Uploaded by User16559

Jawaban Forum Diskusi Modul 6 KB 1 - Manuara

advertisement
Salam sejahtera untuk kita semua.
Salam semangat dan sukses. Terima kasih Prof Dr. Mohamad Syarif Sumantri, M.Pd atas
bahan diskusi yang telah diberikan.
Perkenalkan Saya Manuara PF Gultom 19016402710368
Ceritakan berdasarkan pemahaman bapak / ibu apa yang menjadi batasan pengukuran,
penilaian, tes, dan evaluasi. Berikan contoh konkretnya !
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI
TES
Istilah ini berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piringan dari tanah liat. Istilah
ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode
psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai
dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek
perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur.
Menurut Anne Anastasia, tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif
sehingga dapat digunakan secara meluas serta serta dapat betul-betul di gunakan untuk
mmengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku.
Lee .J. Cornbach, dalam bukunya “essential of psychology testing” tes merupakan prosedur
yang sisitematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih
Jadi tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan.
Contoh: ulangan harian yang terdiri dari 50 soal pilihan ganda
PENGUKURAN
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas “sesuatu”.Kata
“sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dll.
Dalam proses pengukuran tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes). Alat
ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Pengukuran menurut Arikunto dan Jabar (2004) adalah kegiatan membanding suatu hal
dengan suatu ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas. Pengukuran adalah proses
pemberian angka-anagka atau label kepada unit analisis untuk mempresentasikan atributatribut konsep.
CONTOH: dari 50 soal pilihan ganda, Tia mendapat skor 42
PENILAIAN
Depdikbud 1994 mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang
telah dicapai siswa.
Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan
penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan
mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara
optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik
untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari bahwa kemajuan
belajar perserta didik merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran .
CONTOH: skor yang diperoleh diolah, Tia mendapat nilai yang sangat baik.
EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002).
Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan
kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Membahas tentang
evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas
sesuatu.
CONTOH: setelah melalui tes, pengukuran, dan penilaian, dapat ditentukan bahwa Tia lulus
dengan hasil yang memuaskan dan perlu dipertahankan.
Ilustrasi tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi:
Bu Tia ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi dasar dalam
matapelajaran TIK. Untuk itu, Bu Tia memberikan tes tertulis dalam bentuk objektif pilihan
ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Bu Tia sudah menggunakan tes).
Selanjutnya, Bu Tia memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban,
kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya. Ternyata, skor mentah
yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh skor 25, 36, 44, 47, dan
seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka atau skor-skor tersebut tentu
belum mempunyai nilai /makna dan arti apa-apa. Untuk memperoleh nilai dan arti dari setiap
skor tersebut, Bu Tia melakukan pengolahan skor dengan pendekatan tertentu. Hasil
pengolahan dan penafsiran dalam skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh
nilai 5 (berarti tidak menguasai), skor 36 memperoleh nilai 6 (berarti cukup menguasai), skor
44 memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan skor 47 memperoleh nilai 9 (berarti sangat
memuaskan). Sampai disini sudah terjadi proses penilaian. Ini contoh dalam ruang lingkup
penilaian hasil belajar. Jika Bu Tia menilai seluruh komponen pembelajaram maka berarti
terjadi evaluasi.
A. PENGERTIAN TES
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau
psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar.
Tes dapat diklasifikasi berdasarkan :
a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif)
c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan)
d. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk kerja atau
tes kertas dan pensil)
e. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru atau tes baku)
B. PENGERTIAN PENGUKURAN
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan
oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan dan psikologi yang acap kali dijadikan acuan
beberapa penulis.
1. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the assignment of one
or a set each of a set of persons or objects according to certain established rules”
2. Norman E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai
“Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
3. Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai “nothing more than careful
observations of actual performance under staandar conditions”.
4. Victor H.Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama pengukuran, yaitu
“quantitativaness” dan “constancy of units”. Atas dasar dua karakteristik ini ia
menyatakan “since measurement is a quantitative process, is results of measurement
are always expessed in numbers.
5. William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1973) mendefinisikan : pengukuran sebagai
berikut : “Using observations, rating scales. Or any other device that allows us to obtain
information in a quantitative form is measurement” .
6. Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai
“Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of
objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to
which they posscess the characteristic being measured.
7. Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of numbers to attributes
of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit formulations or rules”.
C. PENGERTIAN PENILAIAN
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang
biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja
individu peserta didik atau kelompok.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk
memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik.
Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi
terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap
proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan
penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang
tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga
baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut
dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik.
Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal (internal assessment)
untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi
yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan
kompetensi oleh peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru
selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar
dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan sering kali digunakan
untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik yaitu pengukuran, pengujian,
penilaian dan evaluasi. Namun diantara keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering
dicampuradukan, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan
atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang
yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan
proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian.
Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap suatu gejala
menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan. Peserta didik dengan
menggunakan suatu standar.
Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang
memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan maupun
pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk
kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan sedangkan peserta
didik diminta untuk menjawab atau memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang
diajukan. Inventori merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri dari keadaan
peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya
berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang,
dan lain sebagainya.
D. PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan
berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Untuk memperjelas pengertian evaluasi
tersebut ada baiknya bila dikutip beberapa perumusan sebagai berikut:
1. Adams (1964) dalam bukunya “Measurement and evaluation in education, psychology,
and guidance” menjelaskan bahwa kita mengukur berbagai kemampuan anak didik.Bila
kita melangkah lebih jauh lagi dalam menginterprestasi skor sebagai hasil pengukuran
itu dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai dalam suatu
kerangka maksud pendidikan dan pelatihannya atau atas dasar beberapa pertimbangan
lain untuk membuat penilaian, maka kita tidak lagi membatasi diri kita dalam
pengukuran, kita sekarang telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan anak didik.
2. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat merumuskan
evaluasi sebagai berikut: “Evaluation is the systematic assessment of the worth or merit
of some object”. Dengan demikian maka evaluasi antara lain merupakan kegiatan
membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang
mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.
3. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961) menjelaskan evaluasi tersebut dengan
mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan dengan pengukuran. Dalam beberapa hal
evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi juga termasuk penilaian formal dan penilaian
intuitif mengenai kemajuan peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa
yang baik dan apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil pengukuran yang benar
merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan evaluasi.
Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven (1967) dalam artikelnya berjudul “The
Methodology of evaluation”). Evaluasi formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh
manakah suatu proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah
dapat berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.
HUBUNGAN PENGUKURAN, TES, PENILAIAN DAN EVALUASI
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan
atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang
yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan
proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan
penilaian. Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam
pendidikan, antara lain :
a. Seleksi
Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang
yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan
penerimaan atau penolakan ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat
meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada
masa yang akan datang dengan resiko yang terendah. Tes jenis ini sangat umum dalam
masyarakat kita, karena hampir selalu terjadi peminat untuk pekerjaan atau pendidikan jauh
lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat dari segi ini, maka acapkali tes seleksi yang
dilakukan hanya sekedar untuk memisahkan orang yang akan diterima dari orang yang akan
ditolak. Bukan untuk memperoleh calon yang paling besar kemungkinan berhasil dalam
pekerjaan atau program yang akan dilakukan.
b. Penempatan
Dalam kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes penempatan, untuk
menentukan tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan
berproduksi secara efisien dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan. Tes seperti ini
terutama didasarkan pada informasi tentang apa yang telah dan apa yang belum dikuasai
oleh seseorang.
c. Diagnosis dan remedial
Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam kerangka
memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu. Jadi
sebelum dilakukan remedial, maka seharusnya didahului oleh suatu tes diagnosis.
d. Umpan balik
Hasil suatu pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai umpan balik, baik
bagi individu yang menempuh tes maupun bagi guru atau instruktur yang berusaha
mentransfer kemampuan kepada peserta didik. Suatu skor tes dapat digunakan sebagai
umpan balik, bila telah diinterpretasi. Setidak-tidaknya ada dua cara menginterpretasi skor
tes, yaitu dengan membandingkan skor seseorang dengan kelompoknya dan dengan melihat
kedudukan skor yang diperoleh seseorang dengan kriteria yang ditentukan sebelum tes
dimulai. Untuk yang pertama dinamakan “norm reference test” dan yang kedua dinamakan
“criterion reference test”.
e. Memotivasi dan membimbing belajar
Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar peserta didik, dan juga dapat menjadi
pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang memperoleh skor yang rendah
seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara
tepat dapat mengetahui diwilayah mana terletak kelemahannya. Dan bagi mereka yang
mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan
maningkatkan hasilnya, serta dapat menjadi pedoman dalam mempelajari bahan pengayaan.
f. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
Salah satu peran yang penting evaluasi pendidikan ialah mencari dasar yang kokoh bagi
perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Perbaikan kurikulum atau program pendidikan
yang dilakukan tanpa hasil evaluasi yang sistematik acapkali menjadi usaha sia-sia yang
mubajir.
g. Pengembangan ilmu
Hasil pengukuran, tes, dan evaluasi tentu saja akan dapat member sumbangan yang berarti
bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan. Ilmu seperti pengukuran pendidikan dan
psikometrik sangat tergantung pada hasil-hasil pengukuran, tes, dan evaluasi yang dilakukan
sebagai kegiatan sehari-hari guru dan pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh pengetahuan
emperik yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu dan teori.
PERBEDAAN PENGUKURAN, PENILAIAN, EVALUASI DAN TES
Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang evaluasi pendidikan secara lebih luas dan
mendalam, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa dalam praktek acapkali terjadi kerancuan
atau tumpang tindih (overlap) dalam penggunaan istilah “evaluasi”, “penilaian” dan
“pengukuran”. Kenyataan seperti itu memang dapat dipahami, mengingat bahwa diantara
ketiga istilah tersebut saling kait- mengkait sehingga sulit untuk dibedakan. Namun dengan
uraian berikut ini kiranya akan dapat membantu memperjelas perbedaan dan sekaligus
hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi .
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa
Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
“mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan
atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa
thermometer: hasilnya: 360 celcius, 380 celcius, 390 celcius dan seterusnya. Contoh lain: dari
100 butir yang diajuakan dalam tes, ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal.
Dari contoh tersebut dapat kita dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif.
Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu; misalnya ; pengukuran yang
dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu,
ukuran pinggan dan sebagainya.
2. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu : misalnya ; pengukuran untuk
menguji daya tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya
tahan lampu pijar, dan sebagainya.
3. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu ; misalnya :
mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang
dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis
ketiga inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidkan.
Penialian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada ukuran
baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu
sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya
36°Celcius termasuk orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut
dapat ditentukan sehat badannya. Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul oleh
Ahmad; dengan demikan dapat ditentukan Ahmad termasuk anak yang pandai. Sedangkan
“Evaluasi” adalah mencangkup kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu
mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah
pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang
dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.
Di atas telah dikemukakan bahwa pengukuran itu adalah bersifat kuantitatif; hasil pengukuran
itu berwujud keterangan yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan. Adapun evaluasi
adalah bersifat kualitatif; evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau
interpretasi yang sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif. Dikatakan sering
bersumber pada data yang bersifat kuantitatif, sebab sebagaimana dikemukakan oleh Prof.Dr,
Masroen, M.A (1979), tidak semua penafsiran itu bersumber dari keterangan-keterangan yang
bersifat kuantitatif. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini, misalnya keterangan –
keterangan mengenai hal-hal yang disukai siswa, informasi yang datang dari orang tua siswa,
pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang kesemuanya itu tidak bersifat
kuantitaif melainkan kualitatif.
Lebih lanjut masroen menegaskan bahwa penilaian (setidak-tidaknya dalam bidang psikologi
dan pendidikan) mempunyai arti yang lebih luas ketimbang istilah pengukuran, sebab
pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya
perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan “kiranya perlu diambil” sebab
tidak semua penilaian itu harus senantiasa didahului oleh tindakan pengukuran secara lebih
nyata. Sebagai contoh dapat dikemikakan di sini, misalnya untuk dapat untuk dapat
menetukan keberhasilan pengajaran pendidikan agama islam . ada cara lain yang dapat
ditempuh guna mengetahui apakah para siswa telah dapat menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam yang telah diberikan kepada mereka di sekolah; cara lain itu misalnya
dengan melakukan observasi (pengamatan) melakukan wawancara dan sebagainya.
Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan, bahwa Evaluasi dalam bidang
pendidikan sebagian besar bersumber dari hasil-hasil pengukuran. Menurut Masroen, pada
umumnya para pakar di bidang pendidikan sependapat, bahwa evaluasi mengenai proses
pembelajaran disekolah, tidak mungkin dapat berjalan dengan bail apabila evaluasi itu tidak
didasarkan atas data yang bersifat kuantitatif, inilah sebabnya mengapa dalam praktek
masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam dalam proses
evaluasi. Baik buruknya evaluasi akan banyak bergantung pada hasil-hasil pengukuran yang
mendahuluinya. Hasil pengukuran yang Kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang
kurang cermat pula, sebaliknya teknik pengukuran yang tepat akan memberikan landasan
yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat. Kenyataan inilah yang acapkali
menimbulkan adanya kerancuan dan tumpang tindih, antara istilah evaluasi, penilaian dan
pengukuran.
Demikian
Terima kasih
Download