Uploaded by putrikatharina01

rmk rps 3

advertisement
RMK PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM (RPS 3)
“Hakikat dan Kebijaksanaan Latihan dan Pengembangan SDM”
Oleh Kelompok 1 :
1. Lilik Agustina
(1315251134)
2. Luh Putu Putri Katharina
(1607522005)
3. Ni Komang Ayu Rikha Trianingrat
(1607522008)
4. Ni Made Indah Intan Sari
(1607522012)
5. Ni Made Intan Cahaya Indah D.P
(1607522034)
6. Ni Nyoman Ayu Mita Dwi Anjani
(1607522064)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
3.1 Hakikat Penggunaan Istilah Latihan dan Pengembangan SDM
Kompetisi antar organisasi berlangsung dengan sangat ketat pada masa sekarang ini,
persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping
persoalan kualitas dan kemampuan karyawan. Program pelatihan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) dapat membantu pencapaian lebih maksimal pada ketiga
persoalan tersebut bagi sebuah organisasi. Pelatihan adalah Proses yang didesain untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis, ataupun meningkatkan kinerja pegawai.
Pengembangan adalah Proses yang didesain untuk meingkatkan kemampuan konseptual,
kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation.
Wexley dan Yukl (1976 : 282) berpendapat tentang penggunaan istilah pelatihan dan
pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan
istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk
mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat
atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai
pada tingkat bawah (pelaksana). Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan ditujukan
pada pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan konseptual, kemampuan
dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human relation.
Menurut Buchari Zainun (2001, h 85), istilah perencanaan SDM pun masih banyak
yang menyalahartikan. Dan mungkin untuk mempunyai dan memberi satu pengertian yang
singkat dan tepat. Perencanaan sumber daya manusia itu mungkin dapat ditinjau dari tiga
aspek. Pertama adalah aspek statistik dengan pusat perhatian utamanya kepada upaya
mempertemukan sumber daya manusia dengan jabatan atau pekerjaan yang tersedia. Pada
aspek statistik ini tidak tampak secara jelas unsur keinginan dan harapan setiap itu yang
dipertemukan dengan jabatan atau pekerjaan itu. Kedua adalah aspek perilaku yang tampil
karena adanya perbedaan cara pandang dan reaksi masing-masing orang terhadap
lingkungan dirinya. Disamping aspek statistik dan aspek prilaku yang merupakan perhatian
utama dari para spesialis, maka yang tidak kurang pentingnya adalah aspek praktis yang
justru mempunyai pengaruh besar terhadap perencanaan sumber daya manusia.
Perencanaan SDM yaitu pada hakikatnya merupakan upaya penyesuaian antara
kebutuhan atau tuntutan terhadap sumber daya manusia dan tersedianya sumber daya
manusia yang diputuhkan itu pada saat dan di tempat yang membutuhkan dalam jumlah dan
mutu yang memadai. Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari
tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan
pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan
pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan
pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan
kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
3.2 Latihan Sebagai Suatu Fungsi yang Sifatnya Terus- menerus
Pelatihan (training) adalah sebuah proses di mana orang mendapatkan kapabilitas
untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Karena proses ini berkaitan
dengan berbagai tujuan organisasional, pelatihan dapat dipandang secara sempit atau
sebaliknya, luas. Dalam pengertian terbatas, pelatihan memberikan karyawan pengetahuan
dan keterampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi untuk digunakan dalam
pekerjaannya. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan untuk meningkatkan kemampuan karyawan berupa pengetahuan dan
keahlian yang dapat diterapkan dalam bidang kerja masing-masing karyawan sesuai dengan
kebutuhan karyawan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tujuan pelatihan menurut
Moekijat (1999:83) adalah memberikan informasi mengenai organisasi kapada karyawan
baru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas terhadap karyawan baru,
mengurangi tingkat kecelakaan pekerjaaan yang tidak baik dan kerusakan pada mesin
maupun perlengkapan kerja, membantu karyawan menyesuaikan diri terhadap metodemetode dan proses-proses baru
yang terus-menerus diadakan, dan mengurangi
ketidakpuasan karyawan, absensi, dan perpindahan pegawai.
Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan karena secara konsepsional
pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Pendidikan dalam pelatihan ini yang
sifatnya terus-menerus karena dalam pendidikan ada proses belajar mengajar yang
terorganisir dan terus-menerus dan akan mengalami perubahan. Di dunia ini tidak ada satu
hal pun yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan terjadi dengan cepat
dan berlangsung terus-menerus. Pengetahuan dan keterampilan yang masih baru ini
mungkin besok pagi sudah menjadi usang. Dalam lingkungan seperti ini sangat penting
memperbaharui kemampuan karyawan secara konstan. Organisasi yang tidak memahami
perlunya pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti perubahan tersebut.Maka dari itu
perusahaan mengadakan pelatihan secara terus menerus untuk menghadapi perubahan yang
akan datang ke depannya.
3.3 Kebijaksanaan Latihan Pengembangan SDM
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan,
organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih
menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak
terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan
sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum
mampu untuk mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat
dalarn pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah
memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para pekerja pendidikan
harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang
dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk
memfasilitasi pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna
mendapatkan hasil kinerja yang baik.
1. Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM
Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan diarahkan untuk membekali
meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuannya sebagai berikut :
1) Tujuan Pelatihan SDM
-
Memutakhirkan keahlian seorang individu sejalan dengan perubahan teknologi.
-
Melalui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa setiap individu dapat
secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.
-
Mengurangi waktu belajar seorang individu baru untuk menjadi kompeten dalam
pekerjaan.
-
Membantu memecahkan persoalan operasional.
-
Mengorientasikan setiap individu terhadap organisasi
2) Tujuan Pengembangan SDM
-
Meningkatkan produktivitas.
-
Meningkatkan mutu tenaga kerja
-
Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM
-
Meningkatkan semangat kerja: Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan
dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.
-
Menarik dan menahan tenaga kerja yang baik
-
Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
-
Menunjang pertumbuhan pribadi (personal growht).
3.4 Prinsip Umum Dalam Latihan
Pelaksanaan pelatihan hendaknya diawali dengan mengetahui terlebih dahulu apa
sebenarnya yang menjadi prinsip dari pelatihan itu sendiri Manullang (2004 : 86)
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pelatihan, yaitu :
1) Individual Difference
Perencanaan dan pelaksanaan suatu pelatihan harus tetap mengingat adanya perbedaan
perseorangan pengikut training baik dalam latar belakang pendidikan, pengalaman
maupun keinginan. Sehingga pelatihan tersebut memberikan hasil yang memuaskan.
2) Relation to Job analysis
Job specification untuk suatu jabatan tertentu biasanya menjelaskan pendidikan yang
harus dimiliki calon pekerja untuk dapat melaksanakan tugas itu dengan berhasil. Oleh
karena itu bahan yang diajarkan dalam pendidikan harus berhubungan dengan apa yang
dinyatakan dalam job specification.
3) Motivation
Orang akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas tertentu bila ada daya
perangsangnya. Kenaikan upah atau kenaikan kedudukan adalah beberapa daya
perangsang yang dapat digunakan untuk merangsang para pengikut pelatihan.
4) Active Participation
Para pengikut pelatihan harus aktif ambil bagian dalam pembicaraan. Oleh karena itu
pelatihan harus juga dapat memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran dengan
pelatih. Dengan demikian pengikut pelatihan turut aktif selama pelatihan berlangsung.
5) Selection of Trains
Seleksi atau pemilihan calon pengikut pelatihan perlu dilakukan untuk menjaga agar
perbedaan tidak terlalu besar. Pelatihan sebaiknya diberikan kepada
mereka yang
berminat dan menunjukkan bakat untuk dapat mengikuti pelatihan dengan berhasil.
Adanya seleksi juga merupakan perangsang.
6) Selection of Trainer
Tidak semua orang dapat menjadi pengajar yang baik. Jabatan pengajar perlu suatu
kualifikasi tersendiri, oleh karenanya orang menganggap pula bahwa salah satu asas
penting dari pelatihan adalah tersedianya tenaga pelatih yang berminat dan mempunyai
kesanggupan untuk mengajar.
7) Trainer Training
Para pelatih dalam suatu pelatihan harus sudah mendapat pendidikan secara khusus
untuk menjadi tenaga pelatih. Karena itu tidak semua orang yang menguasai dalam suatu
bidang tertentu dapat mengajarkan kepandaiannya kepada orang lain.
8) Training method
Metode pelatihan harus cocok dengan pelatihan yang diberikan. Misalnya metode
memberikan kuliah tidak tepat untuk para mandor. Karenanya dalam program pelatihan
harus pula diperhatikan metode pendidikan yang bagaimana yang harus dianut dalam
memberikan pelatihan.
9) Principles of Learning
Orang akan lebih mudah menangkap pelajaran apabila didukung oleh pedoman tentang
cara-cara belajar dengan cara efektif bagi para karyawan. Prinsip-prinsip ini adalah
bahwa program bersifat partisipatif, relevan serta memberikan umpan balik mengenai
kemajuan para peserta pelatihan.”
Menurut Mc Gehee yang dikutip oleh Mangkunegara (2003 : 51) Merumuskan prinsipprinsip perencanaan pelatihan dan pengembangan sebagai berikut:
1. Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan.
2. Tahapan-tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang berhubungan dengan
serangkaian materi pelajaran.
4. Adanya penguat (reinforcement) guna membangkitkan respon yang positif dari peserta.
5. Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku.”
Prinsip-prinsip umum pelaksanaan pelatihan yang efektif menurut Semito (1996 : 115)
mengatakan bahwa pelatihan perlu memperhatikan prinsip-prinsip antara lain :
-
Sasaran pelatihan
-
Latihan
-
Bahan-bahan latihan
-
Metode-metode latihan
-
Peserta
Uraian di atas dapat menjelaskan beberapa prinsip pelatihan yang efektif, yaitu :
1. Pelaksanaan pelatihan harus mempunyai sasaran yang jelas, yang bisa diuraikan dalam
perilaku yang dapat diamati dan diukur, mengapa demikian. Jika sasaran pelatihan itu
tidak jelas maka tidak akan diketahui efektifitas dari pelatihan itu sendiri.
2. Tugas pelatih adalah mengajarkan bahan-bahan latihan dengan metode tertentu
sehingga peserta akan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan perusahaan.
3. Bahan pelatihan yang sesuai dan jelas, disusun berdasarkan sasaran pelatihan
4. Setelah bahan pelatihan ditentukan, maka berikutnya menyusun metode pelatihan yang
tepat. Apabila metode pelatihan tidak tepat maka sasaran pelatihan juga tidak akan
dicapai.
5. Peserta adalah komponen yang cukup penting dalam pelaksanaan pelatihan, sebab
berhasilnya suatu program tergantung pada pesertanya.
DAFTAR REFERENSI
Mathis, Robert L. Jackson, John H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 10. Salemba
Empat: Jakarta
https://su7as.wordpress.com/2009/01/04/pelatihan-dan-pengembangan-sdm/
http://feuniska.blogspot.com/2010/11/fungsi-perencanaan-pelatihan-dan.html
http://apasihmaumu.blogspot.com/2013/05/pelatihan.html
https://mgtofsdm.wordpress.com/2014/06/27/pelatihan/
http://chandrabayuu.blogspot.com/2014/03/pelatihan-pengertian-prinsip-dan-lainnya.html
https://ahmadartkhoiri.wordpress.com/2015/02/03/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-dayamanusia/
Download