kekuasaan,
memberi nilai yang tinggi atas status dan kekayaan materi.
Lingkungan konvensional ditandai dengan tugas-tugas dan
masalah-masalah yanag memerlukan pemrosesan informasi
verbal dan matematis, rutin, konkrit dan sistematis
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya: pengawas bank, pemegang buku,
ahli statistik, analisis keuangan, penaksir biaya, operator
peralatan IBM, mengkaji anggaran belanja, petugas atau ahli
perpajakan.
e. Usaha
Model tipe ini mempunyai kecakapan lisan untuk
berjualan, menguasai dan menggiring ke suatu tujuan, arah,
menganggap dirinya sendiri sebagai orang kuat, jantan,
menghindari dari penggunaan bahasa yang terumus dengan
baik, atau situasi pekerjaan yang memerlukan kegiatan
intelektuasl
dalam jangka waktu
yang lama, mudah
menyesuaikan diri, berbeda dengan tipe konvensional. Tipe
ini menyukai tugas-tugas sosial yang kabur, dia memiliki
perhatian
yang
besar
terhadap
kekuasaan,
status,
kepemimpinan dan bertindak agresif yang berbentuk lisan.
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya: pemimpin eksketutif perusahaan,
promotor olahhraga, maneger hotel, konsultan, hubungan
indsustri.
f. Artistik
Tipe model ini, bersifat tidak sosial, menghindari
masalah yang sudah dapat tersusun, atau yang memerlukan
kecakapan fisik yang benar, serupa dengan tipe ntelektual ;
sukar menyesuaikan diri dan tidak sosial, tetapi berbeda
dengan tipe tersebut bahwa tipe ini memerlukan bentukbentuk ekspresi yang bersifat individualitas, lebih bersifat
kewanitaan dan sering kali tipe ini menderita hambatan
emosional, lehih menyukai menghadapi persoalan yang
terjadi dalam lingkingannya melalui ekspresi diri dalam
media seni. Lingkuangan artistik ditandai dengan tugas-tugas
dan masalah-masalah yang memerlukan interpretasi atau
kreasi, bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa perasaan dan
imajinasi
Orang-orang yang menyenangi pekerjaan berikut mirip
dengan tipenya misalnya : pengarang, ahli kartun, musik,
drama, penyair, pencipta lagu, penggubah musik seniman atau
artis.
2.3 Faktor yang Memengaruhi pembetuk Keperibadian
Faktor Yang membentuk Keperibadian secara garis besar ada dua faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor
hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).
1) Faktor Internal (Genetik).Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa
bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang
dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau
kombinasi dari sifat kedua orang tuanya (Sjarkawi, 2008). Pada masa konsepsi,
seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu, dan 23
kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang
mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi
hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau
mengurangi potensi hereditas tersebut (Yusuf dan Nurihsan,2008). Pengaruh gen
terhadap kepribadian,dipengaruhi gen secara tidak secara langsung adalah (1)
kualitas sistem syaraf, (2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan (3) struktur tubuh
(Sarlito,2010).
Contoh : seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan
mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia berkembang dalam
kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan
merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya
dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada
dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor
eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan
seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga,
sampai dengan pengaruh dari berbagai media (Sjarkawi, 2008).
a. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak
karena adalah kelurga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat
identifikasi anak, anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga
dan keluarga merupakan orang yang penting bagi pembentukan kepribadian anak.
Disamping itu keluarga juga dipandang dapat memenuhi kebutuhan manusiawi,
terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia.
Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya maka anak
cenderung berkembang menjadi pribadi yang sehat. Suasana keluarga sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga harmonis dan agamais maka perkembangan
anaktersebut cenderung positif (Yusuf dan Nurishan,2008).
Contoh orang tua sering memerintahkan anaknya, “ tolong nanti kalau
ada telepon, bilang ayah dan ibu sedang tidak ada dirumah, karena ayah dan ibu
akan tidur “. Peristiwa ini adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa berbohong
boleh atau halal dilakukan. Akibatnya anak juga melakukan prilaku bohong
kepada orang lain termasuk pada orang tua yang mencontohinya. Jika perbuatan
bohong yang dilakukan anak memperoleh kepuasan atau kenikmatan, minimal
tidak memperoleh hukuman, maka perbuatan bohong itu akan dikembangkan
lebih lanjut oleh anak tersebut. Bahkan mungkin saja daya bohong itu akan
menjadi suatu kesenangan dan dapat juga menjadi suatu keahlian yang lamakelamaan menjadi kepribadiannya. Demikian juga prilaku positif dan negatif lain
yang terperaktikkan di lingkungan rumah.
b. Lingkungan Fisik
Lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik yang
berupa alam dan lingkungan masyarakat Lingkungan fisik (alam) adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar anak kecuali manusia atau individu (lingkungan
sosial) dan benda-benda kebudayaan (lingkungan kultur), termasuk di dalamnya
adalah letak
geografis dan klimatologi (iklim) (Jumantoro,2001)
Keadaan iklim dan geografi suatu daerah memengaruhi perilaku
seseorang. Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan penduduk secara
lebih baik. Kualitas hidup yang baik memengaruhi perilaku seseorang. Sementara
itu, daerah yang tandus menyebabkan penduduknya miskin. Perilaku orang
miskin jelas berbeda dengan perilaku orang berkecukupan. Keadaan lingkungan
fisik juga berpengaruh terhadap karakter seseorang, misalnya kehidupan pada
masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada
keras dan agak kasar. Hal tersebut akibat pengaruh suasana laut yang riuh oleh
deburan gelombang. Mereka berbicara keras dan berwatak kasar karena
dipengaruhi kehidupan yang keras di laut.
c. Sosial Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan.
Beberapa
aspek
kebudayaan
yang
sangat
mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:

Nilai-nilai (Values)
Setiap Kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusiamanusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota
suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai
yang harus ditaati oleh anggotaanggotanya, juga menentukan pula cara-cara
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnykebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.

Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirriciri khas dari suatu
kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir
yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern
pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi
kepribadian
manusia
yang
memiliki
kebudayaan
itu
(Puwarto,2006)
d. Pengalaman Unik (Unique Experience)
Pengalaman unik mengandung pengertian bahwa tidak seorangpun mengalami
serangkaian pengalaman yang persis satu sama lainnya dan tidak seorangpun
mempunyai latar belakang pengalaman yang sama (Paul B. Horton,1993)
Menurut F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor
yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan
individual, lingkungan, dan motivasi.
a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari
ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang
merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua
kepada anaknya.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini
individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat
menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik
maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu
yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya
pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.
c. Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi
sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan
individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
d. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi
proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada
kepribadiannya.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu
sehingga
menggerakkan
individu
untuk
berbuat
atau
melakukan
sesuatu.
Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna
dalam kehidupan bermasyarakat.
2.4 Kepribadian dan Perilaku
2.4.1Konsep-konsep yang berhubungan dengan Kepribadian
Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol
dalam
Kuntjojo, 2009) :
1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit.
2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis.
3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok
stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.
4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli
yang lebih terbatas.
5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang
untuk stimulus yang sama pula.
Konsep-konsep tersebut merupakan aspek-aspek atau komponenkomponen kepribadian karena kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang
ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dst. Interaksi antara berbagai
aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian.
Teori Kepribadian
1. Pengertian Teori Kepribadian
Menurut Hall dan Lindzey (Koeswara dalam Kuntjojo, 2009), teori
kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama
lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Teori kepribadian terdiri dari
sekumpulan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta aturan-aturan untuk
menghubungkan asumsi-asumsi dan definisi-definisi ini supaya menjadi jelas
interaksinya dengan peristiwa – peristiwa yang bisa diamati (Alfarisi, 2015).
2. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian
Sekarang ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan
mempelajarinya para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke
dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu
paradigma
yang
dipakai
untuk
mengembangkannya.
Boeree
(2005)
menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori
kepribadian, yaitu :
1) Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang
sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.
2) Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.
3) Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
3. Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika
Teori psikodinamika berasal dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia
adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem
energi. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma
psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu
berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari (Kuntjojo, 2009).
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia
memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis.
Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :
psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme.
Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi
individual, dan psikologi analitis (Kuntjojo, 2009.
1) Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis
dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai
aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian,
khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya (Kuntjojo,
2009).
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005), bahwa kepribadian merupakan suatu
sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the
Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi,
dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan
berbagai dimensinya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Struktur Kepribadian
Sumber : (Kuntjojo, 2009).
b.
Dinamika Kepribadian
1) Distribusi energi
Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich. Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal
dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Freud
menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das
Es saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi,
energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber
Ich. Mekanisme perpindahan energi psikis dari das Es ke das Ich dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut (Kuntjojo, 2009).
Bagan 1. Mekanisme Perpindahan Energi
Sumber : (Kuntjojo, 2009).
2) Mekanisme pertahanan ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence
mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah
kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk
menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan
kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan
(Koeswara dalam Kuntjojo, 2009).
c. Perkembangan Kepribadian
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Perkembangan kepribadian individu menurut Freud,
dipengauhi oleh
kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut
Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.
Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan
ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan
: identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego (Kuntjojo,
2009).
2) Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir
tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya
merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan
bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang
berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah heterogen atau bagian
tubuh tertentu yang
sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian
adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005).
1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian
tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2. Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4. Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau
tertekan.
5. Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki
pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah
mengalami kematangan pada organ reproduksi.
2) Teori Psikologi Individual
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred
Adler (1870-1937). Adler bersama pengikutnya mengembangkan aliran
psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology)
(Kuntjojo, 2009).
Menurut Adler (Kuntjojo, 2009) manusia itu dilahirkan dalam keadaan
tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan
inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungan kepada orang
lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung
secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan
dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut
kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada
uraian berikut.
a. Individualitas sebagai pokok persoalan
Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu
individualitas. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi
motif-
motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya
menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual.
b. Dua dorongan pokok
Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang
mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu :
1) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak
untuk kepentingan orang lain;
2) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk
kepentingan diri sendiri.
c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior
Individu
memulai
hidupnya
dengan
kelemahan
fisik
yang
menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian
menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada
inferioritasnya.
d. Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang
menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan
keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbedabeda. Adaler
menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang
dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh
yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada
(Alwisol, 2005).
e. Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat
manusia dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap
orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar
superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat.
f. Kekuatan kreatif self (creative power of the self)
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris
kepribadian (Alwisol, 2005). Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan
kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku
(kekutatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan).
Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat
dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu,
lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah
sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan
fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis,
menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada
kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.
g. Konstelasi keluarga
Konstelasi berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Menurt
Adler, kepribadian anak pertama, anak tengah, anak terakhir, dan anak
tunggal berbeda, karena perlakuan yang diterima dari orang tua dan
saudara-saudara berbeda.
h. Posisi tidur dan kepribadian
Hidup kejiwaan merupakan kesatuan antara aspek jiwa dan raga dan
tercermin dalam keadaan terjaga maupun tidur. Dari observasi yang
telah dilakukan terhadap para pasiennya Adler menarik kesimpulan
bahwa ada hubungan posisi tidur seseorang dengan kepribadiannya.
1) Tidur terlentang, menunjukkan yang bersangkutan memiliki sifat
pemberani dan bercita-cita tinggi.
2) Tidur bergulung (mlungker), menunjukkan sifat penakut dan lemah
dalam mengambil keputusan.
3) Tidur mengeliat tidak karuan, menunjukkan yang bersangkutan
memiliki sifat yang tidak teratur, semborno, dst.
4) Tidur dengan kaki di atas bantal, menunjukkan orang ini menyukai
petualangan.
5) Tidur dilakukan dengan mudah, berarti proses penyesuaian dirinya
baik.
3) Teori Psikologi Analitis
Psikologi
analitis
merupakan
aliran
psikologi
dinamis
yang
dikembangkan oleh Carl Gustav Jung (1975 – 1959). Pokok-pokok Teori Carl
Gustav Jung adalah sebagai berikut (Kuntjojo, 2009) :
a. Struktur Kepribadian
Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian)
tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat
kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi
pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak
sadar kolektif.
Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya
masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan
fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).
b. Dinamika Kepribadian
Jung menyatakan bahwa kepribadian atau psyche bersifat dinamis
dengan gerak yang terus-menerus. Dinamika psyche tersebut
disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido. Dalam
dinamika psyche terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut (Alwisol,
2005).
1) Prinsip oposisi
Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling
berinteraksi dengan tiga cara, yaitu : saling bertentangan (oppose),
saling mendukung (compensate), dan bergabung menjadi kesatuan
(synthese). Menurut Jung, prinsip oposisi paling sering terjadi karena
kepribadian berisi berbagai kecenderungan konflik. Oposisi juga
terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi lawan introversi, pikiran
lawan perasaan, dan penginderaan lawan intuisi.
2) Prinsip kompensasi
Prinsip ini berfungsi untuk menjadi agar kepribadian tidak
mengalami gangguan. Misalnya bila sikap sadar mengalami frustrasi,
sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika individu tidak dapat
mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil
alih dan muncullah ekpresi mimpi.
3) Prinsip penggabungan
Menurut
Jung,
kepribadian
terus-menerus
berusaha
menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada agar tercapai
kepribadian yang seimbang dan integral.
c. Perkembangan Kepribadian
Carl Gustav Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju atau
mengejar kemajuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna
ke taraf yang lebih sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai
taraf diferensiasi yang lebih tinggi.
4. Kepribadian Menurut Orientasi Behavioristik
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang
didirikan oleh J.B. Watson. Selain Watson ada beberapa orang yang
dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L.
Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian nama yang senantiasa disebut
adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling
produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh,
serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas
behaviorisme (Koeswara, dalam Kuntjojo, 2009) :
1) Teori Kepribadian Skinner
a. Struktur kepribadian
Menurutnya, dapat diperoleh illusi yang menjelaskan dan memprediksi
tingkah laku berdasarkan faktor-faktor yang tetap dalam kepribadian,
tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan
mengubah
lingkungan.
Sedangkan
unsur
kepribadian
yang
dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Menurut
Skinner (Koeswara, dalam Kuntjojo, 2009) ada dua klasifikasi tingkah
laku yaitu :
1) Tingkah laku responden (respondent behavior), adalah respon
yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara
spesifik berhubungan dengan respon itu.
2) Tingkah laku operan (operant behavior), adalah respon yang
dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung
memaksa terjadinya respon itu.
Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen
struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa
berbeda-beda kekuatan dan keringan munculnya. Dan itu bukan karena
kekuatan dari dalam diri individu atau motivasi. Menurut Skinner
variasi kekuatan tingkah laku tersebut disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.
b. Dinamika kepribadian
1) Kepribadian dan belajar
Kepedulian utama Skinner berkenaan dengan kepribadian
adalah mengenai perubahan tingkah laku. Hakikat teori Skinner adalah
teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi
lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst.
Menurut
Skinner
kepribadian
dapat
dipahami
dengan
mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya
yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk
mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan
penguatan (reinforcement) .
Dalam teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk
membentuk tingkah laku. Menurut Skinner, ada dua macam penguatan
:
•
Reinforcement positif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah
laku diperkuat atau sering dilakukan.
•
Reinforcement negatif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah
laku diperlemah atau tidak diulangi lagi.
2) Pembentukan perilaku dan perilaku berantai
Dalam melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah
shaping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku,
mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling
kompleks. Menurut Skinner terdapat 2 unsur dalam pengertian
shaping, yaitu :
•
Adanya
penguatan
secara
berbeda-beda
(diffrential
reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada
yang tidak diberi penguatan.
•
Upaya mendekat terus-menerus (successive approximation)
yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang
sesuai dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat.
5. Kepribadian Menurut Orientasi Humanistik
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan
oleh
sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di
bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua
teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi.
Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow
menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
1) Teori Abraham Maslow
Pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh
Maslow adalah sebagai berikut (Alwisol, 2005).
a. Prinsip Holistik
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
a) Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi,
dan koherensi. Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai
adalah keadaan patologis (sakit).
b) Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya,
tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
c) Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi
diri.
d) Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat
minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat
akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e) Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna
dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi
psikologis yang diisolasi.
b. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.
Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap
tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan
bertanggung jawab.
c. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi
sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian
perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan
yang bersifat mendukung.
d. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
e. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya
netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan
hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan
bawaan.
f. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada
pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau
keistimewaan dalam bidang tertentu.
g. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
h. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki
dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
(1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
2) Teori Carl Rogers
Tokoh psikologi humanistik selain Abraham Maslow, adalah Carl
Rogers. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas,
rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar
dipahami (Alwisol, 2005). Pokok-pokok teori psikologi humanistik yang
dikembangkan oleh Carl Rogers adalah sebagai berikut (Alwisol, 2005).
a. Struktur Kepribadian
Ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur
kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan
self.
1) Organime, mencakup :
a) Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk ; lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya,
tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial
terdapat
dalam keadaan sadar setiap saat.
b) Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya.
Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benarsalah. c) Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu
bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Rogers
mengartikan
medan
fenomena
sebagai
keseluruhan
pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari
maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.
3) Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang
intinya adalah :
a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai
orang tertentu;.
b) bersifat integral dan konsisten;
c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self
sebagai ancaman;
d) dapat berubah karena kematangan dan belajar.
b. Dinamika Kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut
garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu
matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan
makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya
tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam
medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey dalam
Kuntjojo, 2009).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi
akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan
dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan
memerinci
fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk
menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru
meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk
berkembang dan menjadi lebih baik.
c. Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun
dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara
alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks,
otonom, sosial, dan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri.
Rogers menyatakan bahwa self berkembang secara utuh-keseluruhan,
menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh
kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang
disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya
berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang
memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak
menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan
seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri
kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
2.4.2 Keterkaitan Kepribadian dengan Perilaku
1. Teori Psikoanalisis
Dalam teori psikoanalisanya freud menjelaskan tentang
struktur kepribadian individu, struktur kepribadian tersusuan
atas 3 sistem pokok, yakni :
1. Id
•
Id merupakan aspek biologis yang strukturnya paling
mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan sistem
kepribadian yang asli, dimana id sebagai rahim tempat
berkembangan ego dan superego. Id berisikan segala
sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan
merupakan
reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan
proses-proses jasmaniah darimana id mendapatkan
energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer
dan tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan –
dorangan
biologis
seperti
makan,
sex
dan
agresifitas.
•
Contoh : Bayi yang baru lahir akan tetap mengisap
terlepas dari ada atau tidaknya puting susu, karena
ia
akan
memperoleh
kepuasan
ketika
melakukannya. Karena id tidak mempunyai kontak
dengan kenyataan maka bayi itu tidak menyadari
bahwa sebenarnya dengan mengisap jempol tidak
akan membantunya bertahan hidup
2. Ego
•
Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang
dari id yang struktur kepribadianya mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku
manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan
organisme memerlukan transaksi – transaksi yang
sesuai dengan dunia kenyataan objektif.. Ego disebut
juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego
mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih segi
lingkungan kemana ia akan membri respon dan
memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
•
Contoh : Ego seorang wanita secara sadar,
memotivasinya untuk memilih pakaian yang dijahit
rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman
berbusana seperti itu. Pada saat yang sama ia
mungkin ingat samar-samar (secara bawah sadar)
bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih
pakaian
yang
bagus.
Selain
itu,
barangkali
termotivasi secara tidak sadar untuk berperilaku rapi
dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan
pakaian rapi nan licin bisa terjadi di tiga tingkat
kehidupan mental.
3. Superego
•
Superego
merupakan
aspek
sosiologis
yang
merefleksikan nilai – nilai sosial dan menyadarkan
individu atas tuntutan moral. Gambaran kesadaran
akan
nilai-nilai
dan
moral
masyarakat
yang
ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua,
guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada
dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang
menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu
berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu
berorientasi pada kesempurnaan.
•
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal
yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat.
Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk,
konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan
penyesalan.
Superego
bertindak
untuk
menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita.
Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat
diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk
membuat tindakan ego atas standar idealis lebih
karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir
dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.
Superego memiliki dua sisi:
1. Nurani merupakan internalisasi dari hukuman
dan peringatan.
2. Ego ideal yaitu berasal dari pujian dan contohcontoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
a. Perkembangan Kepribadian
Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui enam fase, yang berhubungan dengan
kepekaan pada daerah-daerah heterogen atau bagian tubuh
tertentu yang sensitif
terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan
kepribadian adalah sebagai berikut :
1. Fase Oral
•
Fase
oral
merupakan
tahap
pertama
dari
perkembangan psikoseksual. Dalam tahap ini,
sumber kenikmatan adalah rangsangan yang sampai
pada bibir dan mulut. Mulut digunakan untuk
bertahan hidup (untuk proses pencernaan makanan
dan minuman), tetapi Freud menempatkan perhatian
yang lebih besar pada kepuasan nafsu yang didapat
dari aktifitas oral.
•
Ada dua tipe perilaku dalam tahap ini, yaitu oral
incorporative behavior (memasukkan segala sesuatu
ke dalam mulut) dan oral aggressive atau oral sadistic
behavior (menggigit
dan meludah). Tipe oral
incorporative muncul pertama kali dan melibatkan
stimulus yang menyenangkan pada mulut dari orang
lain atau dari makanan. Fase oral yang kedua, yaitu
oral aggressive atau oral sadistic, terjadi ketika gigi
mengalami kesakitan karena munculnya gigi baru.
Sebagai hasil dari kejadian ini, bayi memiliki perasaan
benci sekaligus cinta terhadap ibunya. Orang yang
terfiksasi
dalam
tahap
ini
cenderung
pesimis,
bermusuhan, dan bersikap agresif. Mereka cenderung
suka menentang dan sarkastik, mengucap kata-kata
yang menggigit dan memperlihatkan kekejaman
terhadap orang lain. Mereka cenderung dengki
terhadap
yang
lain
dan
mencoba
untuk
mengeksploitasi dan memanipulasi mereka dalam
usaha untuk mendominasi.
2. Fase Anal
•
Fase Anal merupakan tahap dimana seseorang
cenderung untuk menunda kebutuhan-kebutuhan
bayi selama satu tahun pertama kehidupan,
menyesuaikan permintaan
mereka dan mengharapkan secara relatif sedikit
penyesuaian sebagai imbalan. Situasi ini berubah
setelah sekitar 18 bulan, ketika permintaan yang
baru (toilet training) muncul pada anak. Freud
percaya bahwa pengalaman toilet training selama
fase anal memiliki efek yang besar terhadap
perkembangan
kepribadian.
Defekasi
menghasilkan kenikmatan untuk anak, tetapi
dengan munculnya toilet training, anak harus
menunda kesenangan ini. Untuk pertama kalinya,
kesenangan terhadap impuls naluriah diganggu
oleh usaha orang tua untuk mengatur waktu dan
tempat defekasi.
•
Jika toilet training ini tidak berjalan lancar, yaitu
anak memiliki kesulitan dalam belajar atau orang
tua meminta terlalu banyak, anak akan bereaksi
dalam satu atau dua cara. Cara yang pertama yaitu
membuang air besar ketika dan di mana orang tua
tidak setuju, dalam arti menentang usaha orang tua
untuk mengatur. Jika anak menemukan teknik ini
memuaskan untuk mengurangi frustasi dan sering
menggunakannya, anak tersebut mungkin akan
mengembangkananal
aggressive
personality.
Menurut Freud, ini adalah dasar untuk berbagai
bentuk perilaku sadistik dan permusuhan dalam
kehidupan
dewasa,
meliputi
kekejaman,
menghancurkan, dan temper tantrum. Cara kedua
dari reaksi anak terhadap rasa frustasi dari toilet
training
adalah
untuk
menahan
feses.
Ini
menghasilkan perasaan menyenangkan dan bisa
menjadi teknik yang berhasil untuk memanipulasi
orang tua. Orang tua akan menjadi cemas jika anak
tidak buang air besar selama beberapa hari,
sehingga anak menemukan metode baru untuk
mengamankan perhatian
dari orang tua. Perilaku ini merupakan dasar
untuk perkembangan anal retentive personality.
Orang ini cenderung menjadi kaku, rapi secara
kompulsif, keras kepala dan berhati-hati.
3. Fase Phallic
•
Pada
tahap
ini,
ketertarikannya
anak
untuk
memperlihatkan
mengeksplorasi
dan
bermain dengan alat genitalnya. Kesenangan
yang diperoleh melalui alat genital tidak hanya
melalui perilaku seperti masturbasi tetapi juga
melalui khayalan, anak-anak menjadi ingin tahu
tentang kelahiran dan mengenai kenapa anak
laki-laki mempunyai penis sedangkan anak
perempuan tidak.
•
Konflik dasar dari tahap phallic berpusat pada
hasrat yang tidak disadari kepada orang tua yang
berlainan jenisnya. Bersamaan dengan ini,
terdapat keinginan untuk menggantikan orang
tua sesama jenisnya. Freud mengidentifikasi
konflik tersebut dan mengemukakan konsepnya
tentang:
o
Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak
disadari oleh seorang anak laki-laki
terhadap ibunya, dan
berkeinginanuntukmenggantikandan
menyingkirkan ayahnya. Dengan hasrat
untuk menyingkirkan ayahnya karena
ketekutannya
bahwa
ayahnya
akan
membalas dendam dan
menyakitinya. Dia mengintepretasikan
ketakutannya
bahwa
ayahnya
akan
memotong
alat
genitalnya
merupakan
sumber
kesenangan
keinginan
seksualnya
disebut
sebagai castration anxiety.
yang
dan
Freud
o Electra complex yaitu hasrat yang tidak
disadari oleh seorang anak perempuan
terhadap
ayahnya,
dan
berkeinginan
untuk menggantikan ibunya. Disini anak
perempuan menemukan bahwa mereka
tidak mempunyai penis seperti anak lakikaki dan mereka menyalahkan ibunya
dikenal dengan istilah penis envy yaitu
perasaan cemburu terhadap anak laki-laki
yang mempunyai penis disertai perasaan
kehilangan karena anak perempuan tidak
memiliki penis.
•
Freud mengemukakan kepribadian anak laki-laki
pada masa phallic adalah tidak tahu malu, sia-sia,
dan keyakinan diri. Sedangkan kepribadian anak
perempuan pada masa phallic adalah melebihlebihkan
feminitas
dan
bakatnya
untuk
mengemudikan dan menaklukan orang lain.
•
Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak
disadari oleh seorang anak laki-laki terhadap
ibunya, dan
berkeinginan
untuk
menyingkirkan
untuk
menggantikan
ayahnya.
menyingkirkan
Dengan
ayahnya
dan
hasrat
karena
ketekutannya bahwa ayahnya akan membalas
dendam
dan
mengintepretasikan
menyakitinya.
Dia
ketakutannya
bahwa
ayahnya akan memotong alat genitalnya yang
merupakan
sumber
kesenangan
dan
keinginan seksualnya disebut Freud sebagai
castration anxiety.
•
Electra complex yaitu hasrat yang tidak
disadari oleh
seorang anak perempuan
terhadap ayahnya, dan berkeinginan untuk
menggantikan ibunya. Disini
anak perempuan menemukan bahwa mereka
tidak mempunyai penis seperti anak laki-kaki
dan mereka menyalahkan ibunya dikenal
dengan istilah penis envy yaitu perasaan
cemburu
terhadap
mempunyai
anak
penis
laki-laki
disertai
yang
perasaan
kehilangan karena anak perempuan tidak
memiliki penis.
•
Freud mengemukakan kepribadian anak lakilaki pada masa phallic adalah tidak tahu
malu, sia-sia, dan keyakinan diri. Sedangkan
kepribadian anak perempuan pada masa
phallic adalah melebihlebihkan feminitas dan bakatnya untuk
mengemudikan dan menaklukan orang lain.
4. Fase Laten
•
Fase laten merupakan penyimpangan dan stress
dari
tahap
oral,
perkembangan
anal,
dan
psikoseksual
phallic
dari
merupakan
gabungan dari kepribadian orang dewasa yang
terbentuk.
•
Tiga struktur major dari kepribadian yaitu Id, Ego,
dan Superego telah dibentuk pada umur kira-kira 5
tahun
dan
hubungan
antara
mereka
telah
dipadatkan. Beruntungnya anak-anak dan para
orang tua dapat beristirahat sejenak karena 5 atau
sampai 6 tahun ke depan adalah merupakan masa
tenang. Tahap laten bukanlah tahap psikoseksual
dari perkembangan. Insting seks menjadi dorman,
dan digantikan dengan aktivitas sekolah, hobi, dan
olahraga
serta
mengembangkan
hubungan
pertemanan dengan anggota yang berjenis kelamin
sama. Freud telah dikritik tentang kekurang
tertarikannya terhadap periode laten
5. Fase Genital
•
Fase genital merupakan tahap akhir dari tahapan
perkembangan psikoseksual, dimulai sejak masa
pubertas, badan secara fisiologis tumbuh dengan
matang, jika tidak berarti ada penyimpangan
yang berarti pada tahap awal perkembangan.
Konflik yang terjadi pada periode ini lebih jarang
dibandingkan dengan tahap lain. Sanksi sosial
ada untuk mengontrol ekspresi seksual yang
harus ditaati oleh para remaja, tetapi konflik
dorongan seksual dapat ditekan para remaja
setidaknya melalui substitusi ke perilaku yang
dapat diterima oleh masyarakat dan selanjutnya
berhubungan dan berkomitmen dengan orang
yang berlawanan jenis. Tahap genital ini mencari
kepuasan melalui cinta dan pekerjaan, ini
menjadi perilaku yang dapat diterima oleh
impuls-impuls id.
•
Freud menekankan pada pentingnya masa kanakkanak awal di dalam menentukan kepribadiannya
setelah dewasa. Menurut Freud, 5 tahun pertama
kehidupan merupakan saat yang penting. Teori
kepribadiannya kurang memperhatikan masa
perkembangan
kanak-kanak
akhir,
remaja,
ataupun dewasa. Menurut Freud, apa yang terjadi
ketika kita dewasa, cara kita berperilaku dan
merasakan ditentukan oleh konflik yang terjadi
pada kita yang harus kita hadapi jauh sebelum
kita dewasa.
2. Teori Psikologi Individual
Dalam teori psikologi individual menurut Alfred Adler
Menjelaskan perilaku manusia menurut teori yang dapat dijadikan
gambaran untuk menerangkan perilaku tersebut. jadi aktivitas
seperti perkawinan, pelanggaran hukum, bunuh diri, humor,
keadaan supranatural,
merokok, bermain dan reakreasi, serta psikoseneurosis, adalah
aktivitas yang bertujuan menurut apa yang dirumuskan oleh
individu, yang dipengaruhi oleh perasaan rendah diri atau
superior yang khas, gaya hidup dan diri yang kreatif yang khas
pula. Jadi sukar untuk menafsirkan satu aktivitas yang
mempunyai makna aktivitas itu sangat khas untuk tiap orang
dan hanya dapat dirumuskan oleh dirinya sendiri, atau setidaktidaknya oleh tindakan yang ditampilkannya.
•
Contoh : Gaya hidup seseorang juga terekspresikan
dalam mimpi. Adler menolak pandangan Freud bahwa
mimpi adalah ekpresi keinginan masa kecil. Menurut
Adler, mimpi bukan pemuas keinginan yang tidak
diterima ego, tetapi merupakan bagian dari usaha si
pemimpi untuk memecahkan masalah yang tidak
disenangi atau masalah yang tidak dikuasainya ketika
sadar.Mimpi, menurut Adler, adalah usaha dari ketidak
sadaran untuk menciptakan suasana hati atau keadaan
emosional sesudah bangun nanti, yang bisa memaksa si
pemimpi melakukan kegiatan yang semula tidak
dikerjakan (Alwisol, 2005).
3. Kepribadian Menurut Orientasi Behavioristik
Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang didasarkan pada
premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi yang teramati.
Teori ini dicetuskan oleh John B. Watson.adapun teori ini terbagi atas
2 bagian yaitu :
1. Teori kepribadian Klasikal
Merupakan kepribadian ini dicetuskan oleh Juan Petrovich
Pavlov yaitu tingkah laku manusia di pengaruhi oleh respon yang
alami atau respon yang reflektif, yang oleh Pavlov disebut respon
yang tidak terkondisi yang disingkat UCR. Dan ada juga respon
yang di kondisikan
untuk menghasilkan perilaku tertentu. Stimulus yang tidak
terkondisi disebut UCS.
2. Teori Kepribadian Operan
Merupakan kepribadian dicetuskan oleh Skinner yang
membagi tingkah laku dalam 2 tipe yaitu: responden dan
operan.
•
Tingkah laku responden adalah respon atau tingkah
laku yang dibangkitkan atau dirangsang oleh stimulus
tertentu. Tingkah laku responden ini wujudnya refleks.
•
Tingkah laku responden ini ternyata dapat dibentuk
melalui proses conditioning atau belajar. Tingkah laku
ini bergantung pada reinforcement dan secara langsung
merespon stimulus yang bersifat fisik.Tingkah laku
operan adalah respon atau tingkah laku yang bersifat
spontan tanpa stimulus yang mendorongnya secara
langsung.
4. Kepribadian menurut Orientasi Humanistik
Istilah
psikologi
humanistik
(Humanistic
Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal
tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham
Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat
berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua
teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme.
•
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi
humanistik yaitu bahwa manusia atau individu harus
dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan
terorganisasi. Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di
masa lalu maupun sekarang terlalu banyak membuang
waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian atau tingkah
laku secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar
dari pribadi menyeluruh.
Karena pembahasan mengenai teori kepribadian
humanistik menurut Maslow, antara lain yaitu :
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi
humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau
individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang
integral, khas, dan terorganisasi. Maslow merasa
bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun
sekarang terlalu banyak membuang waktu untuk
menganalisa kejadian-kejadian atau tingkah laku
secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar
dari pribadi menyeluruh.
2. Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan.
Maslow dan para teoritis kepribadian humanistik
umumnya memandang manusia sebagai makhluk
yang berbeda dengan hewan apapun. Maslow juga
menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan
tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku
karena hal itu mengabaikan ciri-ciri yang khas pada
manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai,
rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni,
kecemburuan dan sebagainya yang dengan kesemua
ciri yang dimilikinya itu manusia bisa menciptakan
pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan
khas manusia lain-lainnya.
3. Pembawaan baik manusia.
Teori Freud secara implisit menganggap bahwa
manusia pada dasarnya memiliki karakter jahat.
Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan,
akan menjuruskan manusia kepada pembinasaan
sesamanya, dan juga penghancuran dirinya sendiri.
Sementara pandangan ini
belum jelas ketetapannya, Freud menurut Maslow
hanya
memiliki
sedikit
kepercayaan
tentang
kemuliaan manusia, dan berspekulasi secara pesimis
tentang nasib manusia. Sebaliknya, psikologi
humanistic memiliki anggapan bahwa manusia itu
pada dasarnya adalah baik atau tepatnya netral.
Menurut prespektif humanistik kekuatan jahat atau
merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil
dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan
bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Mengutamakan kreativitas manusia merupakan salah
satu prinsip yang penting dari psikologi humanistik.
Maslow dari studinya atas sejumlah orang tertentu,
menemukan bahwa pada orang-orang yang ditelitinya
itu terdapat satu cirri yang umum, yakni kreatif. Dari
itu Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif
merupakan potensi yang umum yang ada pada
manusia. Maslow yakin bahwa jika setiap manusia
mempunyai
atau
menghuni
lingkungan
yang
menunjang setiap orang dengan kreativitasnya maka
akan mampu mengungkapkan segenap potensi yang
dimilikinya. Dan pada saat yang sama Maslow
mengingatkan bahwa untuk menjadi kreatif orang itu
tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus.
Menurut Maslow kreativitas itu tidak lain adalah
kekuatan
yang
mengarahka
manusia
kepada
pengekspresian yang ada pada dirinya.
5. Penekanan pada kesehatan psikologis.
Maslow secara konsisten beranggapan bahwa tidak
ada satupun pendekatan psikologis yang mempelajari
manusia yang bertumpu pada fungsi-fungsi manusia
berikut cara dan tujuan hidupnya yang sehat. Dalam
hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang
menurutnya terlalu mengutamakan
studi atas orang-orang yang tidak sehat. Dengan
tegas Maslow menyebut teori psikoanalisa ortodoks
sebagai teori yang berat sebelah dan kurang
komperhensif karena hanya berlandaskan pada
bagian yang abnormal dari tingkah laku manusia.
Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu
menekankan pada sisi negative manusia dan
mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif.
Maslow
yakin bahwa kita tidak akan bisa
memahami
gangguan
mental
sebelum
kita
memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow
mendesakkan perlunya studi atas orang-orang yang
berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan
psikologi yang universal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.psikologi.uin-malang.ac.id
Chairilsyah, Daviq. 2012. Pembentukan Kepribadian Positif Anak Sejak Usia
Dini.
EDUCHILD. Vol.01, No.1.
Chaplin, JP. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. RajawaliPers
Kamus Besar Bahasa Indonesia.(KBBI).
Kusmiati dan Desminiarti. 1990. Dasar-Dasar Perilaku. Edisi I. Jakarta :
Pusdiknakes.
Kwick, Robert.1974. dalam Notoatmodjo, Soekidjo. 2003, Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Lubis, Khatib. 2014. Analisis Konflik Dan Watak Tokoh Utama Novel
“Bekisar Merah” Karya Ahmad Tohari. Universitas Muhammadiyah
Tapanuli Selatan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/51057
(Diakses pada 9 maret 2019 pukul 21.00 wib)
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta
:
PT.Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.
Aplikasi.
Jakarta:Rineka Cipta.
2010.Promosi
Kesehatan
dan
Teori
&
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.Promosi Kesehatan dan
Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Perilaku
Pertiwi, S.dkk. 2013. Aspek Psikolinguistik Sosial Dalam Peribahasa Sunda.
Vol.
4,
No.
2.
http://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/article/view/3142/2163
(Diakses pada 9 maret 2019 pukul 21.20 wib)
Prihanti, Gita Sekar. 2014. Hubungan Antara Kepribadian dengan Gaya
Belajar Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Malang
Sari, Hasmila., Shabri. 2016. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Motivasi
Belajar PadaMahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala.. Idea Nursing Journal.Vol. VII
No. 2
Sarwono, S. W. 2004. Psikologi remaja. Edisi revisi 8. Jakarta : Raja
Grafindo Pustaka,
Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sofi, Lilik. 2015. Pengaruh Dukungan Sosial Orangtua Terhadap Easy
Temperament Anak Usia Dini Di Kelurahan Pakintelan, Kecamatan
Gunungpati,
Kota
Semarang.
UNNES.
https://lib.unnes.ac.id/29013/1/1601411046.pdf (Diakses pada 9 maret
2019 pukul 21.40)
Sumadi Suryabrata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Teori Maslow. Diunduh di
https://inoerofik.files.wordpress.com/2014/11/teori-maslow.pdf.
Diakses pada tanggal 4 Maret 2019
Download