Uploaded by User10337

buku van juidam komplit

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas
terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi
digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan
matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun
kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia dianggap sebagai geografi fisik.
Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih banyak
berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah,
penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan
bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi
satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini merekam permukaan bumi dan
menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga ketika harus menggunakan citra
satelit para akhli geologi harus belajar kembali geomorfologi.
1.1 Pengertian geomorfologi
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu
Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa
yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses
terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung
terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.
Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu
geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan
pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari
geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE PRESENT
IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata
sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat
dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.
Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu
menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi
sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang,
sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah.
1.2 Konsep dasar geomorfologi
Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan
direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini
menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat
penting, karena perbincangan tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya
terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai sekarang.
1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno
Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan
pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan
suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa
silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam
pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno,
seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca.
Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak melakukan
penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan
setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari
sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi adalah pegunungan yang
menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil kerang di puncak - puncak
perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik kesimpulan berdasarkan
temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan
Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi
bahasan penting didalam geomorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal - usul
mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan oleh (a) air
hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena penguapan dari
air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi berasal
dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan
menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya
diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula
bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak
menentu.
Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikembangkan oleh
Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang menyebutkan bahwa
curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa gempabumi
dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa
gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering di bumi.
Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk
daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa
material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti
secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang dan yang
muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil dari
gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena
tekanan tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa
Gunung Visuvius adalah gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang
aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras
dengan luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sangat luas
mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang paling
menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa
penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta
dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya
gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya
menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan aliran
sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga
melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah
tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan
proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan
tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru
dipengaruhi oleh deformasi.
1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern
Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola
pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu adalah biara - biara
yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tempat pendidikan di Arabia yang
hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran - pemikiran modern yang cemerlang.
Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan dibedakan
menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi, seperti bagian dari
gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan hembusan angin di suatu
lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep pegunungan menurut Ibnu Sina
merupakan cerminan hasil dari perbedaan tingkat erosi yang berlangsung secara
perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah
ditetapkan sebagai awal dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran
Eropa Barat. Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan
oleh sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan
judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang
seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang
disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus dan angin,
pelapukan serta awal pemikiran peneplain.
1.2.3 Hutton sang pendahulu
Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari suatu
bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan dasar
geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan lahan oleh
proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang untuk dijadikan suatu kesimpulan
yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak memberikan keleluasaan untuk membahas
perkembangan jangka panjang dan jangka pendek untuk membahas tentang pemikiran
geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang bumi (ground work) untuk bapak
geomorfologi modern seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh
beberapa orang.
Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama
yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa pemikiran
yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, sehingga merupakan puncak
kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo da Vinci menyebutkan bahwa lembah
dipotong oleh arus, dan arus membawa material dari salah satu tempat dipermukaan
bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu
menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang memilki
ketinggian yang sama dengan permukaan laut.
Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi oleh
arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan batuan yang
tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang dipengaruhi oleh
berbagai macam material geologi dan struktur geologi.
Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di
pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang
dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material yang
terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa laut
merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan, selanjutnya arus dan
laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap pantai curam di Perancis
sebagai bukti pernyataannya.
Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah Perancis
Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-ngan tahap evolusi
bentanglahan.
De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah Alpen
merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak pegunungan dan
mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa glasiasi
(pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi.
James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang akhli
fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia dan geologi. Sangat
terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN yang terkenal dengan batuan
beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari sekolah Wernerian yang terkenal
sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki anggapan bahwa granit memiliki
kandungan lapisan kimia. Selain membahas granit, Hutton memperkenalkan pula
batuan metamorf, tetapi pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS
THE KEY TO THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin
uniformitarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang
mengandung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan
terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku dengan judul
: THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUSTRATIONS.
John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat di
Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun 1802
menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTONIAN THEORY OF
THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang teliti dan jelas, sehingga jarang
ada persamaannya. Playfair menyimpulkan pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas
memiliki dampak yang sangat besar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi
pelopor uniformitarian. Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu
sampai masa sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses
mekanik dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest
yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sungai dan
geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair lebih baik dari
sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut :
Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, merupakan induk dari berbagai
percabangan dan masing - masing mengalir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk
sistem lembah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan
kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi pengaliran jika masing - masing lembah
tidak memiliki arus yang mengalir pada lembah tersebut.
Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka aliran yang terjadi
diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga
penuh yang meluncur pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai
terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu
dengan yang lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan
memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa pengikisan permukaan dan
erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir
permukaan bumi.
1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969)
Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan jangan hanya
menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika beberapa konsep
geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap bentanglahan akan lebih baik.
Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki kecepatan
yang berbeda selaras dengan waktu geologi.
Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian telah
dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali oleh Playfair
pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha karyanya dengan judul
Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton mencetuskan : " saat ini adalah
kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku sehingga menimbulkan perdebatan,
karena pernyataan tersebut mengandung arti bahwa proses geologi yang berlangsung
selaras dengan waktu geologi memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang.
Konsep ini tentunya salah, karena galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat
penting sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.
Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang memiliki
iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim kering (gurun) dan
sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi berlangsung pada periode
pemekaran, sedangkan kulit bumi sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses
geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh
arus yang berlangsung sejak masa lalu sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh
pencairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki perbedaan dengan proses glasiasi
pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo sejak kala Yura dan
memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang.
Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap evolusi bentuklahan yang tampak sekarang.
Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomorfologi dan tingkat
pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi meragukan terhadap tingkat
pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan, akan
tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep proses dan geologi struktur sebagai
pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan
sempit, seperti struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan,
tetapi perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan
secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan
struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi
yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan,
sesar dan perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam
perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat
dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang
muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan
yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga
pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting.
Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses
geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan untuk
pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh fisika atau
kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia. Suatu batuan
mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak tahan terhadap
proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan
tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari
pada perkembangan bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen
sangat sulit disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah
terbentuk sebelum bentuklahan.
Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomorfologi berlangsung pada tingkat yang berbeda.
Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena kerak
bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga memiliki
ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula. Proses
geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih memiliki arti yang
sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan
bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang
keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan
yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman
geomorfologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai
mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi
terlalu kecil untuk diamati.
Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses geomorfologi
tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan tingkat yang berbeda
proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan proses geomorfologi lokal
memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan bumi, terutama pengaruh
perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi.
Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah
dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan
tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat perubahan
tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat proses
geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa batuan, erosi dan
pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka ragaman geomorfologi.
Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem bentuk ciri - ciri pada bentuklahan.
Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang terjadi
terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan vulkanisma
dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh Penck disebut
sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti pelapukan,
perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya eksternal disebut
sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik bersifat membangun,
sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu pengikisan terhadap
permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang berlangsung terhadap permukaan
bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan
meninggalkan jejak di atas permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.
Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geomorfologi
yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir, kipas aluvial, dan
delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri - ciri yang berkembang pada
bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk klasifikasi genetika bentuklahan.
Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak hanya
memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan, tetapi termasuk
juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses geomorfologi yang
rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu disebut sebagai sistem
morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux, 1955).
Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem bentuk susunan bentuklahan tertentu.
Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses, dan
W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi. tahap perkembangan
proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada tahap akhir dari proses
geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah yang disebut sebagai
peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya bahwa permukaan bumi
memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua
yang dikemukakan oleh W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang
digunakan pada tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada
evolusi permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik
perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan, terutama
terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu siklus
geomorfologi.
Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu perubahan
bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep pengganti sangat
sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak hanya menyatakan siklus
alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan bumi tetapi termasuk pula
pemikiran bahwa perkembangan permukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan
dengan tidak menggunakan penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda,
dewasa atau tua yang memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap
yang sama memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim
membentuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi
berkembang pada periode yang sama.
Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang kan.
Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat dari
penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari bentuklahan akan
mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi merupakan hasil dari proses
atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari siklus erosi yang
berlangsung .
Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kategori,
yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) bentanglahan siklus
tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal, artinya
bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya satu kali dan
umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru terbentuk, seperti pengangkatan
lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik, dataran lava, plato atau endapan yang
tertutupoleh endapan glasial Plistosen. Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus
erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul
perdebatan karena pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang
bercampur, walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses
geomorfologi tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil
dari kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya
kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material
karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan hasil
pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air permukaan dan proses - proses yang
berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin
sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan sebagai
konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi iklim yang
beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi dan sangat
berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya bentanglahan masa
lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedimen karena batuan
penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada masa praglasial yang muncul
dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.
Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih
muda dari kala Plistosen.
Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua yang
tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi sekarang
lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya
bahwa pahatan rupa bumi
seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan tebing berumur lebih muda
dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi
sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen.
Diperkirakan pula bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin
99 % terbentuk setelah Miosen Tengah.
Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang
terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen Awal
dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur, kemudian kala
Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk pada kala Plistosen dan air terjun
yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif rinci yang berumur Plistosen dan Resen.
Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan
pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plistosen.
Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan kondisi
geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi sekarang.
Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung, Material material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar luas sampai ke daerah yang
tidak mengalami glasiasi.
Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim sangat
berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada zaman glasial
beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman Amerika Serikat bagian Barat
yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid dan semi arid menunjukkan sistem
fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat
disimpulkan bahwa glasial sangat mempengaruhi iklim dunia.
Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial pernah
beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicerminkan oleh tanah
yang membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai permafrost. Rejim aliran
yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai dengan perselingan antara agradasi
(pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan). Perubahan muka air laut memiliki pengaruh
terhadap topografi, karena pembekuan samudera menyebabkan penurunan muka air
laut dan kembali normal pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat
berpengaruh terhadap pembentukkan koral.
Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup angin
membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau atau lempung
disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap pembentukkan danau,
seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang dipengaruhi oleh glasial terbesar di
dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan peristiwa yang paling besar walaupun
diatropisma yang berkembang sejak Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan
sebagai faktor pe - ngaruh pembentukkan bentanglahan.
Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami dengan
baik perbedaan proses geomorfologi yang berlangsung.
Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpengaruh
terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh secara langsung
atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh tidak langsung terhadap
proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan jenis vegetasi, sedangkan
pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe nguapan dan perubahan
temperaturan harian.
Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat untuk
mengungkap sejarah perkembangan bumi.
Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) bentanglahan saat ini
dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomorfologi selalu melakukan
pendekatan dengan menggunakan hukum uniformitarianisme. Paleogeomorfologi
bentuklahan merupakan sejarah alam geomorfologi yang diperkenalkan oleh Bryan
(1940) dan menjelaskan bahwa bentuklahan merupakan hasil dari suatu proses,
sehingga tidak ada alasan untuk memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi
dinamik. Perbedaan antara bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas
adalah proses terjadinya bentuklahan atau sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda.
BAB 2
SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN
GEOMORFOLOGI
Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm
selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi
kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah
satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang
dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC),
Belanda.
Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah
mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di
seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya
disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan.
Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan
beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas,
sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang
jelas.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi
adalah sebagai berikut :
1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya
legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek
penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala,
sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan,
sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik
dan geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat
menekan biaya pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu
daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi
informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan
pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base map) dan peta bertema
(thematic map).
2.1.1 Peta informasi
Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak,
dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat.
Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan
fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh - contoh peta
informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri
khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah
propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang
terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan
informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis
ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan
kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta
dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang
hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.
2.1.2 Peta dasar (base map)
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih
didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki
hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak
memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan
tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi
terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai
dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru
merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena
penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti.
Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan
pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto
udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas
administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat untuk
menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur
utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :
- Posisi titik kontrol geodetik
- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
- Posisi danau dan sungai
- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukitbukit kecil, punggungan dan sebagainya).
- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :
Kondisi hidrografi
Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.
Nama - nama daerah.
Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi
atau geologi antara lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, tergantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.
Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu
merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar
merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan
yang akan dilakukan dan menghemat biaya.
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta
topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik
ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga
memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan garis
kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang
curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan
batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan
penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan,
sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil
analisis peta topografi tersebut.
2.1.3 Peta bertema ( thematic map)
Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan
tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan
informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan
harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan
penelitian yang dilakukannya.
Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan
secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil,
bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah
tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan informasi
- informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya, misalnya
eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang.
2.2 Pemahaman peta geomorfologi
Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan
memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan
pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada
peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran,
tergantung pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek
geomorfologi yang dipetakan.
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta,
yaitu :
a. Peta geomorfologi analitik.
b. Peta geomorfologi sintetik.
c. Petaa geomorfologi pragmatik.
2.2.1 Peta geomorfologi analitik
Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik
cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang
cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance)
dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.
Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas
dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai
dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan
komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi
analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan
fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian
gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga
memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan
untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi,
pulau atau negara.
Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti
penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan
geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen
dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan
sekarang merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu
bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.
Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan
geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :
KELAS GENETIK
Bentuklahan asal struktural
Bentuklahan asal gunungapi
Bentuklahan asal denudasional
Bentuklahan asal laut (marine)
Bentuklahan asal sungai (fluvial)
Bentuklahan asal glasial (es)
Bentuklahan asal aeolian (angin)
Bentuklahan asal karst (gamping)
SIMBOL WARNA
Ungu / violet
Merah
Coklat
Hijau
Biru tua
Biru muda
Kuning
Jingga (orange)
Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh
lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu
- abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi
dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan
lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan
warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak
mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu
daerah berdasarkan morfogenetik.
Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan
warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970)
menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu
menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal
dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri
roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis
berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya
simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau
sedimentasi.
Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik
ASPEK UTAMA
KRITERIA PEMETAAN
Bentuk permukaan
1. Morfografi
Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu
daerah, seperti dataran, perbukitan atau
pegunugan
2. Morfometri
Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti
kemiringan lereng, titi ketinggian , panjang lereng
dan kekerasan relief.
ASPEK UTAMA
KRITERIA PEMETAAN
Bentuk permukaan
1. Morfografi
Aspek yang digambarkan dari morfologi suatu
daerah, seperti dataran, perbukitan atau
pegunungan.
2. Morfometri
Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti
kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang
lereng dan kekasaran relief.
3. Morfogenesis (asal - usul
bentuklahan dan proses terjadinya
bentuklahan).
3.1. Morfostruktur pasif.
Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan
dihubungkan dengan proses pengikisan, seperti
cuesta, hogback dan kubah.
3.2. Morfostruktur aktif.
Aktivitas proses endogen seperti vulaknisma,
patahan dan lipatan, seperti gunungapi,
pegunungan antiklin, lereng patahan.
3.3. Morfodinamik
Proses eksogen yang berhubungan dengan
gerakan angin, air atau es, seperti gumuk pasir,
dataran fluvial, sedimentasi atau gurun.
4.
Morfokhronologi
absolut).
(nisbi
5.Morfo aransemen
dan
Waktu proses terjadinya suatu bentuklahan,
misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua
dan "Monasterian" untuk dataran pantai muda.
Hubungan antara perubahan bentuklahan
dengan proses yang sedang berlangsung.
Sumber : Van Zuidam (1985)
2.2.2 Peta geomorfologi sintetik
Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi
geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu
tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000
sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di
dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur morfografi, morfogenetik,
morfometri dan material penyusun.
Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat
yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari
tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut :
1. Komponen lahan (land component)
2. Satuan lahan (land unit)
3. Bentuklahan (landform)
4. Sistem lahan (land system)
5. Bentanglahan (landscape)
Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang
menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan
bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang
dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan,
lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala peta yang digunakan
untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk
kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen.
Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan
komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan
atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan
internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya
pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi merupakan
dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk
menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan
untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan.
Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau
heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu
bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan
(morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan /
kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan
material penyusun (lithologi). Skala peta yang digunakan untuk menampilkan
bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai
1 : 100.000, biasanya digunakan untuk
kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan
bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek
lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu
sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki
kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah
yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan biasanya
lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek
pembangunan.
Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan,
bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang
sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala
peta yang digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih
kecil dan biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan
lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan
pembangunan.
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung
berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian
gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban
Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi
diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu puncak gunungapi, lereng
atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi.
Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan
kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi,
sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam
pemetaan geologi.
2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik
Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi
geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi pragmatik
merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi pragmatik
adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah
ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta
geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu
kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan,
kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih
cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang bersifat khusus, seperti
peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi (hidrologi), peta morfostruktur
(struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability
map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta
hidrogeomorfologi.
Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan
lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan
mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang
akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975)
membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas
20 - 50, (3) kelas 50 - 150,
(4) kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas
0
diatas 55 .
Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan,
kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang
menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng
tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap
satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas
konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama
singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain
yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang
sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk
gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat
mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi
digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi
(batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan
satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan
didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan
lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air
tanah.
Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk membedakan
empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan,
mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar,
angka dan huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu
tutupan vegetasi alami, perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan
informasi topografi dan lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu
atau coklat.
Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan
kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.
(sumber : Van Zuidam, 1985).
Kelas Lereng
0
0
0 -2
(0 - 2 %)
0
0
2 -4
(2 - 7 %)
0
0
4 -8
(7 - 15 %)
0
0
8 - 16
(15 - 30 %)
0
0
16 - 35
(30 - 70 %)
0
0
35 - 55
(70 - 140 %)
0
> 55
( > 140% )
Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan
Simbol warna yang
disarankan.
Datar atau hampi datar, tidak ada erosi
yang besar, dapat diolah dengan mudah
dalam kondisi kering.
Hijau tua
Lahan memiliki kemiringan lereng landai,
bila terjadi longsor bergerak dengan
kecepatan rendah, pengikisan dan erosi
akan meninggalkan bekas yang sangat
dalam.
Hijau Muda
Lahan memiliki kemiringan lereng landai
sampai curam, bila terjadi longsor
bergerak dengan kecepatan rendah,
sangat rawan terhadap erosi.
Kuning Muda
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
curam, rawan terhadap bahaya longsor,
erosi permukaan dan erosi alur.
Kuning Tua
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
curam sampai terjal, sering terjadi erosi
dan gerakan tanah dengan kecepatan
yang perlahan - lahan. Daerah rawan
erosi dan longsor
Merah Muda
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
terjal, sering ditemukan singkapan
batuan, rawan terhadap erosi.
Merah Tua
Lahan memiliki kemiringan lereng yang
terjal, singkapan batuan muncul di
permukaan, rawan tergadap longsor
batuan.
Ungu Tua
Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan
kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode
Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).
(100)
Sangat Tinggi
Relief
Batuan
Daya serap
(infiltrasi)
tanah.
Tutupan
vegetasi
Daya tampung per mukaan.
(75)
Tinggi
(50)
Normal
(25)
Rendah
(25)
Curam,kemiringan lereng lebih dari 30 %.
(20)
Berbukit,kemiringan lereng
15 - 30%
(12)
Bergelombang
kemiringan le reng 7 - 15 %
(5)
Datar, kemiringan lereng
0-7%
(15)
Endapan berbutir halus dan
dan betuan keras.
(10)
Endapan berbutir sedang
dan batuan
mudah lapuk
(8)
Endapan berbutir sedang,
batuan lapuk
dan memiliki
rekahan
(5)
Endapan berbutir sedang
sampai kasar,
rekahan tampak jelas
(20)
Lapisan tanah
penutup tidak
efektif,lapisan
tanah tipis, sehingga kapasitas resap tanah
sangat rendah.
(15)
Daya serap
tanah lambat
Lempung atau
tanah memi liki kapasitas
daya serap
rendah.
(10)
Daya serap
normal, ketebalan geluh
dengan ke mampuan daya serap baik.
(5)
Daya serap
tinggi, ketebalan pasir
atau tanah
mampu me nyerap dengan cepat
(20)
Tutupan tanaman tidak efektif,
jarang atau gundul.
(15)
Jarang sam pai sedang,
tidak ada tutupan alami,
kurang dari
10 % aliran
dibawah tu tupan baik.
(10)
Jarang sam pai baik, 50 %
daerah aliran
tertutup rumput dan ta naman kayu.
(5)
Baik sampai
sempurna,
hampir 90 %
daerah aliran
tertutup rumput dan ta naman kayu.
(20)
Tidak ada, tampak cekungan
dangkal, daerah
aliran curam
dan sempit,
tidak ada kolam
atau rawa.
(15)
Daya tam pung kecil,
Pemboran diperlukan, daerah aliran kecil, tidak ada
kolam atau
rawa.
(10)
Daya tampung
normal, depresi cekungan
permukaan,
danau, kolam
dan rawa, kurang dari 2 %
daerah aliran
(5)
Daya tam pung tinggi,
berbentuk cekungan, tidak
tampak jelas
daerah aliran.
Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners
Upper Mississippi Valley Region III United States
Soil Conservation Services, 1953.
BAB 3
UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu
kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam
(1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan
Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur
geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya
bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun.
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi
atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi
bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan
dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi
adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng.
3.1.1 Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai
2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai),
campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.
ï‚· Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
- Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)
- Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)
ï‚· Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)
- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)
- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)
ï‚· Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :
- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)
- Bentuklahan delta membulat (lobate delta0
- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0
ï‚·
Bentuklahan plato.
Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin
dan fluvial adalah :
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endap an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.
d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert
breksi dan tuf.
3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter
sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 %
sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki
ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan
perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion),
bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh
struktural.
Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki
ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya
merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu nungapi atau akibat kegiatan
tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen
(di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat).
Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan
pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter
(terpisah),
biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh
sesar dan tersebar tidak beraturan.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh
material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai
bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber
material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan
binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst
membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi
basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan
talagmit. Daerah perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal
(25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari
kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan
oleh suatu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan
yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan
sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan
batuan sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki
pola pengaliran paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng
sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak
sebagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan
memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan),
sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah,
kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti
rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat
rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian
pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyambung dengan
Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar
gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang diakibatkan oleh
tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang
membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur
di Teluk Pangandaran (Ciamis).
3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %),
dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material
yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus
sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar
serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut
bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang
panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu,
suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan
menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan
erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah Yogyakarta.
3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk
lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan
(sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion),
lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai.
Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen
hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen
untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen).
Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang
berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar
sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai
batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi
sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan
lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah
dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng
lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai
sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat
daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas
lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di
dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan
jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam,
erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik.
Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V
tajam.
BENTUK SIMETRIS
BENTUK TAK SIMETRIS
ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA
LEKUKAN DALAM
TERBUKA/ LEBAR
MENYEMPIT / CURAM
MENYEMPIT / CURAM
TERBUKA / LEBAR
Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah
(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau endogen
yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
- Bentuk lereng cembung.
- Bentuk lereng lurus
- Bentuk lereng cekung
Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun
oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir sesar atau bidan
longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik yang
disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran (llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh
material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
3.1.6 Pola punggungan
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola
punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola
punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang
mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari
dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa kegiatan
pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan yang
terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat
diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan yang
terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika pada salah
satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang cukup rapat
diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.
3.1.7 Pola aliran
Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah sebagai
tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu yang disebut
sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis batuan, struktur
geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran yang berkembang
pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan
ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi
iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada
permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan
menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan
erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis,
sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar,
kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan
pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu
daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur
pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut
sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari
pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat
dari pola dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan dan
struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat ditambah atau
dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola
erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial,
angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola pola lurus (elongate) , menga nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo,
rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus
dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst
(gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.
Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)
POLA PENGALIRAN
DASAR
DENDRITIK
PARALEL
KARAKTERISTIK
Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket
batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki
ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah
aliran memiliki kemiringan landai, jenis pola pengaliran
membentuk percabangan menyebar seperti pohon
rindang.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng
sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula
pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang.
Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik
dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan
yang memanjang dengan pola pengaliran paralel
mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh
perlipatan.
TRALLIS
Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan
(dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan
metasedimen derajat rendah dengan perbedaan
pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya
berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.
REKTANGULAR
Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan,
tidak memiliki perulangan lapisan batuan dan sering
memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.
RADIAL
Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa
erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik
disebut sebagai pola pengaliran multi radial.
Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu
sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik pusat),
berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau
kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah
titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut
berbentuk cekungan.
ANULAR
Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemungkinan
retas (stocks)
MULTIBASINAL
Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan
perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar,
merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme,
pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost)
POLA PENGALIRAN
MODIFIKASI
SUB DENDRITIK
Umumnya struktural
PINNATE
Tekstur batuan halus dan mudah tererosi
ANASTOMATIK
Dataran banjir, delta atau rawa
MENGANYAM
(DIKHOTOMIK)
Kipas aluvium dan delta
SUB PARALEL
Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan
perbukitan memanjang.
KOLINIER
Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting
pasir.
SUB TRALLIS
Bentuklahan memanjang dan sejajar
DIREKSIONAL
TRALLIS
Homoklin landai seperti beting gisik
TRALLIS BERBELOK
Perlipatan memanjang.
TRALLIS SESAR
Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel
ANGULATE
Kekar dan / atau sesar pada daerah miring
KARST
Batugamping
Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan
jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi
(batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan)
dan kegiatan vulkanik yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif
mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan
batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan
terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.
Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai
(sumber : Morisawa, 1985)
KONTROL
STRUKTUR
BENTUK SUNGAI
A. DINAMIK
1. SESAR AKTIF
Teras
Lembah memanjang
Saluran "OFFSET"
Sungai subsekuen
Lembah terjal
Lembah gelas anggur
Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentu genangan
2. PERLIPATAN
AKTIF
Sungai anteseden
Sungai konsekuen
Pembelokkan sungai secara
tajam.
3. KEGIATAN
VULKANIK
Pola aliran radial
Dasar sungai curam
1. TERAS SESAR
Teras
Lembah memanjang
Sungai subsekuen
Lembah terjal
Saluran "OFFSET'
Lembah gelas anggur
Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentuk genangan
2. KEMIRINGAN
Aliran paralel
Aliran sepanjang lereng kemiringan.
Aliran konsekuen
Sungai subsekuen
Pola tralis
3. KUBAH
Pola radial
Sungai konsekuen
Pola anular
Sungai subsekuen
4. ANTIKLIN
SINKLIN
Pola tralis
Pembelokkan sungai
Sungai subsekuen.
5. KELURUSAN
SUNGAI
Lembah asimetri
Sungai subsekuen
Kelurusan saluran
6. KEKAR
Pola rektangular
Sungai subsekuen
B. PASIF.
Aliran pada tebing pendek
3.2 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti
bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan
pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut
yaitu proses eksogen dan proses endogen.
3.2.1 Proses eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar
bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal
sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi
biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak belukar dan
kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak disebabkan oleh aktifitas manusia
merubah bentuk permukaan bumi untuk kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen
diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan
temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun batuan secara
fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya menjadi tanah.
Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan selanjutnya material permukaan
tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan pada suatu cekungan pengendapan,
seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis besar proses eksogen diawali dengan
pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis
(degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh
kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah
tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa
daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk.
Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan bahwa
daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan
bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas
yang cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari
dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak
bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar),
pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan
gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan bumi, sehingga
membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta topografi
atau foto udara adalah sebagai berikut :
Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.
- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.
Bentuklahan perbukitan struktural :
Perlipatan :
- Bentuk perbukitan memanjang.
- Pola aliran paralel dan rektangular.
- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.
Patahan (sesar normal dan sesar naik) :
- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.
- Pola aliran paralel atau rektangular.
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng
yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
Patahan (sesar geser) :
- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).
- Pola aliran rektangular.
- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.
- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :
- Bentuk pegunungan kerucut.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang
sampai renggang
3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi
Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur
geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan,
pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu
bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial
(proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan unsur - unsur
lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan unsur penegasan dari
pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga penamaan satuan bentuklahan
geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya
bentuk (morfogenetik).
Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL
Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi) dan
STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut. Sebagai
pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan, maka unsur
morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar. Unsur unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih
menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir
an, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng,
kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga penamaan
satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola aliran
rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk lereng lurus
dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup renggang - perkiraan
batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata nama satuan geomorfologi
tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi, karena analisis morofografi dapat
dilakukan terhadap peta topografi atau foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat
direncanakan dengan baik dan terarah.
3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan
merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan
morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata
nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan
tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan
lereng tersebut.
3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi
kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan
memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas
tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan
terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama satuan
geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat
erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan
adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)
KEMIRINGAN
LERENG
KETERANGAN
KLASIFIKASI
USSSM* (%)
KLASIFIKASI
USLE** (%)
0-2
Datar - Hampir datar
0-2
1-2
3-7
Lereng sangat landai
2-6
2-7
8 - 13
Lereng landai
6 - 13
7 - 12
14 - 20
Lereng agak curam
13 - 25
12 - 18
21 - 55
Lereng curam
25 - 55
18 - 24
56 - 140
Lereng sangat curam
> 55
> 24
* USSSM = United state soil System Management
**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).
Tabel 6. Ukuran panjang lereng
PANJANG LERENG (M)
< 15
KLASIFIKASI
Lereng sangat pendek
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
Lereng panjang
> 500
Lereng sangat panjang
3.3.2 Perbedaan ketinggian
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena
permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol.
Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan
morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau
dataran. Hubungan perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai
berikut :
Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985)
KETINGGIAN ABSOLUT
< 50 meter
50 meter - 100 meter
UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
Dataran rendah pedalaman
100 meter - 200 meter
Perbukitan rendah
200 meter - 500 meter
Perbukitan
500 meter - 1.500 meter
Perbukitan tinggi
1.500 meter - 3.000 meter
> 3.000 meter
Pegunungan
Pegunungan tinggi
Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan
perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)
KELAS RELIEF
KEMIRINGAN
LERENG ( % )
PERBEDAAN
KETINGGIAN (m)
Datar - Hampir datar
0 - 2
<5
Berombak
3 - 7
5 - 50
Berombak - Bergelombang
8 - 13
25 - 75
Bergelombang - Berbukit
14 - 20
75 - 200
Berbukit - Pegunungan
21 - 55
200 - 500
Pegunungan curam
55 - 140
500 - 1.000
> 140
> 1.000
pegunungan sangat curam
Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan
Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS KERAPATAN
PADA SKALA 1: 25.000
MEMILIKI KERAPATAN
KARAKTERISTIK
HALUS
Kurang dari 0,5 cm
Tingkat limpasan air permukaan
tinggi, batuan memiliki porositas
buruk
SEDANG
0,5 cm - 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan
sedang,
batuan
memiliki
porositas sedang
KASAR
Lebih besar dari 5 cm
Tingkat limpasan air permukaan
rendah,
batuan
memiliki
porositas baik dan tahan
terhadap erosi.
BAB 4
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan
gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material
penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk
kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik dituangkan
dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum
dan peta tujuan khusus.
Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari dua
sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan
hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang
mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik,
khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian
lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses eksogen, menekankan unsur
- unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan mungkin morfokhronologi.
Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian elemen elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan
hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik). Peta - peta sintetik
(holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian
memberikan informasi bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen,
data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air permukaan dan air bawah tanah.
Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga
penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan
geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik menghasilkan
informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek terapan, seperti
informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan bentanglahan (landscape).
Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat berdasarkan peta geomorfologi
analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi sintetik menampilkan informasi informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan tertentu.
Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan data
yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat lebih
khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya merupakan peta peta geomorfologi pragmatik.
4.1 Pemahaman bentuklahan
Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah gambaran
umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi,
morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi,
foto udara atau citra satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selaras
dengan karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, maka secara garis besar
bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi
bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian,
karst dan glasial.
4.1.1 Bentuklahan asal denudasional
Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia
merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denudasional.
Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses
pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat
membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat
cepat.
Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola
punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik
dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material
penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung,
lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan denudasional dapat
diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses
yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses
erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses
pengendapan (agradasional).
4.1.1.1 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan hujan,
sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau
sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka
perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi
erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan
cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi
:
- Erosi permukaan (sheet erosion)
- Erosi alur (riil erosion)
- Erosi parit (gully erosion).
Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang tidak
terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai berlangsung,
sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi
permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi
melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada
foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang.
Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung
membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan
pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan
terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan
erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada
skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka
semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar dan
menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada peta topografi
dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran air ari suatu
punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara
sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai
besar.
Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)
MEDIA PENGARUH
PROSES YANG TERJADI
PROSES MUATAN MATERIAL
Kegiatan hidrolik
Traksi, saltasi, suspensi, larutan
dan apungan.
Pencucian ; korosi
Larutan
Kegiatan hidrolik
Traksi, saltasi, suspensi, larutan
dan apungan.
AIR PERMUKAAN
Arus permukaan dan
arus
bawah
permukaan;
aliran
permukaan.
AIR TANAH
Tanpa arus bawah
tanah.
OMBAK, ARUS dan
PASANG NAIK.
ANGIN
GLASIAL
GRAVITASI
Abrasi dan deflasi
Traksi, saltasi dan suspensi.
Penggerusan dan saluran.
Traksi dan suspensi
Gerakan massa
Aliran,
luncuran
penurunan.
Traksi dan suspensi.
dan
Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology
R.W. Fairbridge, ed.
Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ketahanan
batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang
berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada
peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin
rapat pola aliran, maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan,
sedangkan semakin renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap
pengikisan atau penggerusan.
Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985).
JENIS BATUAN
KETAHANAN
BENTUKLAHAN
BATUAN BEKUAN
Tekstur halus
Hitam (basa)
Menengah
Cerah
Basalt
Andesit
Rhiolite
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Gawir dan aliran
Tidak menyebar
Tebing terjal
Tekstur kasar
Hitam (basa)
Menengah
Cerah
Gabro
Sienite
Granit
Biasanya sangat tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Kecuali di wilayah arid
Gawir dan kubah
Pengangkatan
Kubah dan pengangkatan..
Lunak, membentuk dinding tegak.
Biasanya lunak
Lahan terbuka
BATUAN ENDAPAN
Butiran halus
Lepas
Padat
Karbonat lepas
Karbonat padat
Butiran kasar
Lepas
Padat
Lempung
Batulempung
Lanau
Gamping
Sangat lunak
Lunak di daerah basah
tahan di daerah arid.
Pasir
Batupasir
Biasanya lunak
Tahan jika tersemen
kuat.
Dataran rendah
Tebing terjal dan plato
Memiliki ketahanan sedang,
Sangat tahan.
Sebagai batuan penutup perlipatan.
Punggungan dan pegunungan.
Lunak
Lunak
sangat tahan
Dataran rendah
Dataran rendah
Punggungan, gumuk,
dan monadnok.
Sangat tahan
Sangat tahan
Pengangkatan
Pengangkatan dan
punggungan.
Butiran sangat kasar
Lepas
Kerakal
Padat
Dataran rendah sam pai landai
Dasar lembah.
Daerah gamping.
Konglomerat
BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih
Batugamping
Batupasir
Slate
Marble
Kuarsit
Asal batuan bekuan atau endapan
Banded
Gneis
Schistose
Schist
Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York
4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang cukup
besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng dan disebabkan
oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan tersebut dapat terjadi
dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Tiga jenis utama gerakan
massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran (flow) dan jatuhan (heave).
Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan
secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng.
Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang cukup
tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui. Faktor
pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan sedikit pengaruh
air.
Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak
menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran biasanya
terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian yang tidak
bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.
Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang sangat terjal
(hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki kecepatan relatif
lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.
Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena
faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar 9), menunjukkan
klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor yang mempengaruhinya,
seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh ketika terjadi gerakan.
4.1.2 Bentuklahan asal struktural
Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuklahan
disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologi
yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara keseluruhan sampai
tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung bersamaan dengan proses
geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi
menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1) struktur aktif yang berlangsung sehingga
meninggalkan jejak bentanglahan modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak
pada bentanglahan modern berupa pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan peta
topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massa
batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : (a) ketahanan batuan
terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat
pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d) tampilan bentuk lainnya. Batuan
dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi, terutama pada daerah
yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur
geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada
dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi,
sehingga sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya
lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang
relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang
cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa
ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung atau
cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau proses
erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak
seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar
aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi
kemampuan interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan
geologi umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas
batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti
tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan
peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu
daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali
struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith
(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah
melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan
topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan
sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan terhadap
pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah kondisi
tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi
struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis
pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi
geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas terhadap
relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah - daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah
disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka
akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan
batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike &
dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan
jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan
yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur
topografi menunjukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan
yang datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar
pada bidang lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan
perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan lereng
pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat
tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan
batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan
yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan
menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap
pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik,
khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.
Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis
kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan
pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebal
dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan batuan yang
memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis
trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan batuan yang memiliki
kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan.
Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan
lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut.
Permukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan
mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi tidak datar,
maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan
lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi. Pola - pola permukaan lapisan
batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi
mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.
Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah jurus
lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi, kecuali jika
arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap kemiringan topografi,
sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus lapisan batuan sebenarnya
memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah
jurus punggungan membentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah
dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel
sampai sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau
lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan membentuk
sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan
batuan yang jelas.
Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs yang
cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut kemiringan
yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu lembah atau
punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan lapisan batuan. Jika
suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah Vs
akan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah
jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak
akan simetri. Jika lembah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka
lembah tidak akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah
lembah Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan,
maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada
daerah tersebut.
Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai yang
panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi apabila
percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan Ray, 1965).
Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat diketahui melalui
pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan yang berlawanan,
kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua
sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva
(melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau
U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada
sisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan
yang terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat
ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan
batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.
Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arah
kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat
membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatu
daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang
beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief
daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi
morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk
menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat
digunakan sebagai ciri penentuan struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan
batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan
erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan
batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang
melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola
aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada
daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan
tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggul
sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai merupakan
ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan
lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan
biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatu
bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut
sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar normal pada foto
udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti kelurusan ( lineament )
yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan atau
memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air)
atau kumpulan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone
) foto udara yang tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan
membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekar
akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan pola atau
arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan merupakan ciri sesar
yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan air disekitarnya,
sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat
jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang
memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan
menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yang
mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa"
atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe ngikisan (erosi) yang berlangsung
pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk alur erosi yang
sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air
atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup
ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".
Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring
(contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka
bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang
disusun oleh batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris
tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada
bentuklahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta",
"hogback" dan pegunungan "dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang panjang,
umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng landai.
Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan
pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh
lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang terjal.
Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki
kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisan
atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal
(single fold ) atau bagian dari sistem lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat
berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami
perkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan
dari arah sumbu antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah
lipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju
sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukit
menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika daerah
terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang dipengaruhi oleh
perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai sayap, sedangkan
pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong lipatan pada
puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu
lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan
kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada
lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat
banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar.
Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi
tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah
dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai,
kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.
Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjang
dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawir
sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara atau peta
topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung
pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi
sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang
sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan
terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis
dan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen
adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blok
yang naik dan turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk
menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan
hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan
kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung
atas yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat
dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang.
Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300,
sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang
meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan
oleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan
sesar.
(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal
kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang
memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis
gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang
jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley),
sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik
biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di
sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan
regangan pada kedua sisi blok sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang
sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi
sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai
mintakat lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagai
sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat
sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.
4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa endapan
lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga dapat dibedakan
dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada foto udara.
Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang keluar
dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang dikeluarkan dari
saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi / vent disebut sebagai
pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / rekahan saluran magam disebut
sebagai letusan celah / rekahan dan material yang keluar melalui beberapa saluran
magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut sebagai daerah letusan.
Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena sebuah
letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat letusan
besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang terapat
disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat letusan
dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada skala dan tahap
pertumbuhan gu nungapi, sehingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah
gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan,
karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang
(Karapetian, 1964).
Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai
ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan lava
adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan gunungapi
strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada umumnya tidak
beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi tersebut
berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa penelitian
menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk bersamaan dengan tumbukan dan
pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya terbentuk pada sabuk pegunungan
Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi
pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran
yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2)
plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava
dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan
berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut
atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras.
Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang diajukan oleh
Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah sebagai berikut :
Tabel
Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.
JENIS GUNUNGAPI
KARAKTERISTIK
1. ICELANDIC
Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran magma
basalt bebas, tenang, gas sedikit, menghasilkan volume
lava yang besar, lava mengalir seperti lapisan pada
daerah yang luas, sehingga membentuk plato.
2. HAWAIIAN
3. STROMBOLIAN
Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan lubang kawah,
lelehan lava diikuti dengan gas, letusan aktif tenang
sampai sedang, lava dan gas mengalir dengan cepat
sambil menyemburkan api, debu sangat sedikit,
membentuk kubah lava.
Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah, letusan
sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak teratur, me nyemburkan gumpalan lava, menghasilkan bomb dan
terak (scoria) lava, kegiatan letusan berulang - ulang,
dengan semburan lava dan awan panas (seperti uap air)
yang naik sampai pada ketinggian tertentu..
Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran magma,
kumpulan lava lebih kental, lapisan lava tertumpuk
diantara letusan, gas terkumpul di bawah permukaan,
letusan bertambah hebat dengan waktu yang cukup lama,
sampai terak (scoria) lava hancur, lubang saluran magma
bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu, lava
4. VULCANIAN
5. VESUVIAN
mengalir dari puncak menuruni lereng setelah letusan
utama, awan bercampur debu yang pekat tersembur ke
udara membentuk seperti cendawan, debu berlapis
sekitar lereng puncak gunungapi. (catatan : letusan
pseudo vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasilnya
menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu menjadi phreatic
dan meng- hasilkan kabut uap yang sangat luas,
membawa fragmen - fragmen lain).
Letusan lebih hebat daripada jenis strombolian atau
vulcanian, letusan hebat terjadi dengan melepaskan gas
dari lubang saluran magma yang berbentuk kerucut
berlapis (Stratocones), terjadinya letusan setelah
gunungapi istirahat cukup lama, saluran magma
cenderung menjadi kosong dan cukup dalam, pada suatu
letusan lelehan lava menyebar (pada bagian atas
mengkilat) disertai dengan semburan asap seperti
cendawan yang terus menerus membentuk lapisan debu
pada ketinggian tertentu.
6. PLINIAN.
Letusan lebih hebat daripada letusan vesuvian, pada fase
utama yang terakhir menyemburkan gas dengan cepat
membentuk awan seperti cendawan tegak lurus setinggi
beberapa kilometer, menyempit pada bagian bawahnya
dan di bagian atasnya menyebar sambil menyebarkan
debu.
7. PELE'AN
Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi, letusan
jarang terjadi, saluran magma gunungapi jenis strato
terhalang oleh kubah lava atau lava penyumbat, gas
keluar rekahan - rekahan lateral (lereng gunungapi) atau
dari saluran yang telah mengalami penghancuran
penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen bergerak
menuruni lereng dalam satu atau lebih letusan sebagai
"nue'es ardentes" atau luncuran awan panas, langsung
mengendapkan hasillnya.
Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)
Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil endapan
lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan magma (kaya Mg,
Fe dan Ca) menguapkan H2O (uap), SO2 dan CO2 serta mengurangi potensi letusan.
Magma yang bertemperatur tinggi mengalir keluar secara perlahan - lahan melalui celah
- celah / rekahan - rekahan yang terdapat pada gunungapi, seperti rekahan yang
disebabkan oleh "horst volcano tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge,
1968). Magma kental (banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat,
menyimpan lebih banyak gas.
Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik, tekanan gas
menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya letusan dan
penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan biasanya terjadi dari lubang
kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan gunungapi. Terjadinya letusan
gunungapi dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu
letusan terjadi sekali, berupa letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi
beberapa kali, sering menyemburkan lava secara berulang - ulang.
Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunungapi,
sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku dan
muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan pusat
gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah kecil kemudian kawah
tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah tumpang
tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan terhenti,
endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada
dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang tererosi.
Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat
menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan
perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28).
Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava basaltik dan dapat
membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang dari 70) dan cembung.
Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya berhubungan dengan
gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena
merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau
pada suatu lingkungan gunungapi).
Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan kubah
cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava vulkanik.
Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis kadang - kadang
mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala kecil menyebabkan sisi
kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki kemiringan lereng yang landai (kurang
dari 70) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif curam. Gunungapi basaltik tidak
dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa gundukan lava yang berlereng landai.
gundukan lava tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah
mengalami erosi yang kuat.
Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan lava yang
keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan kerucutnya oleh
rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan sebagai gundukan lava
("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di
Victoria (Australia) ada beberapa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi
tersebut membentuk lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan
keluar melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di
atas dan sisinya (Ollier, 1970).
Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat dan
apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan gunungapi, maka
magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk sejumlah bentuklahan (
gambar 30).
Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan membentuk
gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo dome") dan ini tidak
berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada endapan piroklastik.
Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton (1944)
menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk oleh letusan
dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti kubah kumulus yaitu
tidak memiliki kawah,
"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari dalam
kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter yang
tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang menjadi kasar dan
tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu
aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama
pertumbuhan gu -nungapi.
Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan
bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang membulat
dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah penyumbat berkembang
dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan dan pecah karena tidak
seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari letusan punggungan karena
beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan batuan rombakan yang membentuk
seperti endapan longsor sekitar lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut
hampir datar.
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pegunungan
merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat kaku, selanjutnya
rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus muncul membentuk
punggungan.
Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan - pecahan
(fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan, pecahan - pecahan
lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng sesuai dengan sudut
pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel halus diendapkan pada
lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel kasar, sehingga pecahan pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di
Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New Zealand).
Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi kerucut
terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan kerucut terak
("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar. Kerucut terak yang
ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau sisi - sisinya cembung
melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah yang datar memperlihatkan
seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh.
Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang
memiliki magma basaltik cenderung membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya
dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut terak
normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu letusan
gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah atau kepundan
yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak ("nested scoria
cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam dengan dinding kawah
disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan
semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan
pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan ketinggian
100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu atau dua bukit yang
terbentuk pada sisi aliran lava
( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars"
atau kawah bekas letusan adalah bentuklahan yang disebabkan oleh letusan
gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling bawah, luas dan dalam.
Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material - material piroklastik, batuan
bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris
yang searah dengan arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak
bagian sisi yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan
lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk
lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter
1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat
bersama dengan endapan batuan bekuan basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh
air membentuk danau.
Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering ditemukan
endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya disebut sebagai
gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di dunia seperti
Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi jenis
strato. Seperti umumnya gu nungapai, maka gunungapi jenis strato juga memiliki
periode letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut kerucut yang tertoreh kemudian membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya
lava. kerucut - kerucut terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu nungapi dan aliran piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar
lereng - lereng gunungapi.
Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna adalah
gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"), tetapi tidak
sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara genetik
memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian karena tumpang
tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki hubungan antara satu
letusan dengan letusan lainnya dengan umur yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit
tersebut menjadi satu, (Ollier, 1970).
Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive" dan
kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang sangat
besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan yang mudah
dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng - lereng utama gunungapi. Sekali
letusan gunungapi terjadi, maka endapan lava yang bertindak sebagai penyumbat
lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya lava dan letusan
selanjutnya akan menjadi mudah.
Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunungapi,
sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat letusan dari
rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk
percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan lava
atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau lebih
gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah kerucut terak
("scoria cones") secara bersamaan dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit
("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma
("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak
terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunungapi
utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut sebagai
rangkaian kerucut ("multiple cones").
"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau bibir kawah
yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi yang tebal, tidak
ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk oleh pelepasan gas tau
tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai ke permukaan.
Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gunungapi,
tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi, melainkan oleh jatuhan
meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya memberi dampak seperti
bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh membentuk kawah jarang
ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah.
Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan
dasar pada bibir kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.
Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas berdiameter
mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu kaldera runtuhan,
kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya dibagi menjadi jenis
Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis kaldera Glencoe taua
kalderayang mengalami penurunan ("subsidence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera
glencoe, penurunan tidak diikuti dengan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi
bagian tengah yang melingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau
jalan keluarnya lelehan lava.
Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi yang
membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera dengan garis
tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiameter besar
merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga adalah kaldera erosi,
yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding kawah. Kaldera erosi
akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses yang berbeda
(bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence).
4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor
Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, semburan gas
dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau
letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk
seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras dengan
kenampakan permukaan lava, maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a
a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan
permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang
meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan sejajar
yang pijar, seperti melilit pilar
Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak
secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang saling
bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih. Aliran lava yang
mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti bongkah - bongkah dan
bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki
persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena
bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi
di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai
lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava
yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava
yang cair bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya
saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat,
tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini
tampak sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),
membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena
pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada
juga yang terbentuk pada air tawar (danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan,
sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak
pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri yang
sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan (kontraksi)
terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis kekar memusat yang
menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar
yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah
membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.
Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti
bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam satu
kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal dan
terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian
dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengkerut dan
pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan
terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut
membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan pada
bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah kerak.
Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran
lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau
membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang
mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan
bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari
suatu aliran lava yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga aliran
lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya aliran lava
dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai, sedangkan pada
lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun. Aliran lava yang
sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di jalur alirannya dan
aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang
bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat
rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang
berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava
("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk cembung dengan
ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang dikembangkan
oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan
pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami
dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk
keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan
geologi dan penelitian geologi.
Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.
- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap interpretasi
peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan lapangan.
Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain :
- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.
- Kerta kalkir dan plastik OHP.
- Kompas geologi.
- Palu geologi.
- Pita ukur.
- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
-Alat - alat tulis.
4.3 Langkah - langkah pemetaan
Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan
dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :
- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah
aliran (water devided area) .
- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap
lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak
punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir
pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada
gambar 7 dan 8
- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan
suatu bentuklahan.
- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang
tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi
pola aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama
satuan geomorfologi.
- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan
kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan
menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah
tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan
untuk membedakan jenis batuan.
- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan
mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi.,
sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan
jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi
merupakan jenis batuan yang keras.
- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka
kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.
4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)
- Bentuklahan asal fluvial (sungai)
a. Satuan bentuklahan dataran banjir.
b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.
d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.
e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.
4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)
a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)
b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.
c. Satuan bentuklahan beting gisik.
d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).
e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)
4.3.4 Bentuklahan asal struktural
a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.
b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.
4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.
a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.
c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.
d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.
4.3.6 Bentuklahan asal aeolian
4.3.7 Bentuklahan asal karst.
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.
b. Satuan bentuklahan kubah karst.
c. " sinkhole" / 'dolina'
4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es)
Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta topografi
dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta geomorfologi
sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai acuan. Tahap
kegiatan lapangan meliputi :
1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek
bentanglahan (landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah
dibuat di studio.
2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan
kegiatan penelitian geologi.
3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang
diteliti.
4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk
pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.
5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek
geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek
geologi yang sedang diteliti.
6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi
yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi
harus dilakukan dengan hati - hati.
7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus
memberikan cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.
8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar pemetaan
geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan
pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.
4.4 Simbol yang digunakan
Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol
warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan
bentuklahan adalah sebagai berikut :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
- warna ungu (violet)
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M)
5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F)
6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G)
7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A)
8. Satuan bentuklahan karst (K)
-
warna merah.
warna coklat
warna hijau.
warna biru tua
warna biru muda.
warna kuning.
warna jingga (orange)
Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat
- S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar
- S.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik
- V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik
- M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
- F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir
- F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai
- F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst
- K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2
Simbol gambar :
Bentuklahan struktural.
Batas pemisah aliran (water devide ).
Gawie sesar geser / blok sesar.
Sesar geser / blok sesar geser.
Perlipatan
Sesar naik.
Bentuklahan vulkanik
Kawah / kepundan
Arah lelehan lava
Bentuklahan denudasional
Arah erosional
Tingkat erosi kuat
Tingkat erosi sedang
Tingkat erosi lemah.
Erosi tebing sungai
Erosi garis pantai
Gerakan tanah (Mass wasting)
Longsor jatuhan (rock fall)
Longsor geseran ( landslide)
Longsor geser rotasional (slump)
Bentuklahan marin (M)
Beting gisik ( beach ridge )
Gumuk pasir (sand dunes )
Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)
Alur sungai berupa garis tipis
Tanggul alam
Datraran banjir
Undak sungai.
Bentuklahan karst (K)
Kerucut karst
Kubah karst
Sinkhole
Dolina
Gua karst dengan stalagtit/stalagmit
BAB 5
PENULISAN LAPORAN
Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan geologi di
dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD merupakan bahasan
tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus mencerminkan aspek - aspek
geologi yang terkandung di dalam peta geomorfologi, sehingga memiliki suatu hubungan
yang jelas antara satuan bentuklahan pada peta geomorfologi dengan aspek geologi
pada peta geologi.
Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan geologi
terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang mempengaruhi
bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi - kondisi geologi.
Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri merupakan arahan dari ciri - ciri
kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga pemeriksaan lapangan yang dilakukan
terhadap hasil interpretasi peta topografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio
menjadi kegiatan awal pemetaan geologi.
Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus perlu
menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai contoh penelitian
perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan, proses - proses sedimentasi
dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi yang digunakan untuk kepentingan
penelitian yang lebih khusus tersebut harus menggunakan peta geomorfologi pragmatik.
Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek - aspek
morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material penyusun yang jelas
seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan akan lebih
terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk pengembangan wilayah perkotaan,
selain menampilkan kondisi morfografi seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti
dengan morfogenetik, maka morfometri dan material penyusun harus dikemukakan
dengan jelas, karena wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak
(landsuitability yang mencakup perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk
menyusun rencana tapak (site plan) juga dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti
kestabilan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar
perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran (drainage)
kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan (land capability)
untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan.
5. KESIMPULAN
Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan pemetaan
geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena waktu yang
diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan penajaman terhadap
aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal (kegiatan di studio).
Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa ngat
membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian geologi yang
bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang cukup tajam dan
dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan simbol simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli geomorfologi),
sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan. Penulisan laporan
tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan yang mencerminkan kondisi
geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.
Download