Uploaded by Justin Eduardo Simarmata

Reny Rahmayanti

advertisement
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
RENY RAHMAYANTI
NIM. F 0204017
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
ABSTRAK
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)
Oleh :
RENY RAHMAYANTI
F0204017
Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas
pembelian bagi perusahaan. Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria
yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Salah satu metode yang bisa
digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, PT
Cazikhal, yang akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier kayu.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah
urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT
Cazikhal? (2) supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT
Cazikhal berdasarkan metode AHP? Sampel dari penelitian ini adalah para
pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berada dalam departemen pembelian
dan gudang yang mengetahui kinerja supplier. Teknik pengambilan sampel
menggunakan judgment sampling karena metode AHP mensyaratkan
ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian ini menggunakan metode AHP dibantu dengan software expert
choice. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier
menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486),
prioritas II harga (0,277), prioritas III layanan (0,091), serta ketepatan pengiriman
dan ketepatan jumlah memiliki skala prioritas yang sama yaitu (0,073). Dari hasil
penilaian tingkat kepentingan alternatif dalam pemilihan supplier menghasilkan
skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I supplier X (0,467), prioritas II
supplier Z (0,336), prioritas III supplier Y (0,198).
Berdasarkan hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan adalah, jika
perusahaan akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier,
perusahaan diutamakan untuk memilih supplier X sebagai supplier kayu bagi
perusahaan karena supplier X merupakan supplier yang memiliki nilai
keseluruhan paling tinggi. Dengan adanya hubungan kemitraan ini, kinerja rantai
pasokan antara supplier dan perusahaan akan semakin baik dan dapat
memperlancar target penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Kata kunci : pemilihan supplier, Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier
terbaik, studi kasus
2
ABSTRACT
SUPPLIER SELECTION ANALYSIS WITH THE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS METHOD (AHP)
(Case Study At PT Cazikhal)
By :
RENY RAHMAYANTI
F0204017
Supplier selection is one of the most important activity of company’s
purchasing function. Supplier selection is a multi criteria problem that covering
quantitative and qualitative criteria. One of the method that can be used is
Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research was done at PT
Cazikhal, a contractor company that will developed partner relationship with the
wood supplier. Problems discussed in this research is: (1) how criterion’s and
subcriterion’s priority ranking of supplier selection at PT Cazikhal? (2) which
best supplier for PT Cazikhal based on AHP method? Sample of this research is
decision makers and employees at PT Cazikhal who knowing the supplier’s
performance. Sampling technique used judgment sampling because AHP method
require depend on a group of expert as according to relevant specialist in decision
making.
This research used AHP method with the expert choice software. The final
rating of relative importance’s supplier selection criteria was found: priority I is
quality (0,486), priority II is price (0,277), priority III is service (0,091), and the
next priority is delivery and quantity with same priority (0,073). The final rating
of relative importance’s alternative was found : first priority is Supplier X (0,467),
second priority is Supplier Z (0,336), and the last priority is Supplier X (0,198).
From this results, we can suggest, if company will develop partner
relationship, company majored to chosen Supplier X as wood supplier because
supplier X is supplier with highest overall value. With this partner relationship,
supply chain performance between company and supplier will be good
progressively and can accelerate finished of project.
Keywords : supplier selection, Analytical Hierarchy Process (AHP),
supplier, case study
best
3
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)
Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Januari 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. Susanto Tirtoprojo, MM
NIP. 19571106 198503 1 001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi
tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Surakarta,
Februari 2010
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Anastasia Riani S, M.Si.
Sebagai Ketua
(....…...………..…)
SebagaiPembimbing
(..………………...)
NIP. 19590330 198601 2 001
2. Drs. Susanto Tirtoprojo, M.M.
NIP. 19571106 198503 1 001
3. Muh. Juan Suamtoro, SE, M.Si. Sebagai Anggota
(…..…………..….)
NIP. 19760613 200812 1 001
5
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN
“Kegagalan Adalah Kesuksesan Yang Tertunda”
“If There Is A Will, There Is A Way”
Karya ini kupersembahkan untuk:
·
Bapak-Ibu & Adik Tercinta.
·
Mas Tri Tercinta
·
Saudara-saudara & Sahabat-sahabat
yang aku sayangi.
·
Almamaterku.
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)”. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen.
3. Drs. Susanto Tirtoprojo, MM., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan
kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Ervina D.P. selaku direktur utama PT Cazikhal, direktur, manajer, serta
karyawan di bagian keuangan, pembelian dan pergudangan PT Cazikhal yang
telah mengijinkan dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
7
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
Januari 2010
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
ABSTRAK .................................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ............................................
v
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
5
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................
6
F. Batasan Masalah ..................................................................................
7
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
8
A. Supply Chain Management (SCM) ......................................................
8
B. Pembelian (Purchasing) .......................................................................
9
C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok) .............................................
10
D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) ..................
14
E. AHP (Analytical Hierarchy Process) ..................................................
18
F. Penelitian Terdahulu ...........................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
42
A. Desain Penelitian .................................................................................
42
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .............................................
42
C. Sumber Data .........................................................................................
43
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................
44
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................
46
F. Metode Analisis Data ...........................................................................
47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................
52
A. Gambaran Umum Perusahaan ..............................................................
52
B. Metode Analisis AHP ..........................................................................
59
C. Pembahasan ..........................................................................................
99
10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 106
A. Kesimpulan .......................................................................................... 106
B. Saran .................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1
Matriks Perbandingan Berpasangan ..............................................
26
II. 2
Skala Penilaian Perbandingan ........................................................
28
II. 3
Random Consistency Index (RI) ....................................................
32
II. 4
Contoh Matriks Awal ......................................................................
34
II. 5
Contoh Normalisasi Matriks ...........................................................
34
II. 6
Contoh Bobot Kriteria .....................................................................
35
II. 7
Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi – Mengalikan
Matriks Awal dengan Bobot ...........................................................
II. 8
35
Contoh perhitungan Rasio Konsistensi – Membagi Jumlah Baris
Dengan Bobot .................................................................................
36
IV. 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria
dalam Pemilihan Supplier ...............................................................
IV.2
61
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar
Subkriteria pada Kriteria Harga ......................................................
62
12
IV.3
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
Pada Kriteria Kualitas .....................................................................
62
IV. 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
Pada Kriteria Layanan .....................................................................
63
IV. 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman ...............................................
63
IV. 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas ......................
64
IV. 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon .......................
64
IV. 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi ...............
65
IV. 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat .........................
65
IV. 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada
Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ...
65
13
IV. 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada
Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ......................................
66
IV. 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada
Subkriteria Memberikan Informasi secara Jelas .............................
66
IV. 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada
Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan Pelanggan ...........
66
IV. 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada
Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ....
67
IV. 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada
Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal
yang Disepakati ...............................................................................
67
IV. 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada
Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem Transportasi ...
67
IV. 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada
Kriteria Ketepatan Jumlah ..............................................................
68
IV.18 Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Pemilihan Supplier .........
69
IV. 19 Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria Pemilihan Supplier ............
69
14
IV. 20 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga
dalam Pemilihan Supplier ...............................................................
71
IV.21 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga
Dalam Pemilihan Supplier ..............................................................
71
IV.22 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Kualitas
dalam Pemilihan Supplier ...............................................................
72
IV.23 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Kualitas
Dalam Pemilihan Supplier ..............................................................
73
IV. 24 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Layanan
Dalam Pemilihan Supplier ..............................................................
74
IV. 25 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Layanan
dalam Pemilihan Supplier ...............................................................
75
IV. 26 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria
Ketepatan Pengiriman .....................................................................
76
IV. 27 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria
Ketepatan Pengiriman dalam Pemilihan Supplier ..........................
76
15
IV. 28 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kepantasan Harga dengan Kualitas ................................................
78
IV. 29 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kepantasan harga dengan Kualitas .................................................
78
IV. 30 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Diskon ..................................................
79
IV. 31 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan memberikan Diskon ...................................................
79
IV. 32 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ...............
80
IV. 33 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ...............
81
IV. 34 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Penyediaan Barang Tanpa Cacat .....................................................
81
IV. 35 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Penyediaan Barang Tanpa Cacat .....................................................
82
16
IV. 36 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten .......................
83
IV. 37 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ......................
83
IV. 38 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemudahan untuk Dihubungi .........................................................
84
IV. 39 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemudahan untuk Dihubungi .........................................................
84
IV. 40 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Informasi secara Jelas dan Mudah
Dimengerti ......................................................................................
85
IV. 41 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas dan Mudah
Dimengerti ......................................................................................
86
IV. 42 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............
87
17
IV. 43 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............
87
IV. 44 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Cepat Tanggap dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ............
88
IV. 45 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ...........
89
IV. 46 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai dengan Tanggal yang
Telah Disepakati .............................................................................
90
IV. 47 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan Mengirimkan Barang sesuai dengan Tanggal
yang Telah Disepakati .....................................................................
90
IV. 48 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi .............
91
IV.49 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria
Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi .............
92
18
IV.50 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Kriteria
Ketepatan Jumlah ............................................................................
92
IV. 51 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Kriteria
Ketepatan Jumlah ............................................................................
93
IV. 52 Prioritas Global (Global Priority) ...................................................
94
IV. 53 Bobot Alternatif Secara Keseluruhan .............................................
95
IV.54 Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria .................
96
IV.55 Consistency Ratio (CR) Penilaian Responden ................................
98
19
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
I. 1
Kerangka Pemikiran ........................................................................
6
II. 1
Tahap Pengambilan Keputusan .......................................................
16
II. 2
Struktur Hirarki AHP ......................................................................
24
III. I
Struktur Hirarki Masalah .................................................................
48
IV. 1 Struktur Organisasi PT. Cazikhal ....................................................
54
IV. 2 Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal ....
60
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para pengambil keputusan (decision makers) hampir selalu mengambil
keputusan bahkan setiap detik dalam hidupnya. Ketika mereka mengambil
keputusan, ada suatu proses dalam otak manusia yang mempengaruhi kualitas
keputusan yang dibuat. Jika keputusan yang akan dibuat mudah, manusia
dapat dengan mudah membuat keputusan. Akan tetapi jika keputusan yang
akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar seperti perumusan
kebijakan, pengambil keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk
yang bersifat ilmiah, logis, dan terstruktur.
Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam
aktivitas pembelian bagi perusahaan, di mana aktivitas pembelian merupakan
aktivitas yang memiliki nilai penting bagi perusahaan karena pembelian
komponen, bahan baku, dan persediaan merepresentasikan porsi yang cukup
besar pada produk jadinya. Dalam mengambil keputusan untuk memilih
supplier, pengambil keputusan (decision maker) membutuhkan alat analisis
yang memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah yang bersifat
kompleks sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas. Pemilihan
supplier harus dilakukan secara hati-hati karena pemilihan supplier yang salah
akan menyebabkan terganggunya proses produksi dan operasional perusahaan.
21
Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi
faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Beberapa kriteria yang berpengaruh
pada pemilihan supplier ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh
karena itu diperlukan metode yang bisa menyertakan keduanya dalam
pengukuran. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier
adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode ini menyertakan
ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif. AHP adalah metode pengambilan
keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif
ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil
keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk
hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi.
AHP relatif mudah dimengerti dan digunakan. Literatur tentang
pemilihan supplier banyak menggunakan metode ini. AHP adalah sebuah
metode yang ideal untuk memberikan ranking/urutan alternatif ketika
beberapa kriteria dan subkriteria ada dalam pengambilan keputusan. Beberapa
kriteria yang berpengaruh dan umum digunakan dalam pemilihan supplier di
antaranya adalah kriteria harga, kualitas, ketepatan pengiriman, ketepatan
jumlah, dan layanan.
Kadang kala, kriteria-kriteria ini saling bertentangan satu sama lain.
Sebagai contoh, suatu supplier lebih memilih menawarkan harga lebih rendah
dengan kualitas di bawah rata-rata, sementara supplier lain menawarkan
barang dengan kualitas baik dengan pengiriman yang tidak pasti.
Bagaimanapun sulit untuk menemukan supplier yang bisa memenuhi semua
22
kriteria atau yang baik dalam semua kriteria, tetapi paling tidak bisa
menemukan supplier yang optimal bagi perusahaan.
Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier,
menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan
awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar
pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih,
yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut.
PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak
dalam bidang jasa konstruksi. Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan
yang memanfaatkan sumber daya (tenaga kerja, material, peralatan, metode
konstruksi, dan sebagainya) yang dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu.
Pelaksanaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik
maupun non fisik sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi produktivitas.
Akibatnya dalam pelaksanaan proyek seringkali terjadi perubahan terhadap
jadwal dan volume pekerjaan. Menurut pendekatan supply chain, salah satu
cara untuk meningkatkan produktivitas proyek konstruksi adalah dengan
memperkuat unit produksi yaitu antara kontraktor dengan pemasok. Salah satu
cara untuk mengintegrasikan kontraktor dan pemasok adalah melalui
kemitraan.
Sebagai perusahaan yang terbilang masih baru, perusahaan ini berusaha
untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun jasanya. Salah satu hal
yang akan ditempuh yaitu mengembangkan hubungan kemitraan dengan
supplier terutama supplier untuk bahan baku kayu. Dengan memperkuat
23
hubungan antara kontraktor dan pemasok melalui hubungan kemitraan ini
diharapkan perubahan jadwal dan volume pengadaan material tidak
mengganggu target penyelesaian proyek secara keseluruhan. Selain itu,
dengan memilih supplier yang optimal, perusahaan bisa mendapatkan
keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini,
perusahaan telah mengidentifikasi ada tiga supplier potensial yang nantinya
akan dipilih yang terbaik.
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier serta
mencari supplier terbaik bagi perusahaan melalui skripsi yang berjudul :
“ANALISIS
PEMILIHAN
SUPPLIER
MENGGUNAKAN
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus
Pada PT Cazikhal)”
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan
supplier pada PT Cazikhal?
2. Supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal
berdasarkan metode AHP?
24
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
supplier pada PT Cazikhal.
2. Mengetahui supplier/pemasok kayu terbaik, yang paling memenuhi
kriteria-kriteria pemilihan supplier yang sebaiknya dipilih oleh PT
Cazikhal berdasarkan metode AHP.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pemahaman pengetahuan tentang pemilihan supplier dan konsep AHP
(Analytical Hierarchy Process) . Serta diharapkan penelitian ini mampu
melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik yang sama,
sehingga dapat dijadikan referensi untuk kalangan akademisi dan peneliti
selanjutnya yang mengadakan penelitian dengan topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan
dalam menentukan supplier optimal (supplier terbaik), yang paling
memenuhi kriteria pemilihan supplier, apabila perusahaan membutuhkan
bahan tertentu dapat dipenuhi dari supplier tertentu juga. Dengan begitu
kinerja manajemen rantai pasokan semakin baik yang pada akhirnya dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
25
E. Kerangka Pemikiran
1.
·
·
2.
·
·
·
3.
·
·
·
·
4.
·
·
5.
Kriteria dan Subkriteria dalam Pemilihan Supplier:
Harga
Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)
Kemampuan memberikan diskon (H2)
Kualitas
Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditentukan (Q1)
Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3)
Layanan
Kemudahan untuk dihubungi (S1)
Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2)
Kecepatan dalam menanggapi permintaan pelanggan (S3)
Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
Ketepatan Pengiriman
Kemampuan mengirim barang sesuai tanggal yang disepakati (D1)
Kemampuan dalam penanganan sistem transportasi (D2)
Ketepatan Jumlah
Persepsi responden terhadap
tingkat kepentingan masingmasing kriteria dan subkriteria
dalam pemilihan supplier
Persepsi responden terhadap
kinerja supplier berkenaan
dengan masing-masing
subkriteria dalam pemilihan
supplier
Analisis AHP
Alternatif Pemilihan Supplier
Supplier optimal
(best supplier)
Kesimpulan dan Saran
Gambar I.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Fatmawati, 2007 dimodifikasi
26
F. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang akan dianalisis dibatasi agar tepat
sasaran dan tidak terlalu luas. Penelitian ini dilakukan pada PT Cazikhal
dalam pengambilan keputusan pemilihan supplier. Pembatasan terletak pada
masalah yang akan dianalisis yaitu memilih supplier untuk bahan baku kayu.
Hal ini karena pada saat ini perusahaan ingin mencari supplier terbaik untuk
bahan baku kayu.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain Management atau manajemen rantai pasokan merupakan
kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam
proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen
melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian
tradisional ditambah kegiatan-kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan
antara pemasok dengan distributor. SCM bisa meliputi penetapan : (1)
pengangkut, (2) pentransferan kredit dan tunai, (3) pemasok (supplier), (4)
distributor dan bank, (5) utang dan piutang, (6) pergudangan, (7) pemenuhan
pesanan, dan (8) membagi-bagi informasi mengenai ramalan permintaan,
produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan. (Render dan Heizer, 2005).
Menurut Stock dan Lambert (2001), ada delapan bisnis inti dalam
manajemen rantai pasokan yang meliputi :
1. Customer relationship management
Mengidentifikasi pelanggan potensial yang dinilai akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
2. Customer service management
Informasi tepat waktu bagi pelanggan, untuk memperlancar pelaksanaan
pengiriman barang.
28
3. Demand management
Menyeimbangkan antara permintaan pelanggan dengan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut.
4. Order fulfillment
Pemenuhan kebutuhan konsumen pada waktu, tempat, dan jumlah yang
tepat.
5. Manufacturing flow management
Tindakan untuk menyesuaikan permintaan dari pelanggan dengan
kemampuan produksi yang dapat dipenuhi perusahan.
6. Procurement
Tindakan dari fungsi pembelian dengan mengembangkan mekanisme
komunikasi agar dapat mengurangi waktu dan memberikan penghematan
dalam transaksi pembelian.
7. Product development and commercialization
Tindakan melibatkan supplier dan konsumen dalam proses pengembangan
produk perusahaan yang diinginkan oleh konsumen.
8. Return
Merupakan tindakan untuk mengelola feedback dari pelanggan terhadap
produk guna perbaikan kinerja bagi perusahaan.
B. Pembelian (Purchasing)
Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar
perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya.
Biaya pembelian sebagai persentase dari penjualan, untuk barang maupun
29
jasa, sering kali substansial sifatnya. Aktivitas pembelian mempunyai posisi
yang signifikan bagi kebanyakan perusahaan karena pembelian komponen,
bahan baku, dan persediaan merepresentasikan 40 sampai 60 persen dari nilai
penjualan produk jadinya (Ballow, dalam Bello, 2003). Karena porsi
pendapatan yang besar dilimpahkan untuk melakukan pembelian, maka
strategi pembelian yang efektif merupakan sesuatu yang vital. Pembelian
memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan margin
kontribusi. Selain itu mutu barang dan jasa yang dijual secara langsung
berhubungan dengan kualitas barang dan jasa yang dibeli.
Tujuan dari kegiatan pembelian adalah:
1. Membantu mengidentifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.
2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan
pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.
C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok)
Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan pemasok,
pengadaan barang yang dibutuhkan, layanan dan peralatan untuk semua jenis
perusahaan bisnis. Oleh karena itu, fungsi pembelian adalah bagian utama dari
manajemen bisnis. Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, sangat
tidak mungkin untuk bisa sukses berproduksi dengan biaya rendah, dan
menghasilkan produk yang berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan.
Dengan begitu, salah satu keputusan pembelian paling penting adalah
pemilihan dan pemeliharaan hubungan dengan pemasok/supplier terpilih yang
30
kompeten. Jadi, pemilihan supplier yang kompeten adalah salah satu fungsi
paling penting yang harus dilakukan oleh departemen pembelian.
Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier,
menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan
awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar
pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih,
yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier dari beberapa
literatur:
1. Kriteria pemilihan supplier menurut Dickson berdasarkan ranking/urutan
tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut (Weber et al, 1991):
a. Kualitas (Quality)
b. Pengiriman (Delivery)
c. Kinerja masa lalu (Performance history)
d. Jaminan dan Kebijakan Klaim (Warranties & Claims Policies)
e. Fasilitas Produksi dan Kapasitas (Production Facilities and Capacity)
f. Harga (Price)
g. Kemampuan Teknis (Technical Capability)
h. Keadaan Finansial (Financial Position)
i. Pemenuhan procedural (Procedural Compliance)
j. Sistem Komunikasi (Communication System)
k. Reputasi dan Posisi dalam Industri (Reputation and Position in
Industry)
31
l. Hasrat Berbisnis (Desire for Business)
m. Manajemen dan Organisasi (Management and Organization)
n. Kontrol Operasi (Operating Controls)
o. Layanan Perbaikan (Repair Service)
p. Sikap (Attitude)
q. Kesan (Impression)
r. Kemampuan Mengepak (Packaging Ability)
s. Hubungan dengan Buruh (Labor Relations Record)
t. Lokasi Geografis (Geographical Location)
u. Nilai Bisnis Terdahulu (Amount of Past Business)
v. Training Aids
w. Pengaturan Hubungan Timbal Balik (Reciprocal Arrangements)
2. Kriteria pemilihan supplier menurut Nydick dan Hill (1992) yaitu sebagai
berikut:
a. Quality / kualitas
b. Price / harga
c. Service / layanan
d. Delivery / pengiriman
3. Surjasa dkk memberikan beberapa kriteria dan subkriteria dalam
pemilihan supplier, yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria Harga
Yang termasuk subkriteria pada kriteria harga adalah:
1) Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan
32
2) Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada
pemesanan dalam jumlah tertentu.
b. Kriteria Kualitas
Yang termasuk subkriteria pada kriteria kualitas adalah:
1) Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
2) Penyediaan barang tanpa cacat
3) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten
c. Kriteria Ketepatan Pengiriman
Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:
1) Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal
yang telah disepakati
2) Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi
d. Kriteria Ketepatan Jumlah
Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:
1) Ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman
2) Kesesuaian isi kemasan
e. Kriteria Customer Care
Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:
1) Kemudahan untuk dihubungi
2) Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah
untuk dimengerti
3) Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan
4) Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan
33
Tahap-tahap pemilihan supplier menggunakan metode AHP (Nydick dan
Hill, 1992) adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi
kriteria-kriteria
yang
akan
digunakan
dalam
pemilihan supplier.
2. Membuat perbandingan berpasangan dari kepentingan relatif (relative
importance) kriteria terhadap tujuan, dan menghitung prioritas atau
bobot kriteria berdasarkan informasi yang didapatkan.
3. Mengukur/menilai supplier dalam memenuhi kriteria-kriteria.
4. Menggunakan informasi pada langkah 3, membuat perbandingan
berpasangan
kepentingan
relatif
(relative
importance)
pemasok/supplier terhadap kriteria, dan menghitung prioritasnya.
5. Menggunakan hasil pada langkah 2 dan 4, kemudian menghitung
prioritas atau bobot supplier terhadap tujuan hirarki.
D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan)
Perkembangan DSS (Decision Support System) berawal pada akhir tahun
1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time sharing (berdasarkan
pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung
dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing
membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun
1971, ditemukan istilah DSS (Decision Support System), G Anthony Gorry
dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama
menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management
Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk
34
menyalurkan aplikasi komputer terhadap pembuatan keputusan manajemen.
Gorry dan Scott Morton mendasarkan kerangka kerjanya pada jenis keputusan
menurut Simon dan tingkat manajemen dari Robert N. Anthony. Anthony
menggunakan istilah strategic planning, management control dan operational
control (perencanaan strategis, kontrol manajemen, dan kontrol operasional).
1. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap dan melalui
beberapa proses. Pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling
berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut adalah (Fitria, 2008) :
a. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari
lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan
diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan
masalah.
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan
alternatif. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,
menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi
pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model
35
yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik untuk
variabel hasil pada alternatif yang dipilih.
d. Implementation
Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan
yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan
yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan
disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.
INTELLIGENCE
(Penelusuran Lingkup
Masalah)
DESIGN
(Perancangan
Penyelesaian Masalah)
CHOICE
(Pemilihan Tindakan)
SISTEM
PENDUKUNG
KEPUTUSAN
IMPLEMENTATION
(Pelaksanaan Tindakan)
Gambar II.1. Tahap Pengambilan Keputusan
Sumber : Fitria, 2008
2. Pengertian DSS
Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer
yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan
dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak
36
terstruktur. DSS sebagai sebuah sistem yang memberikan dukungan
kepada seorang manajer, atau kepada sekelompok manajer yang relatif
kecil yang bekerja sebagai team pemecah masalah, dalam memecahkan
masalah semi terstrukitur dengan memberikan informasi atau saran
mengenai keputusan tertentu. Informasi tersebut diberikan oleh laporan
berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis. Model
tersebut juga mempunyai kemampuan untuk memberikan saran dalam
tingkat yang bervariasi
3. Tujuan DSS
a. Membantu manajer dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan
masalah semi terstruktur.
b. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah atau
mengganti keputusan tersebut.
c. Meningkatkan efektivitas manajer dalam pembuatan keputusan, dan
bukannya peningkatan efisiensi.
Tujuan ini berkaitan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS, yaitu
struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan.
4. Keuntungan DSS/SPK
a. Dapat memperluas kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan
dalam memproses data atau informasi pemakainya.
b. Membantu mengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah
yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
37
c. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat
diandalkan.
d. Dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami
permasalahnnya,
karena
sistem
penunjang
keputusan
mampu
menyajikan berbagai alternatif.
e. Mampu menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran,
sehingga dapat memperluas posisi pengambilan keputusan.
E. AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model
pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir
manusia di mana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa
dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. AHP adalah metode
pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas
beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta
mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun
masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level
yang terintegrasi. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan
untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam
kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu
hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi
manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka
akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
38
1. Kegunaan AHP
AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan
alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya,
penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan
sistem, pengukuran performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.
Keuntungan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan
pengambilan keputusan adalah :
a.
Kesatuan : AHP memberi satu model tunggal yang mudah
dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.
b.
Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan
ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan
kompleks.
c.
Saling
ketergantungan
:
AHP
dapat
menangani
saling
ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak
memaksakan pemikiran linier.
d.
Penyusunan hirarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami
pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam
berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang
serupa dalam setiap tingkat.
e.
Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal
dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas.
39
f.
Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas.
g.
Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang
kebaikan setiap alternatif.
h.
Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas
relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang
memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
i.
Penilaian dan konsensus : AHP tidak memaksakan konsensus
tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai
penilaian yang berbeda-beda.
j.
Pengulangan proses : AHP memungkinkan orang memperhalus
definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki
pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa
kesulitan dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitankesulitan tersebut tidak dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan
dari metode AHP dalam pengambilan keputusan.
a.
AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang
yang sangat tajam/ekstrim di kalangan responden.
b.
Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli
sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan
keputusan.
40
c.
Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang cukup tentang permasalahan serta metode
AHP.
2. Prinsip Pokok AHP
Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas
4 prinsip dasar, yaitu :
a. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan
adalah decomposition yaitu memecah persoalan-persoalan yang
utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil akurat,
pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan
ini maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis
hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Disebut hirarki lengkap jika
semua elemen ada pada tingkat berikutnya, jika tidak demikian,
hirarki yang terbentuk dinamakan hirarki tidak lengkap.
b. Comparative Judgement
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari
elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan.
Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang
41
dinamakan
matriks
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparison).
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks pairwise comparison (perbandingan
berpasangan) kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks
perbandingan berpasangan untuk mendapatkan local priority
karena matriks perbandingan berpasangan
terdapat pada setiap
tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan
sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis
berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority
setting. Global priority adalah prioritas/bobot subkriteria maupun
alternatif terhadap tujuan hirarki secara keseluruhan/level tertinggi
dalam hirarki. Cara mendapatkan global priority ini dengan cara
mengalikan local priority subkriteria maupun alternatif dengan
prioritas dari parent criterion (kriteria level di atasnya).
d. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan
sesuai dengan himpunan yang seragam jika “bulat” merupakan
kriterianya. Tetapi tidak dapat jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti
kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek
42
yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya jika manis
merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding
gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya
madu dinilai 10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika madu dinilai
4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten
dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang
lebih tepat.
Dalam menggunakan keempat prinsip tersebut, AHP menyatukan dua
aspek pengambilan keputusan yaitu :
a. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan
penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.
b. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik
dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.
3. Langkah-langkah Penggunaan AHP :
a.
Penyusunan struktur hirarki masalah
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau
sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok
kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis.
43
Sasaran
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Kriteria ke-n
Alternatif ke-m
Gambar II.2. Struktur Hirarki AHP
Sumber: Thomas L. Saaty, 1994
Hirarki
masalah
disusun
untuk
membantu
proses
pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen
keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah
menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya
dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem
dengan suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan,
sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat
berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu
hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang
tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup
beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan
patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam
menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu
yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan
44
penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus
bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk
sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria
tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :
1) Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan
analisis.
2) Independen
Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus
dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang
sama.
3) Lengkap
Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam
permasalahan.
4) Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis baik secara
kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.
b. Penentuan Prioritas
1) Relative Measurement
Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas
elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah
membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan
45
dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap
subsistem hirarki. Dalam perbandingan berpasangan ini,
bentuk yang lebih disukai adalah matriks karena matriks
merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta
memberi kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan
matriks
ini
mencerminkan
dua
segi
prioritas
yaitu
mendominasi dan didominasi.
Misalkan terdapat suatu subsistem hirarki dengan
kriteria C dan sejumlah n alternatif di bawahnya, Ai sampai
An. Perbandingan antar alternatif untuk subsistem hirarki itu
dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel
II.1 di bawah ini.
Tabel II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
C
A1
A2
A3
….
A1
a11
a12
a13
a1n
A2
a21
a22
a23
a2n
A3
a31
a32
a33
a3n
….
An
An
….
an1
an2
an3
….
ann
Sumber: Thomas L. Saaty, 1994
46
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1(baris)
terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan :
(a)
Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap
kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom), atau
(b)
Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom),
atau
(c)
Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris)
dibandingkan dengan A1 (kolom).
Nilai
numerik
yang
dikenakan
untuk
seluruh
perbandingan diperoleh dari skala perbandingan yang disebut
Saaty pada tabel II.2. Apabila bobot kriteria Ai adalah wi dan
bobot elemen wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty
mewakili perbandingan (wi/wj)/1. Angka-angka absolut pada
skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik
terhadap perbandingan bobot elemen Ai terhadap elemen Aj.
47
Tabel II.2 Skala Penilaian Perbandingan
Skala
Tingkat
Definisi
kepentingan
1
Sama
pentingnya
3
Sedikit lebih
penting
Keterangan
Kedua elemen mempunyai
pengaruh yang sama
Pengalaman dan penilaian
sedikit memihak satu elemen
dibandingkan
dengan
pasangannya
5
Lebih penting Pengalaman dan penilaian
sangat memihak satu elemen
dibandingkan
dengan
pasangannya
7
Sangat
Satu elemen sangat disukai
penting
dan
secara
praktis
dominasinya sangat nyata
dibandingkan
dengan
pasangannya
9
Mutlak lebih Satu elemen terbukti mutlak
penting
lebih disukai dibandingkan
dengan pasangannya, pada
tingkat keyakinan yang
tertinggi
2,4,6,8
Nilai tengah
Diberikan
bila
terdapat
keraguan penilaian antara
dua
penilaian
yang
berdekatan
kebalikan
Aij = 1/Aij
Bila aktivitas i memperoleh
suatu
angka
bila
dibandingkan
dengan
aktivitas j, maka j memiliki
nilai
kebalikannya
bila
dibandingkan i
Sumber : Thomas L Saaty,1994
2) Eigenvalue dan Eigenvektor
Apabila
seseorang
yang
sudah
memasukkan
persepsinya untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria
yang
berada
dalam
satu
level
atau
yang
dapat
diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang
48
paling disukai atau yang paling penting, disusun sebuah
matriks perbandingan. Bentuk matriks ini adalah simetris
atau biasa disebut dengan matriks bujur sangkar. Apabila ada
3 kriteria yang dibandingkan dalam satu level matriks maka
disebut matriks 3x3. Ciri utama dari matriks perbandingan
yang dipakai model AHP adalah kriteria diagonalnya dari kiri
atas ke kanan bawah adalah 1 (satu) karena yang
dibandingkan adalah dua kriteria yang sama. Selain itu sesuai
dengan
sistematika
berpikir
otak
manusia,
matriks
perbandingan yang dibentuk bersifat matriks resiprokal
misalnya
kriteria
A
lebih
disukai
dengan
skala
3
dibandingkan kriteria B maka dengan sendirinya kriteria B
lebih disukai dengan skala 1/3 dibandingkan A.
Setelah
matriks
perbandingan
untuk
sekelompok
kriteria telah selesai dibentuk maka langkah berikutnya
adalah mengukur bobot prioritas setiap kriteria tersebut
dengan dasar persepsi seorang ahli yang telah dimasukkan
dalam matriks tersebut. Hasil akhir perhitungan bobot
prioritas tersebut merupakan suatu bilangan desimal di bawah
satu dengan total prioritas untuk kriteria-kriteria dalam satu
kelompok sama dengan satu. Dalam penghitungan bobot
prioritas dipakai cara yang paling akurat untuk matriks
perbandingan yaitu dengan operasi matematis berdasarkan
49
operasi matriks dan vector yang dikenal dengan nama
eigenvector.
Eigenvector
adalah
sebuah
vector
yang
apabila
dikalikan sebuah matriks hasilnya adalah vector itu sendiri
dikalikan dengan sebuah bilangan scalar atau parameter yang
tidak lain adalah eigenvalue.
Bentuk persamaannya sebagai berikut :
A.w = λ.w ………..(II.1)
Dengan
w
= eigenvector
λ
= eigenvalue
A
= matriks bujursangkar
Eigenvector
biasa
disebut
sebagai
vector
karakteristiknya dari sebuah matriks bujur sangkar sedangkan
eigenvalue merupakan akar karakteristiknya dari matriks
tersebut. Metode ini yang dipakai sebagai alat pengukur
bobot prioritas setiap matriks perbandingan dalam model
AHP karena sifatnya lebih akurat dan memperhatikan semua
interaksi antarkriteria dalam matriks. Kelemahan metode ini
adalah sulit dikerjakan secara manual terutama apabila
matriksnya terdiri dari tiga kriteria atau lebih sehingga
memerlukan
bantuan
program
komputer
untuk
memecahkannya.
50
c. Konsistensi
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya
dengan model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak
adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang
memakai
persepsi
manusia
sebagai
inputnya
maka
ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki
keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten
terutama
kalau
harus
membandingkan
banyak
kriteria.
Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri
didasarkan atas eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue
maksimum,
inkonsistensi
yang
biasa
dihasilkan
matriks
perbandingan dapat diminimumkan.
Rumus dari indeks konsistensi (consistency index/CI) adalah
CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (II.2)
Dengan
CI
= indeks konsistensi
λmaks
= eigenvalue maksimum
n
= orde matriks
Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks,
eigenvalue maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari
nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat
51
eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten
matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks
tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam
pemakaian
sehari-hari
CI tersebut
biasa
disebut
indeks
inkonsistensi karena rumus (II.2) di atas memang lebih cocok
untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.
Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah ke dalam
bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan
suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata
konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10
yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National
Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.
Tabel II.3 Random Consistency Index (RI)
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0,58
0,9
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
Sumber : Thomas L. Saaty, 1994
CR
= CI / RI
CR
= Rasio Konsistensi
RI
= Indeks Random (Random Consistency Index)
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner
diukur. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat
ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR <
0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria
52
yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai
perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan
tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian
nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun
alternatif harus diulang.
d. Sintesis Prioritas
Untuk memperoleh perangkat prioritas yang menyeluruh
bagi suatu persoalan keputusan, diperlukan suatu pembobotan
dan penjumlahan untuk menghasilkan suatu bilangan tunggal
yang menunjukkan prioritas suatu elemen.
Langkah yang pertama adalah menjumlahkan nilai-nilai
dalam setiap kolom kemudian membagi setiap entri dalam setiap
kolom dengan jumlah pada kolom tersebut untuk memperoleh
matriks yang dinormalisasi. Normalisasi ini dilakukan untuk
mempertimbangkan unit kriteria yang tidak sama. Yang terakhir
adalah merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan
semua nilai dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasi
tersebut dan membaginya dengan banyaknya entri dari setiap
baris sehingga sintesis ini menghasilkan persentase prioritas
relatif yang menyeluruh.
Cara lain untuk memperoleh nilai bobot kriteria adalah
dengan langkah-langkah berikut ini :
53
1) Matriks perbandingan diperoleh dari penilaian responden.
Tabel II.4. Contoh Matriks Awal
Tujuan
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Sub 1
1
6
2
Sub 2
1/6
1
1/5
Sub 3
1/2
5
1
Jml kolom
1,67
12
3,2
Sumber : Bello, 2003
2) Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai
jumlah
kolom
tersebut.
Kemudian
hasil
tersebut
dinormalisasi untuk mendapatkan vector eigen matriks
dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap tiga elemen
subtujuan.
Tabel II.5. Contoh Normalisasi Matriks
Tujuan
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Sub 1
0,60
0,50
0,63
Jumlah
Baris
1,73
Sub 2
0,10
0,08
0,06
0,25
0,08
Sub 3
0,30
0,42
0,31
1,03
0,34
Jumlah
1,00
1,00
1,00
Bobot
0,58
1,00
Sumber : Bello, 2003
Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang
merupakan bobot prioritas ketiga elemen terhadap tujuan.
54
Untuk menghitung rasio konsistensi adalah dengan
langkah-langkah seperti contoh berikut ini, dengan melanjutkan
contoh pada bagian sebelumnya.
Pada contoh perhitungan bobot telah didapatkan bobot dari
masing-masing sub tujuan berikut:
Tabel II.6. Contoh Bobot Kriteria
Tujuan
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Bobot
Sub 1
1
6
2
0,58
Sub 2
1/6
1
1/5
0,08
Sub 3
1/2
5
1
0,34
Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi
1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot,
didapatkan matriks sbb:
Tabel II.7. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi –
Mengalikan Matriks Awal Dengan Bobot
Tujuan
Sub 1
Sub 2
Sub 3
Jml baris
Sub 1
0,580
0,480
0,680
1,740
Sub 2
0,097
0,080
0,068
0,245
Sub 3
0,290
0,400
0,340
1,030
Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi
55
2) Bagi jumlah baris dengan bobot
Tabel II.8. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi –
Membagi Jumlah Baris Dengan Bobot
Tujuan
Jml Baris
Bobot
Hasil Bagi
Sub 1
1,740
0,58
3
Sub 2
0,245
0,08
3,0626
Sub 3
1,030
0,34
3,0294
Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi
3) Menghitung nilai λ maks
λ maks = (3+3,0626+3,0294)/3 = 3,03067
4) Menghitung nilai Consistency Index (CI)
CI =
lmaks - n
n -1
CI = (3,03067-3) / (3-1) = 0,015335
5) Menghitung nilai rasio konsistensi (CR), yaitu membagi CI
dengan indeks random (RI). Untuk orde matriks n=3 maka
nilai RI adalah 0,58.
CR = CI/RI
= 0,015335/0,58
= 0,026
Rasio konsistensi sebesar 0,026 kurang dari batas toleransi
0,1. Maka matriks perbandingan berpasangan pada contoh
ini dikatakan konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa
penilaian tidak perlu diperbaiki/diulang.
56
4. Aksioma-Aksioma AHP
Pengertian aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah
kebenarannya atau yang pasti terjadi. Ada empat aksioma yang harus
diperhatikan para pemakai model AHP dan pelanggarannya dari setiap
aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai. Aksioma
tersebut yaitu (Brodjonegoro & Utama dalam Fatmawati, 2007) :
a. Aksioma 1
Reciprocal comparison artinya pengambil keputusan harus dapat
membuat
perbandingan
dan
menyatakan
preferensinya.
Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu
kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai
A dengan skala 1/x.
b. Aksioma 2
Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan
dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat
dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat
dipenuhi maka elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen
dan harus dibentuk suatu kelompok elemen-elemen baru.
c. Aksioma 3
Independence,
artinya
preferensi
dinyatakan
dengan
mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif
yang ada melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini
menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam
57
model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara
elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen dalam level di atasnya.
d. Aksioma 4
Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur
hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi
maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau
obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang
diambil dengan tidak lengkap.
5. Penilaian Perbandingan Multipartisipan
Penilaian
yang
dilakukan
oleh
banyak
partisipan
akan
menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya
memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi, semua
jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan. Dalam hal ini Saaty
memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric mean. Ratarata geometrik dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah
deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan
yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu
kecil.
Teori rata-rata geometrik menyatakan bahwa jika terdapat n
partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat
n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan untuk
mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing
58
nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu
dipangkatkan dengan 1/n. secara matematis dituliskan sebagai berikut :
aij
= (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn)
1
n
……..(II.3)
Dengan
aij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria
Ai dengan Aj untuk n partisipan
Zi
= Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk
partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n
n
= Jumlah partisipan
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Marlene J. Suarez Bello, 2003.
Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi komparatif proses
pemilihan supplier pada lingkungan perusahaan yang berbeda menggunakan
pendekatan studi kasus pada berbagai perusahaan yang berbeda, dan
mengevaluasi
proses
pemilihan
supplier
menggunakan
standar
ISO
9001:2000. Penelitian ini dilakukan pada 3 perusahaan yang berbeda, yang
pertama adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bertaraf internasional:
Deere and Company, selanjutnya adalah sebuah cabang perusahaan farmasi:
Baxter Transfusion Therapies, San German Division. Perusahaan yang ketiga
adalah sebuah perusahaan perorangan lokal yang memproduksi injection
molding: Techno Plastics Industries. Bello menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dalam menganalisis pemilihan supplier pada ketiga
59
perusahaan di atas. Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
perbandingan yang meliputi faktor-faktor seperti kriteria pemilihan supplier,
proses pemilihan supplier, kompleksitas proses dan peraturan yang dibuat
berbeda antara jenis perusahaan yang satu dengan yang lain tergantung pada
jenis perusahaan.
Penelitian lain dilakukan oleh Gnanasekaran dkk, 2006 pada perusahaan
XYZ, yang merupakan salah satu kelompok industri terkemuka di India yang
bergerak dalam industri automobile. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis AHP. Kriteria yang digunakan dalam memilih supplier pada
perusahaan XYZ adalah kriteria kualitas, kuantitas, waktu pengiriman dan
biaya. Alternatif supplier yang akan dipilih adalah supplier 1, supplier 2,
supplier 3, dan supplier 4. Dari perhitungan AHP menghasilkan prioritas:
supplier 4 dengan bobot 32%, supplier 1 dengan bobot 25,80%, supplier 2
dengan bobot 21,80%, dan supplier 3 dengan bobot 20,40%. Hasil dari
penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan metode AHP dalam
memilih supplier lebih baik dibandingkan dengan sistem yang digunakan oleh
perusahaan. Metode AHP memungkinkan pemilihan supplier menjadi lebih
transparan sehingga memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan karena
dapat memberikan kinerja yang nyata dari supplier dan menuju pada
peningkatan yang berkesinambungan.
Penelitian lain dilakukan oleh Surjasa dkk. pada PT ABC, sebuah
perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri kimia. Tujuan
dari penelitian ini adalah memilih supplier terbaik menggunakan metode
60
AHP. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan adalah kriteria harga, kualitas,
waktu pengiriman, ketepatan jumlah serta kriteria customer care. Hasil
perhitungan bobot kriteria pemilihan supplier menunjukkan bahwa nilai
kriteria harga adalah 25,16%, kualitas adalah 23,16%, waktu pengiriman
adalah 22,97%, ketepatan jumlah adalah 17,16%, serta kriteria customer care
adalah 10,6%. Hasil perhitungan supplier terpilih adalah PT M1 dengan nilai
prioritas 0,477. Dalam penelitian ini dihasilkan juga suatu sistem informasi
Vendor Managed Inventory (VMI), diharapkan dengan sistem informasi ini
proses pengadaan bahan baku antara supplier dan PT. ABC dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid,
obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004).
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus (case study
design). Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap
situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah
yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini
(Sekaran, 2006). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor,
yaitu PT Cazikhal. Objek yang diteliti adalah proses pengambilan keputusan
dalam menentukan supplier kayu yang akan dipilih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2006). Populasi dari penelitian ini adalah pengambil keputusan dan
manajemen PT Cazikhal sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan judgment sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu. Hal ini dikarenakan metode AHP mensyaratkan
ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait
62
dalam pengambilan keputusan. Selain itu responden yang dilibatkan harus
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan.
Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini adalah:
1. Pihak-pihak
yang
mempunyai
kewenangan
mengambil
keputusan
(decision makers) dalam hal pemilihan supplier, yaitu direktur utama,
direktur teknik, manager representatif, kepala bagian pembelian dan
pergudangan, dan kepala bagian keuangan.
2. Karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang menerima barang
secara langsung dari supplier sehingga mengetahui secara langsung kinerja
dari supplier.
C. Sumber Data
1. Data Pimer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama
baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil
pengumpulan kuesioner (Sekaran, 2006). Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari wawancara dan kuesioner yang dibagikan kepada
responden.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain
(Sekaran, 2006). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain profil
perusahaan (company profile), studi pustaka, dan catatan-catatan atau
dokumen perusahaan.
63
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Dari hasil wawancara pendahuluan didapatkan variabel-variabel
(kriteria) yang digunakan dalam pemilihan supplier kayu pada PT Cazikhal,
yaitu sebagai berikut:
1. Harga (Price)
Harga adalah nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah),
diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.
Harga di sini meliputi 2 subkriteria:
a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1)
b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada
pemesanan dalam jumlah tertentu (H2)
2. Kualitas (Quality)
Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas
barang (kayu) diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter,
tingkat kekeringan, ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang, diukur
dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.
Kualitas di sini meliputi 3 subkriteria:
a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)
64
3. Layanan (Service)
Layanan adalah pelayanan, bantuan dan kemudahan yang diberikan
supplier kepada konsumen (pihak perusahaan), diukur dengan Skala
Penilaian Perbandingan Berpasangan.
Layanan di sini meliputi 4 subkriteria:
a. Kemudahan untuk dihubungi (S1)
b. Kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti
(S2)
c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)
d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
4. Ketepatan Pengiriman (Delivery)
Ketepatan pengiriman yaitu kemampuan supplier dalam menangani
permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan
waktu yang sudah ditentukan diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan
Berpasangan.
Ketepatan pengiriman di sini meliputi 2 subkriteria:
a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang
telah disepakati (D1)
b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)
5. Ketepatan Jumlah (Quantity)
Ketepatan jumlah yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam
pengiriman, diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.
65
E. Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang
didefinisikan dengan jelas (Sekaran, 2006). Bentuk kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu pada contoh kuesioner dalam
Saaty, 1994. Sedangkan item-item yang dibandingkan dalam kuesioner
adalah kriteria, subkriteria, dan alternatif (supplier) yang digunakan dalam
pemilihan supplier pada PT Cazikhal. Kuesioner ini dibagikan kepada para
responden.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada pihak perusahaan, dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara
terstruktur yaitu wawancara dimana pewawancara memiliki daftar
pertanyaan yang ditujukan pada pihak perusahaan. Wawancara terstruktur
digunakan dalam wawancara pendahuluan untuk menentukan variabelvariabel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu menentukan kriteriakriteria dan subkriteria yang digunakan oleh perusahaan dalam pemilihan
supplier.
66
3. Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka merupakan metode yang digunakan untuk
mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat
dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Landasan
teoritis digunakan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba.
F. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AHP
(Analytical Hierarchy Process). Perhitungan bisa dilakukan secara manual
menggunakan Microsoft excel maupun dengan bantuan software expert
choice. Langkah-langkah dalam pemilihan supplier adalah sebagai berikut:
1. Menyusun struktur hirarki masalah
Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki.
Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan
subkriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier. Masalah
pemilihan supplier pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki
seperti pada gambar 2. Level 0 merupakan tujuan, level pertama
merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2 merupakan
subkriteria, sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang
sebaiknya dipilih.
67
Memilih supplier terbaik
Harga
Kualitas
Layanan
Ketepatan
Pengiriman
H1
Q1
S1
D1
H2
Q2
S2
D2
Q3
Ketepatan
Jumlah
S3
S4
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Gambar III.1 Struktur Hirarki Masalah
Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
kriteria yang setingkat di atasnya.
3. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 1
(kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman, dan
Ketepatan Jumlah.
Langkah-langkahnya:
a.
Membuat perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria
b.
Hasil penilaian responden kemudian dirata-rata menggunakan
geometric mean/rata-rata geometri. Hal ini dilakukan karena AHP
68
hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Teori
rata-rata geometrik secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
aij = (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn)
1
n
……..(III.1)
Dengan
aij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan criteria Ai
dengan Aj untuk n partisipan
Zi
= Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk
partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n
n
c.
= jumlah partisipan
Hasil dari setiap perbandingan berpasangan ditampilkan dalam
sebuah matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
d.
Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai
jumlah kolom tersebut
e.
Hasil tersebut kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan vector
eigen matriks dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap lima
kriteria. Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang
merupakan bobot prioritas keempat kriteria terhadap tujuan.
f.
Menghitung Rasio konsistensi dengan langkah sebagai berikut:
1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot
2) Kalikan jumlah baris dengan bobot
3) Menghitung λmaks dengan menjumlahkan hasil perkalian di atas
dibagi dengan n.
λ maks
=
………. (III.2)
69
4) Menghitung Indeks konsistensi
Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk
mengetahui konsistensi dari sebuah persepsi. Adapun indikator
dari konsistensi dapat diukur melalui CI yang dirumuskan :
CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (III.3)
Dengan
CI
= indeks konsistensi
λmaks
= eigenvalue maksimum
n
= orde matriks
5) Menghitung Rasio Konsistensi
AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai
pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi yang dirumuskan :
CR
= CI / RI ………. (III.4)
Dengan :
CR
= Rasio Konsistensi
RI
= Indeks random
Dimana nilai RI dapat dilihat pada tabel II.3. Pengukuran
konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan
respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka nilai
perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan
konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai perbandingan
berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak
konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-
70
nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun
alternatif harus diulang.
4. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 2
(subkriteria) dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier seperti
langkah 3 di atas. Kemudian ditentukan global priority/prioritas global
dengan cara mengalikan local priority/prioritas dari masing-masing
subkriteria dengan prioritas kriteria.
5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3
(alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masingmasing subkriteria seperti langkah 3 di atas.
6. Setelah mengetahui bobot dari masing-masing subkriteria dan bobot dari
masing-masing supplier kemudian ditentukan supplier yang akan dipilih.
Nilai keseluruhan dari masing-masing supplier yaitu jumlah keseluruhan
dari perkalian bobot supplier dengan bobot subkriteria. Supplier yang
dipilih adalah supplier yang memiliki nilai paling tinggi.
71
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi sebagai
bagian dari manajemen pelaksanaan pembangunan baik pelaksanaan
pembangunan jalan, struktur, dan pengairan. Perusahaan ini didirikan oleh
tiga orang yaitu Bapak Sandimin, Ibu Ervina Dwi Prasetyowati dan Raden
Mas Mahajana Raditya Ajipermana dengan modal dasar sebesar 1 milyar
rupiah yang terbagi atas 1000 saham bernilai nominal Rp. 1.000.000,00.
Perusahaan ini berkedudukan di Jalan Imogiri Km. 15 Ngentak Bendo
Wukirsari Imogiri Bantul.
Dasar hukum berdirinya PT Cazikhal adalah sebagai berikut:
a. PT Cazikhal didirikan pada hari Rabu, tanggal 1 Februari 2006 melalui
akta pendirian perseroan terbatas Nomor 01 oleh notaris Mardiah, SH
dengan nama PT Cazikhal. Akta perubahan terakhir Nomor 01 pada
tanggal 3 April 2006 oleh notaris Mardiah, SH.
b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul Nomor 63/SIUP/II/2006
tertanggal 23 Februari 2006.
72
c. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) Nomor 1-076156-3402-200237 tertanggal 1 Mei 2006.
d. Ijin Gangguan dari Badan pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) Kabupaten Bantul Nomor 503/133/IGT/2006 tertanggal
8 Februari 2006.
e. Sertifikat Badan Usaha Nomor 0316/GAPENSI/12/7/08 tertanggal 07
Juli 2008.
Maksud dan tujuan dari perseroan ini adalah bergerak dalam bidang
usaha pembangunan, perdagangan umum, jasa, dan perindustrian. Untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut perusahaan dapat melakukan
kegiatan usaha sebagai berikut:
a. Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan bertindak sebagai
pemborong pada umumnya, sebagai pengembang, pemasangan
komponen-komponen bangunan, pembangunan konstruksi gedung,
jembatan, jalan, bandara, dermaga, pemasangan instalasi-instalasi dan
sebagainya.
b. Menjalankan
usaha-usaha
di
bidang
perdagangan
meliputi
perdagangan import, eksport, lokal, interinsulair, sebagai distributor,
agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan lain baik
dari dalam maupun luar negeri kecuali agen perjalanan, perdagangan
yang
berhubungan
dengan
usaha
real
estate
dan
property,
supermarket/hypermarket (toserba/swalayan).
73
c. Menjalankan usaha-usaha di bidang jasa, yang meliputi berbagai
kegiatan jasa kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak.
d. Menjalankan usaha di bidang perindustrian umum termasuk industri
karoseri, perakitan kendaraan, industri garment dan pakaian jadi,
industri makanan dan minuman, industri kerajinan tangan, furniture
dan sebagainya.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur Teknik
Manajer Representatif
Sekretaris
Bagian
SDM
Bag. Pembelian
&Pergudangan
Pelaksana Jalan
Bagian
Administrasi
Pelaksana
Sumber Daya Air
Bagian
Keuangan
Pelaksana Gedung
Gambar IV.1 Stuktur Organisasi Perusahaan
Sumber : Company profile PT Cazikhal
74
Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan
tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris
Tugas dan Wewenang Komisaris :
1) Komisaris melakukan pengawasan atas kebijaksanaan direksi
dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada
direksi.
2) Komisaris baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu
dalam jam kerja kantor perseroan berhak memasuki bangunan dan
halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai
oleh perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan, surat,
dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang
kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala hal yang
dijalankan oleh direksi.
3) Direksi dan setiap anggota direksi wajib wajib untuk memberikan
penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh komisaris.
4) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara
seorang atau lebih anggota Direksi, apabila anggota Direksi
tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran dasar dan atau
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan kepada yang
bersangkutan, disertai alasannya.
75
6) Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sesudah pemberhentian
sementara itu, komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan memutuskan
apakah anggota Direksi yang bersangkutan akan diberhentikan
seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula,
sedangkan anggota Direksi yang diberhentikan sementara itu diberi
kesempatan untuk hadir guna membela diri.
7) Apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan
perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota Direksi maka
untuk sementara Komisaris diwajibkan untuk mengurus perseroan.
b. Direktur Utama
Tugas dan Wewenang:
1) Direktur utama bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan
tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud
dan tujuannya.
2) Direktur utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas
nama Direksi serta mewakili Perseroan.
3) Direksi berhak mewakili Perseroan (atas persetujuan RUPS) di
dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala
kejadian, mengikat Perseroan, serta menjalankan segala tindakan
baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan
tetapi dengan pembatasan untuk meminjam atau meminjamkan
uang atas nama Perseroan (tidak termasuk mengambil uang
76
perseroan di bank), dan mendirikan suatu usaha baru atau turut
serta pada perusahaan lain baik di dalam maupun di luar negeri.
4) Direksi untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau
lebih sebagai sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan
kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa.
c. Direktur Teknik
Tugas dan Wewenang:
1) Membantu direktur utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga
memperlancar jalannya kegiatan perusahaan.
2) Dalam hal Direktur utama tidak hadir atau berhalangan, maka
berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta
mewakili perseroan.
d. Manager Representatif
Manager representatif adalah seseorang yang ditunjuk oleh
direksi untuk menjalankan operasional perusahaan khususnya proyek.
Manager
representative
perencanaan
(planning),
bertanggung
jawab
pengorganisasian
untuk
melakukan
(organizing),
dan
pengendalian (controlling). Dia bertanggung jawab memastikan tahap
perencanaan suatu proyek meliputi uraian tugas yang lengkap, analisis
kebutuhan sumber daya, serta time schedule sesuai dengan kebutuhan
proyek. Manager mengkoordinir dan mengkomunikasikan keseluruhan
proses proyek yang meliputi studi kelayakan proyek, perencanaan,
77
desain, konstruksi, dan pelaksanaan proyek. Tujuan utamanya adalah
meminimalkan waktu dan biaya dengan tetap menjaga kualitas proyek.
e. Sekretaris
Membantu manager dalam mengurusi administrasi manajer.
f. Bagian Keuangan
Bagian
keuangan
bertugas
mengurusi
segala
hal
yang
berhubungan dengan lalu lintas keuangan perusahaan, seperti gaji,
pajak, asuransi, membuat laporan keuangan berserta analisisnya, dll.
g. Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
Bagian sumber daya manusia bertugas mengurusi masalah
kepegawaian, baik saat penerimaan pegawai, pengangkatan, maupun
pemberhentian pegawai, serta menjamin kesejahteraan pegawai. Selain
itu
juga
meningkatkan
keterampilan
para
pegawai
dengan
mengikutsertakan mereka dalam acara pelatihan dan lain sebagainya.
h. Bagian Administrasi
Bagian administrasi bertugas mengurusi segala hal yang
menyangkut administrasi perusahaan.
i. Bagian Pembelian dan Pergudangan
Bagian
pembelian
dan
pergudangan
bertanggung
jawab
menyediakan kebutuhan bahan baku maupun kebutuhan operasional
bagi perusahaan serta bertanggung jawab dalam hal penyimpanannya.
78
j. Pelaksana Jalan
Pelaksana jalan bertanggung jawab melaksanakan proyek-proyek
jalan, jembatan, dll.
k. Pelaksana Sumber Daya Air
Pelaksana sumber daya air bertanggung jawab melaksanakan
proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya air,
misalnya pengeboran, pembuatan saluran air bersih, dll.
l. Pelaksana Gedung
Pelaksana gedung bertanggung jawab melaksanakan proyekproyek pembangunan gedung, baik gedung sekolah, kantor, dll.
B. Metode Analisis AHP
1. Penyusunan hirarki
Setelah permasalahan didefinisikan, langkah selanjutnya adalah
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Pemecahan juga
dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki.
Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan
subkriteria yang dipakai oleh perusahaan dalam memilih supplier, yang
diperoleh dari hasil wawancara pendahuluan. Masalah pemilihan supplier
pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki seperti pada gambar
IV.2. Level 0 merupakan tujuan yaitu memilih supplier terbaik (optimal),
level pertama merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2
79
merupakan subkriteria yang merupakan penjabaran dari level pertama
(kriteria), sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang
sebaiknya dipilih.
Memilih supplier terbaik
Harga
Kualitas
Layanan
Ketepatan
Pengiriman
H1
Q1
S1
D1
H2
Q2
S2
D2
Q3
Ketepatan
Jumlah
S3
S4
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Gambar IV.2
Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier PT Cazikhal
Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
kriteria yang setingkat di atasnya.
80
a. Matriks Perbandingan Berpasangan Masing-masing Kriteria
dalam Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal
Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel
maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun
bentuk tabelnya sebagai berikut:
Tabel IV.1
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria
Dalam Pemilihan Supplier
Kriteria
Harga
Harga
1
Kualitas
Kualitas
Layanan
Ketepatan
Ketepatan
Pengiriman
Jumlah
1
Layanan
Ketepatan
Pengiriman
Ketepatan
Jumlah
1
1
1
Sumber: data primer diolah
b. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Dari Masingmasing Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Pada PT Cazikhal
Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari subkriteria dari
masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang
yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala
bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan
bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.
81
Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel
maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun
bentuk tabelnya sebagai berikut:
Tabel IV.2
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Harga
Kepantasan harga
Subkriteria
dengan kualitas (H1)
Kepantasan harga
Kemampuan
memberikan diskon
(H2)
1
dengan kualitas (H1)
Kemampuan
memberikan diskon
1
(H2)
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.3
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Kualitas
Subkriteria
Kesesuaian
barang dengan
spesifikasi
yang
ditetapkan (Q1)
Kesesuaian
barang dengan
1
spesifikasi yang
ditetapkan (Q1)
Penyediaan
barang tanpa
cacat (Q2)
Kemampuan
memberikan
kualitas yang
konsisten (Q3)
Sumber: data primer diolah
Penyediaan
barang tanpa
cacat (Q2)
Kemampuan
memberikan
kualitas yang
konsisten (Q3)
1
1
82
Tabel IV.4
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Layanan
Kemudahan untuk
dihubungi
(S1)
Subkriteria
Kemudahan
untuk
1
dihubungi (S1)
Kemampuan
memberikan
informasi
secara jelas
(S2)
Kecepatan
menanggapi
permintaan
pelanggan (S3)
Cepat tanggap
menyelesaikan
keluhan
pelanggan (S4)
Sumber: data primer diolah
Kemampua
n memberikan
informasi
secara jelas
(S2)
Kecepatan
menanggap
i
permintaan
pelanggan
(S3)
Cepat
tanggap
menyelesai
-kan
keluhan
pelanggan
(S4)
1
1
1
Tabel IV.5
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Ketepatan Pengiriman
Subkriteria
Kemampuan
mengirimkan barang
sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan
mengirimkan barang
sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan
menanganani sistem
transportasi (D2)
Sumber: data primer diolah
Kemampuan
menanganani sistem
transportasi (D2)
1
1
83
c. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pada Pemilihan
Supplier
Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel
maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun
bentuk tabelnya sebagai berikut:
1) Kriteria Harga
Tabel IV.6
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas Barang
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.7
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Z
Supplier Y
Supplier Z
1
1
Sumber: data primer diolah
84
2) Kriteria Kualitas
Tabel IV.8
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditetapkan
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.9
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.10
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang
Konsisten
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Z
Supplier Y
Supplier Z
1
1
Sumber: data primer diolah
85
3) Kriteria Layanan
Tabel IV.11
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemudahan Dihubungi
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.12
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Memberikan Informasi Secara Jelas
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.13
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan
Pelanggan
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Z
Supplier Y
Supplier Z
1
1
Sumber: data primer diolah
86
Tabel IV.14
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan
Pelanggan
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
4) Kriteria Ketepatan Pengiriman
Tabel IV.15
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Tanggal yang Disepakati
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Y
Supplier Z
1
Supplier Z
1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.16
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Dalam Menangani Sistem
Transportasi
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Z
Supplier Y
Supplier Z
1
1
Sumber: data primer diolah
87
5) Kriteria Ketepatan Jumlah
Tabel IV.17
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif
Supplier X
Supplier X
1
Supplier Y
Supplier Z
Supplier Y
Supplier Z
1
1
Sumber: data primer diolah
3. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada
level 1 (kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman,
dan Ketepatan Jumlah.
Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari kriteria-kriteria
dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan
kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur
teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian
keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan
yang bertugas menerima barang.
Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya
dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan
rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu
jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabel
IV.18.
88
Tabel IV.18
Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Dalam
Pemilihan Supplier
Ketepatan
Ketepatan
Pengiriman
Jumlah
3,651
4,336
4,190
5,441
5,479
0,223
4,476
1
1,346
1,219
0,231
0,184
0,743
1
1,060
0,239
0,183
0,820
0,944
1
Kriteria
Harga
Kualitas
Layanan
Harga
1
0,357
Kualitas
2,801
1
Layanan
0,274
Ketepatan
Pengiriman
Ketepatan
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel
dalam memilih supplier di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam
table IV.19 berikut:
Tabel IV.19
Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria dalam Pemilihan Supplier
Kriteria
Bobot
Prioritas
Harga
0,277
II
Kualitas
0,486
I
Layanan
0,091
III
Ketepatan Pengiriman
0,073
IV=V
Ketepatan Jumlah
0,073
IV=V
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.9 di atas menunjukkan bahwa dalam memilih supplier
kayu, prioritas pertama PT Cazikhal yaitu kriteria kualitas dengan bobot
89
0,486, selanjutnya prioritas kedua yaitu kriteria harga dengan bobot 0,277,
prioritas ketiga kriteria layanan dengan bobot 0,091, prioritas selanjutnya
ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah dengan bobot yang sama yaitu
0,073.
4. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada
level 2 (subkriteria)
Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari
masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu
direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian
pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian
pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.
Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya
dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan
rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu
jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabeltabel di bawah ini:
90
a. Kriteria Harga
Tabel IV.20
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga
dalam Pemilihan Supplier
Kepantasan harga
Subkriteria
dengan kualitas (H1)
Kepantasan harga
Kemampuan
memberikan diskon
(H2)
1
1,723
0,581
1
dengan kualitas (H1)
Kemampuan
memberikan diskon
(H2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam kriteria harga di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan
dalam tabel IV.21 berikut:
Tabel IV.21
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga
dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kepantasan harga
dengan kualitas (H1)
Bobot
Prioritas
0,633
I
0,367
II
Kemampuan
memberikan diskon
(H2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.21 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga
dalam pemilihan supplier, subkriteria kepantasan harga dengan
91
kualitas (H1) merupakan prioritas pertama dengan nilai bobot 0,633,
sedangkan
subkriteria
kemampuan
memberikan
diskon
(H2)
merupakan prioritas kedua dengan nilai bobot 0,367.
b. Kriteria Kualitas
Tabel IV.22
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Kualitas Dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kesesuaian
barang dengan
spesifikasi yang
ditetapkan (Q1)
Kesesuaian
barang dengan
1
spesifikasi yang
ditetapkan (Q1)
Penyediaan
barang tanpa
1,982
cacat (Q2)
Kemampuan
memberikan
1,369
kualitas yang
konsisten (Q3)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Penyediaan
barang
tanpa cacat
(Q2)
Kemampuan
memberikan
kualitas yang
konsisten (Q3)
0,504
0,730
1
1,575
0,635
1
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam kriteria kualitas di atas diperoleh bobot yang
ditunjukkan dalam tabel IV.23 berikut:
92
Tabel IV.23
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria
Kualitas dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Bobot
Prioritas
Kesesuaian barang dengan
0,229
III
0,466
I
0,305
II
spesifikasi yang ditetapkan
(Q1)
Penyediaan barang tanpa
cacat (Q2)
Kemampuan memberikan
kualitas yang konsisten (Q3)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.23 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas,
subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) menempati prioritas
pertama dalam memilih supplier dengan nilai bobot 0,466. Prioritas
selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang
konsisten (Q3) dengan nilai bobot 0,305, dan prioritas terakhir adalah
subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan(Q1)
dengan nilai bobot 0,229.
93
c. Kriteria Layanan
Tabel IV.24
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Layanan Dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kemudahan untuk
dihubungi
(S1)
Kemampua
n memberikan
informasi
secara jelas
(S2)
Kemudahan
untuk
1
3,557
dihubungi
(S1)
Kemampuan
memberikan
informasi
0,281
1
secara jelas
(S2)
Kecepatan
menanggapi
permintaan
1,669
3,769
pelanggan
(S3)
Cepat tanggap
menyelesaika
n keluhan
2,494
4,430
pelanggan
(S4)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Kecepatan
menanggap
i
permintaan
pelanggan
(S3)
Cepat
tanggap
menyelesai
-kan
keluhan
pelanggan
(S4)
0,599
0,401
0,265
0,226
1
0,774
1,292
1
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam kriteria layanan di atas diperoleh bobot yang
ditunjukkan dalam tabel IV.25 berikut:
94
Tabel IV.25
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria
Pada Kriteria Layanan dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kemudahan untuk dihubungi
(S1)
Kemampuan memberikan
informasi secara jelas (S2)
Kecepatan menanggapi
permintaan pelanggan (S3)
Cepat tanggap menyelesaikan
keluhan pelanggan (S4)
Bobot
Prioritas
0,204
III
0,076
IV
0,310
II
0,410
I
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.25 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan,
subkriteria cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
menempati prioritas pertama dalam pemilihan supplier pada PT
Cazikhal dengan nilai bobot 0,410. Prioritas kedua yaitu subkriteria
kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan nilai bobot
0,310. Prioritas ketiga yaitu subkriteria kemudahan untuk dihubungi
(S1) dengan nilai bobot 0,204, dan subkriteria kemampuan
memberikan informasi secara jelas (S2) dengan nilai bobot 0,076
merupakan prioritas terakhir dalam memilih supplier.
95
d. Kriteria Ketepatan Pengiriman
Tabel IV.26
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kemampuan
mengirimkan barang
sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan
mengirimkan barang
1
sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan
menanganani sistem
0,354
transportasi (D2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Kemampuan
menanganani sistem
transportasi (D2)
2,826
1
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam kriteria ketepatan pengiriman di atas diperoleh bobot
yang ditunjukkan dalam tabel IV.27 berikut:
Tabel IV.27
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria
Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria
Kemampuan mengirimkan
barang sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan menanganani
sistem transportasi (D2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Bobot
Prioritas
0,739
I
0,261
II
Tabel IV.27 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan
pengiriman, subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai
tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot 0,739
96
menempati prioritas pertama dalam memilih supplier. Sedangkan
subkriteria kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan
nilai bobot 0,261 menempati prioritas kedua dalam memilih supplier.
5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3
(alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masingmasing subkriteria
Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari
masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui
kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu
direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian
pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian
pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.
Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya
dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan
rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu
jawaban untuk matriks perbandingan. Berikut ini bobot masing-masing
alternatif terhadap subkriteria dalam pemilihan supplier :
97
a. Kriteria Harga
1) Subkriteria Kepantasan harga dengan kualitas (H1)
Tabel IV.28
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
3,173
2,918
0,315
1
1,042
0,343
0,959
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kepantasan harga dengan kualitas di atas
diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.29 berikut:
Tabel IV.29
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,603
I
Supplier Y
0,198
II=III
Suppplier Z
0,198
II=III
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.29 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X merupakan
supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,603.
98
Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang
sama yaitu 0,198.
2) Subkriteria Kemampuan untuk memberikan potongan harga
(diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2)
Tabel IV.30
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
2,188
0,580
0,457
1
0,314
1,723
3,180
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan diskon di atas
diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.31 berikut:
Tabel IV.31
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,321
II
Supplier Y
0,155
III
Suppplier Z
0,523
I
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
99
Tabel IV.31 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kemampuan memberikan diskon (H2), supplier Z yang paling
memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,523. Prioritas selanjutnya
pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai bobot 0,321,
kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai bobot
0,155.
b. Kriteria Kualitas
1) Subkriteria
Kesesuaian
Barang
Dengan
Spesifikasi
Yang
Ditetapkan (Q1)
Tabel IV.32
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditetapkan
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
0,615
0,494
1,626
1
0,695
2,026
1,439
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi
yang ditetapkan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam
tabel IV.33 berikut:
100
Tabel IV.33
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kesesuaian Barang Dengan Spesifikasi Yang
Ditetapkan
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,214
III
Supplier Y
0,331
II
Suppplier Z
0,455
I
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.33 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1),
supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan nilai bobot
0,455. Prioritas selanjutnya adalah supplier Y dengan nilai bobot
0,331, dan prioritas terakhir pada subkriteria ini adalah supplier X
dengan nilai bobot 0,214.
2) Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2)
Tabel IV.34
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
3,891
3,954
0,257
1
1,000
0,253
1,000
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
101
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria penyediaan barang tanpa cacat di atas
diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.35 berikut:
Tabel IV.35
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,662
I
Supplier Y
0,169
II=III
Suppplier Z
0,169
II=III
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.35 di atas menunjukkan bahwa supplier X dengan
bobot 0,662 adalah supplier yang paling memenuhi subkriteria
penyediaan barang tanpa cacat (Q2). Sedangkan supplier Y dan
supplier Z merupakan prioritas selanjutnya dengan nilai bobot yang
sama yaitu 0,169.
102
3) Subkriteria
Kemampuan
Memberikan
Kualitas
Yang
Konsisten(Q3)
Tabel IV.36
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Kualitas Yang Konsisten
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
4,254
1,150
0,235
1
0,346
0,869
2,889
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang
konsisten di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel
IV.37 berikut:
Tabel IV.37
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang
Konsisten
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,486
I
Supplier Y
0,124
III
Suppplier Z
0,389
II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.37 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3), supplier X
103
dengan nilai bobot 0,486 memiliki prioritas pertama untuk dipilih
berdasarkan subkriteria ini. Prioritas kedua adalah memilih
supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan prioritas terakhir adalah
memilih supplier Y yang mempunyai nilai bobot 0,124.
c. Kriteria Layanan
1) Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi (S1)
Tabel IV.38
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
2,068
2,617
0,483
1
1,104
0,382
0,906
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemudahan untuk dihubungi di atas
diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.39 berikut:
Tabel IV.39
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,537
I
Supplier Y
0,248
II
Suppplier Z
0,215
III
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
104
Tabel IV.39 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X mempunyai prioritas
pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua
adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z
menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215.
2) Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas Dan
Mudah Dimengerti (S2)
Tabel IV.40
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara
Jelas Dan Mudah Dimengerti
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
3,732
1,668
0,268
1
0,464
0,599
1,768
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan informasi
secara jelas dan mudah dimengerti di atas diperoleh bobot yang
ditunjukkan dalam tabel IV.41 berikut:
105
Tabel IV.41
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara
Jelas Dan Mudah Dimengerti
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,537
I
Supplier Y
0,146
III
Suppplier Z
0,318
II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.41 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah
dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X
dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan
nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas
terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai
bobot 0,146.
106
3) Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi Permintaan
Pelanggan (S3)
Tabel IV.42
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi
Permintaan Pelanggan
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
0,472
0,301
2,120
1
0,701
3,324
1,426
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kecepatan dalam hal menanggapi
permintaan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan
dalam tabel IV.43 berikut:
Tabel IV.43
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi
Permintaan Pelanggan
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,156
III
Supplier Y
0,341
II
Suppplier Z
0,503
I
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
107
Tabel IV.43 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3),
prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,503.
Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot
0,341, dan prioritas terakhir adalah supplier X dengan nilai bobot
0,156.
4) Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan
Pelanggan (S4)
Tabel IV.44
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan
Keluhan Pelanggan
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
2,773
2,064
0,361
1
0,774
0,484
1,292
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria cepat tanggap dalam menyelesaikan
keluhan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam
tabel IV.45 berikut:
108
Tabel IV.45
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan
Keluhan Pelanggan
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,542
I
Supplier Y
0,198
III
Suppplier Z
0,259
II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.45 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4),
supplier X merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih
berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya
prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan
prioritas terakhir yaitu supplier Y dengan bobot prioritas 0,198.
109
d. Kriteria Ketepatan Pengiriman
1) Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Dengan
Tanggal Yang Telah Disepakati (D1)
Tabel IV.46
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
2,712
0,405
0,369
1
0,253
2,469
3,952
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai
dengan tanggal yang telah disepakati di atas diperoleh bobot yang
ditunjukkan dalam tabel IV.47 berikut:
Tabel IV.47
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,285
II
Supplier Y
0,125
III
Suppplier Z
0,590
I
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
110
Tabel IV.47 di atas menunjukkan bahwa supplier Z dengan
nilai bobot 0,590 merupakan prioritas pertama untuk dipilih pada
subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal
yang telah disepakati (D1). Sedangkan supplier X dengan nilai
bobot 0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan
bobot kriteria 0,125 merupakan prioritas terakhir.
2) Subkriteria
Kemampuan
Dalam
Hal
Penanganan
Sistem
Transportasi (D2)
Tabel IV.48
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem
Transportasi
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
0,590
0,795
1,694
1
1,292
1,258
0,774
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar
variabel dalam subkriteria kemampuan dalam hal penanganan
sistem transportasi di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam
tabel IV.49 berikut:
111
Tabel IV.49
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem
Transportasi
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,253
III
Supplier Y
0,423
I
Supplier Z
0,323
II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.49 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria
kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2),
supplier Y dengan nilai bobot 0,423 merupakan prioritas pertama
untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan
nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu supplier X dengan
nilai bobot 0,253.
e. Kriteria Ketepatan Jumlah
Tabel IV.50
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
1
3,221
2,246
0,310
1
0,492
0,445
2,035
1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
112
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel
dalam kriteria ketepatan jumlah di atas diperoleh bobot yang
ditunjukkan dalam tabel IV.51 berikut:
Tabel IV.51
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,563
I
Supplier Y
0,156
III
Supplier Z
0,282
III
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.51 di atas
menunjukkan bahwa pada kriteria
ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan bobot
0,563. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan bobot 0,282 dan
prioritas terakhir adalah supplier Y dengan bobot 0,156.
6. Memilih Supplier Optimal
Setelah masing-masing kriteria dan alternatif didapatkan kemudian
dilakukan sintesis untuk mendapatkan bobot alternatif secara keseluruhan
dari kriteria yang ada. Sebelumnya bobot/prioritas lokal (local priority)
harus dicari nilai globalnya (global priority) terlebih dahulu. Untuk
mendapatkan global priority dengan cara mengalikan local priority
dengan prioritas level di atasnya (parent criterion). Secara detail, hasil
pembobotan kriteria dan alternatif dapat dilihat dalam tabel IV.52 berikut :
113
Tabel IV.52
Prioritas Global (Global Priority)
Level 0
(Tujuan)
Level 1
(Kriteria)
Level 2
(Subkriteria)
Bobot
H1
0,175
H2
0,102
Q1
0,111
Q2
0,226
Q3
0,148
S1
0,019
S2
0,007
S3
0,028
S4
0,037
D1
0,054
D2
0,019
Harga
(0,277)
Kualitas
(0,486)
Memilih
supplier
optimal
(best
supplier)
Layanan
(0,091)
Ketepatan
Pengiriman
(0,073
Ketepatan Jumlah (0,073)
Alternatif
Bobot
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
0,105
0,035
0,035
0,033
0,016
0,053
0,024
0,037
0,050
0,150
0,038
0,038
0,072
0,018
0,058
0,010
0,005
0,004
0,004
0,001
0,002
0,004
0,010
0,014
0,020
0,007
0,010
0,015
0,007
0,032
0,005
0,008
0,006
0,041
0,011
0,021
Sumber : Hasil pengolahan AHP
114
Setelah global priority didapatkan, bobot masing-masing alternatif
secara keseluruhan dapat dihitung dengan menjumlahkan semua bobot
keseluruhan (global priority) pada masing-masing supplier, hasilnya
ditunjukkan pada tabel IV.53 di bawah ini :
Tabel IV.53
Bobot Alternatif secara Keseluruhan
Alternatif
Bobot
Prioritas
Supplier X
0,467
I
Supplier Y
0,198
III
Supplier Z
0,336
II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Tabel IV.53 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, supplier
X dengan nilai bobot 0,467 merupakan prioritas pertama untuk dipilih
sebagai supplier kayu pada PT Cazikhal. Prioritas kedua adalah supplier Z
dengan nilai bobot 0,336, sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y
dengan nilai bobot 0,198.
Pemilihan supplier jika didasarkan pada masing-masing kriteria
dapat dilihat pada tabel IV.54 berikut ini:
115
Tabel IV.54
Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria
Kriteria
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Harga
0,490
0,181
0,329
Kualitas
0,479
0,198
0,322
Layanan
0,415
0,251
0,334
Ketepatan pengiriman
0,274
0,224
0,502
Ketepatan jumlah
0,563
0,156
0,282
Sumber : data primer diolah
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa supplier X unggul pada
beberapa kriteria yaitu kriteria harga dengan bobot 0,490, kriteria kualitas
dengan bobot 0,479, kriteria layanan dengan bobot 0,479, dan kriteria
ketepatan jumlah dengan bobot 0,563. Sedangkan supplier Z unggul pada
kriteria ketepatan pengiriman dengan bobot 0,502.
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga, supplier
X menempati prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,490.
Selanjutnya prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,329,
dan prioritas terakhir adalah supplier Y.
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas,
prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,479, sedangkan
prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan
prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198.
116
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan,
prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,415. Sedangkan
prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,334 dan prioritas
terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,251.
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan
pengiriman, prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,502.
Prioritas kedua adalah supplier X dengan nilai bobot 0,274, dan prioritas
terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,224.
Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan
jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,563.
Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan
prioritas terakhir pada supplier Y dengan nilai bobot 0,156.
7. Konsistensi
Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai
inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia
memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten
terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan
kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan
konsisten nantinya atau tidak.
Pengukuran
konsistensi
ini
dimaksudkan
untuk
melihat
ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka
nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan
117
konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak
konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur
kriteria maupun alternatif harus diulang. Tabel IV.55 berikut ini
menunjukkan nilai konsistensi rasio (CR) dari penilaian responden :
Tabel IV.55
Consistensi Ratio (CR) Penilaian Responden
Perbandingan Berpasangan
CR
Keterangan
Antar kriteria (level 1)
0,02
Konsisten
Antar subkriteria harga
0,00
Konsisten
Antar subkriteria kualitas
0,00
Konsisten
Antar subkriteria layanan
0,02
Konsisten
Antar subkriteria ketepatan pengiriman
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria H1
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria H2
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q1
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q2
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q3
0,01
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S1
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S2
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S3
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S4
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria D1
0,03
Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria D2
0,00
Konsisten
Antar alternatif terhadap kriteria ketepatan jumlah
0,01
Konsisten
Sumber : Hasil pengolahan AHP
Tabel IV.55 di atas menunjukkan bahwa semua penilaian responden
konsisten, dan tidak perlu diulang lagi.
118
C. Pembahasan
Dari hasil analisis AHP di atas, kriteria yang paling berpengaruh dalam
pemilihan supplier pada PT Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot
0,486. Kriteria selanjutnya yang berpengaruh adalah kriteria harga dengan
bobot 0,277, kriteria layanan dengan bobot 0,091, serta kriteria ketepatan
pengiriman dan ketepatan jumlah dengan nilai bobot yang sama yaitu 0,073.
Dengan tingginya nilai bobot kualitas dalam pemilihan supplier
menunjukkan bahwa PT Cazikhal mengutamakan kualitas yang tinggi untuk
bahan baku yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan bahan baku yang
berkualitas baik akan berpengaruh baik pada kualitas produk jadinya.
Sebaliknya, penggunaan bahan baku yang kurang berkualitas akan
menurunkan kualitas produk jadinya.
Kriteria kualitas yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga
subkriteria yaitu kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
(Q1), penyediaan barang tanpa cacat (Q2), serta kemampuan memberikan
kualitas yang konsisten(Q3). Dari ketiga subkriteria tersebut, subkriteria
penyediaan barang tanpa cacat (nilai bobot 0,466) dianggap paling penting
oleh responden. Selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan
kualitas yang konsisten (nilai bobot 0,305), dan subkriteria terakhir adalah
subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (nilai
bobot 0,229).
119
Pada subkriteria penyediaan barang tanpa cacat, supplier X dianggap
paling baik oleh para responden dengan nilai bobot 0,662. Selanjutnya
supplier Y dengan nilai bobot 0,169 dan supplier Z dengan nilai bobot 0,168.
Supplier X dinilai tidak pernah mengirim kayu cacat (misalnya terdapat
lubang pada kayu) ke perusahaan, sementara produk kayu dari supplier Y dan
Z yang dikirimkan ke perusahaan kadang masih ditemukan adanya kecacatan.
Pada subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten,
supplier X juga dinilai paling baik oleh responden dengan nilai bobot 0,486.
Selanjutnya supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan Supplier Y dengan nilai
bobot 0,124. Sedangkan pada subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi
yang sudah ditetapkan, supplier Z menempati urutan teratas (nilai bobot
0,455), kemudian supplier Y dan supplier X berturut-turut dengan nilai bobot
0,331 dan 0,214.
Pada kriteria kualitas secara keseluruhan, supplier X menempati prioritas
pertama dengan nilai bobot 0,479, sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z
dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y
dengan nilai bobot 0,198. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin
memilih supplier berdasarkan kriteria kualitas saja, maka supplier yang dipilih
adalah supplier X karena supplier X adalah supplier yang paling unggul pada
kriteria ini. Berdasarkan kriteria ini, perusahaan bisa mengambil bahan baku
dari supplier X untuk keperluan-keperluan yang membutuhkan kualitas yang
tinggi, misal untuk kerangka atap, mebelair (furniture) atau untuk ornamenornamen yang membutuhkan kualitas yang bagus. Jika perusahaan
120
mementingkan kriteria kualitas, maka kriteria yang lain seperti harga, layanan,
ketepatan jumlah dan ketepatan pengiriman tidak begitu diperhatikan atau
dianggap tertentu.
Kriteria harga yang menempati urutan kedua dalam pemilihan supplier
(nilai bobot 0,277) memiliki peran yang cukup penting karena pembelian
bahan baku merepresentasikan porsi yang cukup besar dari nilai penjualan
produk jadinya. Dengan harga bahan baku yang lebih murah, diharapkan
perusahaan bisa menekan biaya bahan baku sehingga dapat meningkatkan
keuntungan.
Kriteria harga dalam penelitian ini meliputi dua subkriteria yaitu
kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1), dan
kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan
dalam jumlah tertentu (H2). Dari dua subkriteria tersebut, subkriteria
kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan mempunyai nilai
bobot yang lebih tinggi yaitu 0,633, sedangkan subkriteria kemampuan
memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu
mempunyai nilai bobot 0,367.
Pada subkriteria kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X
merupakan supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot
0,603. Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang
sama yaitu 0,198. Sedangkan pada subkriteria kemampuan memberikan
diskon (H2), supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot
0,523. Prioritas selanjutnya pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai
121
bobot 0,321, kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai
bobot 0,155.
Pada kriteria harga secara keseluruhan, supplier terbaik pada kriteria
harga berturut-turut adalah supplier X (nilai bobot 0,490), supplier Z (nilai
bobot 0,329), dan terakhir supplier Y (nilai bobot 0,181). Hal ini menunjukkan
bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria
harga maka supplier yang dipilih adalah supplier X. Perusahaan bisa
mengambil kayu dari supplier X untuk keperluan bahan baku yang
membutuhkan kualitas yang bagus (kualitas super) misal untuk kerangka atap
yang membutuhkan kayu yang kuat,
furniture dan ornamen-ornamen,
meskipun dengan harga yang cukup mahal tetapi harganya sebanding dengan
kualitas yang didapatkan. Jika perusahaan menginginkan harga yang lebih
murah dengan pemberian diskon yang cukup banyak, perusahaan dapat
mengambil kayu dari supplier Z karena supplier Z menawarkan pemberian
diskon yang cukup besar. Dari supplier Z, perusahaan bisa mengambil kayu
untuk kualitas menengah yang biasa digunakan untuk kusen, daun pintu, dan
jendela.
Kriteria Layanan menempati urutan ketiga dalam pemilihan supplier
dengan nilai bobot 0,091. Dalam penelitian ini, terdapat empat subkriteria
pada kriteria layanan yaitu, kemudahan untuk dihubungi (S1), kemampuan
memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), kecepatan
dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3), cepat tanggap dalam
menyelesaikan keluhan pelanggan (S4). Subkriteria S4 dianggap paling
122
penting dengan nilai bobot 0,410. Selanjutnya subkriteria S3 (nilai bobot
0,310), subkriteria S1 (nilai bobot 0,204), dan yang terakhir adalah subkriteria
S2 (nilai bobot 0,076).
Pada subkriteria kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X
mempunyai prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas
kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z
menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215. Pada subkriteria
kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2),
prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X dengan nilai bobot 0,537.
Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,318. Sedangkan
supplier Y menempati prioritas terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria
ini dengan nilai bobot 0,146.
Sementara itu, pada subkriteria kemampuan memberikan informasi
secara jelas dan mudah dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah
supplier X dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan
nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas terakhir untuk
dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,146. Pada subkriteria
cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4), supplier X
merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih berdasarkan
subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya prioritas kedua adalah
supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan prioritas terakhir yaitu supplier Y
dengan bobot prioritas 0,198.
123
Pada kriteria layanan secara keseluruhan, supplier X dengan nilai bobot
0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai
bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251. Hasil ini
menunjukkan jika perusahaan memilih supplier berdasarkan kriteria layanan
saja, dan mengabaikan kriteria yang lain maka supplier yang dipilih oleh
perusahaan adalah supplier X.
Kriteria ketepatan pengiriman memiliki nilai bobot yang sama dengan
kriteria ketepatan jumlah yaitu sebesar 0,073. Pada kriteria ketepatan
pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu kemampuan untuk mengirimkan
barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot
0,739, dan kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) dengan
nilai bobot 0,261.
Pada subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal
yang telah disepakati (D1) supplier Z dengan nilai bobot 0,590 merupakan
prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan supplier X dengan nilai bobot
0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan bobot kriteria 0,125
merupakan prioritas terakhir. Sementara itu, pada subkriteria kemampuan
dalam hal penanganan sistem transportasi (D2), supplier Y dengan nilai bobot
0,423 merupakan prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua
adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu
supplier X dengan nilai bobot 0,253.
Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier
Z (nilai bobot 0,502), selanjutnya supplier X (nilai bobot 0,274), dan yang
124
terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Hasil ini menunjukkan bahwa
jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria ketepatan
pengiriman saja maka perusahaan memilih supplier Z sebagai suppliernya
karena supplier ini yang paling baik berdasarkan kriteria ini. Akan tetapi jika
perusahaan ingin mengambil bahan dari supplier X yang ketepatan
pengirimannnya rendah, perusahaan bisa menyiasati dengan mengambil
barang sendiri ke supplier.
Supplier terbaik pada kriteria ketepatan jumlah adalah supplier X dengan
nilai bobot 0,563. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan
yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,156. Hasil ini menunjukkan
bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria
ketepatan jumlah saja maka supplier yang dipilih adalah supplier X.
Perusahaan bisa mengambil bahan dari supplier X untuk keperluan bahanbahan yang membutuhkan spesifikasi tepat seperti ukuran, misal untuk
keperluan atap (reng dan usuk).
Secara keseluruhan, berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam
pemilihan supplier, supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan nilai
bobot 0,467. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,336 dan
supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Hasil ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan supplier terbaik yang akan dipilih oleh perusahaan untuk
dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah supplier X karena
secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan
dengan dua supplier yang lain.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian di atas maka dapat
disimpulkan beberapa hal berikut ini:
1. Kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan supplier kayu pada PT
Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot 0,486. Prioritas kedua yang
berpengaruh adalah kriteria harga dengan bobot 0,277. Prioritas ketiga
adalah kriteria layanan dengan bobot 0,091, sedangkan prioritas keempat
dan kelima adalah kriteria ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah
dengan bobot yang sama yaitu 0,073.
2. Prioritas global (global priority) subkriteria dalam pemilihan supplier
secara berturut-turut dari prioritas pertama sampai prioritas terakhir adalah
sebagai berikut : subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) dengan
bobot 0,226; subkriteria kepantasan harga dengan kualitas barang yang
dihasilkan (H1) dengan bobot 0,175; subkriteria kemampuan memberikan
kualitas yang konsisten (Q3) dengan bobot 0,148; subkriteria kesesuaian
barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1) dengan bobot 0,111;
subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2) dengan bobot 0,102;
subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang
disepakati (D1) dengan bobot 0,054; subkriteria cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) dengan bobot 0,037; subkriteria
126
kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan bobot 0,028;
subkriteria kemudahan dihubungi (S1) dengan bobot 0,019; subkriteria
kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan bobot 0,019;
subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) dengan
bobot 0,007.
3. Berdasarkan kriteria kualitas, supplier X menempati prioritas pertama
dengan nilai bobot 0,479, prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai
bobot 0,322 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot
0,198. Supplier terbaik pada kriteria harga berturut-turut adalah supplier X
dengan bobot 0,490, supplier Z dengan bobot 0,329, dan terakhir supplier
Y dengan bobot 0,181. Pada kriteria layanan, supplier X dengan bobot
0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan
nilai bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251.
Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier
Z dengan bobot 0,502, selanjutnya supplier X dengan bobot 0,274, dan
yang terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Sedangkan
berdasarkan kriteria ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X
dengan bobot 0,563, selanjutnya adalah supplier Z dengan bobot 0,282,
dan yang terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,156.
4. Berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier,
secara keseluruhan supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan
bobot 0,467. Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot
0,336 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198.
127
Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan supplier kayu terbaik bagi
perusahaan untuk dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah
supplier X karena secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling
tinggi dibandingkan dengan dua supplier yang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, penulis menyarankan
kepada pihak perusahaan serta pihak terkait yaitu :
1. Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku terutama bahan baku
kayu sebaiknya memperhatikan bobot kriteria pemilihan supplier karena
setiap kriteria mempunyai bobot yang berbeda. Dengan begitu perusahaan
bisa mengkombinasikan kriteria-kriteria tersebut untuk mendapatkan
supplier yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memilih
supplier yang tepat, perusahaan bisa menghemat waktu dan biaya serta
bisa mendapatkan kualitas, jenis, serta jumlah yang tepat. Dengan begitu
target penyelesaian proyek tidak akan terganggu dan dapat terselesaikan
secara tepat waktu dengan hasil atau kualitas yang bagus.
2. Bagi perusahaan di masa yang akan datang, jika terdapat kriteria ataupun
subkriteria baru yang relevan bagi perusahaan atau yang sesuai dengan
kebijakan perusahaan yang baru, maka perusahaan dapat mengganti
kriteria dan subkriteria yang digunakan saat ini. Selain untuk pemilihan
supplier, perusahaan dapat menggunakan analisis AHP untuk memecahkan
128
masalah-masalah multi kriteria yang lain sebagai alat pendukung
keputusan.
3. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti bisa menggunakan kriteria-kriteria lain
yang sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing. Selain itu,
untuk mengurangi subyektivitas penilaian
mengurangi
ketidaktepatan
dan
responden, terutama untuk
ketidakpastian
responden
dalam
memetakan persepsinya ke dalam angka-angka numerik, peneliti bisa
menggunakan metode fuzzy AHP.
129
DAFTAR PUSTAKA
Bello, Marlene J. Suarez. 2003. A Case Study Approach to The Supplier
Selection Process. http://grad.uprm.edu/tesis/suarezbello.pdf didownload
tanggal 11 Mei 2009.
Fatmawati, Medelina Shinta. 2007. “Penggunaan Metode AHP dalam Mengukur
Kualitas Jasa Lembaga Amil Zakat di Surakarta”. Skripsi Sarjana Yang
Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Fitria & Fitriana, Indah. 2008. ”Sistem Penunjang Keputusan Pemenang Tender
Proyek Menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Pada
Dinas Bina Marga Provinsi Lampung” Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi-II 2008.
Gnanasekaran, dkk. 2006. Application of Analytical Hierarchy Process in
Supplier Selection: An Automobile Industry Case Study. South Asian
Journal
of
Management,
Oct-Dec
2006.
http://www.highbeam.com/doc/1P3-1230716971.html didownload tanggal
11 Mei 2009
Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Salemba Empat.
Jogiyanto, H. M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan
Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Nydick, Robert L and Ronal Paul Hill. 1992. Using the Analitic Hierarchy
Process to Structure the Supplier Selection Procedure. International
Journal of Purchasing and Materials Management 28 (2) 31-36.
Saaty, Thomas L. 1988. Multi Criteria Decision Methode : The Analitycal
Hierarchy Process. University of Pittsburgh.
Saaty, Thomas L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory
with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications : Pittsburgh USA.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian
untuk Bisnis.Salemba Empat: Jakarta.
Stock, James. R And Douglas Lambert. 2001. Strategic Logistic Management. 4th
Edition. New York : McGraw-Hill.
130
Subakti, Irfan.2002. Sistem Pendukung Keputusan. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung :
Alfabeta.
Supriyono, Wisnu Arya Wardana, dan Sudaryo. 2007. Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural dengan Metode AHP. Seminar Nasional III. STTN-BATAN.
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/30-supriyono-ahphal-311-322.pdf didownload tanggal 11 Februari 2009.
Surjasa, Dadang, Pudji Astuti, dan Hario Nugroho. Usulan Supplier Selection
Dengan Analytical Hierarchy Process Dan Penerapan Sistem Informasi
Dengan konsep Vendor Managed Inventory Pada PT ABC.
http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S3PP06.pdf
didownload tanggal 11 Februari 2009.
Tahriri, Farzad, dkk. 2008. A Review of Supplier Selection Methods In
Manufacturing Industries. Suranaree J. Sci. Technol. Vol. 15 No. 3; July September 2008.
Teknomo, Kardi. 2006. Analytic Hierarchy Process (On-Line). Available :
http://people.revoledu.com/kardi/ tutoria/AHP/
Universitas Sebelas Maret. 2003. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta :
Fakultas Ekonomi UNS.
Weber, Charles A., John R. Current and W.C. Benton. 1991. Vendor Selection
Criteria and Methods. European Journal of Operations Research 50 (1991)
2-18.
Zhang, Zhiming, dkk. Evolution of Supplier Selection Criteria and Methods.
http://www.pbsrg.com/overview/downloads/Zhiming%20Zhang_Evolution
%20of%20Supplier%20Selection%20Criteria%20and%20Methods.pdf
didownload tanggal 15 Mei 2009.
http://www.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process didownload tanggal
1 April 2009
http://www.wikipedia.org/wiki/Decision_Support_System didownload tanggal 4
Juni 2009
131
LAMPIRAN
132
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pendahuluan
Di bawah ini terdapat kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier yang
mengacu pada penelitian Robert L Nydick & Ronal Paul Hill dan penelitian
Surjasa dkk.
Apabila terdapat kriteria yang kurang sesuai dengan kebijakan
perusahaan maka dapat dihilangkan atau diganti dengan kriteria yang menurut
Bapak/Ibu perlu dipertimbangkan atau yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.
1. Kriteria Harga (Price)
a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan
b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan
dalam jumlah tertentu
c. …………………….
d. …………………….
2. Kriteria Kualitas (Quality)
a. kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
b. penyediaan barang tanpa cacat
c. kemampuan memberikan kualitas yang konsisten
d. ………………………
e. ………………………
3. Layanan (Service)
a. kemudahan untuk dihubungi
b. kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk
dimengerti
c. kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan
d. cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan
e. ……………………..
f. ……………………..
133
4. Ketepatan Pengiriman (Delivery)
a. kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah
disepakati
b. kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi
c. ……………………….
d. ……………………….
5. Ketepatan Jumlah (Quality)
a. ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman
b. kesesuaian isi kemasan
c. ………………………..
d. ……………………….
6. ……………………………
a. ……………………….
b. ……………………….
134
Lampiran 2. Kuesioner
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth.
Responden PT Cazikhal
Dengan hormat,
Saat ini saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret (UNS) yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Analisis
Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
(Studi Kasus pada PT Cazikhal)” guna penyusunan skripsi sebagai tugas akhir.
Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu
guna mengisi kuesioner ini.
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara bersifat rahasia dan tidak akan disebarluaskan
untuk konsumsi publik karena penelitian ini bersifat akademis/keilmuan semata
dan hasilnya tidak akan disebarluaskan.
Atas kesediaan, perhatian, dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan
terima kasih.
Reny Rahmayanti
F0204017
135
KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN DARI
KRITERIA-KRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER
Berikut ini kriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier kayu :
1. Harga, yaitu nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah).
2. Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas kayu
diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter, tingkat kekeringan,
ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang.
3. Layanan, yaitu pelayanan, bantuan, dan kemudahan yang diberikan supplier
kepada pihak perusahaan.
4. Ketepatan pengiriman, yaitu kemampuan supplier dalam menangani
permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan
waktu yang sudah ditentukan.
5. Ketepatan jumlah, yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman.
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan dari
masing-masing kriteria untuk pemilihan supplier dengan cara memberi tanda
silang (X) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini menggunakan Skala
Penilaian Perbandingan Berpasangan :
Nilai 1 = sama pentingnya
Nilai 3 = sedikit lebih penting
Nilai 5 = lebih penting
Nilai 7 = sangat lebih penting
Nilai 9 = mutlak lebih penting
2,4,6,8 = nilai tengah
136
Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas,
kriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan supplier?
Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kriteria
Harga
Kualitas
Harga
Layanan
Harga
Harga
Kualias
Kualitas
Kualitas
Layanan
Layanan
Ketepatan
Pengiriman
Ketepatan
Jumlah
Layanan
Ketapatan
Pengiriman
Ketepatan
Jumlah
Ketepatan
Pengiriman
Ketepatan
Jumlah
Ketepatan
Ketepatan
Pengiriman
Jumlah
Sisi kiri lebih penting
Sisi kanan lebih penting
137
KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN
MASING-MASING SUBKRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER
Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas,
subkriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan
supplier?
1. Kriteria Harga
Pada kriteria harga, ada dua subkriteria yaitu
a. Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)
b. Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam jumlah tertentu
(H2)
Sub
Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria
kriteria
H1
Sisi kiri lebih penting
H2
Sisi kanan lebih penting
2. Kriteria Kualitas
Pada kriteria kualitas, ada tiga subkriteria yaitu:
a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)
Sub
Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria
kriteria
Q1
Q2
Q1
Q3
Q2
Q3
Sisi kiri lebih penting
Sisi kanan lebih penting
138
3. Kriteria Layanan
Pada kriteria layanan, ada empat subkriteria yaitu:
a. Kemudahan untuk dihubungi (S1)
b. Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk
dimengerti (S2),
c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)
d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
Sub
Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria
kriteria
S1
S2
S1
S3
S1
S4
S2
S3
S2
S4
S3
S4
Sisi kiri lebih penting
Sisi kanan lebih penting
4. Kriteria Ketepatan Pengiriman
Pada kriteria ketepatan pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu:
a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah
disepakati (D1)
b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)
Sub
Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria
kriteria
D1
Sisi kiri lebih penting
D2
Sisi kanan lebih penting
139
KUESIONER PENETAPAN PRIORITAS KEPENTINGAN/BOBOT DARI
MASING-MASING SUPPLIER BERKENAAN DENGAN MASINGMASING SUBKRITERIA PEMILIHAN SUPPLIER
Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan, supplier
manakah yang menurut Anda lebih baik atau lebih memuaskan berkenaan
dengan masing-masing subkriteria dalam pemilihan supplier?
Nilai 1 = sama memuaskan
Nilai 3 = sedikit lebih memuaskan
Nilai 5 = lebih memuaskan
Nilai 7 = sangat lebih memuaskan
Nilai 9 = mutlak lebih memuaskan
2,4,6,8 = nilai tengah
1. Kriteria Harga
a. Subkriteria : Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)
Supplier
9
8
7
6
5
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
b. Subkriteria : Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam
jumlah tertentu (H2)
Supplier
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
140
2. Kriteria Kualitas
a. Subkriteria : Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
(Q1)
Supplier
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
b. Subkriteria : Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
Supplier
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
c. Subkriteria : Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)
Supplier
9
8
7
6
5
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
141
3. Kriteria Layanan
a. Subkriteria : Kemudahan untuk dihubungi (S1)
Supplier
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
b. Subkriteria : Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan
mudah untuk dimengerti (S2)
Supplier
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
c. Subkriteria : Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)
Supplier
9
8
7
6
5
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Supplier
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
142
d. Subkriteria : Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
4. Kriteria Ketepatan Pengiriman
a. Subkriteria : Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan
tanggal yang telah disepakati (D1)
Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
b. Subkriteria : Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)
Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
143
5. Kriteria Ketepatan Jumlah
Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier
X
Supplier
X
Supplier
Y
Sisi kiri lebih memuaskan
Supplier
Y
Supplier
Z
Supplier
Z
Sisi kanan lebih memuaskan
144
Lampiran 3. Tabulasi Data
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Kriteria Terhadap Tujuan Memilih Supplier Terbaik
R1
R2
R
R4
R5
R6
R7
1
0,200
0,333
0,200
0,500
1,000
0,333
0,333
2
4,000
4,000
4,000
3,000
3,000
5,000
3,000
3
5,000
3,000
4,000
4,000
4,000
6,000
5,000
4
2,000
5,000
7,000
3,000
3,000
6,000
6,000
5
5,000
5,000
5,000
4,000
3,000
6,000
4,000
6
7,000
6,000
8,000
3,000
4,000
7,000
5,000
7
6,000
7,000
7,000
3,000
3,000
8,000
7,000
8
2,000
0,333
2,000
1,000
1,000
2,000
3,000
9
0,500
0,500
1,000
1,000
2,000
2,000
4,000
10
0,500
3,000
1,000
1,000
0,500
1,000
2,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Subkriteria Harga Terhadap Kriteria Harga
1
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
3,000
2,000
5,000
1,000
0,500
3,000
1,000
145
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Subkriteria Kualitas Terhadap Kriteria Kualitas
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
0,200
0,250
0,333
3,000
2,000
0,250
0,333
2
0,333
0,500
0,500
4,000
2,000
0,333
0,500
3
3,000
2,000
1,000
1,000
1,000
2,000
2,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Subkriteria Layanan Terhadap Kriteria Layanan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
3,000
4,000
5,000
3,000
2,000
5,000
4,000
2
0,333
0,250
3,000
0,333
0,333
1,000
1,000
3
0,200
0,200
0,333
0,250
0,250
1,000
2,000
4
0,333
0,167
0,333
0,200
0,250
0,200
0,500
5
0,200
0,125
0,143
0,167
0,250
0,200
1,000
6
0,500
0,500
0,333
1,000
1,000
1,000
1,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Subkriteria Ketepatan Pengiriman Terhadap Kriteria Ketepatan Pengiriman
1
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
5,000
3,000
2,000
4,000
4,000
3,000
1,000
146
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas (H1)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
3,000
3,000
2,000
3,000
5,000
4,000
3,000
2
5,000
4,000
0,250
6,000
4,000
5,000
3,000
3
1,000
2,000
0,167
2,000
0,500
2,000
2,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif
Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon pada
Pemesanan dalam Jumlah Tertentu (H2)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
4,000
2,000
5,000
3,000
2,000
2,000
0,500
2
0,333
0,333
2,000
0,500
0,200
0,333
3,000
3
0,143
0,250
0,333
0,250
0,143
0,143
5,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditentukan (Q1)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
0,200
4,000
0,333
0,250
0,250
1,000
2,000
2
0,333
0,250
3,000
0,200
0,143
0,333
3,000
3
1,000
0,125
5,000
0,500
0,500
0,500
1,000
147
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
3,000
4,000
3,000
5,000
5,000
3,000
5,000
2
5,000
7,000
4,000
3,000
6,000
3,000
2,000
3
1,000
2,000
2,000
0,500
1,000
1,000
0,500
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif
Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang
Konsisten (Q3)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
7,000
4,000
3,000
3,000
5,000
4,000
5,000
2
0,500
0,333
1,000
2,000
2,000
2,000
2,000
3
0,143
0,200
0,500
0,500
0,500
0,500
0,333
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi (S1)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
0,200
3,000
3,000
5,000
3,000
3,000
2,000
2
0,167
5,000
4,000
3,000
7,000
6,000
2,000
3
0,500
2,000
1,000
0,333
3,000
2,000
1,000
148
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas
dan Mudah Dimengerti (S2)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
8,000
5,000
7,000
3,000
1,000
4,000
3,000
2
3,000
3,000
4,000
1,000
1,000
3,000
0,333
3
0,500
0,500
0,333
0,333
1,000
1,000
0,167
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif
Terhadap Subkriteria Kecepatan Dalam Menanggapi Permintaan
Pelanggan (S3)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
0,500
0,250
0,500
0,333
0,500
0,500
1,000
2
0,200
0,167
1,000
0,200
0,167
0,200
1,000
3
0,500
1,000
2,000
0,500
0,500
0,333
1,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan
Pelanggan (S4)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
3,000
0,500
7,000
5,000
4,000
3,000
2,000
2
5,000
0,333
3,000
2,000
4,000
2,000
2,000
3
2,000
1,000
0,500
0,333
1,000
0,500
1,000
149
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal Yang
Disepakati (D1)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
2,000
3,000
5,000
3,000
2,000
2,000
3,000
2
0,143
0,250
0,500
0,500
0,333
0,200
3,000
3
0,167
0,200
0,167
0,333
0,125
0,143
1,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif
Terhadap Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem
Transportasi (D2)
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
0,333
0,200
1,000
3,000
0,500
0,250
1,000
2
0,200
0,500
1,000
2,000
1,000
1,000
1,000
3
0,333
4,000
1,000
0,500
3,000
3,000
1,000
Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Kriteria Ketepatan Jumlah
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
1
5,000
2,000
3,000
4,000
6,000
5,000
1,000
2
4,000
1,000
2,000
3,000
4,000
3,000
1,000
3
0,500
0,333
0,500
0,500
0,333
0,500
1,000
150
3/4/2010 7:19:23 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
Harga
Kualitas
Layanan
Ketepatan Pengiriman
Ketepatan Jumlah
Inconsistency = 0.02
with 0 missing judgments.
Combined
.277
.486
.091
.073
.073
reny
151
3/4/2010 7:22:58 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga
Kepantasan harga dengan kualit
Kemampuan memberi diskon pada
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.633
.367
reny
152
3/4/2010 7:23:39 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
Kesesuaian barang dengan spesi
Penyediaan barang tanpa cacat
Kemampuan memberikan kualitas
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.229
.466
.305
reny
153
3/4/2010 7:24:09 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
Kemudahan dihubungi (S1)
Kemampuan memberikan informasi
Kecepatan menanggapi permintaa
Cepat tanggap menyelesaikan ke
Inconsistency = 0.02
with 0 missing judgments.
Combined
.204
.076
.310
.410
reny
154
3/9/2010 6:22:38 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman
Kemampuan mengirimkan barang s
Kemampuan menangani sistem tra
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.739
.261
reny
155
3/4/2010 7:25:51 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga
>Kepantasan harga dengan...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.603
.198
.198
reny
156
3/4/2010 7:26:12 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga
>Kemampuan memberi dis...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.321
.155
.523
reny
157
3/4/2010 7:26:39 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Kesesuaian barang denga...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.214
.331
.455
reny
158
3/4/2010 7:27:11 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Penyediaan barang tanpa ...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.662
.169
.168
reny
159
3/4/2010 7:27:30 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Kemampuan memberikan ...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgments.
Combined
.486
.124
.389
reny
160
3/4/2010 7:27:58 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kemudahan dihubungi (S1)
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.537
.248
.215
reny
161
3/4/2010 7:28:20 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kemampuan memberikan ...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.537
.146
.318
reny
162
3/4/2010 7:28:42 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kecepatan menanggapi pe...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.156
.341
.503
reny
163
3/4/2010 7:29:02 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Cepat tanggap menyelesai...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.542
.198
.259
reny
164
3/4/2010 7:29:24 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman
>Kemampuan mengirimkan...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.03
with 0 missing judgments.
Combined
.285
.125
.590
reny
165
3/4/2010 7:29:44 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman
>Kemampuan menangani si...
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgments.
Combined
.253
.423
.323
reny
166
3/4/2010 7:30:14 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Priorities with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Jumlah
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgments.
Combined
.563
.156
.282
reny
167
3/4/2010 7:30:41 AM
Page 1 of 1
Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER
Synthesis: Summary
Synthesis with respect to:
Goal: Memilih Supplier Terbaik
Overall Inconsistency = .00
Supplier X
Supplier Y
Supplier Z
.467
.198
.336
reny
168
Download