Uploaded by User18930

materi

advertisement
Kesimpulan :
1.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
2.
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya
serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak
mengikuti kepolaran eluen,
3.
Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak. Kerugiannya memerlukan waktu untuk menentuan sistem eluen
yang cocok.
4.
Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi
oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang.
5.
Pembuatan lapis tipis KLT dimulai dari penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi
bentuknya baik, biasanya digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada
jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali bentuk plat
kaca / aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai
“standard”.
6.
Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan.
7.
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007). Fasa gerak/eluent yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent)
8.
Kerja dengan KLT dimulai dari penyiapan plat, eluen dan sampel, penotolan, elusi, dan deteksi
bercak/noda.
9.
Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat kimia tertentu.
10. Terdapat beberapa instrument pada kromatografi lapis tipis diantaranya adalah detector,
monokromator, absorbansi, dan transmitansi.
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf adalah :
a.
Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
b.
Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
c.
Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
d.
Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak.
e.
Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
f.
Teknik percobaan.
g.
Jumlah cuplikan yang digunakan.
h.
Suhu
i.
Kesetimbangan.
12. Aplikasi KLT pada bidang pangan adalah pada penelitian analisis kualitastif pewarna rhodamin B
dalam sampel saus tomat.
Pewarna tertentu?
 Kalium kromat, asam sulfat pekat dalam alcohol 96% atau ninhidrin.
Nilai Rf (Faktor Retensi / Retention Factor) didefinisikan sebagi perbandingan jarak
yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang
berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa
tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis
tipis (Sa’adah, 2010).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang
lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang
rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 – 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Underwood, 1988).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (Underwood, 1988):
• Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga
Rf.
• Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
• Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi
mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika
bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan
komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor
yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
• Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan,
yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga
mempengaruhi kesetimbangan partisi.
• Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang
sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik
dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
Kemampuan suatu analit terikat pada permukaan silika gel dengan adanya pelarut
tertentu dapat dilihat sebagai pengabungan 2 interaksi yang saling berkompetisi.
Pertama, gugus polar dalam pelarut dapat berkompetisi dengan analit untuk terikat pada
permukaan silika gel. Dengan demikian, jika pelarut yang sangat polar digunakan, pelarut
akan berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel dan hanya menyisakan sedikit
tempat bagi analit untuk terikat pada silika gel. Akibatnya, analit akan bergerak cepat
melewati fasa diam dan keluar dari kolom tanpa pemisahan. Dengan cara yang sama,
gugus polar pada pelarut dapat berinteraksi kuat dengan gugus polar dalam analit dan
mencegah interaksi analit pada permukaan silika gel. Pengaruh ini juga menyebabkan
analit dengan cepat meninggalkan fasa diam. Kepolaran suatu pelarut yang dapat
digunakan untuk kromatografi dapat dievaluasi dengan memperhatikan tetapan dielektrik
(ε) dan momen dipol (δ) pelarut. Semakin besar kedua tetapan tersebut, semakin polar
pelarut tesebut. Sebagai tambahan, kemampuan berikatan hidrogen pelarut dengan fasa
diam harus dipertimbangkan (Departemen Kesehatan. 1997).
Download