Uploaded by allfredoem

Policy Brief cth24okt2017

advertisement
POLICY BRIEF
Pemenuhan Ruang Kelas Yang Layak
Untuk Jaminan Kenyamanan Belajar
Ringkasan
Rekomendasi:
1. Menyediakan Basis Data
Sarana dan Prasarana
Pendidikan
2. Menyusun Panduan Teknis
Tata Kelola Pembangunan
Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar
3. Meningkatkan Alokasi
Anggaran Rehab Ruang
Kelas dan Pengadaan RKB
Tingkat SD
4. Mendorong Peran
Pengawasan DPRD dalam
Tata Kelola Pembangunan
Sarana dan Prasarana
Pendidikan Dasar
Ketersediaan gedung sekolah dan ruang-ruang kelas baik dari aspek
kuantitas dan kualitas khususnya untuk pendidikan dasar di Kabupaten
Kupang masih perlu mendapat perhatian,. Kondisi tahun 2016 terdapat 817
ruang kelas SD berada dalam kondisi rusak sedang dan berat, serta kondisi
darurat. Hal ini berdampak pada 11.530 siswa yang harus menikmati
pembelajaran di ruang kelas yang rusak atau tidak layak.
Sekalipun anggaran pendidikan Pemerintah Kabupaten Kupang di atas ratarata 20%, namun alokasi anggaran perbaikan ruang kelas dan
pembangunan RKB masih jauh dari harapan. Dalam 3 tahun terakhir (2015
– 2017), alokasi anggaran untuk rehab ruang kelas meningkat dari Rp. 3,9
milyar menjadi Rp. 5,9 milyar di tahun 2017 untuk melakukan rehab ratarata 18 ruang kelas per tahun. Adapun anggaran untuk pengadaan RKB
sebesar Rp. 9,3 milyar di tahun 2016 justru menurun menjadi Rp. 3,2 milyar
di tahun 2017 yang dialokasikan untuk mengadakan rata-rata 50 RKB setiap
tahunnya. Realisasinya, ternyata masih jauh dari yang ditargetkan, bahkan
ada yang tertunda realisasi. Hal ini merupakan bagian dari buruknya tata
kelola dalam kegiatan rehabilitasi sedang dan berat ruang kelas serta
pengadaan RKB.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kupang perlu meningkatkan alokasi
pemenuhan ruang kelas yang layak dengan meningkatkan alokasi
anggaran, memperbaiki manajemen atau tata kelola (perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi) dalam proses rehab ruang kelas
dan pengadaan RKB, serta didukung juga oleh peran berbagai pemangku
kepentingan.
Latar Belakang
Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan, misalnya gedung sekolah secara umum dan
khususnya ruang kelas untuk proses pembelajaran masih menjadi satu persoalan dalam
mendukung proses belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai kondisi, jumlah ruang
kelas yang tidak sebanding dengan rombongan belajar, kelengkapan sarana pendukung
pembelajaran di kelas dan kondisi fisik ruang kelas (misalnya jendela, pintu, plafon atau atap)
yang sudah mulai rusak.
Di Kabupaten Kupang terdapat sekolah tingkat SD yang memiliki fasilitas darurat (terbuat dari
bahan lokal yaitu batang dahan kelapa dan gewang atau sering disebut bebak dan juga bambu
sebagai dinding, dan atapnya dari daun lontar dan daun gewang, serta berlantai tanah), ruang
kelas permanen tetapi beberapa bagian gedung rusak (pintu, jendela, lantai dan plafon), dan
jumlah ruang kelas yang tidak sesuai dengan rombongan belajar dan tingkatan.
Data dari Kemendikbud, menunjukkan bahwa jumlah sekolah tingkat SD di Kabupaten Kupang
sebanyak 353 unit SD (terdiri atas SD Negeri 281 unit dan SD Swasta 72 unit), dengan jumlah
2.464 ruang kelas, dengan rasio ruang kelas terhadap sekolah 5,48. Jika dipetakan kondisi
sekolah berdasarkan ruang kelas yang ada, untuk kategori baik sebanyak 510 kelas (20,7%),
kategori rusak ringan sebanyak 1.137 (46,1%), kategori rusak sedang sebanyak 235 kelas
(9,5%), dan kategori rusak berat
sebanyak 582 kelas (23,6 %).
(Sumber:
http://
jendela.data.kemdikbud.go.id, data
diverifikasi tahun 2017 dan diakses
tanggal 02 Pebruari 2017).
Oleh karena itu, Bengkel APPeK
NTT melakukan kajian tentang
kondisi sekolah tingkat SD dan
kebijakan Pemerintah Kabupaten
Kupang di bidang pendidikan,
khususnya berhubungan dengan
peningkatan prasarana pendidikan
yang layak melalui rehabilitasi atau
perbaikan ruang kelas rusak
sedang dan rusak berat, dan
pembangunan ruang kelas baru.
(2) Policy Brief
TEMUAN:
Suasana Belajar Mengajar Tidak Aman dan Nyaman
Beberapa sekolah yang teridentifikasi rusak sedang dan berat, kondisinya cukup
memprihatinkan. Kondisi seng (atap) yang rusak dan berlubang di beberapa bagian dan plafon
yang mulai terlepas penutupnya (tripleks) maupun kontstruksinya yang lapuk dan hancur serta
mulai roboh.
Dampak yang ditimbulkan adalah proses belajar mengajar tidak aman karena plafon rentan
roboh, sehingga para guru dan siswa berjaga-jaga ketika sementara proses belajar, apalgi saat
hujan disertai angin kencang. Misalnya saja di SDN Oeli’i 2, SDI Raknamo, SDN Oebali, dan SDN
Bileu.
“kami punya sekolah ini kelihatannya sudah rusak mulai dari lantai sampai dengan atap,
plafon. Pemikiran kami orangtua ini kalau ketika kita punya anak-anak mengikuti pelajaran
di dalam kelas kalau plafon atau seng dia roboh berarti anak-anak ini bisa dapat luka atau
dapat celaka di sekolah” (Bapak Melkianus Atok, Komite SDN Bileu)
Sekolah yang bangunannya terbuat dari bahan lokal (dinding kelapa dan beratap daun) dan
tidak memiliki pintu dan jendela, tidak dapat terlindungi secara baik disaat musim panas yang
berdebu, dan akibat atap yang rusak dan bocor maka sinar matahari siang mengenai langsung
para siswa sedangkan saat musim hujan (apalagi hujan disertai angin) air akan masuk dalam
ruang kelas melalui jendela maupun atap yang bocor yang rusak. Hal ini mengakibatkan proses
belajar mengajar dihentikan. Contohnya di SDN Batu Esa (2 ruang kelas darurat), SDN Sufmuti (2
ruang kelas darurat), SDN Oelatimo (3 ruang kelas), dan SDN Oisiloa (3 ruang kelas darurat).
“kalau musim panas
kami keluar seperti
sapi yang keluar dari
kandang, tanah
merah, jadi kalau
abu datang ini, baju
yang warna putih
jadi merah semua....
tapi kami tidak
punya air...”(Bapak
Marthen Nubatonis,
Guru SDN Sufmuti)
Pihak sekolah berinisiatif menghindari dampak kondisi ruang kelas rusak berat dan darurat,
dengan memindahkan rombel yang ada dan menggabungkan 2 rombel dalam 1 kelas, dengan
membuat pembatas ruangan (sekat) dari tripleks ataupun lemari, dan juga memanfaatkan ruang
lainnya (ruang kepala sekolah, ruang guru dan perpustakaan) untuk proses belajar mengajar.
Situasi ini menyebabkan aktivitas belajar mengajar tidak efektif, karena suara dalam satu ruangan
akan saling terdengar dari satu rombel dengan rombel lainnya. Dan aktivitas di ruang guru, ruang
kepala sekolah serta ruang perpustakaan tidak bisa berjalan baik.
Kekurangan ruang belajar akibat kondisi ruang kelas rusak atau darurat menjadi situasi
yang tidak terhindarkan, hal ini berdampak pada ada kelas yang menjalankan aktivitas
pembelajarannya 2 kali dalam sehari (kelas pagi dan kelas siang).
Policy Brief
(3)
Pelaksanaan Rehab Ruang Kelas dan Pembangunan RKB Tidak Responsif dan
Tidak Transparan
Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang (Dinas PK Kabupaten
Kupang) belum memiliki satu mekanisme standar yang diberlakukan secara baik untuk
menyelesaikan persoalan atau kebutuhan ruang kelas yang layak. Hal ini kemudian berdampak
pada mekanisme yang tidak transparan dan tidak responsif. Beberapa sekolah yang kondisinya
memprihatinkan sudah memasukkan proposal perbaikan berulang kali, misalnya SDI Raknamo
(3 ruang kelas rusak berat), SDN Oebali dengan kondisi ruang kelas rusak berat (retak pada
tembok dan pondasinya), SDN Oelii 2 yang proses belajar mengajar untuk 6 rombel dilakukan di
3 ruang kelas yang baik, digabung juga dengan ruang guru dan ruang kepala sekolah. Ada juga
SDN Oesiloa memiliki 6 ruang kelas namun 4 ruang belajar darurat (dinding bambu, seng dan
tripleks berlubang), dimanfaatkan untuk 11 rombongan belajar, sehingga proses pembelajaran
dilakukan 2 kali sehari. Namun sekolah-sekolah ini belum mendapat perhatian.
Situasi ini menunjukkan tingkat responsivitas untuk menentukan sekolah mana yang
perlu mendapatkan prioritas masih rendah. Jika dasar yang digunakan adalah kondisi sekolah
dan rombongan belajar, maka beberapa sekolah yang dalam kondisi rusak berat yang
teridentifikasi pasti mendapatkan perhatian.
Transparansi penetapan dan realisasi rencana rehabilitasi gedung atau ruangan kelas
menjadi tanda tanya. Ada SD yang sudah ditetapkan menjadi sasaran kegiatan rehab ruang
kelas dalam perencanaan kerja awal tahun 2016 dan sudah diinformasikan ke pihak sekolah,
namun tidak terealisasi. Bahkan tidak masuk prioritas dalam rencana perubahan misalnya SDI
Raknamo, SDN Oelatimo dan SDN Sufmuti. Menurut pihak Dinas PK Kabupaten Kupang, situasi
ini disebabkan oleh keterlambatan petunjuk teknis (Juknis) pengelolaan DAK yang diterima
diakhir tahun yang mengatur tentang alokasi pemanfaatan DAK. Ketika hendak dilaksanakan
dengan menggunakan APBD perubahan pihak Dinas PK tidak bisa mengeksekusinya karena
kekuatiran terhadap konsekuensi hukum sehingga mereka memilih untuk menunda
pelaksanaannya di tahun 2017.
Namun, sekolah-sekolah tidak pernah diberikan informasi secara jelas terkait proses
pembangunan RKB maupun rehab ruang kelas yang tidak terealisasi (termasuk ketika terjadi
pengalihan aktivitas pembangunan ke sekolah lainnya). Tindakan menggantikan atau
“mengalihkan” proses perehaban maupun pengadaan RKB merupakan salah satu temuan,
dimana ada sekolah yang direncanakan tapi tidak terealisasi, sedangkan yang tidak masuk
dokumen perencanaan justru ada kegiatan perehaban ataupun pengadaan RKB.
Perencanaan Rehab dan Pembangunan RKB Tidak Berbasis Data
Proses perencanaan (pendataan, pengusulan dan penetapan) ruang kelas yang akan
direhab (sedang dan berat) maupun pengadaan RKB belum dilakukan secara baik. Salah
satunya disebabkan oleh ketidaktersediaan data pendukung. Data dan informasi yang
(4)
Policy Brief
dimaksudkan adalah data secara lengkap tentang kondisi riil ruang kelas setiap sekolah (data
jumlah ruang kelas rusak ringan, sedang dan rusak berat dari setiap sekolah) dan data ruang
kelas dan sekolah yang sudah direhab (direalisikan) ataupun yang direncanakan namun belum
dan atau/ tidak terealisasi proses perehaban maupun pembangunan RKB.
Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), Laporan Bulanan Sekolah, dan juga Proposal atau
usulan sekolah yang membutuhkan ruang kelas yang layak yang pada intinya memuat data dasar
kebutuhan ruang kelas, belum dijadikan acuan utama untuk ditindaklanjuti dalam proses
perencanaan. Kondisi ini secara tidak langsung berdampak pada penentuan prioritas sekolah
sasaran yang mendapat alokasi anggaran perbaikan (rehab) dan pembangunan RKB.
Untuk mekanisme pendataan ruang kelas yang rusak itu, itu yang kita laksanakan awalnya harus
melakukan survei dulu, survei untuk beberapa sekolah yang menjadi sasaran itu terus dari situ
baru sekolah yang disampaikan harus buatkan proposal, terus sekaligus dilampirkan dengan profil
keadaan sekolah.… DAPODIK itu sifat-sifatnya hanya data-data yang kurang terukur, hanya
dilihat kebutuhan ruangan berapa, tingkat kerusakan berapa. Tapi belum bisa terukur, ini layak
atau tidak. (Penjelasan Bapak Agustinus Sawu, Kabid. Sarpras Dinas PK Kab. Kupang)
Target Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Sekolah Rusak Sulit Tercapai
Salah satu program prioritas adalah pengembangan Program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 (sembilan) tahun, dengan beberapa kegiatan diantaranya penambahan ruang kelas baru
dan rehabilitasi sedang atau berat bangunan sekolah. Target tahun 2014 – 2019 untuk kegiatan
rehab ruang kelas rusak ringan dan berat yaitu 225 ruang kelas dari 2.380 ruang kelas SD dan
150 ruang kelas dari 150 ruang kelas SMP dengan target alokasi anggaran Rp. 17.044.595.682.
Sedangkan untuk pengadaan ruang kelas baru (RKB) sebanyak 100 ruangan SD dan 100
ruangan SMP dengan alokasi dana Rp. 30.434. 756.680. Jika dilihat dari target ini, tampak bahwa
belum ada keseriusan Pemerintah Kabupaten Kupang dalam menyelesaikan kebutuhan ruang
kelas yang layak, karena jumlah yang ditargetkan hanya 27,5% dari total kebutuhan ruang kelas
rusak.
Untuk mencapai target tersebut, alokasi anggaran yang berhubungan dengan prasarana
(gedung dan ruang kelas) untuk kegiatan rehabilitasi dan pengadaan RKB dalam beberapa tahun
terakhir masih perlu dipertimbangkan jumlahnya. Sekalipun ada dukungan kebijakan dan
anggaran pemerintah pusat, namun Pemerintah Kabupaten Kupang jangan hanya berharap pada
dana bantuan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Program Bantuan
Pemerintah (Banta) yang saat ini dijalankan, karena alokasinya pun tidaklah banyak. Misalnya
saja untuk tahun 2017, untuk tahap awal terdapat 2 SD yang mendapatkannya yaitu SDN
Merdeka dan SDN Tatelek dengan jumlah dana Rp. 1.010.000.000.-
Policy Brief
(5)
Tabel 1. Alokasi Anggaran Rehabilitasi Ruang Kelas & Penambahan Ruang Kelas
untuk Program Wajar 9 tahun.
Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder (APBD 2015 – 2017 dan Renja Dinas PPO 2016 - 2017)
Khusus untuk ruang kelas SD, jika diasumsikan bahwa rehab ruang kelas
diorientasikan pada ruang kelas rusak sedang dan rusak berat dan pembangunan RKB untuk
mengatasi ruang darurat (termasuk kekurangan ruang kelas dibandingkan rombel), maka dapat
dinyatakan bahwa rata-rata dalam 1 tahun direncanakan 55 – 60 ruang kelas SD tertangani,
baik perbaikan (rehab) maupun RKB. Jumlah dalam perencanaan setiap tahunnya (dari tahun
2015 – 2017) mungkin bisa memenuhi target 2014 – 2019, bahkan alokasi anggaran untuk
rehab ruang kelas sampai tahun 2017 sudah mencapai 75,7% dan penambahan RKB sebesar
66,4% dari target anggaran 2014 – 2019.
Namun, perlu dipertimbangkan capainnya. Alasannya, jika dilihat realisasi tahun 2015
tidak tercapainya target 16 ruang kelas yang direhab, kecuali pengadaan RKB yang realisasinya
sesuai dengan target. Belum lagi tahun 2016 yang menurut informasi bahwa pembangunan
RKB maupun rehab ruang kelas yang dialokasikan dengan menggunakan DAK dan DAU tidak
dapat direalisasikan karena alasan persoalan administrasi dan petunjuk teknis penggunaan
DAK tahun 2016. Begitupula dengan rencana pelaksanaan rehab ruang kelas di tahun 2017,
dimana 18 SD sasaran yang memanfaatkan DAK Pendidikan bukanlah yang termasuk dalam
Renja tahun 2016 dan tahun 2017.
Dengan membandingkan jumlah yang direncanakan setiap tahunnya dengan jumlah
ruang kelas rusak berat dan sedang serta kekurangan rombel (837 ruangan), maka butuh waktu
13 – 15 tahun untuk menyelesaikan persoalan ruang kelas rusak dan kekurangan rombel
(dengan asumsi bahwa jumlah ruang kelas yang ada dalam kondisi baik dan rusak ringan tetap
terjaga kondisinya atau dengan kata lain jumlah yang rusak berat tidak bertambah).
(6) Policy Brief
OPSI KEBIJAKAN
1. Meningkatkan Efektivitas Tata Kelola Rehab Sekolah Rusak dan Pembangungan
RKB
Tata kelola ini berhubungan dengan Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan
Pengawasan dalam memenuhi kebutuhan peingkatan ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang layak khususnya melalui perbaikan atau rehab ruang kelas. Proses
perencanaan dan pengalokasian anggaran harus dilakukan secara Adil, Responsif, Transparan
dan Akuntabel, sehingga penentuan prioritas betul-betul merupakan sekolah yang
membutuhkan bukan didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu.
Untuk itu, Dinas PK Kabupaten Kupang perlu memiliki suatu Road Map atau Panduan
Kebijakan Peningkatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan sebagai standar untuk melakukan
perbaikan (rehabilitasi sekolah rusak) dan pengadaan RKB di tingkat Kabupaten Kupang
menindak lanjuti aturan-aturan pemerintah lainnya. Panduan ini akan berkaitan dengan
mekanisme standar untuk menyusun perencanaan (pendataan, pengusulan dan penetapan)
sekolah sasaran untuk mendapatkan alokasi rehab maupun pengadaan RKB, perkiraan
sumber pembiayaan, proses pelaksanaan kegiatan, pengawasan dan evaluasi serta strategi
penanganan kegiatan pembangunan yang tertunda atau tidak terealiasi. Untuk mendukung
proses ini, maka ketersediaan basis data yang lengkap tentang kondisi sekolah juga perlu
menjadi perhatian.
Selain itu perlu dipetakan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan untuk mengelola
kebijakan rehab ruang kelas dan pembangunan RKB, mulai dari proses perencanaan sampai
pengawasan, yaitu dari Dinas PK Kabupaten Kupang, UPTD Pendidikan, Pihak Sekolah,
Komite Sekolah, Pemerintah Desa/ Kelurahan, Masyarakat dan Pihak DPRD Kabupaten
Kupang.
2. Meningkatkan Alokasi Jumlah Ruang Kelas dan Anggaran untuk Perbaikan Ruang
Kelas
Untuk mencapai misi Kabupaten Kupang terkait peningkatan kualitas pendidikan melalui
penyediaan prasarana pendidikan yang layak, maka pengalokasian jumlah ruang kelas rusak
yang direhab maupun dibangun baru dan alokasi anggaran melalui belanja langsung bidang
pendidikan perlu di tingkatkan, serta pengelolaan sumber anggarannya (DAU, DAK maupun
Bantuan Pemerintah) perlu dilakukan secara akuntabel. Peningkatan alokasi jumlah ruang
kelas dan anggaran ini didasarkan pada panduan perencanaan peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan (target capaian).
Dengan meningkatkan alokasi anggaran rehabilitasi ruang kelas dan memanfaatkan dana
yang telah dianggarkan secara efektif dan efisien, maka jumlah sekolah dengan ruang kelas
tidak layak dapat berkurang minimal 75% dari total jumlah ruang kelas rusak sedang dan
rusak berat sampai akhir masa jabatan pemerintah saat ini (2019).
Policy Brief
(7)
3. Meningkatkan
Pengawasan DPRD Terhadap
Rehabilitasi Ruang Kelas dan Pembangunan RKB
Penyelenggaraan
Kegiatan
Pengawasan oleh pihak legislatif perlu ditingkatkan terhadap pengelolaan aktivitas untuk
peningkatan prasarana pendidikan melalui rehabilitasi ruang kelas rusak maupun pengadaan
ruang kelas baru. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan dan penganggarannya tepat
sasaran (mengedepankan prinsip responsivitas dan keadilan dalam penentuan prioritas), dan
pelaksanaan pembangunan dilakukan secara akuntabel. Pengawasan DPRD dilakukan saat
proses perencanaan dan penganggaran dengan meminta penjelasan pemerintah terkait
jumlah sekolah (dan ruang kelas) berdasarkan kondisi dan dasar penentuan prioritas, jumlah
anggaran yang dialokasikan, serta mekanisme pelaksanaan pekerjaan.
Penutup
Strategi Pemkab Kupang dalam peningkatakan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan, salah satunya pendidikan dasar perlu didukung oleh tata kelola kebijakan dan
anggaran. Keterbatasan anggaran daerah bukanlah menjadi satu alasan lamanya waktu
penyelesaian masalah atau penyediaan kebutuhan ruang kelas yang layak.
Proses ini perlu didukung juga dengan adanya strategi khusus (atau road map)
pemenuhan kebutuhan ruang kelas dan penyediaan panduan teknis tata kelola
pembangunan prasrana pendidikan tingkat dasar. Panduan ini harus mengatur secara jelas
proses atau mekanisme perencanaan (pendataan, seleksi, dan penetapan sasaran dan
anggaran), Pelaksanaan, Pengawasan, dan Evalusi, termasuk memetakan unsur-unsur
(pemangku kepentingan) yang perlu dilibatkan dalam setiap proses ini.
Selain itu pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak (termasuk
kelompok masyarakat dan pihak swasta) dapat menjadi alternatif dukungan terhadap
penyelesaian masalah ketersediaan ruang kelas yang layak.
Daftar Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
Dokumen APBD Kabupaten Kupang tahun 2015—2017
Rencana Kerja (Renja) Dinas PPO Kabupaten Kupang Tahun 2016—2017
Hasil Kajian Tim Bengkel APPeK (2016) Analisis Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kupang
dalam Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Tingkat SD Yang Layak
Profil Sekolah Dampingan Program #Sekolah Aman di Kabupaten Kupang oleh Tim
Bengkel APPeK (2017)
Data Sekolah di Kabupaten Kupang (http://jendela.data.kemdikbud.go.id)
Bengkel APPeK
(Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung)
Jl. Bundaran PU Kompleks Arthagraha Perum BI No.7 Kelurahan TDM
Kecamatan Oebobo – Kota Kupang – NTT
Telp./Fax: (0380) 8438966, e-mail: [email protected],
Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (Bengkel APPeK) NTT merupakan salah satu LSM
yang menjalankan aktivitas advokasi kebijakan, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dalam rangka
mewujudkan visi ”Warga Berdaya dan Mandiri yang Didukung oleh Tata Kepemerintahan Yang Demokratis ”.
Dalam mewujdkan salah satu misi ”Melakukan Advokasi terhadap Proses dan Substansi Kebijakan Publik di bidang
Kemandirian Desa, Pembangunan Kelurahan dan Pelayanan Publik untuk Pemerintahan yang Responsif, Transparan
dan Akuntabel, Bengkel APPeK NTT bekerjasama dengan YAPPIKA—ActionAid melaksanakan Program
#SekolahAman yang ditujukan pada peningkatan kualitas pendidikan melalui penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang layak bagi para siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka program ini diorientasikan pada strategi Advokasi Kebijakan, Pengorganisasian
Komunitas, Kampanye Publik dan Pengembangan Kemitraan dengan sasaran pada Pendidikan Dasar di wilayah
(8)Kupang
Policy Brief
Kabupaten
Download