Uploaded by User18065

bina diri bina gerak - annisa zuyyina agustina

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan mengurus diri tentu akan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,
bagi sebagian orang kemampuan mengurus diri bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk
dilaksanakan tetapi untuk sebagian kecil individu untuk dapat melakukan kegiatan ini
membutuhkan pelatihan atau pembelajaran khusus agar dapat melakukan nya secara mandiri.
Kemampuan mengurus diri merupakan salah satu bagian dari aktifitas kehidupan sehari-hari
atau dalam istilah lain disebut Activity Daily Living. Bagi anak berkebutuhan khusus
pembelajaran ADL merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan kemandiriannya.
Selain bertujuan membuat anak tersebut mandiri, pembelajaran ADL juga diharapkan dapat
membuat anak berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosialnya. Selain ADL terdapat istilah
lain yaitu Bina Diri atau dalam kurikulum di sekolah kerap kali disebut dengan
Pengembangan Diri.
Sederhananya, anak berkebutuhan khusus pun memiliki kebutuhan sama seperti anak yang
lainnya. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi agar anak dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Salah satu kebutuhan mendasar manusia yaitu kebutuhan jasmani satu diantaranya
adalah makan. Makan merupakan salah satu cara pemasukan nutrisi agar tubuh tetap stabil
sehingga energi yang dikeluarkan manusia untuk beraktifitas tetap terjaga. Tidak terkecuali
anak berkebtuhan khusus, salah satunya yaitu anak yang mengalami cerebral palsy. Anak
dengan cerebral palsy memiliki hambatan dalam motoriknya, maka hal tersebut pun tentunya
akan mempengaruhi ruang aktifitas yang dilakukannya terutama kegiatan yang membutuhkan
kemampuan motorik seperti makan. Maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
pengembangan diri/bina diri pada anak cerebral palsy terutama dalam kemampuan makan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan anak dengan hambatan motorik?
2. Apakah yang dimaksud dengan anak cerebral palsy?
3. Apa sajakah karakteristik dan dampak anak cerebral palsy?
4. Apakah yang dimaksud dengan bina diri?
5. Apa sajakah prinsip yang digunakan dalam bina diri?
6. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan makan?
1
7. Bagaimanakah program yang diterapkan untuk melatih keterampilan makan?
C. Tujuan
Tujuan yang dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian anak dengan hambatan motorik
2. Mengetahui dan memahami penngertian anak cerebral palsy
3. Mengetahui dan memahami karakteristik dan dampak anak cerebral palsy
4. Mengetahui dan memahami pengertian bina diri
5. Mengetahui dan memahami prinsip yang digunakan dalam bina diri
6. Mengetahui dan memahami pengertian keterampilan makan
7. Mengetahui dan memahami cara menerapkan program yang tepat dalam melatih
keterampilan makan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Konsep Anak Dengan Hambatan Motorik
1. Pengertian
a. Pengertian Anak Dengan Hambatan Motorik
Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami hambatan atau kecacatan pada sistem otot,
tulang, dan persendian karena kecelakaan, kongenital, dan atau kerusakan otak yang dapay
mengakibatkan gangguan gerak, kecerdasan, komunikasi, persepsi, koordinasi, perilaku, dan
adaptasi, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
Sebelumnya anak dengan hambatan motorik dikenal dengan istilah tunadaksa berasal dari
kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang, dan “daksa” yang berarti tubuh. Jadi, tunadaksa
ditujukan kepada mereka yang memiliki anggota tubuh tidka sempurna. Sedangkan, istilah
cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebutkan mereka yang memiliki cacat pada anggota
tubuhnya, bukan cacat pada inderanya.
b. Pengertian Cerebral Palsy
Cerebral palsy (CP) adalah kelainan fungsi motorik (sebagai lawan dari fungsi
mental) dan nada postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum kelahiran. Kelainan
ini terdapat pada sistem motor yang merupakan hasil dari luka otak yang nonprogressive.
Sistem motor tubuh menyediakan kemampuan untuk bergerak dan mengontrol gerakan.
Sebuah luka otak adalah kelainan struktur atau fungsi otak. "Nonprogressive" berarti bahwa
luka tidak menghasilkan degenerasi berlangsung dari otak.
Cerebral palsy mempengaruhi sekitar satu hingga tiga dari setiap seribu anak lahir. Namun,
jauh lebih tinggi pada bayi yang lahir dengan berat badan sangat rendah dan pada bayi
prematur.
Clark (1964) mengemukakan, yang dimaksud dengan cerebral palsy ialah suatu keadaan
kerusakan jaringan otak pada pusat motorik atau jaringan penghubungnya, yang kekal dan
tidak progresif, yang terjadi pada masa prenatal, saat persalinan atau sebelum susunan saraf
pusat menjadi cukup matur, ditandai dengan adanya paralisis, paresis, gangguan kordinasi
atau kelainan-kelainan fungsi motorik. Pada tahun 1964 World Commission on Cerebral
Palsy mengemukakan definisi cerebral palsy adalah suatu kelainan dari fungsi gerak dan
sikap tubuh yang disebabkan karena adanya kelainan atau cacat pada jaringan otak yang
belum selesai pertumbuhannya. Sedangkan Gilroy dkk (1975) mendefinisikan cerebral palsy
3
sebagai suatu sindroma kelainan dalam cerebral control terhadap fungsi motorik sebagai
akibat dari gangguan perkembangan atau kerusakan pusat motorik atau jaringan
penghubungnya dalam susunan saraf pusat
2. Karakteristik Cerebral Palsy
1. Karakteristik Akademik
Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem
otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal,
sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat
kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted. Hardman (1990)
mengemukakan bahwa 45% anak cerebral palsy mengalami keterbelakangan mental
(tunagrahita), 35% mempunyai tingkat kecerdasan normal dan di atas normal. Sisanya
berkecerdasan sedikit di bawah rata-rata. Selanjutnya, P. Seibel (1984:138) mengemukakan
bahwa tidak ditemukan hubungan secara langsung antara tingkat kelainan fisik dengan
kecerdasan anak. Artinya, anak cerebral palsy yang kelainannya berat, tidak berarti
kecerdasannya rendah.
Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak cerebral palsy juga mengalami kelainan
persepsi, kognisi, dan simbolisasi. Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan
jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari
stimulus merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak
(yang bertugas menerima dan menafsirkan, serta menganalisis) mengalami gangguan.
Kemampuan kognisi terbatas karena adanya kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi
kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan, dan bahasa, serta akhirnya anak
tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus
melalui persepsi dengan menggunakan media sensori (indra). Gangguan pada simbolisasi
disebabkan oleh adanya kesulitan dalam menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat.
Kelainan yang kompleks ini akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
2. Karakteristik Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak yang merasa
dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka
malas belajar, bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak cacat yang tidak
diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan
4
pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat
mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah
diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustrasi. Problem emosi seperti itu,
banyak ditemukan pada anak tunadaksa dengan gangguan sistem cerebral. Oleh sebab itu,
tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh
adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya
pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak
ditemukan pada anak tunadaksa sistem cerebral. Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan
motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu
pembentukan artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya tidak dapat dipahami orang lain
dan diucapkan dengan susah payah. Mereka juga mengalami aphasia sensoris, artinya
ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya, dan aphasia
motorik, yaitu mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indra
pendengaran, tetapi tidak dapat mengemukakannya lagi secara lisan. Anak cerebral palsy
mengalami kerusakan pada pyramidal tract dan extrapyramidal yang berfungsi mengatur
sistem motorik. Tidak heran mereka mengalami kekakuan, gangguan keseimbangan, gerakan
tidak dapat dikendalikan, dan susah berpindah tempat. Dilihat dari aktivitas motorik,
intensitas gangguannya dikelompokkan atas hiperaktif yang menunjukkan tidak mau diam,
gelisah; hipoaktif yang menunjukkan sikap pendiam, gerakan lamban, dan kurang merespons
rangsangan yang diberikan; dan tidak ada koordinasi, seperti waktu berjalan kaku, sulit
melakukan kegiatan yang membutuhkan integrasi gerak yang lebih halus, seperti menulis,
menggambar, dan menari.
3. Klasifikasi
Penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam. Salah satu diantaranya dilihat dari
sistem kelainannya yang terdiri dari
1) kelainan pada sistem cerebral (cerebral system)
2) kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system).
5
Penyandang kelainan pada sistem cerebral, kelainannya terletak pada sistem saraf pusat,
seperti cerebral palsy (CP) atau kelumpuhan otak. Cerebral palsy ditandai oleh adanya
kelainan gerak, sikap atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang-kadang disertai
gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan
pada masa perkembangan otak. Soeharso (1982) mendefinisikan cacat cerebral palsy sebagai
suatu cacat yang terdapat pada fungsi otot dan urat saraf dan penyebabnya terletak dalam
otak. Kadang-kadang juga terdapat gangguan pada pancaindra, ingatan, dan psikologis
(perasaan).
Menurut derajat kecacatannya, cerebral palsy diklasifikasikan menjadi :
1) ringan, dengan ciri-ciri, yaitu dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat
menolong diri;
2) sedang, dengan ciri-ciri: membutuhkan bantuan untuk latihan berbicara, berjalan,
mengurus diri, dan alat-alat khusus, seperti brace; dan
3) berat, dengan ciri-ciri, yaitu membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan
menolong diri.
Sedangkan menurut letak kelainan di otak dan fungsi geraknya cerebral palsy dibedakan atas:
1) spastik, dengan ciri seperti terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya;
2) dyskenisia, yang meliputi athetosis (penderita memperlihatkan gerak yang tidak
terkontrol), rigid (kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit dibengkokkan); tremor
(getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan atau pada kepala);
3) Ataxia (adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan tangan
tidak berfungsi; serta
4) jenis campuran (seorang anak mempunyai kelainan dua atau lebih dari tipe-tipe di atas).
Golongan anak tunadaksa berikut ini tidak mustahil akan belajar bersama dengan anak
normal dan banyak ditemukan pada kelas-kelas biasa. Penggolongan anak tunadaksa dalam
kelompok kelainan sistem otot dan rangka tersebut adalah sebagai berikut.
1. Poliomyelitis
Ini merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio
yang mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap. Dilihat dari sel-sel motorik yang
rusak, kelumpuhan anak polio dapat dibedakan menjadi:
a. tipe spinal, yaitu kelumpuhan atau kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan
kaki;
6
b. tipe bulbair, yaitu kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi dengan
ditandai adanya gangguan pernapasan; dan
c. tipe bulbispinalis, yaitu gabungan antara tipe spinal dam bulbair;
d. encephalitis yang biasanya disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan
kadang-kadang kejang.
Kelumpuhan pada polio sifatnya layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan kecerdasan
atau alat-alat indra. Akibat penyakit poliomyelitis adalah otot menjadi kecil (atropi) karena
kerusakan sel saraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur), pemendekan anggota gerak, tulang
belakang melengkung ke salah satu sisi, seperti huruf S (Scoliosis), kelainan telapak kaki
yang membengkok ke luar atau ke dalam, dislokasi (sendi yang ke luar dari dudukannya),
lutut melenting ke belakang (genu recorvatum).
2. Muscle Dystrophy
Jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan
yang sifatnya progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan.
3. Spina bifida
Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau 3
ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan. Akibatnya,
fungsi jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, hydrocephalus, yaitu
pembesaran pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan. Biasanya kasus ini disertai
dengan ketunagrahitaan (Black, 1975).
4. Dampak
Cerebral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami adalah
kurannya ketenangan. Anak cerebral palsy tidak dapat stabil, sehingga menyulitkan pendidik
untuk mengikat (mengarahkan) kepada suatu pelajaran atau latihan. “Anak cerebral palsy
dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya
agresif dengan bentuk pemarah, ketidak sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang “.
(Mumpuniarti, 2001: 101).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006: 126). Kondisi
ketunadaksaan pada anak sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan
kognitifnya. Khsusunya anak cerebral palsyselain mengalami kesulitan dalam belajar dan
perkembangan fungsi kognitifnya, mereka pun seringkali mengalami kesulitan dalam
7
komunikasi, persepsi, maupun kontrol gerakan, bahkan beberapa penelitian sebagian besar
diketahui terbelakang mental (tunagrahita).
Sedangkan menurut Abdul Salim (2007: 184-176), kelainan fungsi dapat terjadi
tergantung dari jenis cerebral palsy dan berat ringannya kelainan, antara lain:
a. Kelainan fungsi mobilitas
Kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan anggota gerak
tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerakbawah, sehingga anak dalam
melakukan mobilitas mengalami hambatan.
b. Kelainan fungsi komunikasi
Kelainan ini dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot mulut dan kelainan
pada alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi
secara lisan mengalami hambatan.
c. Kelainan fungsi mental
Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebral palsy dengan potensi
mental normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan fungsi gerak dan
perlakuan yang keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya cerdas akan tampak tidak dapat
menampikan kemampuannya secara maksimal.
B. Definisi Konsep Bina Diri
1. Pengertian
Bina Diri mengacu pada suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan
berkaitan dengan human relationship. Disebut pribadi karena mengandung pengertian bahwa
keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan menyangkut kebutuhan individu
yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan.
Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri yaitu “Self
Care”, “Self Help Skill”, atau “Personal Management”. Istilah-istilah tersebut memiliki
esensi sama yaitu membahas tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin
harian. Ditinjau dari arti kata: Bina berarti membangun/proses penyempurnaan agar lebih
baik, maka Bina Diri adalah usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk social melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat
sehingga terwujutnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari
secara memadai.
8
Adapun pengertian bina diri yang diungkapkan oleh Munzayanah yaitu cara untuk
membentuk seseorang menjadi baik artinya mereka yang mempunyai kemampuan terbatas
perlu pelayanan secara khusus, secara terus menerus agar menjadi baik atau melayani
mengurus dirinya sendiri dalam hidupnya(Sulistyowati, 2015: 8). Selain itu, Bina diri
merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang
profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu
yang membutuhkan layanan khusus (Rochjadi, 2014 : 4).
Selain itu ada yang mengemukakan bina diri adalah usaha membangun diri individu baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga,sekolah dan
di masyarakat sehingga terwujud kemandirian dengan keterlibatan dalam kehidupan seharihari secara memadai. (Astati, 2010: 7)
Maka, dapat disimpulkan bina diri merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
membangun seorang individu menjadi pribadi yang mandiri sehingga dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa dibantu orang lain dan dapat terlibat ke dalam lingkungan sosial di
sekitarnya. Spektrum Bina Diri bagi ABK mempunyai ruang garap yang cukup luas dalam
arti bahwa setiap anak berkebutuhan khusus membutuhkan ADL yang berbeda. Untuk setiap
anak perbedaan-perbedaan itu berkaitan dengan hambatan yang dimiliki anak yang
menyebabkan keragaman cara, alat, ataupun metoda yang dipergunakan oleh individuindividu dalam berlatih.
2. Prinsip
Prinsip dasar kegiatan Bina Diri meliputi dua hal, yaitu:
a. Berkaitan dengan peristilahan yang dipergunakan seperti dijelaskan sebelumnya.
Perbedaan istilah di atas bila ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat tidaklah
berbeda, secara esensi sama yaitu membahas tentang aktivitas yang dilakukan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hariannya dalam hal perawatan atau
pemeliharaan diri.
b. Berkaitan dengan fungsi dari kegiatan Bina Diri, yaitu:
(1) mengembangkan keterampilan-keterampilan pokok/penting untuk memelihara
(maintenance) dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan personal.
(2) Untuk melengkapi tugas-tugas pokok secara efisien dalam kontak social sehingga
dapat diterima di lingkungan kehidupannya,
(3) Meningkatkan kemandirian.
9
Prinsip umum pelaksanaan Bina Diri yaitu:
a. Assesmen: Observasi secara alamiah., Menemukan hal-hal yang sudah dan belum
dimiliki anak dalam berbagai haldan Menemukan kebutuhan anak,
b. Keselamatan (safety),
c. kehati-hatian (poise)
d. Kemandirian (independent)
e. Percaya diri (confident)
f. Tradisi yang berlaku disekitar anak berada (traditional manner)
g. Sesuai dengan usia (in appropriate)
h. Modifikasi; alat dan cara
i. Analisa tugas (task analysis).
3. Tujuan
Tujuan bidang kajian Bina Diri secara umum adalah agar anak berkebutuhan khusus dapat
mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung
jawab. Tujuan khususnya adalah:
a. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam tatalaksana pribadi
(mengurus diri, menolong diri, merawat diri).
b. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam berkomunikasi sehingga
dapat mengkomunikasikan keberadaan dirinya.
c. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam hal sosialisasi.
Ada beberapa sumber yang mengemukakan mengenai tujuan bina diri diantaranya :
a. Dapat hidup secara wajar dan mampu menyesuaikan diri dalam keluarga.
b. Dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan dengan teman sebaya di sekolah maupun di
masyarakat.
c. Dapat menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri tanpa bantuan orang lain.
d. Dapat mengurus keperluan diri sendiri dan dapat memecahkan masalah sederhana.
e. Dapat membantu orang tua dalam mengurus rumah tangga, baik dalam kebersihan,
ketertiban dan pemeliharaan dalam rumah tangga. (Agustin,2014:412)
10
C. Definisi Konsep Tentang Kemampuan Makan
1. Pengertian
Makan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam mulut untuk
menyediakan nutrisi bagi binatang dan makhluk hidup, dan juga energi untuk bergerak serta
pertumbuhan, yaitu dengan memakan organisme. Tidak terkecuali pada manusia, makan
dilakukan sebagai salah satu upaya pemenuhan nutrisi bagi tubuh manusia sehingga energi
yang diperlukan untuk beraktifitas dapat terpenuhi. Biasanya jadwal yang tepat untuk makan
yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau 3x dalam sehari. Tetapi, beberapa
sumber mengatakan jika manusia makan dalam porsi yang sedikit maka ia bisa makan 5-7
kali atau 2-3 jam sekali. Hal ini, dilakukan untuk mengontrol jumlah makanan yang akan
masuk ke dalam tubuh sehingga nutrisi yang diperlukan tubuh tetap dapat terjaga.
2. Kemampuan Makan
Makan dan minum harus dilakukan secara rutin. Untuk sebagian besar anak dengan
cerebral palsy makan bukanlah sesuatu hal yang sukar, tetapi bagi beberapa anak hal ini bisa
menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Faktor yang mempengaruhi nya yaitu mungkin
karena bosan, karena tidak menyukai nya, dan atau mereka memiliki kesulitan ketika makan.
Bagi orangtua, merupakan waktu yang sulit ketika harus menyiapkan makanan yang tepat
bagi anak sepanjang wkatu.
Makan dan minum yang cukup merupakan sesuatu hal yang penting untuk mecegah
perkembangan abnormal dalam kebiasaan makan dan minum yang dapat menjadi lebih buruk
apabila kita tidak melakukan sesuatu, pun dengan persiapan penting untuk belajar berbicara.
Adapun perkembangan untuk menyiapkan makan sesuai dengan usia adalah sebagai berikut :
a. Bayi : menemukan puting susu secepat menyentuh bibir dan mengisap nya dengan
baik
b. 6-7 bulan : mulai menguyah makanan padat yang lembut dan mulai minum dari gelas
c. 1 tahun : mulai memegang dan menggunakan sendok dan memegang gelas; sudah bisa
menggigit biskuit; lidah sudah bisa berpindah dari sisi satu ke sisi yang lain ketika
mengunyah
d. 2 tahun : sudah minum dari gelas; makan dan mengunyah dengan sangat baik
e. 3 tahun : sudah makan sendiri.
Berdasarkan usia anak kesulitan yang mungkin ditemui yaitu ;
a. Mengisap puting susu ibu
11
b. Makan dengan menggunakan sendok
c. Menguyah dan atau menelan
d. Minum dari gelas
e. Meludah
f. Memegang makanan dan memasukan ke mulut
g. Menggigit
h. Koordinasi tangan dan mulut
Namun, kesulitan makan bagi anak dengan cerebral palsy dapat menghambat perkembangan
kemampuan makan- nya. Kesulitan untuk menelan (atau tidak bisa mengisap/menete) bisa
menjadi tanda pertama bagi anak yang nanti nya akan memunculkan tanda cerebral palsy
yang lain. Atau bisa juga anak mengalami kesulitan untuk menelan, dan dapat dengan mudah
tersedak makanan. Tidak terkontrolnya pegerakan tubuh dan lidah, layuh, mulut yang tidak
aktif bisa menjadi masalah untuk kemampuan anak dalam makan. Salah satu alasan yang
menyebabkan anak-anak dengan disabilitas mengalami perkembangan yang lambat dalam
kemampuan makan –nya adalah anggita keluarga terus menerus melakukan segala sesuatu
untuk anak, sehingga anak diperlukan seperti bayi akibat kedisabilitasan yang dialaminya.
Mereka juga terkadang hanya memberi cairan, dan menyuapi makanan, daripada menyuruh
anak untuk melakukannya sendiri. Sehingga kemampuan anak cerebral palsy dalam
kemampuan makan terhambat dari anak seusianya.
3. Tujuan Keterampilan Bina Diri
Tujuan layanan bina diri bagi anak dengan hambatan motorik diantaranya yaitu untuk :
a. Agar anak dapat memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri
b. Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya sendiri
c. Agar anak tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri
d. Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungan
Sesuai dengan konten bina diri yang akan diberikan pada pembelajaran kali ini adalah
keterampilan makan. Maka, aspek bina diri ini diajarkan dengan tujuan anak dapat
mempersiapkan hal yang dibutuhkan untuk makan sendiri, dari mulai persiapan hingga
selesai , maka anak tidak akan bergantung kepada oranglain lagi ketika melakukan aktifitas
makan.
12
4. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam bina diri adalah pendekatan yang
mengutamakan siswa terutama dalam pemenuhan kebutuhan siswa.
Selain yang telah diuraikan di atas, strategi pelaksanaan program pembelajaran
pengembangan bina diri pada peserta didik yang mengalmai hambatan fisik dan motorik juga
dapat didasarkan pada beberapa pendekatan, sebagai berikut dilakukan dengan penyesuaian
pada kondisi :
a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan holistik.
b. Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam
belajar.
c. Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari
tema yang menarik anak (centre of interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal
berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna
bagi anak.
d. Mengembangkan keterampilan hidup.
e. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat
berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.
f. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan
anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah
1) anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi, serta
merasakan aman dan tentram,
2) siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan
penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat
menggunakannya,
3) anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman
sebayanya,
4) minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya,
5) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual,
6) anak belajar dengan cara dari sederhana ke yang rumit, dan tingkat yang
termudah ke yang sulit.
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Identitas Anak
Nama
: MAP
TTL
: Bandung, 25 Oktober 2009
Agama
: Islam
Usia
: 9 tahun
JenisKelamin
: Laki - laki
Anak
: Ke 1 dari 1 bersaudara
Sekolah
: SLB Risantya
Kelas
: 3 SDLB
JenisKelainan
: Tunadaksa/Cerebral Palsy tipe Spastik
B. Identitas Orang Tua
Data
Ayah
Ibu
Nama
K
DS
Usia
30thn
28thn
Agama
Islam
Islam
Alamat
Jalan Cikawao Dalam No 9/36A Jalan Cikawao Dalam No 9/36A
Pekerjaan
Bandung
Bandung
Wiraswasta
Wiraswasta
14
C. Riwayat Perkembangan
1. Kondisi Prenatal
Pada saat mengandung ibu sedang berusia 19 tahun. Kondisi ibu bisa dibilang sehat,
namun ibu kurang mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi sehingga mempengaruhi
kondisi kandungan ibunya. Menurut penuturan ibunya, ibu sering mengecek kandungannya
rutin hingga waktu persalinan dan juga ibu sering mencoba mengkonsumsi minuman untuk
ibu hamil tetapi akan langsung muntah. Terutama pada saat usia kandungan menginjak 6
bulan ibu seringkali muntah – muntah parah. Namun gejala hilang pada saat usia kandungan
menginjak 7 – 9 bulan nafsu makan ibu meningkat dan mual pun muali menghilang sehingga
intensitas muntah sangat jarang bahkan tidak terjadi. Pada waktu tersebut ibu sering
mengkonsumsi junkfood/fastfood sehingga menyebabkan ibu mengalami darah tinggi. Oleh
karenanya menyebabkan bidan yang menangani ibu pada saat akan persalinan tidak
menyanggupi untuk menanganinya sehingga merujuk ke salah satu RS di Bandung.
2. Kondisi Natal
Ibu melahirkan tepat 9 bulan, dengan proses persalinan normal pada awalnya namun
dikarenakan proses persalinannya lama sedangkan masih di pembukaan 3, serta tekanan
darah nya tetap tinggi. Sehingga dokter merasa harus melakukan operasi caesar karena
persalinan normal terlalu beresiko. Pada saat dilakukan operasi, air ketuban diketahui sudah
berwarna hijau yang menandakan bahwa kondisi sudah agak berbahaya. Operasi pun selesai
dilakukan, dan bayi keluar dengan selamat dengan kondisi fisik yang lengkap serta menangis
namun dokter mengharuskan bayi untuk diberi perawatan terlebih dahulu karena bayi
mengalami pengentalan darah. Pada saat lahir bayi tidak disertai penyakit yang serius.
3. Kondisi Post-Natal
Pada saat lahiran postur tubuh anak tidak mengalami kekakuan atau menekuk seperti
sekarang. Pada saat bayi tangan dan kaki anak layaknya banyi pada umumnya. Namun,
orangtua merasa ada kejanggalan pada saat umur dua bulan anak belum bisa tengkurap dan
mengalami kekakuan pada alat geraknya namun belum merubah postur tubuh anak. Hingga
pada usia 2/3 tahun karena anak belum mampu berjalan orangtua dan saudara memaksa nya
untuk berjalan, diakui dari sanalah muncul gejala kekakuan yang semakin parah. Orangtua
anak sudah mencoba melakukan terapi ke berbagai klinik ataupun pengobatan alternatif
namun tidak mengonsumsi obat. Kemudian, salah satu klinik mengatakan bahwa di
15
punggung anak terdapat 3 - 4 buah syaraf yang lemah sehingga menyebabkan anak sulit
untuk bergerak. Hingga pada usia sekitar 2 atau 3 tahun ibu mendaptakna kabar mengenai
terapi khusus dengan cara dipijat, kemudian disanalah ibu mulai terapi yang baru, dan
beberapa syaraf ada yang dipijit berdasarkan hal tersebut barulah ada perkembangan gerak
yaitu anak bisa berjalan menggunakan lututnya. Anak menjalani terapi hingga umur 5 tahun,
di tahun ini juga mulai didaftarkan terapi ke Klinik Risantya. Perkembangan bahasa maupun
kognitif anak tidak mengalami hambatan sehingga anak dapat berkomunikasi dengan baik
dan mengikuti pembelajaran dengan baik di sekolah. Ketika kecil anak hanya diberi ASI
hanya sampai usia 4 bulan saja karena ASI ibu tidak keluar menyebabkan anak harus
mengonsumsi susu formula.
D. Deskripsi Anak
Saat ini anak berusia 9 tahun dan tengah duduk di kelas 3 SD. Anak diketahui mengalami
cerebral palsy tipe spastik. Gangguan ini muncul di keempat alat gerak nya. Tangan kanan
anak memang masih bisa digerakan namun dalam berkatifitas jarang sekali tangannya ini
digunakan dikarenakan kekuatan lengan anak masih terbilang cukup lemah, dan posisi tangan
anak ketika mengambil sesuatu yaitu menguncup tidak menggenggam. Sebaliknya tangan
kiri anak sudah mengalami perkembangan yang cukup bagus dan sudah bisa digunakan
dalam aktifitas sehari – hari seperti menulis, makan, atau mengambil benda meskipun dalam
gerakan yang cukup lambat. Posisi kedua kaki anak yaitu menekuk ke belakang, kondisi ini
menyebabkan anak kesulitan ketika akan berjalan karena ia tidak bisa berdiri tegak harus
dibantu atau berpegangan pada benda, kedua telapak kaki anak tidak menempel dan
bentuknya menekuk ke dalam. Ketika ia dituntun untuk berjalan telapak kaki nya akan
berjinjit. Ia berpindah tempat dengan berjalan menggunakan lutut atau merangkak. Ketika
duduk anak cenderung condong ke kiri. Anak memiliki kemampuan memahami pembicaraan
namun anak memiliki hambatan pada saat berbicara karena dampak dari cerebral palsy yang
ia alami sehingga bicaranya tidak terlalu jelas
16
E. Hasil Asesmen Gerak
Sub- Komponen
Kepala
Siku Kanan
Siku Kiri
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Butir Instrumen
1. Anak dapat menunduk
2. Anak dapat menengadahkan kepalanya
3. Anak dapat memiringkan kepalanya ke kiri
4. Anak dapat memiringkan kepalanya ke kanan
5. Anak dapat menengok ke kanan
6. Anak dapat menengok ke kiri
7. Anak dapat memutar kepalanya
8. Anak dapat melakukan gerakan fleksi
9. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi
10. Anak dapat melakukan gerakan fleksi
11. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi
12. Anak dapat melakukan gerakan abduksi
13. Anak dapat melakukan gerakan adduksi
14. Anak dapat melakukan gerakan pronasi
Kemampuan
Iya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan
Anak bisa menggerakan
nya namun tidak sempurna
Anak bisa menggerakan
nya namun tidak sempurna
15. Anak dapat melakukan gerakan supinasi
√
16. Anak dapat melakukan gerakan sirkumduksi
√
Anak bisa menggerakan
nya namun tidak sempurna
√
Anak bisa menggerakan
nya namun tidak sempurna
17. Anak dapat melakukan gerakan abduksi
18. Anak dapat melakukan gerakan adduksi
19. Anak dapat melakukan gerakan pronasi
20. Anak dapat melakukan gerakan supinasi
21. Anak dapat melakukan gerakan sirkumduksi
17
√
√
√
√
Pergelangan Tangan
Kanan
22. Anak dapat melakukan gerakan fleksi
√
23. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi
24. Anak dapat melakukan gerakan rotasi
25. Anak dapat mengepal
26. Anak dapat membuka tangan yang mengepal
√
√
√
√
√
27. Anak dapat meregangkan jari tangan
28. Anak dapat mendekatkan jari tangan
29. Anak dapat menyentuh setiap jari tangan dengan ibu
jari
Pergelangan Tangan Kiri 30. Anak dapat melakukan gerakan fleksi
31. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi
32. Anak dapat melakukan gerakan rotasi
33. Anak dapat mengepal
34. Anak dapat membuka tangan yang mengepal
35. Anak dapat meregangkan jari tangan
36. Anak dapat mendekatkan jari tangan
37. Anak dapat menyentuh setiap jari tangan dengan ibu
jari
38. Anak dapat melakukan gerakan abduksi
Kaki Kanan (tungkai
atas)
39. Anak dapat melakukan gerakan adduksi
40. Anak dapat melakukan gerakan fleksi pada lutut
41. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi pada lutut
Kaki Kiri (tungkai atas) 42. Anak dapat melakukan gerakan abduksi
43. Anak dapat melakukan gerakan adduksi
18
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bisa, tapi tidak
sepenuhnya membuka dan
cenderung sering
mengepal
Cenderung bisa namun
kesulitan
44. Anak dapat melakukan gerakan fleksi pada lutut
45. Anak dapat melakukan gerakan ekstensi pada lutut
Pergelangan Kaki Kanan 46. Anak dapat melakukan gerakan dorsal fleksi
47. Anak dapat melakukan plantar fleksi
48. Anak dapat melakukan gerakan eversi
49. Anak dapat melakukan gerakan inversi
50. Anak dapat melakukan gerakan dorsal fleksi
Pergelangan Kaki Kiri
51. Anak dapat melakukan plantar fleksi
52. Anak dapat melakukan gerakan eversi
53. Anak dapat melakukan gerakan inversi
54. Anak dapat melakukan posisi terlentang
Gerak Dasar
55. Anak dapat melakukan posisi tengkurap
56. Anak dapat memiringkan badan ke kanan
57. Anak dapat memiringkan badan ke kiri
58. Anak dapat duduk dari posisi berbaring
59. Anak dapat memegang benda (pensil, tisu,dsb)
dengan menggunakan tangan kanan
60. Anak dapat memegang benda (pensil, tisu,dsb)
dengan tangan kiri
61. Anak dapat memegang benda (bola,mangkok,dsb)
dengan kedua tangannya
62. Anak dapat menarik kursi/ meja
63. Anak dapat mendorong kursi/meja
64. Anak dapat melempar benda (bola,kertas,sampah)
65.Anak dapat merangkak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
66.Anak dapat berdiri dengan berpegangan pada benda
√
19
Harus dibantu
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
Harus dibantu digerakan
√
√
√
√
√
√
lambat dan terkadang
posisinya tidak tegak, serta
tidak bergerak
menggunakan tungkai
tetapi panggul
67.Anak dapat berjalan di paralel bar
68. Anak dapat berjalan dengan memegang
tembok/benda
20
√
√
ANALISIS ASESMEN GERAK
Kemampuan gerak saat ini
Berdasarkan asesmen yang dilakukan pada
anak maka ditemukan bahwa kemampuan
anak saat ini yaitu :
1. Anak tidak memiliki permasalahan pada
gerak kontrol kepala, anak sudah mampu
mengontrol kepalanya
2. Secara fungsional tangan kiri anak masih
berfungsi untuk melakukan kegiatan
seperti makan, menulis, dan aktiftas
lainnya. Tangan kanan nya pun tidak
sepenuhnya kaku karena beberapa sendi
masih bisa bergerak membantu aktifitas
tangan kiri
3. Anggota gerak anak bagian bawah sudah
bisa digunaka untuk meskipun belum
mampu berdiri
4. Anak sudah bisa berguling dari posisi
tengkurap
ke
terlentang maupun
sebaliknya
5. Anak sudah bisa duduk dari posisi
berbaring
6. Anak sudah bisa berdiri dengan
menumpu pada benda lain tetapi lutunya
tidak lurus
Hambatan saat ini
Kebutuhan saat ini
1. Telapak tangan anak terutama bagian 1. Melatih kekuatan lengan
kanan tidak terbuka saat melakukan 2. Melatih kekukatan tungkai
aktifitas
3. Melatih kemampuan tangan kanan anak untuk
2. Kekuatan lengan anak masih lemah
mengepal dan membuka nya kembali
3. Kekuatan tungkai anak masih lemah
4. Tangan kanan anak belum mampu
menggenggam sesuatu dikarenakan sulit
untuk membuka kepalan jari nya
21
F. Hasil Asesmen Kemampuan Makan
Kemampuan
Indikator
Aspek yang dinilai
Mampu
Keterangan
Tidak
Mampu
Anak dapat mengambil namun jika harus ada
1.1 Anak dapat mengambil piring
√
mobilisasi terlebih dahulu akan sulit karena harus
dibantu
Anak dapat mengambil namun jika harus ada
1.2 Anak dapat mengambil gelas
√
mobilisasi terlebih dahulu akan sulit kareana
harus dibantu
Persiapan
makan
Anak dapat mengambil namun jika harus ada
1.3 Anak dapat mengambil garpu
√
mobilisasi terlebih dahulu akan sulit kareana
harus dibantu
Anak dapat mengambil namun jika harus ada
1.4 Anak dapat mengambil sendok
√
mobilisasi terlebih dahulu akan sulit kareana
harus dibantu
Anak dapat mengambil namun jika harus ada
1.5 Anak dapat mengambil mangkok
√
mobilisasi terlebih dahulu akan sulit kareana
harus dibantu
Kemampuan
2.1 Anak dapat mengambil makanan
√
Anak dapat mengambil makanan dengan
22
Makan
menggunakan jari
menggunakan jari baik oleh tangan kanan ataupun
kiri
Anak bisa makan menggunakan sendok, tetapi
2.2 Anak dapat mengambil makanan
menggunakan sendok
lebih sering menggunakan tangan kiri. Karena
√
jika menggunakan tangan kanan anak kesulitan
untuk menyuap
2.3 Anak dapat mengambil makanan
menggunakan garpu
2.4 Anak dapat mengambil makanan
menggunakan garpu dan sendok
Bisa, baik tangan kiri ataupun kanan, Namun
√
apabila menggunakan tangan kanan anak
kesulitan untuk menyuap
Bisa, namun sulit untuk menyuap nya tetap akan
√
dilepaskan satu
2.5 Anak dapat menuangkan air ke dalam
√
gelas
2.6 Anak dapat memasukan makanan ke
dalam mulut
2.7 Anak dapat menggigit menggunakan
gigi depan
2.8 Anak dapat menguyah menggunakan
geraham sampai makanan nya halus
2.9 Anak dapat menelan makanan
√
√
√
√
23
Tidak bisa karena susah apabila tidak dibantu
2.10 Anak dapat memegang gelas yang
berisi air
2.11 Anak dapat minum dari gelas
3.1 Anak dapat membawa gelas ke tempat
mencuci piring
Membereska
n peralatan
makan
3.2 Anak dapat membawa piring ke tempat
mencuci piring
3.3 Anak dapat membawa garpu dan
sendok ke tempat mencuci piring
Mencuci
Anak memegang botol minuman
√
Anak minum di botol minuman secara langsung
√
ataupun dengan menggunakan sedotan
Anak dapat membawanya tetapi karena dalam hal
√
mobilisasi sulit maka harus dibantu oleh
orangtua/teman/guru
Anak dapat membawanya tetapi karena dalam hal
√
mobilisasi sulit maka harus dibantu oleh
orangtua/teman/guru
Anak dapat membawanya tetapi karena dalam hal
√
mobilisasi sulit maka harus dibantu oleh
orangtua/teman/guru
4.1 Anak dapat mencuci piring
Peralatan
Dengan dibantu, karena kondisi fisik yang tidak
bisa berdiri dan berjalan sendiri sehingga
√
makan
membuat anak susah untuk mobilisasi tetapi
secara keterampilan anak dapat mencuci piring
4.2 Anak dapat menyimpan piring di rak
piring
4.3 Anak dapat mencuci mangkok
Dibantu oleh guru/orangtua dalam menyimpan
√
alat alat makan
√
Dengan dibantu, karena kondisi fisik yang tidak
24
bisa berdiri dan berjalan sendiri sehingga
membuat anak susah untuk mobilisasi tetapi
secara keterampilan anak dapat mencuci piring
4.4 Anak dapat menyimpan mangkok rak
piring
Dibantu oleh guru/orangtua dalam menyimpan
√
alat alat makan
4.5 Anak dapat mencuci sendok
Dengan dibantu, karena kondisi fisik yang tidak
bisa berdiri dan berjalan sendiri sehingga
√
membuat anak susah untuk mobilisasi tetapi
secara keterampilan anak dapat mencuci piring
4.6 Anak dapat menyimpan sendok rak
piring
Dibantu oleh guru/orangtua dalam menyimpan
√
alat alat makan
4.7 Anak dapat mencuci garpu
Dengan dibantu, karena kondisi fisik yang tidak
bisa berdiri dan berjalan sendiri sehingga
√
membuat anak susah untuk mobilisasi tetapi
secara keterampilan anak dapat mencuci piring
4.8 Anak dapat menyimpan garpu rak
piring
Dibantu oleh guru/orangtua dalam menyimpan
√
alat alat makan
4.9 Anak dapat mencuci gelas
Dengan dibantu, karena kondisi fisik yang tidak
√
bisa berdiri dan berjalan sendiri sehingga
membuat anak susah untuk mobilisasi tetapi
25
secara keterampilan anak dapat mencuci piring
4.10 Anak dapat menyimpan gelas rak
piring
Dibantu oleh guru/orangtua dalam menyimpan
√
alat alat makan
26
ANALISIS HASIL ASESMEN
KEMAMPUAN
KELEMAHAN
1. Secara garis besar anak sudah mampu 1. Tangan kanan anak jarang diikutsertakan
dalam aspek mempersiapkan makanan
ketika makan, sehingga dominan tangan kiri
namun karena kondisi fisik terutama alat
yang berjasa ketika makan
gerak nya yang tidak memungkinkan
sehingga anak selalu disiapkan dalam hal 2. Ketika memasukan makanan menggunakan
sendok ke dalam mulut, anak kesulitan
menyiapkan makanan
untuk melakukannya dengan menggunakan
2. Dalam kemampuan makan nya pun anak
makanan karena
bisa menggunakan kedua tangannya,
meskipun dominan tangan kiri yang 3. Anak harus dibantu ketika menuangkan
minuman nya
digunakan.
3. Dalam membereskan alat makan anak bisa
mengambil alat makan tersebut dan
membereskannya namun untuk membawa
ke temapt cuci piring sulit dalam
mobilisasinya
4. Dalam hal mencuci dan menyimpan alat
makan, secara keterampilan tangan anak
bisa menuci hanya saja harus dipegang dan
didampingi agar anak bisa mencuci dengan
benar tetapi karena kondisi fisik nya anak
sulit melakukan mobilisasi nya.
KEBUTUHAN
Maka, kebutuhan yang dirancang yaitu :
1. Mengikutsertakan atau membiasakan anak
agar makan menggunakan tangan kanan
anak dalam kegiatan makan agar anak
tidak lupa dan juga aktifitas makan akan
lebih rapi
2. Melatih tangan kanan anak agar dapat
digunakan untuk makan
3. Ketika makan peralatan kadang sudah
4. Dalam membereskan, memegang atau
disiapkan, tetapi latihlah anak agar terbiasa
memindahkan alat makan anak masih sering
untuk memegang dan membawa alat
menggunakan tangan kiri
makan sehingga kedua tangannya bisa
lebih kuat
5. Ketika mencuci alat makan pun tangan
kanan anak jarang diikutsertakan serta 4. Melatih anak untuk mencuci piring nya
selalu mengepal harus diingatkan terlebih
dengan peralatan dan situasi yang
dahulu serta anak harus dibantu dalam
dimodifikasi
mencuci piring
27
G. Program Bina Diri
PROGRAM BINA DIRI
Kebutuhan
saat ini
1. Mengikutsert
akan
atau
membiasaka
n anak agar
makan
menggunaka
n
tangan
kanan anak
dalam
kegiatan
makan agar
anak
tidak
lupa dan juga
aktifitas
makan akan
lebih rapi
2. Melatih
tangan
kanan anak
agar dapat
Aspek yang
dikembangkan
1. Kemandirian
anak
2. Kemampuan
anak untuk
menggunakan
tangan kanan
nya
Tujuan Khusus
Program yang
direncanakan
Setelah
program Program yang
diberikan kepada anak direncanakan
makan diharapkan :
yaitu :
1. Kemandirian anak 1. Melatih
dapat meningkat
keterampilan
seiring
dengan
tangan kanan
kemampuannya
anak agar
dalam melakukan
dapat
3. Kemampuan
bina diri makan
digunakan
mempersiapka
dalam
n makanan
2. Kemampuan
aktifitas
tangan kanan anak
4. Kemampuan
makan
meninkat
baik
membereskan
melalui
dalam
gerak
dan mencuci
kegiatan
maupun
ketika
alat makan
meremas
melakukan
squishy
aktifitas makan
3. Mengikutsertakan 2. Melatih
tangan kanan
tangan
kanan
anak ketika
ketika makan
makan
4. Kemampuan anak
menggunaka
28
Penilaian
Alokasi
Waktu
Penilaian
dilakukan
dengan tes
unjuk kerja
Setiap
program
dialokasikan
selama 1 x 30
menit
Metode dan
Media
Metode yang
dilakukan
yaitu metode
demonstrasi
dan
metode
drill
Tindak
Lanjut
Setelah
diberikan
program
satu persatu
secara rutin
di sekolah,
maka
Media
yang lakukan
latihan
dibutuhkan
di
untuk seluruh serupa
rumah
program
dengan
diantaranya
bantuan
yaitu :
orangtua/kel
1. squishy
uarga
2. sendok
sekitar
3. piring
4. mangkok
5. pasir
6. gelas
digunakan
untuk
makan
3. Ketika
makan
peralatan
kadang
sudah
disiapkan,
tetapi
latihlah
anak agar
terbiasa
untuk
memegang
dan
membawa
alat makan
sehingga
kedua
tangannya
bisa lebih
kuat
4. Melatih
anak untuk
mencuci
semakin
meningkat
saat
membereskan
peralatan makan
setelah makan dan
mencuci nya
n sendok
melalui
aktifitas
mengambil
benda
menggunaka
n sendok
3. Melatih
kekuatan
tangan anak
agar
berdampak
pada
keterampilan
makan
melalui
kegiatan
mengambil
peralatan
makan
4. Melatih
tangan kanan
anak dalam
aktifitas
makan
melalui
29
7. spons
8. baskom
9. air bersih
10.
makana
n
untuk
dikonsumsi
piring nya
dengan
peralatan
dan situasi
yang
dimodifikasi
pembiasaan
5. Melatih
kemampuan
mencuci
peralatan
makan
melalui
pembiasaan
mencuci
piring
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bina diri merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk membangun seorang
individu menjadi pribadi yang mandiri sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
dibantu orang lain dan dapat terlibat ke dalam lingkungan sosial di sekitarnya. Bina diri atau
di dalam kurikulum dicantumkan dengan nama Pengembangan Diri. Pengembangan diri yang
dilakukan di sekolah termasuk ke dalam kelompok C yaitu Program Kebutuhan Khusus,
program yang diberikan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan anak. Bagi anak yang
mengalami hambatan fisik motorik program yang diberikan yaitu program pengembangan
diri dan gerak.
Pada laporan ini penyusun menyusun asesmen yang diperuntukan untuk anak cerebral
palsy. Instrumen yang dibuat khusus untuk mengases kemampuan makan anak. Subjek yang
diambil merupakan siswa kelas 3 SDLB di SLB Risantya berinisial MAP yang berusia 9
tahun dengan kondisi yang dialaminya sekarang anak sebetulnya sudah mampu untuk makan
namun menggunakan tangan kiri nya. Anak cenderung mengabaikan tangan kananya yang
lebih kaku dibandingkan dengan tangan kirinya. Oleh karena itu penyusun membuat program
yang ditujukan untuk meningkatkan kemandirian anak serta meningkatkan keterampilan
kedua tangan anak terutama tangan kanan.
B. Rekomendasi
Rekomendasi untuk mahasiswa:
1. Membuat timeline dimulai sejak pembuatan instrumen hingga pelaksanaan program.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah mahasiswa dalam mengatur jadwal sehingga
keseluruhan program dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
2. Alangkah lebih baiknya apabila program yang telah dibuat diterapkan kepada anak
agar program tersebut dapat dievaluasi oleh pihak yang bersangkutan.
3. Melakukan konsultasi baik kepada dosen atau pihak profesional lainnya agar mendapat
masukan ketika perencanaan program.
Rekomendasi untuk dosen :
1. Alangkah lebih baiknya apabila dosen secara rutin memeriksa dan merevisi hasil karya
mahasiswa sehingga mahasiswa dapat memperbaiki kesalahan yang dibuat sejak awal
perencanaan.
2. Alangkah lebih baik apabila tim dosen saling berkoordinasi sehingga perencanaan
perkuliahan dapat lebih baik lagi mahasiswa pun dapat mendapatkan pengetahuan
yang diperlukan ketika di lapangan
31
Download